Anda di halaman 1dari 89

Pendahuluan

1. Deskripsi Mata Kuliah


Microteaching merupakan salah satu mata kuliah praktik yang harus
diprogramkan oleh mahasiswa fakultas keguruan seperti FKIP, FPBS dan PGSD di
seluruh universitas di Indonesia. Mata kuliah Microteaching merupakan salah satu syarat
akhir bagi mahasiswa program Sarjana (S1) keguruan. Microteaching adalah salah satu
upaya untuk melatih calon guru dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan yang
mereka butuhkan untuk menjadi guru profesional. Guru yang berkualitas dan profesional
di bidangnya diperoleh tidak hanya melalui pembelajaran teori di kelas, tetapi juga
melalui praktik mengajar langsung, baik di kelas supervisi maupun mandiri. Tujuan
microteaching adalah untuk meningkatkan kompetensi dan membekali mahasiswa
dengan pengetahuan dan keterampilan pedagogik sebelum praktik mengajar di kelas
nyata (Real Teaching) sebagai bagian dari Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP).
Oleh karena itu, sebagai calon guru, peserta didik harus memiliki 4 (empat)
kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional menurut Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Guru, yaitu. H.1) kompetensi
pedagogik; 2) kualifikasi profesional; 3) keterampilan sosial dan 4) keterampilan
kepribadian. Hal ini juga sejalan dengan amanat Undang-Undang Guru dan Dosen No 14
Tahun 2005 yang mensyaratkan seorang guru harus berkualitas secara akademik,
berkualitas, cakap melatih, sehat jasmani dan rohani serta mampu mencapai tujuan
nasional. Calon guru harus memiliki keterampilan yang memadai untuk menguasai
kompetensi di atas, termasuk meningkatkan keterampilan mengajar baik secara teori
maupun praktik. Dalam praktiknya, keterampilan mengajar melalui kegiatan micro
teaching dapat dicapai melalui peer teaching. (Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia,
2005)
Mahasiswa yang mengambil mata kuliah Microteaching memiliki kesempatan
yang sangat berharga untuk mempraktekkan berbagai pengetahuan dan keterampilan
mengajar yang dibutuhkan sebelum mengikuti mata kuliah Pengenalan Lapangan
Persekolahan (PLP) pada semester berikutnya. Mengingat pentingnya peran guru dalam
proses pembelajaran, keberadaan microteaching sangat penting untuk mempersiapkan
siswa menjadi guru profesional masa depan. Mata kuliah microteaching tidak hanya
wajib, tetapi juga salah satu prasyarat untuk menyelesaikan gelar sarjana keguruan (S1).
2. Capaian Pembelajaran Micro Teaching
Dalam menjalani mata kuliah ini, mahasiswa memiliki capaian pembelajaran yang harus
dicapai sebagai berikut:
1. Merencanakan serta merancang proses pembelajaran matematika SMP dan SMA
melalui kegiatan menyusun perangkat pembelajaran (silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran, dan intrumen evaluasi)
2. Menerapkan kemampuan profesional, pedagogis, dan kepribadian dalam penyusunan
perangkat pembelajaran
3. Menjalankan proses pembelajaran dalam suasana peer teaching berdasarkan
perencanaan yang telah disusun Melakukan proses evaluasi pembelajaran
4. Mampu menganalisa proses pembelajaran dan memberikan input konstruktif guna
pembenahan praktek pembelajaran
5. Mampu menerapkan metode dan strategi merngajar yang tepat dikelas.
3. Tujuan Mata Kuliah Micro Teaching
Tujuan dari mata kuliah Micro Teaching adalah membekali mahasiswa dengan
keterampilan dasar dalam proses belajar mengajar. Mata kuliah ini juga dapat
mempersiapkan mahasiswa sebagai calon guru untuk melakukan praktik mengajar di
sekolah. Simulasi yang dilakukan dalam mata kuliah ini juga dapat menjadi salah satu
pengalaman di lapangan bagi mahasiswa sebagai calon guru.

Menurut Hasibuan, Ibrahim dan Toemial Doringin, 2019), tujuan yang diharapkan dari
pembelajaran micro teaching antara lain adalah sebagai berikut:
1. Membantu mahasiswa sebagai calon guru untuk mempelajari keterampilan tertentu
agar tidak mengalami kesulitan dalam praktiknya.
2. Secara bertahap dapat meningkatkan tingkat kompetensi mengajar calon guru dan
penguasaan keterampilan yang pada akhirnya dapat diintegrasikan ke dalam
pengajaran yang sebenarnya.
3. Dalam pelatihan profesi untuk guru atau dosen, diharapkan mereka yang terlibat
mengenali kekurangan mereka sendiri dalam mengajar dan berusaha
memperbaikinya.
4. Memberikan kesempatan dalam latihan pembelajaran mikro bagi calon guru untuk
menguasai keterampilan mengajar (spesifik) sedemikian rupa sehingga konsisten,
kompeten dan kompeten dalam kegiatan mengajar (belajar-mengajar).
5. Mendukung upaya peningkatan keterampilan, kemampuan dan efisiensi kinerja calon
guru atau guru dalam proses belajar mengajar.
4. Manfaat Micro Teaching
Tujuan dari pembelajaran Microteaching adalah untuk memberikan pengetahuan dan
keterampilan mengajar yang penting bagi guru masa depan. Metode ini memberikan
pengalaman mengajar yang nyata kepada calon pendidik serta melatih beberapa
keterampilan mengajar dasar secara terpisah. Dengan menggunakan Microteaching, guru
calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajar dasar mereka sebelum mereka
memulai tugas mereka sebagai pengajar. Metode ini memberikan kesempatan kepada
calon guru untuk memperoleh berbagai keterampilan dasar mengajar dan memahami
kapan dan bagaimana hal tersebut dapat diterapkan dalam program pembelajaran. Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan kompetensi siswa pada akhir semester dalam hal
pengetahuan, keterampilan, dan nilai inti. Selain itu, Microteaching juga memberikan
pengalaman dalam menghadapi pembelajaran dan siap melaksanakan praktik pedagogik
di sekolah, lembaga, atau asosiasi. Dengan menggunakan metode ini, calon guru dapat
mengembangkan sikap yang tercermin dalam berpikir dan bertindak sebagai pengajar
yang siap menghadapi tantangan dalam proses pembelajaran.
Manfaat pembelajaran mikro yang dilatihkan secara intensif akan memberikan manfaat
bagi mahasiswa, seperti berikut ini:
(1) mahasiswa menjadi lebih sensitif terhadap fenomena yang terjadi di selama proses
belajar-mengajar terjadi,
(2) mahasiswa menjadi lebih siap untuk melaksanakan praktik pembelajaran di sekolah,
(3) mahasiswa dapat melakukan intropeksi diri atas kompetensinya dalam mengajar, dan
(4) mahasiswa menjadi lebih mengerti dan memahami kompetensi guru sehingga mereka
dapat berpenampilan sebagai guru. (Pd & Belakang, 2005)
Landasan Teori
1. Teori Micro Teaching/Pembelajaran Mikro
a. definisi
Micro teaching atau pembelajaran mikro merupakan salah satu cara sederhana
untuk melatih keterampilan dasar mengajar guru, seperti waktu, materi, dan jumlah
siswa. Biasanya, mahasiswa sebagai calon guru bergantian mempraktekkan
keterampilan mengajar, melakukan kegiatan pembelajaran, dan membahas masalah
yang muncul. Tujuan dari pembelajaran mikro adalah meningkatkan keterampilan
mengajar calon guru dan mengembangkan pengalaman profesional guru terutama
dalam mengajar, dengan menyederhanakan aspek pembelajaran seperti jumlah siswa,
waktu, dan fokus pada bahan ajar. Metode ini dirancang untuk membantu guru
memahami kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri guru selama proses
pembelajaran.
Menurut regulasi Permenristekdikti No. 56 Tahun 2022 tentang Persyaratan
Pendidikan Guru, micro teaching ialah metode belajar dasar yang memanfaatkan
informasi latar belakang, siswa, keterampilan, bahan ajar, dan sesi singkat. Micro-
teaching ialah model pengajaran berupa pembelajaran dengan tutor sebaya yang
dilakukan dalam skala kecil dan dilaksanakan di laboratorium micro-teaching. Tujuan
dari aktivitas ini ialah untuk meningkatkan keterampilan mengajar dan meningkatkan
rasa percaya diri calon guru sehingga dapat melaksanakan kegiatan kelas nyata (real
class) di sekolah mitra tempat dilaksanakan kegiatan pengenalan lingkungan
persekolahan (PLP). (V.A.R.Barao et al., 2022)
Microteaching melibatkan peningkatan kinerja calon pendidik dalam mengajar
melalui latihan interaktif atau keterampilan praktis. Calon pendidik harus memiliki
pemahaman yang baik tentang materi pelajaran dan mampu memantau proses
pembelajaran. Kemampuan ini dapat ditingkatkan melalui latihan yang berkelanjutan
atau melalui praktik dengan rekan sejawat, serta melalui pengaturan kelas yang
disederhanakan. Microteaching merupakan latihan awal di kelas di mana
keterampilan tertentu dipilih untuk dilatihkan dengan pengawasan dosen pengampu
mata kuliah selaku pembimbing. Setelah keterampilan mengajar secara menyeluruh
dikuasai, langkah selanjutnya yaitu dengan menguasai keterampilan mengajar
terpadu, yaitu mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan mengajar yang sebenarnya
di sekolah mitra.
b. Fungsi dan Tujuan
1. Fungsi
Secara umum, micro teaching memiliki fungsi sebagai pemberi pengalaman
bagi calon guru dalam mengajar serta dapat juga sebagai pengasah
keterampilan yang dimiliki sehingga didapatkan umpan balik untuk perbaikan
kedepannya. Karena dengan melaksanakan micro teaching calon guru dapat
mengetahui informasi mengenai kelebihan dan kekurangan yang dimiliki
ketika proses mengajar berjalan. Sehingga apabila ada kelebihan dapat
dipertahan sedangkan jika terdapat kekurangan dapat di jadikan evaluasi diri
untuk perbaikan. Berikut ini fungsi-fungsi dari micro teaching:

1.Fungsi instruksional

Fasilitas yang memadai tersedia di Laboratorium micro teaching. Pelatihan


efektif untuk calon guru/pelatih Meningkatkan dan melatih keterampilan
Praktek yang menjadi bagian penting dari pembelajaran Penelitian teoritis
tentang penerapan metode, teknik pengajaran dan pelatihan guru.

2.Fungsi Pembinaan

Perlengkapan diberikan oleh fasilitas pembelajaran mikro Membangun atau


meningkatkan keahlian keahlian teknis spesifik pembelajaran yang produktif
bagi karyawan pelatihan.

3.fungsi Diagnostik

Fasilitas microteaching di laboratorium memberikan lokasi dan situasi yang


ideal untuk membimbing calon guru/guru. Namun, terdapat kendala dalam
menerapkan keterampilan belajar tertentu dalam proses mengajar.

4.Fungsi Integralistik

Micro-teaching memiliki peran yang signifikan pengenalan lingkungan


persekolahan (PLP) dan merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diambil
sebagai persyaratan PLP dan harus dinyatakan lulus.

5.Fungsi Supervisi

Laboratorium microteaching juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan


kemampuan mengajar, dan sebagainya. Sementara itu, dia memiliki
keuntungan dalam memberikan saran profesional kepada guru-guru sekolah.

