Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

DESKRIPSI HASIL ASESMEN KLIEN

A. Identitas Klien

Nama Klien :N

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/tanggal lahir : Makassar, 16 Juli 1995

Pendidikan : SMA/MA (Sementara Berkuliah)

Alamat asal : Jalan Cumi-cumi, Kota Makassar

Agama : Islam

Klien merupakan seorang laki-laki berusia 22 tahun dengan tinggi

badan ±165 cm dan berat ±50 kg. Klien berasal dari Makassar dan berstatus

Mahasiswa di salah satu Universitas di Kota Makassar. Dan saat ini menjadi

salah satu residen rawat inap di Lembaga Rehabilitasi Korban

Penyalahgunaan Napza yang merupakan mitra Kementerian Sosial di Kota

Makassar yaitu Yayasan Kelompok Peduli Penyalahgunaan Narkotika dan

Obat-obat Terlarang (YKP2N) yang telah sejak lama konsen dalam

rehabilitasi korban Penyalahguna Napza. Seiring waktu, sedikit demi sedikit

Klien perlahan telah menunjukkan kemajuan yang signifikan semenjak masuk

menjadi residen rawat inap. Klien tergolong orang yang rajin, responsive,

pandai, dan berbakat dalam menjalankan tugasnya sehingga klien dapat lebih

cepat kemanjuannya daripada santri lainnya. Klien pun telah diperbantukan

oleh pemilik Yayasan untuk mengurus masalah keamanan serta urusan

konsumsi bagi pasien lainnya di Yayasan.

46
47

Saat masuk menjadi residen di Yayasan Kelompok Peduli

Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obat Terlarang (YKP2N), klien sudah

tidak lagi menggunakan Napza. Namun akibat dari penggunaan Napza,

awalnya membuat klien terkena mengalami gangguan emosional yakni

mudah tersinggung, emosi yang meledak-ledak tanpa pandang sesama,

terkadang mengamuk dan juga bersikap keras kepala. Klien memiliki situasi

emosional yang berlebihan meski di sisi lain pembawaan klien cenderung

bersikap tenang. Klien pun menjadi memiliki banyak ketakutan dengan

berbagai hal terutama pada hubungan dengan orang-orang terdekatnya.

Klien sering mengatakan bahwa orang lain sangat mudah

mempengaruhi dan memanfaatkannya, hingga kemudian terjerumus dalam

penggunaan Narkotika. Selain itu, banyak hal yang menjadi ketakutan klien

pada saat awal masuk di Yayasan, salah satunya yaitu sulit untuk beradaptasi

di lingkungannya yang baru, karena lebih memikirkan hal yang berkaitan

dengan komunikasinya pada orang-orang terdekatnya seperti teman bahkan

kekasihnya.
48

B. Identitas Keluarga

Tabel 4.1
Identitas Keluarga Klien
Hubungan dengan
No. Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
Klien
1. AS Ayah kandung tahun 50 Wiraswasta
2. MN Ibu kandung tahun 48 Penjahit
3. ZN Kakak kandung tahun 27 PNS
4. ZM Adik kandung tahun 18 Pelajar
Sumber : Hasil wawancara dengan klien and significant others
Klien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah (AS) dan

ibu kandung (MN) klien sibuk dengan urusan pekerjaannya masing-

masing, karena kesibukan pekerjaan orang tuanya ini membuat kurangnya

perhatian terhadap klien, hubungan komunikasi menjadi sangat terbatas,

kurangnya kepedulian orang tua terhadap klien membuatnya mencari

kesibukan dan kebebasan tersendiri di luar rumah seperti bergaul dan

berinteraksi pada teman sebayanya tanpa mengenal waktu. Meski

kurangnya kepedulian orang tua terhadap klien, orang tua klien sering

memberikan pelbagai fasilitas berlebih terhadap klien seperti kendaraan,

uang, maupun alat komunikasi yang membuatnya begitu mudah

berkomunikasi dengan sesamanya, dan pergi kemanapun tanpa kenal

waktu. Hubungan klien pada kakak maupun adiknya di rumah sangat

terbatas dan tidak begitu intens dikarenakan kesibukan yang dijalani

masing-masing.
49

AS MN
Klien sering dimanjakan Hubungan orang tua dengan
dengan fasilitas yang diberikan klien yang tidak terlalu intens
oleh orang tuanya dilakukan

