Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/370772983

Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila di Indonesia: Solusi-solusi untuk


Membangun Kehidupan Sosial yang Lebih Adil

Article · May 2023

CITATIONS READS

0 1,502

4 authors, including:

Muhammad Kaysa Fathun Naja


Universitas Sebelas Maret
1 PUBLICATION 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Muhammad Kaysa Fathun Naja on 15 May 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila di Indonesia: Solusi-solusi untuk Membangun
Kehidupan Sosial yang Lebih Adil

Muhammad Kaysa Fathun Naja, Fatma Ulfatun Najicha


Universitas Sebelas Maret, Surakarta

A. Pendahu[1]luan
1. Latar Belakang
Indonesia memiliki kebudayaan yang berlimpah dari Sabang sampai Merauke,
yang merupakan warisan berharga yang harus dijaga dan dilestarikan. Pendidikan
Kewarganegaraan telah menanamkan jati diri bangsa sejak kita kecil dengan
mengajarkan nilai-nilai Pancasila sebagai inti dari identitas nasional.[1]
Namun, kondisi sosial dan politik di Indonesia masih mengalami penyimpangan
terhadap nilai-nilai Pancasila. Penyimpangan ini dapat terlihat dari berbagai bentuk
diskriminasi, intoleransi, korupsi, dan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan
nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, esai ini akan membahas masalah tersebut dan
memberikan solusi-solusi untuk mengatasi penyimpangan nilai-nilai Pancasila di
Indonesia.
2. Tujuan
Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai Pancasila dan
pentingnya penerapan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga
bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam memperjuangkan
nilai-nilai Pancasila dan membantu mengatasi penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi. Dengan membahas masalah ini dan memberikan solusi-solusi, esai ini
diharapkan dapat menjadi kontribusi dalam upaya untuk menjadikan Indonesia sebagai
negara yang lebih baik dan adil bagi seluruh warganya.

B. Isi
1. Pembahasan
Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta, yang terdiri dari kata "panca" yang
berarti lima dan "sila" yang berarti prinsip atau dasar. Jadi, Pancasila adalah lima prinsip
dasar yang harus diikuti dan dilaksanakan.[2] Oleh karena itu, masyarakat Indonesia
diharapkan mengacu pada Pancasila sebagai pedoman dalam beraktivitas dan
menjalankan kehidupan.[3] Namun, meskipun menjadi ideologi negara, ada saja
penyimpangan yang terjadi terhadap nilai-nilai Pancasila di Indonesia. Dalam esai ini,
akan dibahas dua penyimpangan yang umum terjadi terhadap nilai-nilai Pancasila di
Indonesia.
Penyimpangan pertama terjadi pada nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila
pertama dalam Pancasila, yaitu "Ketuhanan Yang Maha Esa", memiliki peran kunci
dalam membangun keyakinan yang beragam dan toleransi antarwarga negara.[4]
Namun, terkadang terjadi intoleransi, sehingga nilai ini disalahartikan dan dipaksakan
kepada orang lain. Intoleransi dapat diartikan sebagai sikap, pandangan, atau perilaku
yang tidak menerima perbedaan individu, kelompok, atau komunitas lain yang
menyebabkan perbedaan pandangan atau karakteristik dari diriseseorang dianggap
salah dan harus dimusuhi, diperangi, bahkan dimusnahkan.[4] Contohnya adalah
adanya perundang-undangan yang mewajibkan setiap warga negara Indonesia untuk
memeluk salah satu agama yang diakui oleh negara. Hal ini berarti bahwa nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa yang seharusnya menjadi pilihan pribadi dan kepercayaan
yang bebas, dipaksakan kepada orang lain. Akibatnya, terjadi ketidakadilan dalam
masyarakat, karena orang-orang yang memiliki keyakinan yang berbeda-beda merasa
tidak diakui atau bahkan dihakimi oleh masyarakat yang mayoritas memeluk agama
yang diakui oleh negara.
Penyimpangan kedua terjadi pada nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia. Lingkungan sosial merujuk pada masyarakat yang terdiri dari berbagai
sistem norma yang ada di sekitar individu dan kelompok manusia.[5] Nilai ini
mengajarkan bahwa setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan hak dan
kesempatan yang sama tanpa adanya diskriminasi. Jika kita menerapkan konsep Hak
Asasi Manusia yang bersifat universal, maka hal ini harus berlaku untuk semua orang
di mana saja dan tidak dapat dipilih-pilih.[6] Contohnya adalah masih adanya
diskriminasi terhadap kelompok agama minoritas dan etnis, seperti Tionghoa dan
Papua. Kelompok minoritas ini masih sering mengalami perlakuan diskriminatif baik
dalam pendidikan, pekerjaan, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, masih
adanya ketimpangan sosial yang tinggi antara masyarakat kaya dan masyarakat miskin
di Indonesia. Kesenjangan sosial dalam masyarakat dapat timbul akibat perbedaan
kemampuan masyarakat dalam mengikuti arus modernisasi.[7] Masyarakat kaya
memiliki akses yang lebih besar terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan
dibandingkan dengan masyarakat miskin.
Untuk mengatasi penyimpangan nilai-nilai Pancasila tersebut, perlu dilakukan
upaya-upaya yang konkret dan berkelanjutan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan mengedukasi masyarakat tentang nilai-nilai Pancasila dan cara
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Penanamkan dan penerapan nilai-nilai
Pancasila dianggap dapat mengurangi pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat
terhadap kebijakan pemerintah.[8] Selain itu, pemerintah juga perlu membuat
kebijakan-kebijakan yang mendukung penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sosial dan politik di Indonesia. Contohnya adalah dengan membuat perundang-
undangan yang menjamin kebebasan beragama dan melindungi hak-hak kelompok
minoritas. Selain itu perkembangan teknologi dalam Revolusi Industri 4.0 selalu
berorientasi pada produktivitas dalam bidang bisnis dan ekonomi, dan hal ini telah
menyebabkan timbulnya kesenjangan sosial di dalam masyarakat.[9] Pemerintah perlu
melakukan redistribusi kekayaan untuk mengurangi ketimpangan sosial yang ada di
Indonesia. Selain itu, masyarakat juga perlu berperan aktif dalam memperjuangkan
nilai-nilai Pancasila. Contohnya adalah dengan memperjuangkan hak-hak kelompok
minoritas dan ikut serta dalam gerakan-gerakan sosial yang bertujuan untuk
mengurangi ketimpangan sosial.
Selain itu, Media memiliki peran penting dalam mengedukasi masyarakat
tentang nilai-nilai Pancasila.[9] Melalui program-program yang membahas tentang
nilai-nilai Pancasila, media dapat memberikan contoh-contoh bagaimana nilai-nilai
tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, media juga dapat
memberikan perhatian yang lebih pada isu-isu yang berkaitan dengan penyimpangan
nilai-nilai Pancasila, seperti diskriminasi terhadap kelompok minoritas. Dengan begitu,
masyarakat dapat lebih memahami pentingnya nilai-nilai Pancasila dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tercipta masyarakat yang berkeadilan dan
toleran.
Pendidikan merupakan faktor penting dalam mengajarkan nilai-nilai Pancasila
kepada generasi muda. Jepang, sebagai negara yang maju di bidang teknologi,
mengusulkan sebuah konsep baru yang disebut Society 5.0.[9] Indonesia dapat
meningkatkan kemampuan dalam menghadapi tantangan pada era saat ini dengan cara
melalui pendidikan.[9] Di samping itu, pendidikan merupakan faktor penting dalam
mengajarkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda. Jepang, sebagai negara yang
maju di bidang teknologi, mengusulkan sebuah konsep baru yang disebut Society5.0.
Konsep ini bertujuan untuk memperkuat pembangunan berkelanjutan dengan harapan
dapat mengatasi kemiskinan, melindungi planet, dan memastikan kemakmuran bagi
setiap manusia, yang diharapkan dapat diadopsi oleh perserikatan bangsa-bangsa dunia.
Pendidikan yang baik dapat mengajarkan nilai-nilai Pancasila dengan cara yang efektif
dan memotivasi siswa untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-
hari. Selain itu, pendidikan yang baik juga dapat membantu mengurangi penyimpangan
nilai-nilai Pancasila di masa depan dengan mengajarkan nilai-nilai Pancasila sejak usia
dini yang nantinya akan mewujudkan ketangguhan Indonesia dalam menghadapi segala
ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dapat membahayakan negara dan
bangsa baik dari dalam maupun luar negeri, secara langsung atau tidak langsung.[10]

