1. Latar Belakang Pembelajaran Mikro Pada bagian pendahauluan bahan belajar mandiri ini telah diungkapkan, bahwa pembelajaran merupakan suatu prses yang komplek, karena dalam proses pembelajaran melibatkan beberapa unsur atau komponen pembelajran secara terpadu untuk mencapai tujuan pmbelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran, guru tidak hanya cukup dengan modal telah menguasai matei pembelajaran saja, akan tetapi masih banyak kemampuan dan keterampilan pembelajaran lain yang harus dimilikinya, salah satu diantaranya yaitu berkenaan dengan keterampilan dasar mengajar. Beberapa keterampilan dasar mengajara yang harus dikuasai seperti, keterampilan membuka dan menutup pembelajaran, menghadapi siswa, menggunakan metode dan media secara tepat, mengelola lingkungan pembelajaran, menjelaskan, bertanya, memberikan penguatan, menggunakan variasi stimulus dan keterampilan-keterampilan mengajar lainnya. Sekarang yang menjadi permasalahan, apakah setiap mahasiswa calon guru yang telah menyelesaikan seluruh program perkuliahan pada lembaga pendidikan keguruan yang diikutinya dapat sekaligus memiliki kemampuan melaksanakan tugas pembelajaran yang kompleks itu secara professional di sekolah tempatnya bertugas. Program pengalamn lapangan (PPL) sebagai suatu program akhir dalam struktur program kurikulum keguruan bertujuan untuk mengaktualisasikan berbagai kemampuan yang telah dimilikinya melalui kegiatan perkuliahan dikampus. Kegiatan ini diharapkan menjadi sarana tempat berlatih bagi mahasiswa untuk melakukan kegiatan pembelajran dalam suasana pembelajaran yang sebenarnya. Dari hasil pengamatan dan berbagai penelitian yang dilakukan telah banyak memberikan bukti yang cukup kuat, bahwa ternyata mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh orogram perkuliahan termasuk keiatan PPL yang telah dilakukan di sekolah tempat latihan, ternyata belum cukup memberikan pengalaman yang optimal. Dikatakan oleh Joyce (1975) bahwa kehadiran pembelajaran mikro adalah untuk merespon terhadap kekurangan dan rasa prustasi terhadap program pendidikan guru yang dikembangkan sebelumnya (responded to a wider feeling of frustration). Pembelajaran mikro sebagai suatu pendekatan pembelajaran, pada dasarnya tidak hanya diperuntukkan bagi penyiapan para calon guru (pre-service training), melainkan berfungsi juga bagi mereka yang telah menduduki jabatan sebagai guru (in-serviice training). Dijelaskan oleh Allen dan Ryan “ Microteachig is a training concept that can be applied at various pre-service and in-service stage in the professional development of teather” (1969). Dari penjelasan diatas yang dikemukakan oleh Allen dan Ryan memiliki makna yaitu suatu konsep, pembelajaran mikro adalah merupakan proses untuk melatih bagi mahasiswa calon guru maupun untuk melatih, membina dan meningkatkan kemapuan mengajar bagi mereka yang telah menjadi guru. Kehadiran pembelajaran mikro (microteaching) dalam program kurikulum pendidikan keguruan sudah cukup lama, yaitu sekitar tahun 1963. Walaupun sudah cukup lama, kehadiran pembelajaran mikro dapat dikatakan sebagai sebuah inovasi dalam upaya mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan (kompetensi) guru dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Ketika menempuh PPL setiap mahasiswa secara langsung mengajar dikelas yang sebenarnya melaksanakan tugas-tugas pembelajaran secara utuh (real teaching on the real class room teahing). Mereka (calon guru) langsung tampil di dalam kelas melakukan proses pembelajaran, berhadapan dengan siswa yang berjumlah rata-rata antara 30-35 orang siswa, menyampaikan materi pembelajaran secara utuh dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang mereka kuasai. Dari hasil pemantauan ternyata pendekatan yang dilakukan seperti itu kurang memberikan kontribusi yang cukup baik bagi penyiapan, pembinaan maupun peningkatan kemampuan guru secara professional. Kekurangan tersebut terutama dilihat dari sisi penampilan (performance) berkenaan