ZN ZM
N
Hubungan dengan
Klien Hubungan Klien terhadap
kakak dari klien yang
menggunakan adiknya tidak terlalu kuat,
terlalu kuat, karena
Napza karena kesibukan masing-
telah berkeluarga
masing

Bagan 2
Genogram Keluarga Klien “RT”
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

Berdasarkan genogram tersebut terlihat bahwa tidak ada yang

pernah menggunakan Napza dalam keluarga klien selain klien. Oleh

karena itulah keluarga klien kaget ketika klien diketahui menggunakan

Napza. Klien juga tidak memiliki hubungan yang sangat intens dengan

keluarganya karena hubungan komunikasi yang sangat terbatas, klien

terlalu diberi kebebasan dan keleluasaan akibat pemberian


50

fasilitas/pemanjaan berlebihan dari orang tuanya, sehingga klien mudah

menyalagunakan fasilitas yang diberikan ke arah yang negatif bagi dirinya

sendiri. Dapat dikatakan keluarga klien ini mampu dari fasilitas yang

diberikan oleh kedua orang tuanya, mulai dari motor, mobil, sampai uang

berjuta-juta pun diberikan oleh orang tua klien, apalagi fasilitas ini

diberikan lebih oleh Ayah kandung dari klien. Hubungan terhadap kakak

maupun adik kandung dari klien cenderung kurang terbangun karena

kesibukan masing-masing dari saudaranya, kakak kandungnya sudah

berkeluarga, sementara adik kandungnya sibuk mengurus pendidikannya.

Pemanjaan orang tua dengan memberikan fasilitas secara berlebih

memungkinkan klien untuk memanfaatkan itu, apalagi keleluasaan dan

kebebasan senantiasa mudah diperoleh dari orang tuanya, klien pun

bahkan cenderung aktif di luar rumah bersama teman sepergaulannya

dibanding di rumahnya sendiri.

C. Pernyataan Rujukan

Klien masuk menjadi santri di Yayasan Kelompok Peduli

Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obat Terlarang (YKP2N) pada bulan

Februari 2018 atas hasil rujukan dari pihak keluarga klien. Saat itu, klien

dijemput langsung oleh relawan Yayasan di rumahnya dan atas permintaan

dari kedua orang tuanya selanjutnya dibawa ke yayasan untuk ditangani

secara langsung. Klien baru menjalani rehabilitasi, setelah diketahui oleh

keluarga bahwa klien dalam pengaruh Narkotika. Hal tersebut diketahui

oleh orang tua klien, setelah kondisi emosional klien berubah seperti
51

pembawaannya yang tak tenang, mudah tersulut emosi, hingga mudah

mengamuk. Memang berat bagi orang tua klien untuk berpisah sementara

dengan klien (anak), meski begitu hal ini sebagai bentuk penanganan serta

pencegahan yang harus dilakukan oleh keluarga agar dapat

menyembuhkan klien dari pengaruh Narkotika. Klien pun yang sedang

berkuliah dengan sementara berhenti dalam aktivitas perkuliahannya untuk

menjalani rehabilitasi yang pertama kali selama enam bulan di yayasan

tersebut agar dapat ditangani secara intensif.

D. Riwayat Masa Lalu Klien

1. Riwayat Penggunaan Napza

Tabel 4.2
Riwayat Penggunaan Napza
Jenis Frequensi Dosis Usia Usia Cara Over
Napza pertama terakhir menggun dosis
pakai pakai akan
Sabu Sering ±0,2- 16 22 tahun dihisap Tidak
(Metamfeta 0,3 Tahun pernah
mina) gram
Sumber : Hasil wawancara dengan klien

Sejak kecil klien telah dimanjakan oleh orang tuanya. Klien

dimanjakan dengan pemberian fasilitas dari kedua orang tuanya,

fasilitas ini diberikan sebagai penenang bagi klien yang terbiasa

ditinggal oleh kedua orangtuanya yang sibuk dengan pekerjaannya.

Setelah menginjak usia 16 tahun dimana klien pada saat itu telah

menduduki kelas 1 SMA atau lebih tepatnya pada tahun 2011, klien

sering aktif di luar rumah bersama dengan teman sebayanya. Klien

pada saat itu pernah bergabung dengan salah satu geng/komunitas


52

motor di Kota Makassar, bergabungnya bukan tanpa alasan, selain dari

ajakan/tuntutan pergaulan teman sebaya, klien juga memiliki hobi

sebagai pebalap motor bersama temannya lain. Inilah pintu awal

dimana klien pertama kali mencoba Narkotika jenis Metamfetamina

(Sabu). Saat itu klien dengan ajakan temannya, mulai mencoba

Narkotika jenis Metamfetamina, melalui bujukan dan pengaruh

temannya yang mencoba meyakinkan bahwasanya ketika mencoba

Narkotika jenis Metamfetamina ini klien dapat meningkatkan

kepercayaan dirinya, utamanya pada saat ingin balap motor kala itu.

Pada tahun-tahun berikutnya kemudian terus berlanjut, Dosis

penggunaan klien meningkat setelah setahun lebih mengkonsumsinya.

Hal tersebut dikarenakan klien sudah tidak merasakan efek yang

diinginkan dengan dosis awal konsumsi. Efek yang dirasakan klien

setiap setelah mengkonsumsi yaitu merasakan peningkatan

kepercayaan diri, dan gairah untuk bergerak sehingga klien merasa

lebih bersemangat beraktivitas dengan hobynya ketika telah

mengkonsumsi Metamfetamina. Dan karena kecanduan akan

Metamfetamina ini membuat klien semakin terpuruk, perubahan demi

perubahan terus terjadi utamanya pada sikap emosional serta

permbawaan klien, yang mudah tersulut emosi, mengamuk, dan

pembawaannya yang begitu keras terhadap siapapun dan dimanapun.


53

Perubahan itupun membawa dampak bagi klien, utamanya ketika

dalam kondisi sakau, apapun dan dengan cara bagaimanapun klien

harus berusaha keras demi mendapatkan Narkotika jenis

Metamfetamina untuk ia konsumsi kembali. Mula-mula, klien

mencoba memanfaatkan sikap pemanjaan dari kedua orang tuanya agar

dapat diberikan uang yang dilakukan secara berulang-ulang dengan

berbagai alasan hingga orang tuanya mulai curiga karena sikapnya

yang begitu boros pengeluaran dan akhirnya mulai membatasi

pemberian uang tersebut terhadap klien.

Dibatasinya pemberian uang tersebut tak lantas membuat klien

putus asa, hasil pemberian uang yang dibatasi tersebut digunakan

bertaruh dalam permainan judi online, untuk mendapatkan uang yang

lebih banyak. Dan ketika klien menang dalam permainan judi itu,

hasilnya biasa dipergunakan untuk membeli Metamfetamina ini dan di

konsumsinya sendiri, bahkan ketika bermain judi online ini klien

mengkonsumsinya agar dapat meningkatkan kepercayaan dirinya

dalam bermain taruhan.

Tak sampai disitu saja, selain dari hasil judi, klien juga

mendapatkan penghasilan dari hasil kerjanya sendiri kepada orang

lain, bahkan klien sempat menjadi kurir Narkotika, dari hasilnya

menjadi kurir, klien diberikan Narkotika jenis Metamfetamina dan

sejumlah uang dari Bosnya. Klien juga sempat melakukan aksi

kriminal dengan melakukan pembegalan bersama dengan temannya


54

dan dibawah pengaruh Narkotika klien dengan temannya ini

melancarkan aksinya, peran klien pun berlaku sebagai joki motor.

Hingga dari aktivitasnya ini baik itu menjadi kurir ataupun melakukan

aksi kriminal, klien sermpat berurusan dengan pihak kepolisian

sebelum akhirnya dilepaskan melalui jalan damai, hingga kasusnya tak

dilanjutkan.