C. Penutup
1. Kesimpulan
Penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila adalah masalah yang serius di
Indonesia. Untuk mengatasi penyimpangan ini, perlu dilakukan upaya-upaya yang
konkret dan berkelanjutan, seperti mengedukasi masyarakat, membuat kebijakan-
kebijakan yang mendukung penerapan nilai-nilai Pancasila, dan membantu generasi
muda dalam memahami dan menerapkan nilai-nilai Pancasila. Dengan cara ini,
diharapkan nilai-nilai Pancasila dapat diaplikasikan secara konsisten dan menjadikan
Indonesia sebagai negara yang lebih baik dan adil bagi seluruh warganya.
2. Saran
Pemerintah dan lembaga-lembaga terkait perlu melakukan upaya lebih besar
dalam mempromosikan nilai-nilai Pancasila dan mengurangi penyimpangan terhadap
nilai-nilai tersebut. Selain itu, masyarakat juga perlu berperan aktif dalam
memperjuangkan nilai-nilai Pancasila dan membangun kehidupan sosial yang lebih
harmonis dan adil. Lebih dari itu, setiap individu dapat mulai dari dirinya sendiri untuk
menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dalam perilaku sehari-hari. Dengan demikian,
diharapkan upaya-upaya yang dilakukan dapat membantu mengatasi penyimpangan
nilai-nilai Pancasila dan menjadikan Indonesia sebagai negara yang lebih baik dan adil
bagi seluruh warganya.

Daftar Pustaka
[1] H. M. Akbar and F. U. Najicha, “UPAYA MEMPERKUAT JATI DIRI BANGSA MELALUI
PEMAHAMAN WAWASAN NUSANTARA DI ERA GEMPURAN KEBUDAYAAN ASING,” Jurnal
Kewarganegaraan, vol. 6, no. 1, 2022.
[2] T. M. Rizqullah and F. U. Najicha, “PEGIMPLEMENTASIAN IDEOLOGI PANCASILA DALAM
KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA,” Jurnal Kewarganegaraan, vol. 6, no. 2, 2022.

[3] K. Afgrinadika Wibowo, F. Ulfatun Najicha, and I. Artikel Abstrak, “Aktualisasi Pancasila dalam
Kehidupan Masyarakat di Era Globalisasi.”

[4] N. Fadilah and F. U. Najicha, “IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA SILA PERTAMA DALAM
ERA PEMBELAJARAN DARING UNIVERSITAS SEBELAS MARET.” [Online]. Available:
http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/

[5] I. Abdul Azis Saputra and F. Ulfatun Najicha, “Pengaruh Lingkungan Terhadap Tumbuhnya Jiwa
Nasionalisme,” 2022. [Online]. Available: https://journal.actual-
insight.com/index.php/konstruksi-sosial/article/view/893

[6] S. Anang Prananto Timur, L. Karjoko, and F. Ulfatun Najicha, “Upaya Perlindungan Hukum
Terhadap Hak Kesehatan Jasmani Pasien Gangguan Jiwa Berat di Indonesia,” PLEDOI (Jurnal
Hukum dan Keadilan), vol. 2, no. 1, pp. 41–49, Mar. 2023, doi: 10.56721/pledoi.v2i1.179.

[7] E. P. Ratri and F. U. Najicha, “URGENSI PANCASILA DALAM MENANAMKAN JIWA


NASIONALISME PADA GENERASI MUDA DI ERA GLOBALISASI.” [Online]. Available:
http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/

[8] J. Penelitian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, S. Dyangrosa Permatanurani Balqis,


and F. Ulfatun Najicha, “Juni Tahun 2022 | Hal,” 2022. [Online]. Available:
https://journal.actual-insight.com/index.php/decive/article/view/634

[9] A. P. Kirani and F. U. Najicha, “Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pedoman


dalam Menghadapi Era Society 5.0 Mendatang,” Jurnal Educatio FKIP UNMA, vol. 8, no. 2, pp.
767–773, Jun. 2022, doi: 10.31949/educatio.v8i2.2391.

[10] R. N. Nisrina and F. U. Najicha, “PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP KETAHANAN


NASIONALISME WARGA INDONESIA,” Jurnal Kewarganegaraan, vol. 6, no. 2, 2022.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai