Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Gusri Kurniadi Saputra

Prodi : Gizi

Pelecehan Seksual Mencoreng Dunia Pendidikan

Pelecehan seksual merupakan bentuk perilaku atau tindakan yang mengarah kepada hal-hal
seksual yang dilakukan secara sepihak dan perilaku yang tidak diharapkan oleh orang yang
menjadi sasarannya sebagai korbannya dan korban akan menimbulkan reaksi negatif seperti malu,
marah, benci, tersinggung dan sebagainya. Pelecehan seksual juga dapat diartikan sebagai suatu
perilaku yang merendahkan atau menghina seseorang berdasarkan jenis kelamin dari individu
tersebut yang bertujuan untuk memenuhi nafsu dan hasrat seksual dari para pelaku.

Pelecehan seksual sendiri bukan hanya semata tentang seks. Inti dari masalah ini adalah
penyalahgunaan kekuasaan dan otoritas, meskipun pelaku mungkin mencoba meyakinkan korban
dan dirinya sendiri bahwa perilaku pelecehan yang ia lakukan sesungguhnya adalah ketertarikan
seksual dan keinginan romantis semata. Namun, kebanyakan pelecehan seksual sendiri dilakukan
oleh laki-laki terhadap perempuan. Selain itu, ada juga kasus pelecehan perempuan kepada laki-
laki, dan juga dengan sesama jenis (baik itu pada sesama laki-laki maupun sesama perempuan).

Akhir-akhir ini banyak sekali pemberitaan tentang terjadinya pelecehan seksual yang terjadi
di lingkungan pendidikan. Tentunya hal ini mencoreng nama baik institusi pendidikan di Indonesia
yang seharusnya menjadi tempat yang aman bagi siswa maupun mahasiswa dalam mengemban
ilmu dan mengejar cita-citanya. Lembaga pendidikan yang seharusnya menjadi tempat yang aman
sekaligus melindungi siswa maupun mahasiswanya, nyatanya menjadi sebagai sarang terjadinya
kejahatan yang dilakukan oleh predator seksual yang mengerikan.

Contohnya saja kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan perguruan tinggi. Kekerasan
seksual di perguruan tinggi benar-benar terjadi dan sayangnya korban masih belum berani melapor
meskipun di kampus ada lembaga yang dapat membantu. Peristiwa kekerasan seksual yang
melibatkan pelaku dari kalangan mahasiswa, mahasiswi, dosen, tenaga kependidikan, pimpinan
dosen, dan lainnya dapat terjadi dalam proses belajar-mengajar, pengabdian masyarakat,
bimbingan, kuliah kerja nyata, dan magang. Hal ini sering terjadi dikarenakan banyak korban yang
dominan mahasiswa yang sering mendapatkan ancaman dari para pelaku seperti dosen maupun
petinggi kampus, baik mengancam terkait nilai, menghambat bimbingan skripsi, bahkan
mengancam untuk mengeluarkan korban tersebut jika tidak mau mengikuti kemauan dari sang
pelaku. Selain itu, kebanyakan mahasiswa terkadang sering dihadapi persoalan ekonomi yang
sangat membuat mereka bingung harus melakukan apa untuk mempertahankan perkuliahannya
sehingga mahasiswa banyak menghalalkan segala cara agar bisa melanjutkan perkuliahannya
sampai selesai.
Sangat disayangkan, banyak sekali terjadinya kasus kekerasan seksual di dunia pendidikan
yang masih dianggap hanya sebuah kasus yang sepele. Terkadang korban sering disalahkan
terhadap kasus tersebut karena tidak dapat menjaga diri dari tindakan para pelaku, hal inilah yang
dapat menimbulkan dampak trauma psikis bagi para korban dan membuat para korban akan
memilih diam atau berdamai dengan pelaku dari pada mereka harus menerima cemooh atau hinaan
dari masyarakat. Selain itu, terkadang para korban sering mendapatkan stigma negatif dari
masyarakat terkait kasus pelecehan seksual yang terjadi pada korban, sehingga banyak masyarakat
yang menjauhi korban. Di sisi lain, para korban sangat membutuhkan dukungan dari masyarakat
dan keluarga dalam menghadapi rasa trauma dari kasus pelecehan seksual yang terjadi pada diri
mereka.

Memerangi kejahatan seksual, khususnya di lingkungan pendidikan adalah hal wajib dan
tanggung jawab bersama. Namun, mencegah dan menangani kasus kejahatan seksual bukanlah hal
mudah dan perlu melibatkan banyak pihak. Bahkan, di banyak kasus, korban kerap tidak
menyadari atau bingung apakah kondisi yang dialaminya merupakan kekerasan seksual atau bukan.
Kurangnya literasi tentunya mengakibatkan rendahnya potensi pelajar dan masyarakat untuk
melakukan critical reflection, political efficacy, dan critical action untuk menghadapi isu
kekerasan seksual yang dialaminya, khususnya untuk mendukung korban. Edukasi untuk
menghentikan kekerasan seksual juga bisa dilakukan oleh pemerintah dan seluruh lapisan
masyarakat melalui kampanye aktif secara luring ataupun daring dengan memanfaatkan media
sosial, influencer, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan sebagai upaya untuk membantu korban
atau penyintas kekerasan seksual, pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak juga harus
menyediakan layanan dan konsultasi medis terpadu yang mudah diakses.

Anda mungkin juga menyukai