Setelah kejadian tersebut, klien mulai berhenti dari aktivitasnya.

Namun, bukan berarti berhenti dari kecanduan akan Narkotika. Dari

kecanduannya akan Narkotika yang terjadi terus-menerus terhadap

klien, puncaknya klien sampai rela mengorbankan harta bendanya dari

fasilitas yang diberikan oleh orangtuanya untuk di gadaikan dan dijual

bahkan harus mengutang pada orang terdekatnya dengan jumlah besar

untuk kemudian dapat membeli dan mengkonsumsi Metamfetamina.

Selama terjerumus dalam pengaruh Narkotika ini, hubungan klien

pun dengan orang-orang terdekatnya menjadi merenggang utamanya

pada kekasih dan keluarga klien. Sikap dan pembawaannya yang mulai

berubah semenjak memakai Narkotika, membuat situasi emosional

klien menjadi mudah tersulut emosi, nekat, mengamuk, dan tak

pandang menyakiti siapapun sekalipun pada orang-orang terdekatnya

utamanya pada kekasih, keluarga, dan temannya sendiri.

Karena terlalu sering mudah emosi terhadap hal sekecil apapun

hingga sering mengamuk pada orang terdekatnya, akhirnya atas

permintaan pihak keluarga, klien dibawa ke Yayasan Kelompok Peduli


55

Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obat Terlarang (YKP2N) guna

mendapatkan pemulihan dari pengaruh narkotika, baik secara fisik,

mental, psikologis, maupun secara sosial dari klien.

2. Riwayat Perawatan Klien

a) Jenis Perawatan Penyalahgunaan Napza yang Pernah

Didapatkan Klien

Klien merupakan residen yang dibawa langsung oleh relawan ke

Yayasan atas permintaan keluarganya. Selama berada di yayasan

tersebut klien mendapatkan pemulihan melalui pelbagai aktivitas

yang rutin dilakukan oleh Yayasan secara disiplin. Berada di

Yayasan membuat klien menjadi rajin mengikuti aktivitas-aktivitas

yayasan, baik dengan aktivitasnya beribadah yang diterapkan

secara disiplin oleh yayasan, aktivitas kebersihan lingkungan,

maupun aktivitas lain yang dapat mewadahi minatnya. Selain itu

pemulihan dilakukan secara intens oleh relawan melalui terapi

mental atau pemulihan psikologis klien.

b) Sikap Klien Terhadap Perawatan

Selama 3 bulan berada di Yayasan Kelompok Peduli

Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obat Terlarang (YKP2N),

klien aktif mengikuti semua aktivitas dan terapi yang diterapkan

oleh yayasan. Walaupun pada awalnya klien merasa sangat sulit

beradaptasi dengan lingkungannya yang baru ini, namun klien tetap


56

patuh serta rajin mengikutinya. Klien juga tidak pernah

melewatkan shalat berjamaah ketika dirinya bisa melaksanakannya.

Klien telah merasa mendapat ketenangan selama berada di

yayasan dengan mengikuti pelbagai aktivitas, hal tersebut yang

membuat klien mulai nyaman menjalankan pemulihannya. Klien

juga merasa senang karena saat ini telah diberikan tugas tambahan

untuk mengurusi konsumsi bagi para residen lainnya. Walaupun

klien jarang mendapatkan kunjungan oleh keluarganya dalam,

tetapi klien merasa nyaman dengan dirinya dapat menyibukkan diri

di yayasan.

c) Perawatan Kesehatan Mental

Terapi yang diberikan dari Yayasan Kelompok Peduli

Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obat Terlarang (YKP2N)

kepada klien juga merupakan bentuk pemulihan mental. Melalui

terapi pelbagai teknik terapi yang dilakukan oleh relawan pada

yayasan yang bertujuan untuk memulihkan serta memberikan

ketenangan bagi kondisi mental klien sehingga dapat membantu

klien menenangkan diri.