6.Fungsi Eksperimental

Adanya ruang laboratorium micro teaching sebagai contohnya Materi evaluasi


bagi para ahli di bidang pendidikan, seperti dosen atau pakar. Penelitiannya
menemukan pola atau metode baru pembelajaran sebelum diterapkan di
lapangan. Pengembangan kemudian diuji terlebih dahulu di laboratorium.

Adapun fungsi micro teaching yang di kutip dari buku Micro Teaching dalam
Pendidikan Jasmani olahraga dan kesehatan sebagai berikut:
1. Calon guru diberikan umpan balik terkait kinerjanya sementara masih
dalam proses belajar. Umpan balik ini berupa evaluasi kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dapat ditingkatkan sedangkan kekurangan dapat
diperbaiki. Siswa dapat mempelajari keterampilan belajar dasar.

2. Memberikan kesempatan kepada calon guru untuk memperlihatkan


kemampuannya. Hal ini dapat diamati oleh calon siswa yang sedang dilatih
menjadi guru. Pembelajaran dalam microteaching berfokus pada tindakan.
Biasanya dilakukan dalam lingkungan microteaching. Aktivitas (penampilan,
aktivitas) adalah sesuatu yang dapat dibagikan dengan orang lain. Kesan
pertama tentang sesuatu dapat dipengaruhi oleh aspek fisik (penampilan).
Selain itu melalui latihan berulang-ulang di kelas Calon guru diharapkan dapat
memperlihatkan perilaku yang baik dalam skala kecil.

2. Tujuan
Tujuan dari Microteaching adalah untuk memberikan pelatihan dan membekali
dasar mengajar kepada calon guru. Bagi para calon pendidik, metode ini
memberikan pengalaman pengajaran yang sebenarnya dan melatih beberapa
keterampilan mengajar dasar secara terpisah. Di masa depan, guru dapat
meningkatkan keterampilan dasar mengajar mereka sebelum memulai peran
sebagai seorang guru. Ini memberikan kesempatan bagi calon guru untuk
memperoleh berbagai keterampilan mengajar yang penting dan memahami kapan
dan bagaimana menerapkannya dalam program pembelajaran. Secara
keseluruhan, tujuan dari micro teaching adalah untuk meningkatkan kemampuan
belajar dan keterampilan profesional calon guru dalam beberapa keterampilan
tertentu. Dengan micro teaching, calon guru dapat berlatih keterampilan
pengajaran yang berbeda dalam situasi yang terkendali untuk meningkatkan
keterampilan mereka.
Secara khusus, mahasiswa calon guru diharapkan dapat:
3. Menganalisis perilaku pengajaran mereka sendiri dan rekan mereka.
4. Menerapkan keterampilan spesifik di dalam kelas.
5. Menerapkan berbagai teknik pengajaran dengan benar dan tepat.
6. Menciptakan situasi pembelajaran yang efektif, produktif, dan efisien.
7. Berperan secara profesional sebagai pengajar.
Menurut para ahli, tujuan micro teaching juga mencakup hal-hal berikut:
1. Meningkatkan kesadaran diri atas nilai keterampilan pengogis dan
komponennya, sehingga dapat melakukan perbaikan diri dengan cepat
2. Membangun rasa percaya diri dan terbuka terhadap kritik dari orang lain.
3. Mengembangkan sikap yang lebih kritis.
4. Mengidentifikasi kelemahan dan kesalahan dalam aspek pengajaran dan
mengenali aspek yang baik.
2. Tahapan Micro Teaching
Secara umum tahapan micro teaching terdiri dari 5 tahap, yaitu 1) tahap pengenalan;
2) tahap penyajian model dan diskusi; 3) tahap perencanaan atau persiapan mengajar;
4) tahap praktik mengajar; 5) tahap diskusi umpan balik.
a. Tahap pengenalan
Pada tahap ini dapat disebut juga sebagai tahap memperoleh pengetahuan
bagi mahasiswa. Tahap ini memiliki tujuan bagi mahasiswa yaitu untuk
mendapatkan informasi seluas-luasnya mengenai mincro teaching. Serta
pengetahuan yang berisi tentang keterampilan serta komponen
pengajaran yang disampaikan oleh dosen. Mahasiswa juga harus
mengetahui hubungan dari micro teaching dengan praktek mengajar yang
akan dilaksanakan. Selain itu, mahasiswa juga dapat memperoleh
pengetahuan mengenai apa tujuan dari pembelajaran mikro teaching ini.
Unsur-unur keterampilan mengajar yang perlu dilatih dalam pelaksanaan
micro teaching pun harus diketahui oleh mahasiswa. Intinya di tahap
pengenalan ini mahasiswa diberikan serta disajikan informasi mengenai
micro teaching.
b. Tahap penyajian model dan diskusi
Pada tahap ini, mahasiswa sebagai calon guru diminta untuk berusaha
agar dapat menyajikan bentuk-bentuk model pembelajaran yang akan
dilaksanakan ketika praktik mengajar. Setelah mahasiswa mendapat
model-model pembelajaran tersebut, maka mahasiswa harus
mendiskusikan apa yang didapatkan itu dengan teman sebaya serta
berkonsultasi dengan dosen pengampu yang akan bertanggungjawab
pada pelaksanaan praktik micro teaching. Mahasiswa pun harus
mempelajari secara mendalam model-model pembelajaran tersebut, agar
ketika pelaksanaan micro teaching tidak terjadi hambatan yang berarti.
Selain itu, mahasiswa juga dapat mempraktekkannya secara mandiri
untuk memperdalamnya.
c. Tahap Perencanaan/Persiapan Pengajaran
Tahap ini dapat dijadikan sebagai tahap tindak lanjut dari tahap
sebelumnya, yaitu tahap penyajian model dan diskusi. Di tahap ini,
mahasiswa akan mempersiapkan perangkat ajar yang diperlukan ketika
pelaksanaan micro teaching dimulai dari perencanaan pembelajaran,
pemilihan metode pembelajaran, pemilihan model pembelajaran hingga
pada pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan. Dalam
merencanakan pembelajaran ini pun, calon guru harus memperhatikan 8
keterampilan dasar dalam mengajar. Dalam merencanakan pembelajaran
ini, mahasiswa harus berkonsultasi dengan dosen pengampu guna untuk
memeriksa dan memastikan bahwa perencanaan sudah terencana dengan
baik.
d. Tahap Praktik Mengajar
Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dan menjadi puncak dari
tahapan-tahapan micro teaching. Yang dilakukan pada tahap ini yaitu
calon guru melaksanakan pembelajaran sebagaimana yang sudah di susun
pada tahap sebelumnya. Dalam pelaksanaan praktik mengajar ini,
dilakukan dalam bentuk peer teaching yaitu salah satu cara pembelajaran
yang kooperatif dengan rasa saling menghargai dan mengerti, dengan
kata lain yaitu pembelajaran dengan sistem tutor sebaya. Tahap ini juga
dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk mengasah kemampuan diri
untuk berani dan percaya diri dalam menangani situasi yang terjadi
dikelas secara efektif.
e. Tahap diskusi umpan balik
Tahap ini merupakan tahap akhir dalam pelaksanaan micro teaching.
Diskusi umpan balik ini sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan micro
teaching dengan menjelaskan aspek yang perlu diperbaiki dan
dikembangkan oleh calon guru yang sudah tampil. Setelah sesi
pembelajaran selesai, umpan balik akan diberikan dengan segera.
Terkadang, pengamat perlu memberikan waktu istirahat kepada praktisi,
sementara praktisi harus terbuka terhadap saran yang diberikan. Umpan
balik haruslah akurat dan objektif, dengan menggunakan catatan
pengamatan, audio, dan video sebagai alat pendukung yang andal.
Umpan balik akan sangat bermanfaat ketika menargetkan perilaku yang
masih bisa diubah. Penyedia umpan balik harus memastikan bahwa
penerima umpan balik memahami informasi yang diberikan. Pemberian
umpan balik dilakukan dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan
mendorong penerima umpan balik untuk menganalisis perasaan,
keyakinan, dan perilaku mereka sendiri.

