Anda di halaman 1dari 2

Sexual Harassment of Women in Campus, Bagaimana Awareness Mahasiswa

dalam Menanggapinya?

Nama : Giska Andara Putri


Program Studi : Manajemen
Sub Tema : Pengembangan Kebijakan dan Protokol

Setiap tindakan seksual, upaya untuk mendapatkan tindakan seksual, komentar atau
ajakan seksual yang tidak diinginkan, atau tindakan untuk memperdagangkan, atau diarahkan
terhadap seksualitas seseorang dengan menggunakan pemaksaan, dengan cara apa pun
(World Health Organization, 2002). Definisi ini batasannya luas tidak hanya pada tindak
pemerkosaan, tetapi banyak tindakan lain yang termasuk ke dalam pelanggaran hak asasi
manusia.

Kasus kekerasan seksual semakin banyak terungkap di masyarakat dengan adanya


media sosial yang membantu penyebaran informasi tersebut. Kasus tersebut terjadi baik di
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau kampus maupun di tempat umum. Menurut
catatan Komnas Perempuan tahun 2020, kekerasan seksual naik mencapai sembilan belas
persen. Terjadi lonjakan pelaporan kasus dalam kurun waktu 2015-2020, yaitu 11.975 kasus.
Namun kenaikan tersebut lebih banyak terjadi di ranah personal sekitar sepuluh persen lebih
banyak dibandingkan dengan yang terjadi di ranah publik. Banyak juga dari korban
kekerasan seksual terutama pada perempuan yang memilih untuk bungkam karena tidak
adanya akses pengaduan. Hal tersebut terjadi di lingkungan kampus karena adanya tingkat
hierarki yang berbeda antara pelaku dan korban sehingga pelaku merasa memiliki kekuatan
untuk mendapat apa yang mereka inginkan. Terlihat bahwa kebijakan dan protokol belum
terlaksana dengan baik untuk menanggapi kasus kekerasan seksual. Hal ini sangat penting
karena dengan adanya kebijakan dan protokol yang baik, korban yang mengalami kasus
tersebut dapat melakukan pengaduan kepada pihak terkait untuk menindaklanjutinya.

Di sinilah peran mahasiswa sangat dibutuhkan untuk menanggapi masalah tersebut


karena mahasiswa adalah agen of change dan social control. Pendidikan yang baik
melahirkan agen perubahan yang dibutuhkan oleh seluruh masyarakat dalam memajukan
suatu bangsa. Agen perubahan yang dimaksud adalah mahasiswa (Maftuh, 2009). Sedangkan
sebagai social control, mahasiswa memfokuskan idri pada teknik dan strategi yang mengatur
tingkah laku manusia dan membawanya kepada penyesuaian atau ketaatan kepada aturan
masyarakat (Hirschi, 1969). Mahasiswa dalam perannya tersebut harus dapat bertindak tidak
hanya menjadi seorang penggagas, tetapi terjun langsung menjadi objek dari perubahan.
Mereka juga harus memiliki sikap kritis dan proaktif yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan
sosial dengan menyampaikan ide-ide perbaikan yang logis secara santun. Dalam kasus ini
mahasiswa dapat menjadi penghubung antara korban baik dengan pihak kampus maupun
pemerintah untuk menindaklanjutinya dan mensosialisasikan pada masyarakat untuk
meningkatkan awareness terhadap kasus kekerasan seksual terutama pada perempuan.

Anda mungkin juga menyukai