57

d) Sikap Sebelum Mengikuti Treatment

Menjadi residen di Yayasan Kelompok Peduli Penyalahgunaan

Narkotika dan Obat-obat Terlarang (YKP2N) memang bukan

merupakan keinginan pribadi dari klien melainkan atas permintaan

keluarga pada yayasan. Pada awal berada di Yayasan klien sempat

menunjukkan ketidaksenangannya hingga pernah mengamuk pada

saat-saat pertamanya menjalani pemulihan di yayasan. Akibatnya,

klien sempat menjalani proses isolasi di ruang khusus bagi para

residen yang pernah melakukan tindakan pelanggaran. Namun,

seiring berjalannya waktu pemulihan, klien telah menunjukkan

perkembangan dengan mengikuti semua kegiatan dan terapi di

Yayasan. Klien mampu mengerti kondisinya berada di yayasan

sehingga dapat kooperatif mengikuti terapi dan kegiatan.

3. Riwayat Medis

Klien tidak memiliki riwayat penyakit apapun dan belum pernah

dirawat secara intensif akibat suatu penyakit. Tidak ada pula catatan

medis tentang klien selama praktikan melakukan asesmen.

4. Kebutuhan-Kebutuhan Dasar

Selama berada di Yayasan Kelompok Peduli Penyalahgunaan

Narkotika dan Obat-obat Terlarang (YKP2N), kebutuhan-kebutuhan

dasar klien tetap dapat terpenuhi karena klien diberikan makan tiga

kali sehari, pakaian yang klien pakai juga diberikan dari yayasan, dan

klien saat ini mendapatkan tempat tinggal yang baik. Selama tiga
58

bulam ini, klien telah membantu dalam menyiapkan makanan untuk

para residen lainnya.

E. Dinamika Keberfungsian Klien

1. Dinamika Keberfungsian Biologis

Klien memiliki kondisi fisik yang sehat dan tidak memiliki cacat

fisik sehingga mampu beraktivitas dan mengikuti kegiatan rehabilitasi

di yayasan. Hanya saja klien akan terlihat lemah dan lesu bila tidak

merokok dalam sehari sehingga klien belum dapat berhenti dari

kebiasaan merokoknya.

2. Dinamika Keberfungsian Psikologis

Kondisi psikologis klien yang memiliki permasalahan. Klien selalu

menunjukkan kekhawatiran terhadap orang-orang terdekatnya

utamanya pada kekasih dan keluarganya. Klien pun merasakan

kekhawatiran sebagai akibat yang pernah diperbuatnya. Akibat dari

kekhawatirannya itu, menyebabkan klien sering berpikir yang tidak-

tidak terhadap orang-orang yang terdekatnya terutama pada

hubungannya kedepan dengan kekasihnya yang selama ini menjadi

kekhawatirannya semenjak menjalani pemulihan di yayasan.

3. Dinamika Keberfungsian Sosial

Klien yang saat ini menjadi residen di Yayasan Kelompok Peduli

Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obat Terlarang (YKP2N) lebih

banyak berinteraksi dengan residen serta relawan di yayasan sehingga


59

tidak dapat lagi bersentuhan dengan Napza dan lebih banyak bekerja

membantu para relawan di yayasan.

Sebenarnya klien termasuk orang yang tenang dan ramah terhadap

orang lain. Terlihat dari keseharian klien dengan relawan dan residen

lainnya di yayasan. Namun klien merupakan orang yang mudah

tersinggung dengan perkataan orang lain yang dipicu karena

pemikirannya yang selalu merasa tidak senang dengan perkataan

negatif orang lain.

Hubungan klien dengan keluarganya bisa dikatakan mulai

membaik selama menjalani pemulihan di yayasan. Klien telah

beberapa kali dikunjungi oleh kedua orang tua dan terakhir kali

dikunjungi oleh kekasihnya sejak berada di Yayasan.

4. Dinamika Keberfungsian Spiritual

Bila dilihat dari segi spiritual, klien merupakan seorang yang rutin

serta taat menjalankan ibadah selama berada di yayasan, penerapan

aktivitas ibadah yang terapkan oleh yayasan membuatnya semakin

disiplin menjalani ibadah.