Adapun tahapan micro teaching yang dapat disajikan dengan bagan


sebagai berikut:
Pengenalan tentang
micro teaching

Penyajian model dan


diskusi

Perencanaan/persia
pan micro teaching

Praktik micro
teaching

Observasi

Diskusi umpan balik


3. 8 keterampilan mengajar
Mengajarkan berarti mengatur orkestra pembelajaran yang terdiri dari beragam potensi
dan kategori murid, sementara tugas guru adalah menyusun rencana yang tepat sehingga
pembelajaran dapat berjalan dengan nyaman. Bagian ini membahas tentang aspek dasar
yang harus dimiliki guru dalam mengajar, yakni keterampilan mengajar dasar. Delapan
keterampilan dasar mengajar meliputi keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan variasi, keterampilan
penguatan, keterampilan memimpin kelas, keterampilan untuk mengajar dalam
kelompok kecil dan individu, serta kemampuan untuk memimpin diskusi dalam
kelompok kecil.
a. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
1. Keterampilan membuka
Kemampuan untuk memulai pembelajaran adalah hal yang sangat penting
bagi keberhasilan seorang guru dalam melanjutkan pembelajaran. Pada saat
pembukaan, seorang guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang dinamis, membangkitkan minat siswa, memberikan perhatian dan
pengaruh positif sehingga siswa siap secara mental untuk mengikuti proses
pembelajaran. Membuka pelajaran adalah langkah awal dalam memulai
pembelajaran. Kegiatan pembukaan pelajaran adalah tindakan inisiasi proses
pembelajaran yang menciptakan suasana kesiapan mental, fisik, psikis, dan
emosional bagi siswa untuk fokus pada materi dan kegiatan pembelajaran
yang diajarkan. Pembukaan yang sukses dapat mempersiapkan tahapan
kegiatan berikutnya dengan lancar karena sudah memasuki tahap pra-
pembelajaran, yang melibatkan gambaran tentang tujuan yang ingin dicapai,
substansi yang akan dipelajari, dan proses yang akan dilaksanakan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan upaya untuk menarik perhatian siswa dan
memfokuskan pikiran mereka pada pembelajaran yang akan dihadapi.
Perhatian yang diberikan akan berdampak pada motivasi belajar siswa,
sehingga semakin besar perhatian yang diberikan, semakin besar pula
motivasi untuk berlatih dan belajar. Prinsip yang harus diperhatikan dalam
membuka pembelajaran yaitu bermakna, logis dan sistematis serta
bekesinambungan.
2. Keterampilan menutup
Umumnya, menutup pelajaran dapat diartikan sebagai akhir dari kegiatan
belajar. Ini dapat berarti meninggalkan satu mata pelajaran untuk beralih ke
yang lain, atau mengakhiri pembelajaran di hari itu. Selain arti tersebut,
penting untuk memahami bahwa akhir pembelajaran juga berfungsi untuk
memberikan pemahaman menyeluruh pada siswa tentang pembelajaran dan
hasil yang dicapai pada saat itu. Penyelesaian pembelajaran dapat diartikan
sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menyelesaikan
pembelajaran, dengan tujuan memberikan gambaran keseluruhan pada siswa
tentang apa yang telah dipelajarinya. Konsep penyelesaian pembelajaran
terdiri dari dua unsur penting, yaitu: (1) tanda berakhirnya pembelajaran;
kegiatan yang menunjukkan selesainya kegiatan pembelajaran pada satuan
atau program pembelajaran tertentu. (2) memberikan gambaran tentang hasil
yang dicapai; mengacu pada kalimat (1). Kegiatan penyelesaian pembelajaran
harus dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang hasil dari proses
pembelajaran yang telah diselesaikan.
b. Keterampilan Menjelaskan
Keahlian ini diperlukan supaya pendidik dapat menyajikan materi dengan jelas dan
membantu memahami konsep secara efektif. Komponen yang perlu dikuasai adalah
semangat, pernyataan awal tentang topik, dan penjelasan yang efisien. Penjelasan
merupakan salah satu keterampilan utama yang wajib dimiliki oleh seorang
pendidik. Pembelajaran berjalan dengan efektif ketika pendidik memiliki
keterampilan penjelasan yang baik. Penjelasan merupakan kegiatan kunci dalam
menciptakan pembelajaran. Keterampilan mengajar ini berkaitan erat dengan
kemampuan menyampaikan pemahaman kepada siswa. Memberikan penjelasan
dalam konteks pembelajaran tidak hanya berbicara, tetapi yang terutama adalah
membantu siswa belajar. Ini berarti bahwa fokusnya adalah pada siswa dan bukan
pada pendidik. Siswa belajar lebih baik dengan pengalaman langsung. Oleh karena
itu, ketika pendidik berusaha mengajar, pendidik harus terus-menerus berusaha
memahami pemikiran siswa agar dapat membantu mereka memahami mata
pelajaran yang diajarkan.
Maksud utama dari pemberian penjelasan dalam proses pembelajaran adalah
untuk memotivasi siswa agar tertarik meningkatkan kecerdasan mereka dalam
belajar, membantu siswa memahami tujuan dari apa yang sedang mereka pelajari,
dan mendorong siswa untuk mengembangkan pemahaman mereka sendiri tentang
cara melakukannya. Selain itu, penjelasan juga dapat digunakan dalam kelas untuk
memberikan pemahaman yang kompleks dan saling terkait mengenai topik seperti
teknologi, teknis, prosedural, konseptual, dan sosial kepada siswa. Memberikan
penjelasan memerlukan kemampuan guru untuk secara efektif menyampaikan
informasi kepada siswa. Selain itu, penjelasan dalam konteks pembelajaran
bertujuan untuk menjelaskan konsep-konsep prosedur, peristiwa, gagasan, dan
masalah sebagai upaya untuk membantu siswa memahami dan menggunakan
informasi secara fleksibel.
c. Keterampilan mengadakan variasi
Tidak dapat disangkal bahwa terkadang dalam proses belajar mengajar, baik siswa
maupun guru merasa bosan. Beberapa faktor dapat menyebabkan kebosanan, seperti
kondisi ruangan yang tidak nyaman (terlalu sempit, pengap, panas, berbau tidak
sedap, mungkin karena dekat dengan pasar, sungai, tempat pembuangan sampah,
dan sebagainya). Namun, kebosanan itu juga dapat disebabkan oleh faktor lain,
seperti kinerja guru yang tidak memperhatikan siswanya, materi pembelajaran yang
kurang menarik, atau kurangnya motivasi yang diberikan guru kepada siswa untuk
belajar. Untuk menghindari masalah ini, diperlukan situasi dan kondisi
pembelajaran yang berbeda. Jika guru dapat menyajikan proses pembelajaran yang
beragam, kemungkinan kebosanan akan berkurang. keberagaman kegiatan
pembelajaran dapat dibagi menjadi tiga kelompok atau komponen, yaitu perbedaan
cara guru mengajar, perbedaan penggunaan media dan alat pembelajaran, serta
perbedaan pola dan aktivitas interaksi siswa. Interaksi antara guru dan siswa dalam
proses pembelajaran sangat beragam. Oleh karena itu, guru dan siswa harus selalu
menunjukkan semangat belajar dan mengajar, tekad, dan partisipasi penuh.
d. Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya sama pentingnya bagi seorang guru, sebab pertanyaan ialah
kunci untuk meningkatkan kualitas serta makna pembelajaran. Bisakah Anda
membayangkan kalau selama proses belajar mengajar, instruktur hanya menjelaskan
bahan pelajaran secara informatif saja, tanpa adanya kegiatan tanya jawab atau tanya
jawab, padahal pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya dimaksudkan untuk menarik
perhatian siswa atau menggali kemampuan berpikir mereka? Oleh sebab itu,
pembelajaran akan terasa monoton, kurang menarik, dan kurang menantang karena
siswa tidak terlibat secara aktif. Karenanya, pengajar harus bisa melaksanakan
keterampilan bertanya dalam semua sesi pembelajaran untuk memudahkan
pembelajaran bermakna dan merangsang siswa untuk berpikir. Karena pentingnya
tanya jawab dalam proses belajar mengajar, maka guru harus memperoleh, melatih,
dan meningkatkan keterampilan bertanya. Dengan mengenali metode dan bentuk
pertanyaan yang bermutu, siswa akan terdorong untuk berpikir maju, mencari
informasi, dan bahkan melakukan pengujian untuk menemukan jawaban atau solusi.
Ketika siswa berhasil menemukan jawaban atau solusi atas pertanyaan atau masalah
yang bermutu, mereka akan merasa puas dan termotivasi untuk melanjutkan ke
pertanyaan atau solusi berikutnya.
e. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok
Berdiskusi dalam proses pembelajaran adalah bagian dari teknik pembelajaran.
Setiap teknik pembelajaran, termasuk diskusi, bertujuan untuk mengembangkan
proses pembelajaran yang efektif dan dinamis untuk mencapai tujuan pembelajaran
(keterampilan) yang diinginkan. Agar kegiatan diskusi dapat berjalan dengan lancar,
maka tindakan dalam melakukan diskusi tersebut harus diatur dengan baik.
Mengarahkan diskusi dalam pembelajaran adalah salah satu jenis keterampilan
mengajar yang harus dikuasai oleh guru, karena melalui diskusi siswa didorong
untuk belajar secara aktif, berpendapat, berinteraksi, saling menghormati,
membangun empati dan melatih sikap positif. Teknik diskusi secara otomatis
menghilangkan peran guru yang terlalu dominan dalam diskusi (berpusat pada
guru). Siswa dan guru sama-sama aktif melalui diskusi, dan pembelajaran siswa
yang aktif (berpusat pada siswa) juga dapat dipromosikan melalui diskusi.
f. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Tiap murid merupakan individu yang unik dengan ciri-ciri fisik, intelektual, dan
psikologis yang berbeda dari murid lainnya. Contohnya, dari segi fisik, ada yang
tinggi, sedang, dan pendek, gemuk dan kurus, dan menurut kecerdasan ada yang
sangat pintar, sedang, dan rata-rata. Terdapat banyak perbedaan dalam potensi,
minat, kemampuan, dan keterampilan yang dimiliki oleh setiap murid. Murid
dengan kecerdasan tinggi mampu memahami materi pelajaran dengan cepat,
sedangkan murid yang rata-rata atau rendah memerlukan waktu yang lebih lama
untuk memahami materi tersebut. Seharusnya, peran guru dalam mengarahkan
proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik murid sehingga setiap murid
mendapat perhatian optimal dari guru sesuai dengan kemampuannya. Banyak guru
hanya membimbing murid dengan kecerdasan tinggi dan kurang tertarik untuk
membimbing murid rata-rata dan kecerdasan mereka. Padahal, setiap murid berhak
mendapatkan bimbingan dari seorang guru. Karena murid-murid memiliki
perbedaan yang sangat beragam, kualitas seorang pengajar ditentukan oleh
kemampuannya untuk mengajar baik dalam kelompok kecil maupun individu.
Pembelajaran selalu bersifat individual, meskipun dalam bentuk tradisional, dan
harus memperhatikan kebutuhan pribadi setiap murid. Selain perbedaan tingkat
kecerdasan, setiap murid juga memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Oleh
karena itu, diperlukan pembelajaran dalam kelompok kecil dan individu. Seperti
yang diindikasikan oleh namanya, "kelompok dan individu", pengajar hanya akan
mengajar atau berinteraksi dengan murid dalam jumlah terbatas, berbeda dengan
jumlah rata-rata 28 hingga 32 murid dalam satu kelas. Dalam kelompok kecil dan
kelas satu lawan satu, pengajar hanya akan menangani 3-8 murid dalam kelompok
kecil dan satu atau dua individu.
g. Keterampilan Memberi Penguatan
Dalam proses pembelajaran, penguatan atau reinforcement memegang peran yang
amat penting dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Dengan
memberikan penguatan pada waktu yang tepat dan dengan jenis yang sesuai, maka
akan berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran. Saat siswa mengerjakan
tugas atau melakukan praktikum di laboratorium, maka guru dapat memberikan
penguatan dengan cara memberi pujian dan pengakuan atas kinerja mereka yang
baik, misalnya dengan mengatakan "Hebat! Kalian telah melaksanakannya dengan
benar dan laporan kalian sangat kreatif" atau "Wow... Kalian sungguh luar biasa"
sambil mengacungkan jempol. Dengan cara ini, siswa dapat mengevaluasi
kemampuan mereka dan memastikan bahwa apa yang mereka lakukan sudah benar
dan sesuai dengan ketentuan. Ini adalah salah satu manfaat dari pemberian
penguatan dalam proses pembelajaran. Sanjungan atau respons positif dari guru
terhadap siswa yang telah mencapai prestasi baik di bidang akademik maupun non-
akademik dapat meningkatkan kebanggaan siswa secara psikologis. Umpan balik
terhadap perilaku belajar siswa, baik melalui kata-kata maupun tindakan, seperti
beberapa petunjuk secara langsung atau tidak langsung, dapat membantu
meningkatkan proses dan hasil belajar, terutama pada pembelajaran dan penguatan.
Ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk belajar dengan percaya diri. Oleh
karena itu, guru harus berlatih dalam mengembangkan berbagai umpan balik dan
membiasakan untuk menggunakannya dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran
tidak hanya menyajikan materi yang dapat dipelajari oleh siswa, tetapi juga selalu
memuat nilai-nilai pedagogis untuk membentuk kepribadian yang baik, yang selalu
menghargai satu sama lain.
h. Keterampilan Mengelola Kelas
Manajemen kelas diartikan sebagai keterampilan guru dalam menciptakan dan
menjaga kondisi pembelajaran yang optimal serta dapat memulihkannya jika terjadi