dengan keterampilan-keterampilan dasar menagjar (teaching skills) yang harus dikuasainya. Mengingat kompleknya tugas yang harus dihadapi oleh seorang guru, maka bagaimana agar sebelum tampil di kelas yang sebenarnya (real class room teaching), setiap mahasiswa calon guru secara terkontrol menempuh pembelajaran untuk melatih bagian demi bagian dari setiap keterampilan dasar mengajar (basic skills) yang harus dikuasainya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal dan rofesional untuk tampil di depan kelas yang sebenarnya melaksanakan pembelajaran. Micro teaching sebagai suatu pendekatan pembelajaran, pada awalnya mulai dirintis di Amerika Serikat, yaitu di Stanford University sekitar tahun 1963, menurut Allen dan Ryan “The idea was developed at Stanford University in 1963”. Melihat keberhasilan yang dicapai dalam meningkatkan mutu guru, terutama terkait dengan kemampuan dan keterampilan mengajarnya (teaching skills), maka dalam waktu relative singkat pembelajaran mikro berkembang dan digunakan di negara-negara lain di luar Amerika Serikat. 2. Pengertian Pembelajaran Mikro Pembelajaran mikro dalam program kurikulum pendidikan keguruan dapat diartikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang mempersiapkan dan meningkatkan kompetensi calon guru melalui program latihan pembelajaran yang disederhanakan. Beberapa pengertian yang berkaitan dengan pembelajaran mikro (micro teaching) menurut para ahli dalam Cucun Sunaengsih, 2018:6 adalah: a. Mc. Knight (dalam Hasibuan dan Moedjiono, 2012:44) menyebutkan bahwa, “Pembelajaran mikro dirumuskan sebagai pengajaran dalam skala kecil atau mikro yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan baru dan memperbaiki keterampilan yang lama”. b. Mc. Laughlin & Moulton dalam Hasibuan dan Moedjiono, 2012:44 menyebutkan bahwa, “Pembelajaran mikro adalah metode latihan penampilan yang dirancang secara jelas dengan jalan mengisolasi bagian-bagian komponen dari proses mengajar, sehingga guru (calon guru) dapat menguasai setiap komponen satu persatu dalam situasi mengajar yang disederhanakan”. c. A. Perlberg (dalam Sukirman dan Kasmad, 2006, hlm:23). Pembelajaran mikro pada dasarnya adalah sebuah laboratorium untuk lebih menyederhanakan proses latihan kegiatan belajar mengajar (pembelajaran). d. Sugeng Paranto, dkk. (dalam Sukirman dan Kasmad, 2006:23). Pembelajaran mikro (micro teaching) merupakan salah satu cara latihan praktik mengajar yang dilakukan dalam proses belajar mengajar yang di”mikro”kan untuk membentuk dan mengembangkan keterampilan mengajar. Dari ketiga pengertian Pembelajaran Mikro diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Mikro Teaching pada intinya merupakan suatu pendekatan atau cara untuk melatih calon guru dan guru dalam rangka mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan (kompetensi) penampilan mengajarnya. 2. Sesuai dengan namanya “micro teaching”, maka proses pelatihan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran mikro pada dasarnya dapat dilakukan untuk seluruh aspek pembelajaran. 3. Pada saaat peserta berlatih dalam pendekatan pembelajaran mikro, untuk mencermati penampilannya tersebut dilakukan pengamatan atau observasi oleh supervisor atau oleh yang telah berpengalaman. Terhadap setiap penampilannya dialkukan pencatatan, direkam dan kemudian dilakukan diskusi untuk mengkaji kelebihan dan kekurangan serta menyampaikan saran dan solusi pemecahan untuk memperbaiki terhadap kekurangan yang masih ada. Pembelajaran mikro dilakukan dalam bentuk yang sebenarnya, yaitu dengan menggunakan siswa sebenarnya sebagai murid, dan dapat juga dilakukan dalam bentuk simulasi, yaitu dengan menggunakan teman sendiri sebagai murid (peer-teaching). Pembelajaran mikro (micro teaching) merupakan salah satu pendekatan atau pelatihan yang dilakukan untuk melatih, membentuk atau mengembangkan keterampilan mengajar calon guru atau para guru yang dilakukan secara mikro atau disederhanakan. Maksud disederhanakan dsini mengenai komponen pembelajaran seperti dari segi waktu, materi, jumlah siswa, jenis keterampilan dasar mengajar yang dilatihkan, penggunaan model, pendekatan, strategi, metode, teknik, dan media pembelajaran. Saat pembelajaran mikro dilaksanakan, biasanya setiap calon guru yang berlatih setiap jenis keterampilan mengajar akan diobservasi atau dianalisis oleh supervisor. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui apa saja kekurangan serta kelebihan dari calon guru yang sedang berlatih sehingga hal tersebut dapat menguji sejauh mana peserta menguasai keterampilan mengajarnya. Hal ini dilakukan terus menerus dn bertahap sampai akhirnya diperoleh kemahiran.
3. Tujuan Pembelajaran Mikro
Guru memiliki peranan yang penting dalam proses belajar mengajar. Dimana setiap guru dituntut untuk mengajar sesaui dengan prosedur yang telah ditentukan supaya menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas. Secara khusus pada pasal 10 ayat 1 UU No. 14 tahun 2005 mengamanatkan sejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh stiap guru, yaitu: 1) Kompetensi pedagogik, 2) Kompetensi kepribadina, 3) Kompetensi social, 4) Kompetensi professional. Keempat jenis kompetensi tersebut merupakan persyaratan mutlak yang harus dimiliki dan harus diperoleh melalui pendidikan profesi. Padahal untuk mencapai kal terebut tidak semudah yang dibayangkan, karena terdapat beberapa kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai serta diperlukannya latihan yang dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan mengajar calon dan para guru. Dalam hal ini pembelajaran mikro dapat dijadikan wadah untuk para dan calon guru dalam mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan mengajar di situasi yang sebenarnya. Menurut Sukurman dan Kasmad (2006; 17), tujuan pembelajaran mikro sebagai suatu pendekatan pembelajaran antara lain adalah sebagai berikut: a) Untuk melatih, membina, dan memfasilitasi peningkatan kemampuan calon dan para guru dalam hal keterampilan mengajar (teaching skills). b) Untuk mempersiapkan, melatih dan memfasilitasi calon dan para guru agar memiliki kesiapan professional untuk menghadapi tugas pembelajaran dalam skala yang lebih luas dan kompleks. c) Untuk melatih penampilan dan keterampilan mengajar yang dilakukan secara bagian demi bagian sehingga diperoleh kemampuan yang maksimal dan professional sebagai dasar untuk menguasai tugas pembelajaran yang lebih luas dan rumit. d) Untuk memberi kesempatan kepada calon maupun para guru mengoreksi dan menilai kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. e) Untuk memberi kesempatan kepada setiap yang berlatih (calon guru dan para guru) berusaha meningkatkan dan memperbaiki terhadap kelebihan dan kekurangannya, sehingga akhirnya diperoleh kemampuan yang lebih maksimal dan professional. Dalam Sunaengsih dan Tatang (2018; 8-9) menurut Dwight Allen dikutip dari Hasibuan dan Moedjiono, tujuan pembelajaran mikro adalah: a) Bagi mahasiswa calon guru: 1) Memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah. 2) Calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajar sebelum mereka terjun ke kelas yang sebenarnya. 3) Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk mendapatkan bermacam-macam keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana keterampilan itu diterapkan. b) Bagi guru: 1) Memberikan penyegaran dalam program pendidikan. 2) Guru medapatkan pengalaman mengajar yang bersifat individual demi perkembangan profesinya. 3) Mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap pembaharuan yang berlangsung di pranata pendidikan. 