• narrative review.
• Artikel yang digunakan pada studi ini diambil
dari Google Scholar dan Pubmed dengan total
artikel yang sesuai dengan kriteria adalah 10
artikel. Semua artikel yang digunakan dalam
studi ini berasal dari tahun 2020
Hasil
Dampak kekerasan perempuan dapat
mempengaruhi pada gangguan reproduksi
seperti ketidakteraturan menstruasi,
gangguan dalam proses kehamilan, dan
gangguan mental seperti munculnya
kecemasan, takut, letih, dan stress, bahkan
tidak jarang berdampak pada gangguan
makan dan tidur
Kesimpulan
• María-Leticia Meseguer-Santamaría * ,
Francisco Sánchez-Alberola and Manuel Vargas-
Vargas. Vol.18 No.2 (2021).
• DOI : https://doi.org/10.3390/ijerph18020728
Judul jurnal ke -5
Intimate Partner Violence against Women with
Disabilities in Spain: A Public Health Problem
Latar Belakang
Kekerasan terhadap perempuan penyandang disabilitas
merupakan masalah sosial dengan konsekuensi penting
bagi kesehatan fisik dan mental mereka. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kekerasan terhadap
perempuan sebagai masalah prioritas kesehatan
masyarakat pada tahun 1996 dan fakta bahwa kekerasan
digunakan oleh pasangan intim dan pada perempuan
penyandang cacat memperburuk situasi. Oleh karena itu,
ini adalah masalah yang harus ditangani dari sudut
pandang kesehatan masyarakat. Kekerasan dipelajari dari
berbagai aspek: Kontrol fisik, psikologis, seksual, atau
sosial, dan berbagai konsekuensinya dalam kesehatan
perempuan dan penggunaan layanan kesehatan.
Metode
Penelitian ini mengkaji insiden kekerasan
pasangan intim dan konsekuensinya terhadap
kesehatan perempuan penyandang disabilitas dan
dampaknya terhadap pelayanan kesehatan. Dan
menggunakan teknik regresi ligistik biner
Hasil
Penelitian mencerminkan dampak IPV pada
kesehatan wanita dan sistem kesehatan di
Spanyol, menegaskan studinya sebagai masalah
Kesehatan Masyarakat, Prevalensi kekerasan fisik
atau seksual mencapai 14,24% wanita Spanyol.
Meskipun angka keseluruhan mirip dengan yang
diperkirakan pada sumber-sumber lain, insiden
yang lebih tinggi dari kekerasan seksual disorot
(8,88%), angka yang hampir dua kali lipat yang
ditunjukkan oleh FRA
Kesimpulan