gangguan dalam pembelajaran. Dilihat dari pendekatannya, manajemen kelas dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu (1) pendekatan otoritatif dan (2) pendekatan toleran.
Setiap jenis pendekatan memiliki ciri khas yang berbeda, sehingga pelaksanaan dan
pengembangan manajemen kelas mengikuti jenis manajemen kelas yang menjadi
acuan guru.
Pertama, dari sudut pandang otoritatif; di mana tugas guru adalah menciptakan dan
menjaga aturan pendidikan melalui disiplin yang ketat. Pendekatan otoritatif tidak
berarti guru dapat bertindak sewenang-wenang tanpa batasan atau aturan nilai
pedagogis yang jelas. Oleh karena itu, setiap tindakan guru harus mengikuti nilai-
nilai pendidikan yang mulia dan selalu berada dalam batas atau koridor
kemanusiaan.
Kedua, pendekatan toleran; yaitu guru atau sekolah memberi keleluasaan kepada
peserta didik melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan keinginan mereka, namun
berbeda dengan pendapat pertama. Dalam pandangan toleran, tugas guru adalah
menciptakan suasana peserta didik merasa aman dan nyaman selama proses belajar,
tanpa merasa takut atau tertekan. Pendekatan toleran dalam mengelola kelas tidak
berarti peserta didik bebas tanpa batasan. Ada aturan atau ketentuan, tetapi aturan
tersebut tidak membatasi peserta didik. Sehingga ketika peserta didik melakukan
proses pembelajaran, mereka tidak merasa ragu atau takut terkena sanksi atau
hukuman. Perbedaan antara pendekatan otoriter dan pendekatan toleran terletak
pada penerapan disiplin. Dalam metode otoriter, sekolah/guru menetapkan
persyaratan atau aturan yang harus dipatuhi dengan ketat. Oleh karena itu, ada
pengawasan atau kontrol yang ketat, yang seringkali mengarah pada penggunaan
sistem penghargaan dan hukuman. Dalam metode permisif, meskipun aturan yang
dikembangkan oleh sekolah/guru tidak terlalu mengikat siswa, namun pada
umumnya siswa diberi "kebebasan" untuk mengatur kegiatan sesuai dengan
keinginannya. Kedua metode tersebut memiliki kesamaan dalam penerapan nilai-
nilai pedagogik. Oleh karena itu, pendekatan otoriter tidak berarti kekuasaan adalah
segalanya, dan pendekatan permisif juga tidak berarti siswa bebas melakukan apa
saja yang mereka inginkan. Selain itu, penerapan otoriter dan permisif keduanya
bermanfaat untuk pembelajaran.
4. Model, strategi, Metode Pembelajaran, Sintaks, dan Langkah-Langkah Sesuai Teori
a. Model Pembelajaran
Agar siswa dapat belajar dengan optimal sesuai dengan gaya belajar mereka,
terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan. Namun, penting
bagi guru untuk diingat bahwa tidak ada satu model pembelajaran yang cocok
untuk setiap situasi dan kondisi. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran
yang tepat harus mempertimbangkan kondisi siswa, materi yang diajarkan,
fasilitas-media yang tersedia, dan keadaan guru itu sendiri. Di bawah ini disajikan
beberapa model pembelajaran yang dapat dipilih dan dijadikan alternatif yang
cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi.
1. Kooperatif (Cooperative Learning)
pembelajaran koopeatif sejalan dengan sifat manusia sebagai makhluk sosial
yang bergantung pada orang lain, memiliki tujuan dan tanggung jawab
bersama, pembagian tugas dan nasib bersama. Dalam konteks ini, siswa
didorong untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung
jawab selama bekerja dalam kelompok. Melalui kerja sama, siswa juga
diajarkan untuk saling membantu dan mempraktikkan interaksi, komunikasi,
dan sosialisasi, yang merupakan miniatur kehidupan bermasyarakat. Selain
itu, pembelajaran kooperatif juga membantu siswa untuk menyadari
kelemahan dan kelebihan masing-masing. Oleh karena itu, cara belajar yang
diterapkan adalah melalui model pembelajaran kooperatif di mana kelompok
bekerja sama untuk saling membantu dalam mengembangkan konsep,
memecahkan masalah, atau melakukan investigasi. Menurut teori dan
pengalaman, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang yang memiliki
karakteristik yang heterogen seperti keterampilan dan jenis kelamin. Kontrol,
fasilitasi, dan pertanyaan adalah tanggung jawab kelompok dalam
menghasilkan laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran kolaboratif
meliputi pengetahuan, orientasi strategi, pendidikan kelompok heterogen,
kerja kelompok, presentasi, dan pelaporan hasil kelompok.
a. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
1. Mengatakan tujuan dan memberikan motivasi kepada siswa
2. Menyampaikan informasi
3. Mengatur siswa agar menjadi kelompok kooperatif
4. Mengarahkan kelompok kooperatif
5. Melakukan evaluasi sebagai penilaian hasil kerja dan belajar
6. Memberikan apresiasi kepada siswa (Cakrawala et al., 2016)
b. Beberapa variasi dalam model pembelajaran Kooperatif
1. Student Teams Achievement Division (STAD).
2. Teams Games Tournaments (TGT).
3. Jigsaw.
4. Think Pair Share(TPS) dengan sitaks berpikir, berpasangan dan
berbagi.
5. Numbered Head Together (NTH) dengan sintaks memberikan
nomor, pengajuan pertanyaan, berfikir bersama-sama dan
memberikan jawaban. (Nasional et al., 2006)
2. Pembelajaran Berbasis Masalah / Problem Based Learning
Untuk meningkatkan mutu pembelajaran, para ahli merekomendasikan
penggunaan paradigma pembelajaran konstruktivistik dalam proses belajar-
mengajar. Perubahan paradigma tersebut mengakibatkan perubahan fokus
pembelajaran dari guru menjadi siswa. Pembelajaran menjadi lebih harmonis
antara guru dan siswa dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada
siswa untuk berperan aktif dan mengonstruksi konsep-konsep yang dipelajari.
Pembelajaran yang berfokus pada siswa bertujuan agar siswa memiliki
motivasi tinggi dan mampu belajar mandiri serta bertanggung jawab dalam
memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
sikap. Salah satu pembelajaran yang berfokus pada siswa adalah pembelajaran
berbasis masalah.(Fenn-Berrabaß, 2001). Metode Problem-Based Learning
(PBL), yang dimulai dengan mengajukan masalah sebagai awal dari
pembelajaran. Selama proses pembelajaran, siswa diminta untuk
mengumpulkan dan mengintegrasikan informasi baru untuk mencoba
menyelesaikan masalah tersebut. Melalui tugas ini, siswa akan memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Maksud pembelajaran berfokus pada permasalahan adalah untuk
memperluas dan mempraktikkan kemampuan penting untuk mengatasi
masalah agar dapat belajar secara mandiri atau bersama kelompok serta
memperoleh pengetahuan yang luas. Tugas dosen adalah memberikan
motivasi agar potensi dan ketrampilan siswa dapat dioptimalkan.
Adapun sintaks dalam pembelajaran berbasis masalah yaitu sebagai
berikut:
1. Orientasi masalah pada peserta didik. Pada fase ini guru memberikan
penjelasan mengenai tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan,
menyampaikan persiapan yang dibutuhkan selama proses
pembelajaran serta memberikan kata-kata motivasi pada siswa agar
terlibat aktif dalam kegiatan penyelesaian masalah.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar. Di fase ini guru diharapkan
dapat membantu siswa dalam mendefinisikan masalah yang ada serta
mengatur siswa dalam melakukan tugasnya yang berkaitan dengan
masalah yang diberikan.
3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok. Ketika
melaksanakan fase ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi atau data yang tepat serta melaksanakan percobaan untuk
memperoleh penjelasan dan penyelesaian dari masalah tersebut.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja. Di fase ini pula guru
bertugas untuk membantu siswa dalam merancang dan menyusun
projek yang tepat seperti laporan dan membimbing siswa dengan
berbagai tugas bersama teman kelompoknya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses. Di fase terakhir dalam
pembelajaran ini, guru dapat membantu siswa untuk melakukan
penilaian terhadap pencarian penyelesaian masalah yang di lakukan
serta proses pembelajaran yang dilaksanakan.
3. Discovery Learning
Model pembelajaran Discovery adalah suatu teori belajar yang diartikan
sebagai proses pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak diberikan
pelajaran dalam bentuk akhir, namun diharapkan untuk mengatur
sendiri(Durajad dalam Ana, 2018). Dapat di ambil kesimpulan bahwa Metode
pembelajaran penemuan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dan
memberikan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan dalam memecahkan masalah. Dalam metode ini, guru bertindak
sebagai fasilitator dan siswa menjadi subjek aktif dalam pembelajaran.
Dengan menerapkan model pembelajaran ini, siswa dapat meningkatkan
keterampilan individu mereka dan mencapai kondisi pesanan yang lebih baik.
Pada awalnya, pembelajaran mungkin lebih pasif, tetapi dengan menerapkan
metode ini, siswa dapat menjadi lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
Selain itu, guru juga dapat mengubah pelajaran mereka dari berorientasi pada
guru menjadi berorientasi pada siswa.(Ana, 2018)
Model yang dapat ditemukan dan dikembangkan adalah kelas berbimbing. Di
dalam kelas berbimbing, siswa dapat menemukan situasi di mana mereka
dapat mengumpulkan informasi secara bebas, membuat asumsi atau hipotesis,
melakukan trial and error, mencari pola atau keteraturan, membuat
generalisasi atau rumus umum, dan membuktikan apakah anggapan tersebut
benar atau tidak. Berbeda dengan model penemuan murni, di mana siswa
menentukan strategi, jalur, dan hasil pengamatan sendiri, penemuan
terbimbing memerlukan bimbingan guru sebagai pemandu yang membantu
dan memfasilitasi siswa dalam menggunakan ide, konsep, dan keterampilan
mereka untuk menemukan informasi baru. Pertanyaan yang tepat sangat
membantu siswa dalam menemukan informasi baru berdasarkan informasi
lama.
Pada umumnya, langkah pembelajaran discovery learning sebagai berikut:
1. Seorang guru menyusun persoalan yang diberikan kepada siswa dengan
data yang memadai dan dengan cara yang jelas sehingga tidak menimbulkan
kesalahan dalam penafsiran.
2. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh guru, siswa mengumpulkan dan
menambahkan informasi baru. Kemudian mereka memproses, mengorganisir,
dan menganalisis data tersebut. Guru biasanya membimbing siswa untuk
bergerak ke arah yang benar dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
3. Setelah melakukan analisis, siswa membuat asumsi atau dugaan tentang
hasil yang didapatkan.
4. Kemudian siswa memeriksa kebenaran dari asumsi tersebut dengan alasan
yang masuk akal. Mereka yang merumuskan dan membuktikan konjektur
tersebut, lalu menyatukannya.
5. Ketika siswa menemukan jawaban yang dicari, guru dapat mengajukan
pertanyaan dan memeriksa akurasi serta tingkat penemuan pemahaman
siswa(Nasional et al., 2006).
b. Metode Pembelajaran
Metode merupakan teknik umum atau dianggap lazim digunakan untuk
menggapai suatu tujuan dengan mendalam. metode pembelajaran adalah cara
pengajaran materi kepada siswa untuk mencapai tujuan belajar
tertentu(Budiarjo dalam Nasution, 2017). Oleh karena itu, agar siswa dapat
mencapai tujuan belajar secara efektif dan efisien, guru harus memiliki
pengetahuan dan kemampuan untuk memilih serta menerapkan teknik yang
berbeda.
1. Metode Ceramah
Dalam pelaksanaan pembelajaran, ceramah kerap menjadi metode yang
paling banyak digunakan oleh guru. Metode ini dapat dianggap sebagai
metode klasik karena telah digunakan secara luas sebagai cara
berkomunikasi lisan antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ceramah telah menjadi
metode pembelajaran yang digunakan sejak lama, terutama dalam
pembelajaran tradisional atau yang berpusat pada guru. Ceramah menjadi
pilihan utama karena sudah menjadi kebiasaan dalam proses belajar
mengajar. Begitu juga dengan murid, mereka lebih mudah memahami
materi pelajaran ketika disampaikan melalui ceramah oleh guru. Adapun
langkah-langkah dari metode ceramah yaitu:
a. Melakukan pendahuluan
b. Mengambil perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung dan
memberikan motivasi agar semangat mengikuti pembelajaran.
c. Menutup pembelajaran dengan mengambil keesimpulan, siswa
diberikan kesempatan untuk menanggapi materi yang sudah
didapatkannya serta melaksanakan penilaian sebagai evaluasi
pembelajaran.
d. Mengambil mana nyata dari kesimpulan yang didapatkan (Halimah
dalam Nasution, 2017).
1.kelebihan metode ceramah
a. Penggunaan waktu dan biaya yang hemat;
b. Materi pembelajaran dipilih dan disiapkan dengan cermat;
c. Mudah disajikan dalam situasi terdesak waktu.
Karakteristik siswa, isu utama, keterbatasan peralatan,
dapat berubah tergantung pada ketersediaan dan jadwal guru,
serta bahan bacaan;
d. Meningkatkan dan mengembangkan keterampilan mendengarkan siswa,
dan membangkitkan minat belajar dari sumber lain;
e. Konfirmasi dari guru dan siswa sangat penting. Pendidik dapat
mendapatkan apresiasi, kepuasan, dan kepercayaan diri melalui perhatian
yang diberikan oleh siswa (Halimah dalam Nasution, 2017)