4. Manfaat pembelajaran Mikro Pembelajaran mikro merupakan salah satu bentuk inovasi model pembelajaran untuk mempersiapkan dan meningkatkan mutu guru, terutama berkaitan dengan keterampilan mengajarnya. Pembelajaran mikro yang dipandang sebagai salah satu bentuk inovasi atau pembaharuan untuk mempersiapkan, membina dan meningkatkan mutu guru, tentu saja twrdapat unsur - unsur baru dibandingkan dengan pendekatan yang dilakukan sebelum munculnya pembelajaran mikro. Dari hasil pengamatan dan penelitian yang dilakukan, ternyata model pendekatan pembelajaran mikro ini cukup efektif dalam mempersiapkan, membina, dan melatih meningkatkan mutu guru, terutama dalam hal penampilan dan keterampilan mengajarnya (Brown, 1975). Oleh karena itu kehadiran pendekatan pembelajaran mikro menurut Joyce (1975) adalah sebagai upaya merespon terhadap kekurangan dan rasa prustasi yang dikembangkan pendidikan guru sebelumnya. Dilihat dari hakikat pembelajaran mikro seperti telah diuraikan sebelumnya, maka manfaat dari pembelajaran mikro secara langsung maupun tidak langsung terutama akan dirasakan oleh tiga pihak, yaitu: 1) calon guru, 2 ) para guru, 3) supervisor. 1. Manfaat bagi mahasiswa calon guru a. Setiap mahasiswa calon guru dapat melatih bagian demi bagian dari setiap keterampilan mengajar yang harus dikuasainya secara lebih terkendali dan terkontrol. b. Setiap mahasiswa calon guru dapat mengetahui tingkat kelebihan maupun kekurangannya dari setiap jenis keterampilan mengajar yang harus dikuasainya. c. Setiap mahasiswa calon guru dapat menerima informasi yang lengkap, objektif dan akurat dari proses latihan yang telah dilakukannya melewati pihak observer d. Setiap mahasiswa calon guru dapat melakukan proses latihan ulang untuk memperbaiki terhadap kekurangan maupun untuk lebih meningkatkan kemampuan yang telah dimilikinya. 2. Manfaat bagi para guru a. Para guru baik secara mandiri maupun bersama-sama dapat berlatih untuk lebih meningkatkan kemampuan mengajar yang telah dimilikinya. b. Mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya terkait dengan keterampilan mengajar yang harus dikuasainya c. Dapat menjadi ajang untuk melakukan proses uji coba terhadap hal-hal yang baru, seperti dalam penerapan metode, media, materi baru, atau jenis-jenis keterampilan mengajar lainnya sebelum diterapkan dalam proses pembelajaran yang sebenarnya. 3. Manfaat bagi supervisor a. Dapat memperoleh data yang objektif dan komperehensif tingkat kemampuan para calon guru maupun para guru dalam hal kemampuan tugas pokok mengajar yang harus dikuasainya. b. Dapat memberikan masukan dan saran yang didasarkan atas data yang telah diperoleh dari hasil mengamati setiap peserta yang berlatih melalui pendekatan pembelajaran mikro. c. Dapat dijadikan bahan masukan untuk membuat kebijakan yang lebih tepat bagi pengembangan karir setiap mahasiswa maupun para guru yang telah menjadi binaannya. d. Dapat dijadikan masukan untuk membuat kebijakan dalam melakukan proses pembinaan terhadap upaya untuk meningkatkan kualitas penampilan guru B. Rangkuman Jadi Pembelajaran mikro dapat diartikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang mempersiapkan dan meningkatkan kompetensi calon guru melalui program latihan pembelajaran yang disederhanakan yang memiliki tujuan untuk melatih, membina, dan memfasilitasi peningkatan kemampuan calon dan para guru dalam hal keterampilan mengajar (teaching skills). Untuk mempersiapkan, melatih dan memfasilitasi calon dan para guru agar memiliki kesiapan professional untuk menghadapi tugas pembelajaran dalam skala yang lebih luas dan kompleks. Untuk melatih penampilan dan keterampilan mengajar yang dilakukan secara bagian demi bagian sehingga diperoleh kemampuan yang maksimal dan professional sebagai dasar untuk menguasai tugas pembelajaran yang lebih luas dan rumit. Untuk memberi kesempatan kepada calon maupun para guru mengoreksi dan menilai kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Untuk memberi kesempatan kepada setiap yang berlatih (calon guru dan para guru) berusaha meningkatkan dan memperbaiki terhadap kelebihan dan kekurangannya, sehingga akhirnya diperoleh kemampuan yang lebih maksimal dan professional. Ada manfaat dari pembelajaran mikro untuk mengatahui tingkat kelebihan seorang guru mengajar dan berguna untuk mengembangkan kemampuan guru.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional