Anda di halaman 1dari 3

Nama: Zerlina Alpha Febrianti

NIM: 2009200414201008
Prodi: S1 Keperawatan
Tugas: Pendidikan kewarganegaraan

Tugas: Menuliskan contoh-contoh kasus yang ada di Indonesia yang


berhubungan dengan nilai-nilai Pancasila dan solusinya

1. Kasus kericuhan yang terjadi di Kendari dikarenakan penghinaan kepada suatu suku
tertentu.

Kasus kesenjangan sosial tersebut dapat memicu disintegrasi bangsa dan tidak
searah dengan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila utamanya pada
sila ke tiga yaitu “persatuan Indonesia” dan sila ke dua “kemanusiaan yang adil dan
beradab” mengingat Indonesia adalah bangsa yang majemuk.

Solusi: perbedaan-perbedaan kebudayaan secara historis di antara berbagai


masyarakat seharusnya dihargai oleh penguasa pemerintah, dan masyarakat harus
bijak dalam bersosial dalam mengahadapi suatu masalah agar tidak memicu
disintegras bangsa. mith berargumen konsep pluralisme diperlukan sebagai konsep
payung yang akan digunakan secara komparatif dalam antropologi sosial.

Referensi: Lubis Zulkifli, 1 April 2006, jurnal antropologi sosial budaya, Laboratorium
Pengembangan Masyarakat (LPM-ANTROP) Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, USU

2. Kasus ketimpangan gender

Ketimpangan gender terjadi bila terdapat ketidaksamaan hak dan perlakukan antara
laki-laki dan perempuan, baik itu dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,
maupun bernegara. Ketimpangan ini bisa dilihat dari sedikitnya jumlah perempuan
yang diberi kesempatan bekerja di sektor industri. Jelas hari ini ini tidak sesuai
dengan nilai sila Pancasila pada sila kelima yang berbunyi keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Solusi: Pemerintah seharusnya sensitif gender dan anak dengan melakukan upaya-
upaya mengatasi kesenjangan gender dan bentuk diskriminasi ini ni untuk menjamin
terpenuhinya kebutuhan praktis maupun strategis bagi segenap kalangan melalui
PUG (Pengarusutamaan Gender) menggunakan metode survei dan studi pustaka. 
Nih Luh arjani berpendapat bahwa Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan gender
(KKG) bukanlah merupakan suatu yang mudah, tetapi memerlukan perjuangan
yang ekstra keras karena hal ini berkaitan erat dengan perubahan nilai budaya
atau konstruksi sosial budaya yang telah berurat akar di masyarakat. Namun
demikian, karena semua nilai budaya yang ada di masyarakat adalah bentukan
manusia, maka pada prinsipnya hal ini bisa diubah tetapi memerlukan proses
yang panjang. Melalui upaya yang serius dan berkesinambungan maka secara
lambat laun ideologi gender yang bersifat merugikan salah satu jenis kelamin
akan dapat dikikis sehingga pada gilirannya kesetaraan dan keadilan gender di
masyarakat Indonesia pada umumnya dan di Bali khususnya akan dapat
terwujud.
Referensi: Valentina Anisa, 17 februri 2019, analisis dan pengarusutamaan
perempuan dan perlindungan anak: jurnal perempuan agama dan gender
Arjani Ni Luh, 2008, KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DAN TANTANGAN
GLOBAL, Srikandi universitas Udayana
Radjab, B. 2002. "Pendidikan Sekolah dan Perubahan Kedudukan Perempuan Jurnal
Perempuan Untuk Pencerahan dan Kesetaraan. Nomor 23. Halaman 19 23.
3. Kasus perbedaan pendapat yang memancing konflik dan kericuhan antar pihak

Contoh kasus ini disebabkan oleh perbedaan pendapat antara pihak yang saling
mempertahankan komitmen dan argumen demi kepentingan masing-masing. Jelas
hal ini dapat memicu konflik, kesombongan terhadap pihak yang diunggulkan, serta
kecemburuan kecemburuan sosial antar pihak hal ini bertentangan dengan hukum
Pancasila pada sila ke-4 yang berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan”

Solusi: Berdasarkan pendapat saya upaya solusi yang dapat dilakukan adalah dengan
menerapkan nilai dari Pancasila itu sendiri dimana dalam mencapai suatu tujuan
yang melibatkan banyak pihak maka keputusan dalam menjalankannya secara
bermusyawarah dan hikmat serta menghargai pendapat dari pihak lain dan tidak
meninggikan ego agar tercapainya suatu tujuan bersama tanpa menimbulkan konflik.

4. Kasus munculnya ajaran agama atau sekte sesat


Tidak dapat dipungkiri kasus semacam ini banyak terjadi di Indonesia gimana ajaran-
ajaran agama dan sekte baru yang dinilai tidak sesuai dengan hukum yang telah
ditetapkan di Indonesia di mana agama yang resmi terdiri dari Islam, Kristen
protestan, Kristen Katolik Hindu, Buddha dan Konghucu. Munculnya sekte-sekte atau
agama baru ini dapat memicu ancaman terhadap bangsa dan hukum di dalam negeri
itu sendiri yang di mana hukum dalam beragama telah ditetapkan dalam Pancasila
poin atau sila pertama yang berbunyi “ketuhanan yang maha Esa”. Hasil Penelitian
ini adalah awal munculnya gerakan radikalisme di Indonesia karena persoalan
kesenjangan-kesenjangan yang masuk ke ranah sosial, ekonomi, bahkan politik.
Sebuah bukti bahwa radikalisme ini muncul karena kegagalan negara Indonesia
memberikan keadilan sosial serta kesejahteraan seperti yang tertuang dalam
pembukaan UUD RI 1945. Negara Indonesia belum mampu mewujudkan
kesejahteraan yang mengakibatkan munculnya kesenjangan-kesenjangan sosial.
Oleh Karena itu, perlu perbaikkan kesejahteraan masyarakat sehingga radikalisme
agama mampu di cegah sedini mungkin karena dapat mengancam dari ideologi
Pancasila itu sendiri
Solusi: Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan langsung menindaki inti dari
permasalahan pada sumbernya dengan pihak keamanan dan berwajib menekan atau
meniadakan munculnya hal tersebut dengan hukum yang berlaku.
Referensi: Tanamal Nini Adelina, Juni 2020, intergritas jurnal teologi, Pancasila
sebagai landasan bagi spiritualitas bangsa Indonesia dalam menghadapi intoleransi,
UI Indraprasta PGRI Jakarta

5. Fenomena sifat etnosentrisme dan xenosentrisme yang terjadi pada khalayak


masyarakat
Kedua sifat sangat berdampak terhadap integritas bangsa karena dapat memicu
permasalahan pluralitas, perbedaan budaya ini seringkali menjadi pemicu munculnya
konflik suku bangsa agama ras dan antargolongan (SARA). walaupun sebenarnya
faktor-faktor penyebab dari kolam tersebut adalah persoalan-persoalan politik
kemiskinan dan ketidakadilan sosial dan kesenjangan ekonomi. Komunikasi dalam
konteks keragaman budaya sering kali mengalami hambatan dan kendala misalnya
penggunaan bahasa, lambang-lambang, nila,i atau norma norma masyarakat yang
berbudaya.

Solusi: usaha untuk meminimalisir hal tersebut adalah dengan menanamkan dan
menerapkan nilai-nilai Pancasila dan bhinneka tunggal Ika pada diri kita.

Referensi: Suraya, 2014, Mempertahankan Integrasi Nasional Dengan Komunikasi


Antar Budaya, UP Gatot Subroto Jakarta

Anda mungkin juga menyukai