2.kelemahan metode ceramah


a. Sulit bagi siswa yang tidak terbiasa mendengarkan dan mencatat;
b. Sangat sedikit kesempatan bertanya untuk siswa
c. Menyebabkan kebosanan pada siswa, khususnya guru tidak bisa
mengaturnya
d. Kurang mengedepankan pengembangan kreativitas siswa
e. Pembelajaran hanya satu arah, yaitu guru kepada siswa (teacher
centre)
2. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab merupakan cara pengelolaan pembelajaran yang
memanfaatkan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing siswa
memahami materi yang dipelajari. Metode ini akan efektif apabila topik
yang dibahas menarik, menantang, dan memiliki relevansi yang tinggi.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus beragam, mencakup
pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka, serta disampaikan dengan
cara yang menarik. Oleh karena itu, metode tanya jawab merupakan
interaksi verbal dalam kegiatan belajar-mengajar, di mana siswa diberi
pertanyaan untuk dijawab dan diberi kesempatan untuk bertanya kepada
guru. Dengan menggunakan pendekatan tanya jawab, kemampuan berpikir
kreatif dan analitis siswa dapat ditingkatkan, seperti melakukan evaluasi,
sintesis, dan penilaian. Guru yang berusaha menerapkan pendekatan tanya
jawab dapat menghindarkan kejenuhan dalam pembelajaran dan memacu
partisipasi siswa secara aktif.
Menurut Zainal Aqib dan Ali Murtadlo dalam Hasanah (2022) kelebihan
dan kelemahan dalam metode tanya jawab sebagi berikut:
1. Kelebihan Metode Tanya Jawab
a. Dapat memikat dan fokus siswa, tanpa mengganggu ketenangan
kelas.
b. Mendorong siswa untuk berlatih dan meningkatkan daya ingat
mereka.
c. Meningkatkan keberanian dan keterampilan siswa dalam berbicara,
menyatakan pendapat, dan mengajukan pertanyaan serta merespon
pendapat orang lain.
d. Pertanyaan dan jawaban dapat memicu respons yang lebih aktif
daripada metode ceramah yang bermanfaat.
e. Menyadari perbedaan pendapat yang ada dan membawanya ke
dalam diskusi

2.Kekurangan Metode Tanya Jawab

a. Memerlukan waktu yang lebih lama.


b. Bertanya-tanya bisa menyebabkan deviasi dari perspektif
masalah, terutama ketika kelompok siswa memberikan
jawaban atau menanyakan pertanyaan yang dapat
menyebabkan masalah baru dan menyimpang dari subjek.
c. Mungkin terjadi penyimpangan dari topik ketika guru tidak
bisa mengecek jawaban atas semua pertanyaan siswa Anda.
d. Jika terjadi ketidaksepakatan, itu akan memakan waktu yang
lama untuk menyelesaikannya. Bahkan perbedaan pendapat
antara guru dan siswa bisa mengarah ke arah negatif di mana
peserta menyalahkan guru dengan panjang lebar.
e. Tidak dapat merangkum materi pelajaran dengan cepat.
f. Tanya-jawab bisa menjadi membosankan jika pertanyaannya
tidak beragam.

3.Metode Diskusi

Metode diskusi ialah metode membimbing pembelajaran dengan cara


menyajikan atau menganalisis produk teknologi secara sistematis atau
dengan menyelesaikan masalah. Pendekatannya sangat fleksibel. Ketika
metode ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk berpartisipasi
meningkat Forum ini sangat tinggi. Prosedurnya adalah sebagai berikut:
harus ada moderator, topik diskusi harus jelas dan menarik, peserta diskusi
bisa menerima dan memberi diskusi dengan tanpa tekanan. Tujuan
penggunaan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut Killen berkata: “Tujuan utama dari metode ini adalah untuk
memecahkan masalah, menjawab pertanyaan, menambah informasi dan
memahami siswa dan mengambil keputusan.

a. Kekuatan Metode Diskusi


1. Dapat mendorong partisipasi aktif siswa, seperti peserta, penanya,
lawan, dan ketua atau moderator dalam percakapan.
2. Membangun kemampuan berbicara.
3. Membuat kreativitas dalam ide, pendapat, gagasan, dan inisiatif,
atau solusi baru dalam pemecahan masalah.
4. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
berpartisipasi secara demokratis.
5. Latih stabilitas emosi dengan mengevaluasi dan menerima pendapat
orang lain dan tidak memaksakan pendapat sendiri untuk menciptakan
kondisi belajar yang saling memberi dan menerima (Halimah dalam
Nasution, 2017).
b. Keterbatasan Metode Diskusi
1. Sangat sulit untuk menjelaskan permasalahan yang terkait dengan
kemampuan berpikir siswa dan lingkungan.
2. Terdapat dominasi dari sekelompok orang yang biasanya aktif.
3. Ketidaksepakatan dapat memicu respon di luar ruangan kelas dan
bahkan dapat berakhir dengan benturan fisik.
4. Memerlukan waktu yang cukup lama.
5. Diskusi atau perdebatan sering meningkat (Halimah dalam
Nasution, 2017).

5. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pengajaran merupakan hal yang wajib disiapkan oleh pendidik sebelum melaksanakan
proses belajar mengajar. Menurut Zuhdan, dkk dalam Masitah (2018)erangkat pembelajaran
ialah benda atau kelengkapan yang dipakai untuk menjalankan proses yang memungkinkan para
pendidik dan peserta didik melaksanakan aktivitas pembelajaran. perangkat pembelajaran
menjadi panduan bagi guru untuk menjalankan pembelajaran dengan baik di dalam kelas,
laboratorium, maupun di luar kelas. Perangkat pembeloajaran memiliki peran krusial bagi
pendidik sebelum mereka memulai sesi pembelajaran. Panduan yang diperlukan untuk
administrasi belajar-mengajar dapat berupa seperti yang berikut: silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dan lembar kerja peserta didik (LKPD). Oleh karena itu, perangkat
pembelajaran dapat dianggap sebagai instrumen peningkatan yang digunakan sebagai media
untuk belajar.

a. kurikulum

Kurikulum adalah panduan dasar dalam proses belajar-mengajar di bidang pendidikan. Keberhasilan
atau kegagalan pendidikan sangat bergantung pada kemampuan siswa dan guru dalam menerima dan
memberikan pengajaran. Keberhasilan pendidikan akan tercapai dengan baik apabila perencanaan
kurikulum dilakukan secara sistematis dan komprehensif, yang merupakan bagian penting dari
kebutuhan perkembangan dan pembelajaran siswa. Kurikulum merupakan bagian integral dari
pendidikan yang sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran . Meskipun tujuan pendidikan
adalah mempersiapkan kehidupan dan mencapai hasil yang diharapkan, namun kegagalan masih
menjadi ancaman bagi dunia pendidikan (Idi dalam Rika Indriyani, Arnina, Imam Nasruddin, 2023).
Kurikulum dan pendidikan merupakan dua konsep yang perlu dipahami terlebih dahulu

sebelum kita berbicara tentang pengembangan kurikulum. Sebab apabila kamu memahami dengan jelas
hal tersebut, administrator pendidikan, terutama perencana program studi, menganggap kedua ide
tersebut penting; sama seperti seorang pengajar di sekolah yang mampu menjalankan tugasnya dengan
baik. Kurikulum dan pendidikan ibarat dua koin yang satu dengan lainnya

terkait dan tidak dapat dipisahkan (Nur Ahid dalam Pane & Aly, 2023). Kurikulum memiliki arah dan
tujuan yang ditetapkan Hal ini menjadi dasar bagi pengembangan kurikulum yang diinginkan oleh
lembaga pendidikan, orang tua, siswa, dan masyarakat penerima lulusan. Oleh karena itu, penting untuk
mempelajari orientasi dan fungsi program studi dalam pendidikan. Semua pihak yang terlibat, terutama
guru yang mengimplementasikan materi pelajaran, harus memahami tujuan program studi ini agar
dapat mengaplikasikannya dengan tepat dalam pembelajaran dan mencapai tujuan yang diharapkan.

b. Silabus
Silabus ini pada dasarnya adalah rencana pembelajaran jangka panjang mata pelajaran dan/atau
kelompok mata pelajaran tertentu yang memuat standar kompetensi, kompetensi inti, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, penggunaan waktu dan
sumber/bahan/alat belajar. Karena prosesnya, silabus diperlukan sebagai panduan
pembelajaran di sekolah berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Selain itu, proses pembelajaran
itu sendiri pada hakikatnya adalah suatu proses yang diatur secara bertahap dan terorganisir
sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan ketika diimplementasikan dan pengetahuan dasar
dapat diperoleh secara efektif. Salah satu tahapan dalam mengembangkan kurikulum di suatu
tingkat satuan pendidikan untuk menjawab apa yang harus dipelajari selama pembelajaran dapat
berupa silabus. Dalam satu mata pelajaran, materi diajarkan dengan mengacu pada standar
kompetensi dan kompetensi inti yang didefinisikan dalam rincian proses dan strategi pembelajaran,
kegiatan penilaian, strategi, dan penggunaan waktu. Program gelar pada dasarnya adalah program
makro yang perlu dijabarkan menjadi tutorial yang lebih detail, yaitu Rencana Pembelajaran (RPP).
Kursus adalah program yang dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama (satu semester) dan
menjadi acuan dalam penyusunan RPP program pada kerangka waktu yang lebih singkat.
Dalam prinsipnya, dengan mempertimbangkan beberapa definisi di atas, silabus merujuk pada
pedoman utama dalam proses pembelajaran. Beberapa manfaat dari silabus ini meliputi:
a. Sebagai panduan/acuan dalam pengembangan pembelajaran berikutnya, seperti dalam
penyusunan RPP, pengelolaan kegiatan pembelajaran, penyediaan sumber belajar, dan
pengembangan sistem penilaian.Memberikan gambaran tentang poin-poin penting mata kuliah
yang harus dicapai di jurusan tersebut.
b. Sebagai ukuran keberhasilan program belajar.
c. Dokumentasi tertulis menjadi tanggung jawab program belajar.
Adapun prinsip pengembangan silabus yang harus diperhatikan sebagai berikut:
a. Ilmiah
Secara prinsipal, dengan mengingat beberapa definisi di atas, kurikulum merupakan acuan
utama dalam proses pembelajaran. Isi kurikulum harus akurat dan didukung secara ilmiah.
Mengingat kurikulum mencakup garis besar dari isi/materi pembelajaran yang dieksplorasi oleh
siswa, kemudian mempelajari materi/konten, harus berdasarkan pada kebenaran ilmiah. Dalam
persiapan untuk itu, disarankan untuk melibatkan para ahli di masing-masing departemen
dalam kurikulum pembelajaran, sehingga bahan ajar tersebut memiliki validitas yang tinggi.
b. Relevan
Urutan materi pelajaran yang disajikan harus relevan dengan tingkat perkembangan fisik,
intelektual, sosial, emosional dan spiritual siswa.
c. Sistematis
Komponen-komponen kurikulum harus sistematis dan terkoordinasi secara fungsional satu
sama lain ketika memperoleh kualifikasi. Mata kuliah pada dasarnya disusun secara sistematis,
sehingga persiapannya pun harus sistematis.
d. Kesinambungan
Kesinambungan, yang berarti kurikulum harus memiliki hubungan yang terus-menerus.
Kesinambungan (stabil, ketaatan pada prinsip) antara kompetensi inti, petunjuk, materi
pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem evaluasi.
e. Memadai
Memadai, yang berarti cakupan indikator, subjek, dan pengalaman yang mencukupi.
Sumber belajar, sumber belajar, dan sistem evaluasi yang sesuai untuk mendukung pencapaian
kompetensi inti yang pada akhirnya mencapai standar kompetensi.
f. Nyata dan Kontekstual
Nyata dan kontekstual, artinya lingkup, materi, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
evaluasi dari indikator-indikator tersebut memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni terkini dalam kehidupan dan kejadian aktual.
g. Fleksibel
Fleksibel, artinya semua bagian silabus menyesuaikan dengan keberagaman siswa, guru dan
dinamika perubahan apa yang terjadi di sekolah dan apa tuntutan masyarakat.
h. Komprehensif
Komprehensif, artinya bagian silabus mencakup semua keterampilan (kognitif, afektif,
psikomotorik) (Niron, 2009).
Unit waktu sangat diperlukan untuk merumuskan konsep belajar dan pengalaman belajar
siswa. Unit waktu tersebut harus menggambarkan:
1. silabus untuk satu mata pelajaran dibuat berdasarkan total waktu yang dialokasikan untuk
pelaksanaan pendidikan di satuan pendidikan.
2. Ketika menyusun silabus, waktu yang tersedia dihitung per semester, per tahun, dan juga
alokasi waktu ke mata pelajaran lainnya.
3. Pelaksanaan pembelajaran pada setiap semester didasarkan pada bagian-bagian silabus yang
sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi dasar mata pelajaran, dengan mempertimbangkan
waktu yang tersedia dalam struktur silabus.
Langkah-langkah dalam pengembangan silabus berupa:
1.Mengkaji dan menentukan standar kompetensi serta kompetensi dasar dengan
memperhatikan susunan tersebut berdasarkan prinsip hierarki disiplin ilmu atau tingkat
kesulitan bahan pelajaran,terdapat keterkaitan antara standar kinerja dan keterampilan inti
subjek dan hubungan antara Standar Kinerja dengan Keterampilan Inti dalam sebuah mata
pelajaran.
2.Merumuskan indikator pencapaian kompetensi. Indikator dapat dikembangkan sesuai dengan
karakteristik unit dan siswa, serta potensi pendidikan dan daerah sebagai dasar. Setiap KD
dibagi menjadi beberapa indikator (lebih dari dua) yang menggunakan kata kerja operatif yang
dapat diukur dan/atau diamati. Prinsip pembangunan indikator konsisten dengan profitabilitas
(kepentingan yang mendesak), keberlanjutan (kontinuitas), penerapan (kepentingan), dan
konteks.
3. mengidentifikasi materi pokok atau pembelajaran dengan mempertimbangkan kesanggupan
dari peserta didik, hubungan dengan karakteristik daerah, tingkat perkembangan fisik,
intelektual, emosional, sosial dan spiritual peserta didik, manfaat untuk peserta didik, struktur
keilmuan, pelaksanaan, kedalaman serta keluasan dari materi pembelajaran dan hubungan
dengan apa yang dibutuhkan oleh peserta didik dan tuntutan dari lingkungan.
4.Mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan:
a. Terdiri dari serangkaian tugas yang harus diselesaikan oleh siswa secara bertahap untuk
mencapai kompetensi dasar.
b. Penentuan urutan pembelajaran harus mengikuti struktur konsep bahan pelajaran.
c. Rumusan argumen dalam pembelajaran setidaknya mencakup dua unsur penting yang
mencerminkan pemahaman pembelajaran.
5. Menentukan jenis penilaian dengan memperhatikan:
a. Menilai kemampuan siswa berdasarkan petunjuk yang telah ditetapkan.
b. Penerapan standar acuan.
c. Metode evaluasi yang berkelanjutan.
d. Data hasil penilaian dianalisis untuk menentukan langkah selanjutnya.
e. Berdasarkan pengalaman belajar yang diperoleh dalam kegiatan tersebut dipelajari.
6. Menentukan alokasi waktu. Penetapan jadwal untuk setiap kemampuan inti bergantung
pada jumlah minggu yang efektif dan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran per minggu.
Pertimbangan meliputi kuantitas, cakupan, kedalaman, dan tingkat kemampuan inti, serta
tingkat kesulitan dan pentingnya keterampilan dasar. Pembagian waktu untuk tutorial
didasarkan pada perkiraan waktu rata-rata. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa siswa
menguasai keterampilan dasar yang diperlukan dengan cara yang serbaguna.
7. Menentukan sumber belajar.
Sumber belajar adalah referensi, benda dan/atau bahan yang digunakan
untuk kegiatan pembelajaran. Dapat berwujud fisik atau digital, Sumber daya manusia serta
lingkungan material, sosial dan kebudayaan. Pengertian Sumber pengajaran didasarkan pada
kriteria kompetensi dan inti kompetensi serta mata pelajaran/pengajaran, aktivitas pengajaran
dan penanda kualifikasi.
c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah suatu perangkat yang terdiri dari metode dan
struktur pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai satu atau lebih keterampilan inti. Dalam
RPP, terdapat rincian tentang keterampilan inti yang akan dipelajari, termasuk satu atau lebih
indikator untuk setiap pertemuan yang diadakan. Setiap RPP setidaknya harus mencakup tujuan
pembelajaran, kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, materi ajar,
metode pengajaran, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran dan penilaian hasil belajar.
Dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan sebagai berikut:
1. Mempertimbangkan perbedaan individu peserta didik.
2. Mendorong partisipasi aktif dari peserta didik.
3. Membangun budaya membaca serta menulis.
4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.
5. Keterkaitan dan keterpaduan.
6. Memperkenalkan teknologi informasi dan komunikasi.

Enam prinsip tersebut adalah objek yang harus dimiliki oleh guru saat menyusun RPP karena ada
keterkaitan antara satu prinsip dengan yang lain. Prinsip pertama adalah contoh bagi siswa yang
menunjukkan perbedaan individu. Prinsip lainnya adalah mendorong partisipasi aktif siswa dalam
aktivitas pembelajaran. Karakteristik siswa di kelas juga memengaruhi pembelajaran tersebut.
Buatlah lingkungan inklusif untuk semua gaya belajar di dalam kelas, kemudian rancanglah
pelaksanaan pembelajaran dengan memilih strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran
yang konkret dan berfokus pada mencapai tujuan yang diinginkan. Skenario pembelajaran harus
berupa RPP yang jelas, menjelaskan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Selain itu, dalam menyusun Rancangan Pelaksanakan Pembelajaran (RPP) ada pula beberapa
komponen yang harus dipenuhi. Komponen yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut:

1. Memiliki identitas mata pelajaran yang berisi identitas yang jelas.


2. Memuat standar kompetensi yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
3. Memuat kompetensi dasar yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
4. Memuat indikator pencapaian kompetensi yang berisi kata-kata operasional dan dapat untuk
diukur.
5. Memuat tujuan pembelajaran yang mencakup 3 aspek belajar yaitu kognitif, sikap dan
psikomotor.
6. Berisi materi ajar yang berisi materi yang akan diberikan kepada siswa serta sesuai dengan
tingkat perkembangannya (Wikanengsih et al., 2015)

Menurut E. Kosasih dalam UMNYYATI (2018) RPP dapat disusun dengan langkah-langkah
pengembangan RPP berdasarkan kurikukulum 2013, sebagai berikut:

1. Memilih Kompetensi Dasar dan mengkaji silabus


Penyusunan RPP harus didasarkan pada kompetensi dasar (KD) yang telah ditetapkan dalam
kurikulum dan mencakup materi, metode, media, alat penilaian, serta tahapan pembelajaran
secara umum. Selain KD, pemerintah juga mengatur komponen lain yang harus dipertimbangkan
dalam penyusunan RPP. Adanya kurikulum yang terstruktur dengan baik sangat membantu guru
dalam menyusun RPP.
2. Menguraikan KD ke dalam Tujuan dan Indikator Pembelajaran
Tujuan pembelajaran tercatat dalam silabus. Meski begitu,guru juga dimungkinkan untuk
menuliskan kata-kata mereka sendiri sebelumnya diperkenalkan. Tujuan pembelajaran diambil
dari Kompetensi Dasar (KD) memuat item ABCD (audience-siswa, behavior -perilaku yang
diinginkan/dibutuhkan ,condition-metode pembelajaran, degree) kualifikasi Efisiensi. Indikator
adalah petunjuk pencapaian tujuan sendiri, baik berdasarkan sikap, pengetahuan maupun
akuisisi Guru merumuskan indikator yang meliputi tiga aspek.
3. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
Pengembangan indikator atau kompetensi dasar yang sudah dinyatakan sebelumnya harus
sesuai dengan materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada siswa.
4. Pemilihan metode dan media pembelajaran
Dalam memilih metode dan media pembelajaran seorang guru harus memperhatikan tujuan
mpembelajaran serta katakteristik siswa di kelas.
5. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Dalam pengembangan kegiatan pembelajaran, selain harus mengacu kepada tujuan
pembelajaran dalam langkah kegiatan pembelajaran harus menggunakan metode dan media
pembelajaran yang sudah ditentukan dan disiapkan sebelumnya.
6. Pengembangan Jenis Penilaian
Evaluasi adalah segmen akhir dari RPP dalam kurikulum. Guru mencatat dan merancang
komponen-komponen ini secara terperinci, terutama dalam hal bentuk instrumen. Kesesuaian
alat evaluasi dan jenis pengembangan harus dipertimbangkan dengan indikator pembelajaran
serta aspek bentuk dan isi penilaian.
Dapus

Ana, N. Y. (2018). Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Peningkatan Hasil
Belajaran Siswa Di Sekolah Dasar. Jurnal Imiah Pendidikan Dan Pembelajaran, 2(1), 21–28.
https://doi.org/10.23887/jipp.v2i1.13851

Cakrawala, J., Vol, P., & Juli, E. (2016). _____________________ 1. 2(2).

Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia. (2005). Undang-Undang (UU) tentang guru dan dosen nomor 14.
Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia, 2.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2
ahUKEwjWxrKeif7eAhVYfysKHcHWAOwQFjAAegQICRAC&url=https%3A%2F%2Fwww.ojk.go.id%2Fi
d%2Fkanal%2Fpasar-modal%2Fregulasi%2Fundang-undang%2FDocuments%2FPages%2Fundang-
undang-nomo

Doringin, F. (2019). Microteaching. Praktik Mengajar Mikro untuk Mahasiswa. In Penerbit Pohon Cahaya
(Issue May). www.pohoncahaya.com

Fenn-Berrabaß, C. (2001). Öffnen - Verwendung von PEEL-Folien. VDI Berichte, 1589, 105–112.

Hasanah. (2022). Metode Tanya Jawab Dalam Belajar Dan Pembelajaran. 1–5.

