PENDIDIKAN PANCASILA
Disusun oleh :
Yadi Supriyadi
NPM 2213031103
Rasisme bukanlah suatu hal yang menjadi rahasia bagi masyarakat umum. Rasisme
sudah ada mulai dari zaman penjajahan hingga zaman kemerdekaan saat ini. Seolah-olah
rasisme sudah menjadi suatu hal yang lumrah dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Rasisme ialah suatu tindakan di mana orang lain melakukan hinaan dan Stereotipe
terhadap warna kulit dan bentuk fisik, diskriminasi di sekolah, tempat kerja, pengadilan,
hingga intimidasi oleh aparat keamanan. Banyak orang di seluruh dunia, bahkan di
Indonesia yang didiskriminasi hanya karena warna kulitnya. Bagaimana ketika fenomena
ini dikaitkan dengan pendidikan Pancasila? Secara formal Pancasila adalah suatu
pandangan hidup bangsa Indonesia dimana semua nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
diambil dari nilai-nilai dan budaya bangsa Indonesia sendiri.
Pancasila sudah ada sejak zaman penjajahan hingga zaman kemerdekaan. Pancasila
merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia dan merupakan dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pancasila akan menjadi sangat ideal jika warga negara Indonesia
mampu memahami Pancasila, kemudian mempraktikkannya dalam kehidupan pribadi,
kehidupan bermasyarakat, maupun dalam dunia kerja.
Pancasila memiliki lima nilai dasar, di antaranya ialah nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan. Nilai-nilai Pancasila
tersebut memiliki makna tersendiri dan harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun saat ini, banyak sekali masyarakat yang menentang nilai-nilai yang ada di
dalam Pancasila. Oleh karena itu, di dalam essay ini saya akan membahas permasalahan
Rasisme yang masih tersebar luas di seluruh Indonesia.
Rasisme sendiri merupakan suatu tindakan yang bertentangan dengan nilai Pancasila
pertama, kedua, ketiga dan kelima. Pertama, rasisme bertentangan dengan nilai ketuhanan
karena telah menghina ciptaan-NYA. Kedua, rasisme bertentangan dengan nilai
kemanusiaan karena orang yang melakukan aksi rasisme ialah orang yang tidak beradab
dan tidak memanusiakan manusia. Ketiga, rasisme bertentangan dengan nilai persatuan
karena dengan adanya aksi rasisme ini akan menghancurkan kesatuan bangsa dan negara
sehingga tidak menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika. Keempat, rasisme bertentangan
dengan nilai keadilan karena korban rasisme tidak mendapatkan keadilan seperti yang
terkandung dalam sila ke lima Pancasila.
Saya dapat mengambil salah satu contoh rasisme yang terjadi di Indonesia. Dilansir
dari detik.com, Rabu (25/5/2022) mahasiswi berinisial SA yang menghina Dekan Fakultas
Ekonomi inisial FE dengan nada rasis di salah satu Universitas di Makassar. Dekan FE
awalnya mengajarkan mata kuliah secara online di kelas SA pada Sabtu (14/5/2022) lalu.
Pada saat itu SA membuat tangkapan layar berisi wajah FE yang sedang mengajar. Lebih
lanjut SA menjadikan tangkapan layar wajah FE tersebut sebagai postingan story
Instagram miliknya dan memberi caption wajah dekannya itu dengan sebutan monyet.
Salah satu teman sekelas yang melihat postingan story milik SA tersebut langsung
melakukan tangkapan layar. Pada akhirnya postingan SA yang menghina dekannya di
viralkan di media sosial.
Dari satu contoh kasus tersebut, kita bisa mengetahui bahwasanya masih banyak
rasisme yang terjadi di Indonesia.
Pendidikan Pancasila sangat diperlukan dan perlu diajarkan kepada masyarakat mulai dari
kalangan anak-anak hingga dewasa agar terciptanya nilai-nilai Pancasila yang dapat
membuat generasi menjadi lebih baik.
Pemerintah dapat melakukan sosialisasi pendidikan Pancasila kepada masyarakat, agar
masyarakat awam dapat mengerti, memahami dan mengamalkannya.
Selain peran pemerintah, masyarakat juga memiliki peranan penting dalam menghadapi
aksi rasisme.
Masyarakat dapat meningkatkan toleransi agar menghindarkan perpecahan antar pihak
lainnya karena masing-masing menjunjung tinggi perbedaan serta menjunjung tinggi
Bhineka Tunggal Ika.
Masyarakat dapat membuat poster dan postingan di media sosial dengan tema “Stop
Rasisme” agar orang-orang tersadar dan mulai meninggalkan aksi rasisme.
Selain itu peran sekolah dan Perguruan tinggi juga turut berperan penting untuk
mengajarkan betapa pentingnya menghargai satu sama lain dan menanamkan sikap
Pancasila dalam diri masing-masing.
Rasisme merupakan suatu tindakan negatif dan akan memberikan dampak buruk
bagi setiap orang. Oleh karena itu pendidikan Pancasila sangat diperlukan di Indonesia
agar tetap menjunjung tinggi semua nilai yang ada.
Peran pemerintah, masyarakat, sekolah, dan diri sendiri sangat diperlukan untuk
memberantas aksi rasisme.
Saya memiliki saran agar kita terus bertoleransi dan menjunjung tinggi nilai
Pancasila. Dengarkan kisah mereka yang menjadi korban rasisme yang ada di sekelilingmu
agar turut merasakan yang mereka alami dan dapat menumbuhkan perilaku simpati yang
lebih dalam di diri kita.
Daftar Pustaka :
4. Tim detikSulsel. Ulah Mahasiswi Atmajaya Hina Dekan dengan Narasi Rasis.
https://www.detik.com/sulsel/hukum-dan-kriminal/d-6094142/ulah-mahasiswi-
atmajaya-hina-dekan-dengan-narasi-rasis. Diakses tanggal 28 Agustus 2022.