F. Kondisi Ekonomi, Poitik dan Sosial Budaya dalam Hubungannya

dengan Masalah Klien

1. Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi yang dimaksudkan pada pembahasan kali ini

yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat berdasarkan status

ekonominya. Hal tersebut dapat terlihat dari tingkat kekayaan, dan


60

tingkat pendidikannya. Melalui ukuran tersebutlah dapat terlihat

ukuran seseorang di masyarakat. Orang yang memiliki kekayaan

ekonomi akan menempati posisi yang tinggi sedangkan orang yang

tidak memiliki harta kekayaan akan berada pada lapisan sosial yang

paling bawah.

Menurut Karl Max, masyarakat dapat dibagi menjadi tiga golongan

berdasarkan status ekonominya. Yaitu :

a) Golongan kapitalis atau borjuis, yaitu mereka yang menguasai

tanah dan alat produksi.

b) Golongan menengah, yaitu para pegawai pemerintah.

c) Golongan proletar, yaitu mereka yang tidak memilikii tanah dan

alat produksi. Termasuk di dalamnya adalah kaum buruh dan

pekerja pabrik.

Bila dilihat kondisi ekonomi klien. Orang tua klien berasal dari

kalangan yang berkecukupan. Ayah kandung dan ibu kandung klien

keduanya sama-sama bekerja dan mampu menghidupi kebutuhan klien

dan memberikan pelbagai fasilitas bagi klien. Klien juga berstatus

mahasiswa dan memiliki keterampilan untuk bekerja melalui

potensinya. Dikaitkan dengan teori kondisi ekonomi di atas dengan

kenyataan yang ada pada kehidupan klien, maka keluarga klien

termasuk pada golongan menengah. Untuk klien sendiri termasuk pada

golongan proletar karena klien masih bertatus mahasiswa.


61

2. Kondisi Politik

Menurut Rober A. Dahl, sistem politik adalah pola yang tetap dari

hubungan-hubungan antara manusia yang melibatkan sampai dengan

tingkat tertentu, kontrol, pengaruh, kekuasaan, ataupun wewenang.

Bila dikaitkan dengan kondisi politik pada kehidupan klien yang

praktikan peroleh dari wawancara terhadap klien, maka bisa dikatakan

bahwa klien tidak memiliki kondisi politik yang kuat dalam

kehidupannya. Klien telah dimanjakan oleh orang tuanya dengan

pemberian fasilitas yang berlebihan. Klien harus masuk ke Yayasan

pun atas perintah orang tuanya dan klien juga tidak memiliki

kekuasaan penuh untuk menolak menggunakan Narkotika.

3. Kondisi Sosial Budaya

Pengertian dari kondisi sosial budaya yaitu keadaan seseorang

yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terdapat pada masayarakat.

Hal tersebut berkaitan dengan kemampuan seseorang berperan dalam

masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai dan norma dalam

masyarakat. Jika dikaitkan dengan kondisi lingkungan pergaulannya

klien merupakan tergabung dalam kelompok sebayanya karena

tuntutan ikatan pertemanan, maka wajar klien dapat terpengaruh untuk

menyalahgunakan Napza karena lingkungan klien sudah menganggap

bawa Napza merupakan hal yang biasa dan bahkan klien akan

tersingkir dari lingkungannya bila tidak menggunakan Napza pada saat

itu.
62

G. Permasalahan yang Dihadapi Klien

Hasil asesmen praktikan kepada klien menunjukkan bahwa klien

memiliki rasa khawatir yang mendalam terhadap apa yang telah

diperbuatnya sehingga menganggu psikologis klien dan hubungannya pada

orang-orang terdekatnya. Masalah tersebut terlihat dari beberapa gejala

yang ditunjukkan klien selama proses asesmen klien, yaitu :

1. Klien selalu menceritakan kekhawatirannya tentang orang terdekatnya

terutama pada hubungannya sekarang dengan kekasihnya, setiap

melakukan kontak dengan klien.

2. Klien sering mudah berpikir yang tidak-tidak akan hubungannya

dengan orang terdekatnya.

3. Klien memiliki perasaan bersalah terhadap apa yang telah

diperbuatnya pada orang-orang terdekatnya.

H. Rumusan Konstelasi dan Fakta Dominan Masalah

1. Rumusan Konstelasi Masalah

Melalui hasil wawancara dan observasi praktikan kepada klien dan

significant others maka diperoleh bahwa masalah dan gejala yang

ditunjukkan klien disebabkan oleh pengalaman hidup klien pada orang

terdekatnya yang sangat membuatnya merasa bersalah. Penyebab-

penyebab masalah klien dapat dijabarkan sebagai berikut :

a) Hubungannya pada orang-orang terdekat menjadi merenggang

akibat apa yang pernah diperbuatnya.


63

b) Tuntutan hubungan pertemanan pada lingkungan sepergaulannya

membuatnya memakai Narkotika.

c) Tingkat kepercayaan diri yang minim dari klien.

d) Kurangnya perhatian dan hubungan yang tidak intens di

lingkungan keluarga, membuatnya lebih sering berada di luar

rumah.

Penyebab-penyebab tersebutlah yang membuat klien memiliki rasa

khawatir pada orang-orang disekitarnya. Karena masalah tersebut

membuat klien kadang berdiam diri dan merenung. Klien menjadi

selalu curiga dan takut dengan kelanjutan hubungannya pada orang

terdekatnya yakni kekasihnya karena sikap dan perbuatan yang pernah

dilakukannya.

2. Fakta Dominan Masalah

Untuk permasalahan klien yaitu rasa khawatir terhadap hubungan

pada orang-orang terdekatnya yang dapat terlihat sejak pertama kali

melakukan kontak dengan klien. Ketika pertama kali melakukan

kontak langsung, klien sudah mulai membicarakan kesalahan-

kesalahan yang pernah diperbuat pada orang terdekatnya yang

dianggapnya sebagai suatu penyesalan serta berbagai hal yang ternyata

menjadi pengalaman pahit yang pernah dilakukannya. Klien sering

membicarakan mengenai perjalanan hubungannya dengan orang

terdekatnya, kesalahan-kesalahan yang dilakukannya sampai

membuatnya merasa menyesal pernah melakukan.


64

I. Fokus Masalah

Berdasarkan hasil asesmen praktikan terhadap klien, melalui

wawancara dengan klien dan significant others, studi dokumentasi, dan

obeservasi. Maka praktikan menetapkan fokus masalah klien yaitu “Rasa

Kekhawatiran klien terhadap keberlanjutan hubungannya dengan orang-

orang terdekatnya terutama pada kekasihnya”.

J. Sumber Daya dan Potensi yang Tersedia

Berbagai sumber daya dan potensi yang tersedia untuk membantu

pemecahan masalah klien, yaitu :

1. Sumber Informal

Motivasi yang besar dari diri klien untuk menjalani proses rehabilitasi

merupakan sumber informal yang membantu klien mengikuti proses

rehabilitasi dengan sangat baik. Dukungan yang besar dari keluarga

dan relawan klien, serta keyakinan hubungannya pada kekasihnya

merupakan pendorong klien untuk menjadi jauh lebih baik.

2. Sumber Formal

Sebagai salah seorang residen di Pondok Yayasan Kelompok Peduli

Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obat Terlarang (YKP2N), klien

memiliki sumber formal yang dapat dimanfaatkan yaitu yayasan itu

sendiri. Klien mendapatkan berbagai macam pemulihan dan aktivitas

rutin yang diterapkan oleh yayasan, serta fasilitas untuk hidup seperti

makan dan tempat tinggal juga klien peroleh di yayasan. Melalui

pemberian fasilitas dari yayasan dapat menunjang klien untuk


65

mengikuti proses rehabilitasi dengan optimal, sehingga saat ini klien

sudah menunjukkan kemajuan yang signifikan sejak klien menjadi

residen. Kemajuan klien mengikuti proses rehabilitasi juga membantu

klien mendapatkan kesempatan untuk segera menyelesaikan

rehabilitasinya.

3. Sumber Kemasyarakatan

Sumber kemasyarakatan yang berada di yayasan dapat klien

manfaatkan yaitu seperti melalui interaksi antar sesama residen di

yayasan serta para relawan yayasan.

Anda mungkin juga menyukai