Masitah. (2018). Pengembangan Perangkat Pembelajaran untuk Memfasilitasi Guru Menumbuhkan Rasa
Tangung Jawab Siswa SD terhadap Masalah Banjir Development of Learning Devices to Facilitate
Teachers Grow the Responsibility of Elementary School Students to the Flood Problem Masitah.
Proceeding Biology Education Conference, 5(1), 40–44.

Nasional, D. P., Jenderal, D., Mutu, P., Dan, P., Kependidikan, T., Penjamin, L., Pendidikan, M., & Jakarta,
D. K. I. (2006). MODEL-MODEL PEMBELAJARAN.

Nasution, W. N. (2017). Strategi Pembelajaran. Medan: Perdana Publishing.

Niron, M. D. (2009). Pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarandalam KTSP.


Departemen Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 6.

Pane, M., & Aly, H. N. (2023). Orientasi dan Fungsi Kurikulum dalam Pendidikan. Journal on Education,
5(3), 6165–6171. https://doi.org/10.31004/joe.v5i3.1388

Pd, M., & Belakang, A. L. (2005). ARTIKEL JURNAL MIKRO TEACHING Oleh : Artikel Jurnal Nikro Teacing,
Pembelajaran mikro merupakan metode pembelajaran atas dasar performa yang tekniknya
dilakukan dengan cara melatihkan komponen-komponen kompetensi dasar, 1.

Rika Indriyani, Arnina, Imam Nasruddin, dan D. N. (2023). Hakikat Kurikulum dalam Dunia Pendidikan.
As-Shuffah (Journal of Islamic Studies), 11(1), 1–10.

UMNYYATI, V. (2018). Analisis Tentang Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( Rpp )


Berdasarkan Format Kurikulum 2013 Oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ekonomi Di
Sekolah Menengah Atas Kota Pekanbaru. 2, 1–14.

Wikanengsih, W., Nofiyanti, N., Ismayani, M., & Permana, I. (2015). ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN (RPP) MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA (Studi terhadap RPP yang Disusun
Guru Bahasa Indonesia Tingkat SMP di Kota Cimahi). P2M STKIP Siliwangi, 2(1), 106.
https://doi.org/10.22460/p2m.v2i1p106-119.170
SILABUS

Mata Pelajaran : Matematika


Satuan Pendidikan : SMP
Kelas / Semester : VIII /Genap
Alokasi Waktu : 40 Menit
Tahun Pelajaran : 2022/2023

Kompetensi Inti:
KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun,
percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
KI-3 : Memahami pengetahuan (factual, konseptual, dan procedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian sehari-harinya.
KI-4 : mencoba, mengolah dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Kompetensi Materi Nilai Alokasi Sumber
Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Dasar Pembelajaran Karakter Waktu Belajar
3.5 Sistem 3.5.1 Dapat • Religius 1. Orientasi siswa 40 Buku • Lisan
Menjelaskan Persamaan menentukan model • Mandiri kepada masalah menit peganga • Tertulis
sistem Linear Dua matematika dari • Gotong 2. Mengorganisasik n siswa • Unjuk
persamaan Variabel sistem persamaan royong an siswa untuk kerja
linear dua (Metode linear dua variable • Kejujuran belajar
variable dan Eliminasi) yang dihubungan • Kerja 3. Membimbing
penyelesaiannya dengan masalah keras penyelidikan
yang kontekstual • Percaya kelompok
dihubungkan 3.5.2 Mampu diri 4. Mengembangkan
dengan masalah memecahkan • Kerja dan menyajikan
kontekstual. permasalahan sistem sama hasil karya
persamaan linear dua 5. Menganalisa dan
variable yang mengevaluasi
dihubungkan dengan proses pemecahan
masalah kontekstual masalah.
dengan metode
eliminasi
4.5 4.5.1 Mampu
Menyelesaikan memecahkan
masalah yang permasalahan sistem
berkaitan persamaan linear dua
dengan sistem variable yang
persamaan dihubungkan dengan
linear dua masalah kontekstual
variabel dengan metode
eliminasi
4.5.2 Menyelesaikan
masalah yang
berkaitan dengan
sistem persamaan
linear dua variable
dengan metode
eliminasi
Satuan Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : VIII / Genap Materi Pokok : Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel
Alokasi Waktu : 1 x 40 Menit
Sub Materi : Metode Eliminasi

Kompetensi Inti
KI-1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI-2 Menunjukkan perilaku jujur disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI-3 Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
KI-4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori.

K.D 3.5 Menjelaskan sistem persamaan linear K.D 4.5 Menyelesaikan masalah yang
dua variable dan penyelesaiannya yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua
dihubungkan dengan masalah kontekstual. variabel.
A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menentukan model
matematika dari masalah yang
diberikan.
2. Siswa dapat menentukan selesaian
dengan menggunakan metode
eliminasi.

B. PEMBELAJARAN LANGKAH-LANGKAH (KEGIATAN)

KEGIATAN PENDAHULUAN (5 MENIT)


1. Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka dan berdoa sebelum memulai pelajaran,
kemudian dilanjutkan dengan memeriksan kehadiran siswa.
2. Siswa mendengarkan guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
KEGIATAN INTI (30 MENIT)
Model: Problem Orientasi Peserta Didik 1. Siswa mendengarkan guru mengenai
Based Learning Kepada Masalah materi pembelajaran hari ini.
2. Siswa mendengarkan guru mengenai
Pendekatan: sumber ajar yang dapat digunakan
Saintifik selama pembelajaran.
Mengorganisasikan Peserta 3. Guru memberikan pertanyaan pemantik
Sumber belajar: Didik kepada siswa sebelum masuk ke
Buku pegangan penjelasan materi.
siswa kelas VIII 4. Siswa mendengarkan penjelasan materi
yang dipaparkan oleh guru menggunakan
Media belajar: PPT.
PPT, LKPD 5. Perwakilan siswa diminta untuk
mengerjakan contoh soal yang diberikan
Alat: infocus, oleh guru melalui soal yang ada di ppt.
laptop, papan tulis, 6. Siswa diminta untuk membentuk 3
dan spidol kelompok dengan jumlah 4-5 siswa.
Membimbing penyelidikan 7. Guru menjelaskan kepada siswa
individu dan kelompok mengenai pengerjaan lkpd kemudian
memberikan lembar lkpd kepada siswa.
Mengembangkan dan 8. Siswa mengerjakan lkpd yang diberikan
Menyajikan Hasil Kerja kemudian mengumpulkan hasil kerja
kepada guru
Menganalisa dan 9. Setiap perwakilan anggota kelompok
mengevaluasi proses maju ke depan untuk menjelaskan hasil
pemecahan masalah kerja kelompoknya.
10. Guru memberikan penguatan atas
presentasi siswa.
PENUTUP (5 MENIT)
1. Peserta didik diminta untuk menyimpulkan pembelajaran hari ini.
2. Guru menutup pembelajaran serta menutup dengan salam
C. PENILAIAN PEMBELAJARAN
Pengetahuan : tes tertulis
Keterampilan : diskusi kelompok dan presentasi
Sikap : observasi selama kegiatan pembelajaran

Tanjungpinang, Mei 2023


Guru Mata Pelajaran Matematika

Erlin Septiani
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

“Metode Eliminasi”

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/I (Genap)

Nama Kelompok :

Anggota : 1.

2.

3.

4.

5.

Alokasi Waktu : 15 Menit


Kompetensi Dasar

3.5 Menjelaskan sistem persamaan linear dua variable dan penyelesaiannya yang dihubungkan
dengan masalah kontekstual.

4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat menentukan model matematika dari masalah yang diberikan.


2. Siswa dapat menentukan selesaian dengan menggunakan metode eliminasi.

Petunjuk Pengisian LKPD

1. Isilah nama kelompok dan anggota kelompok di tempat yang telah disediakan.
2. Bacalah dan pahami LKPD berikut!
3. Ikuti setiap langkah-langkah yang ada!
4. Diskusikan permasalahan yang ada di LKPD bersama teman sekelompokmu, kemudian tuliskan
hasil diskusi pada tempat yang sudah disediakan!
5. Jika terdapat masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh kelompok, maka tanyakan kepada guru!

Selamat Mengerjakan

Fase 1 : Orientasi peserta didik pada masalah.

Sepulang sekolah Dina dan Tania pergi ke toko buku “Bahagia”.


Sesampainya disana, Dina membeli buku sebanyak 5 buah dan 7
buah pena dengan harga Rp.20.500,00 dan Tania membeli 4 buah
buku dan 2 buah pena seharga Rp.11.000,00. Tentukan harga
sebuah buku dan sebuah pena!
Langkah 1

Buatlah permisalan dan model matematika.

Misal:

X=………………

Y=………………

Model matematika:

…………………………………………… (Persamaan 1)

…………………………………………… (Persamaan 2)

Langkah 2

Cari lah nilai dari variabel x dengan menghilangkan variabel


y
Langkah 3

Carilah nilai dari variabel y dengan menghilangkan variabel


x
Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel
Metode Eliminasi
Apa itu penyelesaian SPLDV
Dengan metode eliminasi?
Metode eliminasi adalah
metode atau cara untuk
menyelesaikan sistem persamaan linear
dua variable dengan cara mengeliminasi
atau
menghilangkan salah satu peubah
(variable)
dengan menyamakan koefisien dari
persamaan tersebut.
CONTOH SOAL 1
Tentukan himpunan penyelesaian dari
persamaan 3𝑥 + 5𝑦 = 16 dan 4𝑥 +
𝑦 = 10
CONTOH SOAL 2
Diana membeli 4 buku tulis dan 3
pensil, ia membayar Rp19.500,00. Jika
ia membeli 2 buku tulis dan 4 pensil,
ia harus membayar Rp16.000,00.
Tentukan harga sebuah buku tulis dan
sebuah pensil.
Thank You Everyone!
Lembar Observasi
Mata Pelajaran :
Kelas / Semester :
Isilah kolom penilaian dibawah ini sesua dengan observasi yang telah dilakukan selama proses diskusi:
No. Nama Siswa Aspek Sikap Yang Dinilai Jumlah Nilai Kode
Aktif Tanggung Kerjasama Toleransi nilai Sikap Nilai
Jawab
K C B S K C B S K C B S K C B S
B B B B
1. Annisa Gispa
2. Dinda Frildawati
3. Indah Permata Hati
4. Ira Rayani Riswana
5. Laidy Aprilia Scesa
6. Melliawati
7. Nia Kurniawati
8. Mutiara Anita
9. Nur Ain
10 Repi Prabawani
11. Roro Wulan
12. Stefani Luna
13. Suci Kirani Aprilia
Putri
14. Tila
15. Ulfat Sabriah

K = Kurang ( 21 – 40 ) C = Cukup ( 41 – 60 ) B = Baik( 61 – 80 ) SB = Sangat Baik ( 81 –


100 )
Keterangan:
K :1
C :2
B :3
SB :4

Rumus:
Kisi-Kisi Instrument Tes

Jenjang Sekolah : SMP

Mata Pelajaran : Matematika

Kompetensi Inti (KI)

KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI-2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri,
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

KI-3 : Memahami pengetahuan (factual, konseptual, dan procedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian sehari-harinya.

KI-4 : mencoba, mengolah dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal Soal Nomor Soal


3.5 Menjelaskan Sistem Diberikan sistem persamaan linear Sepulang sekolah Dina dan Tania pergi ke toko Masalah 1
sistem persamaan Persamaan dua variabel, siswa dapat buku “Bahagia”. Sesampainya disana, Dina
linear dua variable Linear Dua menemukan selesaian dari sistem membeli buku sebanyak 5 buah dan 7 buah
dan penyelesaiannya Variabel persamaan tersebut. pena dengan harga Rp.20.500,00 dan Tania
yang dihubungkan (Metode membeli 4 buah buku dan 2 buah pena
dengan masalah Eliminasi) seharga Rp.11.000,00. Tentukan harga sebuah
kontekstual. buku dan sebuah pena!

4.5 Menyelesaikan Diberikan permasalahan Ibu membeli 5kg apel dan 3kg pepaya adalah Masalah 2
masalah yang konstektual, siswa dapat Rp. 192.000, sedangkan ayah membeli 3kg
berkaitan dengan menyelesaikan permasalahan apel dan 6kg pepaya adalah Rp. 174.000. Jika
sistem persamaan tersebut dengan sistem persamaan Nadya ingin membeli 4kg apel dan 5kg pepaya
linear dua variabel linear dua variabel dengan metode dengan membawa uang Rp. 200,000 maka
eliminasi berapakah uang kembalian yang akan diterima
oleh Nadya?
Instrumen Penilaian Pengetahuan

a. Teknik Penilaian : Tertulis


b. Bentuk Instrumen : Uraian
c. Pedoman Penskoran Jawaban:

N0 ALTERNATIF JAWABAN SKOR


1. Buku = x 1
Pena = y
1

1
1

1
Jadi, harga sebuah buku adalah Rp. 2.000 dan harga sebuah pena Rp. 1.500 1
2. A=apel 1
B=pepaya
1

Ditanya: kembalian uang nadya 1


Maka, ( )
1
1

1
1

1
( ) ( ) 1
( ) 1
1
1
Jadi, uang kembalian yang diterima oleh nadya adalah Rp. 10.000 1

Nilai=

d. Lembar Penilaian Pengetahuan


No Nama Peserta Didik Jumlah Skor Siswa Nilai Peserta Didik
makalah micing erlin 1
by syla aulia

Submission date: 29-May-2023 02:55AM (UTC-0700)


Submission ID: 2079640293
File name: makalah_micing_erlin_1.docx (124.11K)
Word count: 7849
Character count: 53766
12

91 4

76

29
56

10

15

15

54

33

59
23

20
62

15

15

45

92

85
23

83
49

49

90

27

26

28
12

48

28

78
70

61

75

13

38
60

30

10

87

34

69

28

1
1

68

13

86

2
2

66

8
2

1
8
1

11

2
2

43

26
8

31 1

42
2

23

12

57

88

11

72

11

11

31
36

58

79

37

11

14
39

24

29

39

40

45

13

12

84

13
13

13

43
93

65

80

6
37

89

41

55

6
53

81

74

6
6

67

25

25

52

32

51

5
13

12

77

3
3

3
3

46

3
3

33
63

17

5
21

73

10

10

14

64

27

17

3
34

44

35

3 18

50

31

71

82

47

29
22
22

16

19

19

16

19

21
makalah micing erlin 1
ORIGINALITY REPORT

34 %
SIMILARITY INDEX
34%
INTERNET SOURCES
12%
PUBLICATIONS
13%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

1
penjaskesrek.fkip.serambimekkah.ac.id
Internet Source 3%
2
repository.ubharajaya.ac.id
Internet Source 3%
3
moam.info
Internet Source 3%
4
eprints.uty.ac.id
Internet Source 2%
5
repository.radenintan.ac.id
Internet Source 1%
6
soetrisnoismail.wordpress.com
Internet Source 1%
7
jurnal.ikipjember.ac.id
Internet Source 1%
8
www.scribd.com
Internet Source 1%
9
bisrilhafiz.blogspot.com
Internet Source 1%
10
docobook.com
Internet Source 1%
11
eprints.unm.ac.id
Internet Source 1%
12
zombiedoc.com
Internet Source 1%
13
id.scribd.com
Internet Source 1%
14
Submitted to Universitas Muhammadiyah
Surakarta
1%
Student Paper

15
www.kajianpustaka.com
Internet Source 1%
16
ainamulyana.blogspot.com
Internet Source <1 %
17
miftahudinalbarbasy.wordpress.com
Internet Source <1 %
18
lib.unnes.ac.id
Internet Source <1 %
19
repository.unpas.ac.id
Internet Source <1 %
20
journal.uad.ac.id
Internet Source <1 %
21
Submitted to Universitas Pendidikan
Indonesia
<1 %
Student Paper

22
repository.uir.ac.id
Internet Source <1 %
23
pt.scribd.com
Internet Source <1 %
24
Nicolas Junibinsar Simatupang.
"PENINGKATKAN HASIL BELAJAR
<1 %
MATEMATIKA MENGGUNAKAN STRATEGI
PROBLEM BASED LEARNING DI SMK NEGERI 1
BUNGO", Jurnal Tunas Pendidikan, 2022
Publication

25
Submitted to Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara
<1 %
Student Paper

26
fkip.unwir.ac.id
Internet Source <1 %
27
repository.uinsu.ac.id
Internet Source <1 %
28
digilib.uinsby.ac.id
Internet Source <1 %
29
123dok.com
Internet Source <1 %
30
Submitted to UIN Raden Intan Lampung
Student Paper
<1 %
31
bagawanabiyasa.wordpress.com
Internet Source <1 %
32
Khoiriyah, Musrifatul Hasanah, Navila Rizki
Amalia. "Kemampuan Merancang Perangkat
<1 %
Pembelajaran Untuk Pendidikan Anak Usia
Dini Pada Peserta PPG Daljab", Jurnal Pelita
PAUD, 2022
Publication

33
eprints.uny.ac.id
Internet Source <1 %
34
khafidalwi.wordpress.com
Internet Source <1 %
35
ojs.serambimekkah.ac.id
Internet Source <1 %
36
galuh-galuhblog.blogspot.com
Internet Source <1 %
37
adoc.pub
Internet Source <1 %
38
ftk.unisnu.ac.id
Internet Source <1 %
39
Halimah Dwi Cahyani, Agnes Herlina Dwi
Hadiyanti, Albertus Saptoro. "Peningkatan
<1 %
Sikap Kedisiplinan dan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa dengan Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning",
EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN, 2021
Publication

40
Submitted to UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Student Paper <1 %
41
repository.ar-raniry.ac.id
Internet Source <1 %
42
digilib.esaunggul.ac.id
Internet Source <1 %
43
jofipasi.wordpress.com
Internet Source <1 %
44
core.ac.uk
Internet Source <1 %
45
puncaksidiangkat.blogspot.com
Internet Source <1 %
46
Submitted to Universitas Pamulang
Student Paper <1 %
47
Wikanengsih Wikanengsih, Nofiyanti
Nofiyanti, Mekar Ismayani, Indra Permana.
<1 %
"ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN (RPP) MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA (Studi terhadap RPP yang
Disusun Guru Bahasa Indonesia Tingkat SMP
di Kota Cimahi)", P2M STKIP Siliwangi, 2015
Publication
<1 %
48
etd.iain-padangsidimpuan.ac.id
Internet Source

49
repo.iainbukittinggi.ac.id
Internet Source <1 %
50
cerdas.bunghatta.ac.id
Internet Source <1 %
51
eprints.walisongo.ac.id
Internet Source <1 %
52
Zulfaidhah Zulfaidhah, Evie Palenewen, A
Hardoko. "Needs Analysis in the Problem
<1 %
Based Learning (PBL) Model Tools and
Problems Regarding 7th Grade Students’
Science Learning Outcome at SMPN 2
Bongan", BIODIK, 2018
Publication

53
gurudesaku.blogspot.com
Internet Source <1 %
54
www.sariksa.com
Internet Source <1 %
55
Submitted to IAIN Purwokerto
Student Paper <1 %
56
Mika Ambarawati. "Analisis Keterampilan
Mengajar Calon Guru Pendidikan Matematika
<1 %
Pada MataKuliah Micro Teaching",
PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 2016
Publication
57
eprints.unram.ac.id
Internet Source <1 %
58
kabarindah.com
Internet Source <1 %
59
repository.uinjkt.ac.id
Internet Source <1 %
60
repository.iainbengkulu.ac.id
Internet Source <1 %
61
repository.uin-suska.ac.id
Internet Source <1 %
62
Mufida Nofiana. "Efektivitas Penerapan
Metode Diskusi-Simulasi Terhadap
<1 %
Keterampilan Mengajar Mahasiswa Calon
Guru Biologi", Jurnal Edukasi Matematika dan
Sains, 2017
Publication

63
Submitted to UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang
<1 %
Student Paper

64
abidin-andibaharuddin.blogspot.com
Internet Source <1 %
65
digilib.uin-suka.ac.id
Internet Source <1 %
66
digilib.unimed.ac.id
Internet Source <1 %
67
docplayer.info
Internet Source <1 %
68
himiespa.feb.ugm.ac.id
Internet Source <1 %
69
jepa.ub.ac.id
Internet Source <1 %
70
leonardusansis.wordpress.com
Internet Source <1 %
71
repo.iain-tulungagung.ac.id
Internet Source <1 %
72
repository.uksw.edu
Internet Source <1 %
73
repository.usd.ac.id
Internet Source <1 %
74
rohimabdur.blogspot.com
Internet Source <1 %
75
www.ceritapengusaha.com
Internet Source <1 %
76
www.unimed.ac.id
Internet Source <1 %
77
Hamlan Andi. "POLITIK PENDIDIKAN ISLAM
DALAM KONFIGURASI SISTEM PENDIDIKAN DI
<1 %
INDONESIA", HUNAFA: Jurnal Studia Islamika,
2013
Publication
78
digilib.iain-jember.ac.id
Internet Source <1 %
79
exocorriges.com
Internet Source <1 %
80
isllac.um.ac.id
Internet Source <1 %
81
juniriyanti.blogspot.com
Internet Source <1 %
82
lianasariputri.wordpress.com
Internet Source <1 %
83
mgmppenjasgresik.wordpress.com
Internet Source <1 %
84
modelfantastis.blogspot.com
Internet Source <1 %
85
repository.ut.ac.id
Internet Source <1 %
86
riskifebriadi.blogspot.com
Internet Source <1 %
87
www.studocu.com
Internet Source <1 %
88
Franciscus Xaverius Wartoyo. "STRATEGI
PEMBELAJARAN SEJARAH LISAN BAGI
<1 %
MAHASISWA PENDIDIKAN SEJARAH (Studi
Kasus Mahasiswa STKIP PGRI Sidoarjo)", Jurnal
Review Pendidikan dan Pengajaran, 2019
Publication

89
eprints.iain-surakarta.ac.id
Internet Source <1 %
90
tutorialbahasainggris.co.id
Internet Source <1 %
91
unimuda.e-journal.id
Internet Source <1 %
92
Ali Sadikin, Upik Yelianti. "Persepsi Mahasiswa
Biologi Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran
<1 %
Mikro", BIODIK, 2020
Publication

93
Hamni Fadlilah Nasution. "Urgensi
Profesionalisme Guru di Pendidikan Sekolah
<1 %
Dasar", AR-RIAYAH : Jurnal Pendidikan Dasar,
2017
Publication

Exclude quotes Off Exclude matches Off


Exclude bibliography Off
makalah micing erlin 1
PAGE 1

PAGE 2

PAGE 3

PAGE 4

PAGE 5

PAGE 6

PAGE 7

PAGE 8

PAGE 9

PAGE 10

PAGE 11

PAGE 12

PAGE 13

PAGE 14

PAGE 15

PAGE 16

PAGE 17

PAGE 18

PAGE 19

PAGE 20

PAGE 21

PAGE 22

PAGE 23

PAGE 24

PAGE 25
PAGE 26

Anda mungkin juga menyukai