Anda di halaman 1dari 3

KEKERASAN SEKSUAL DI INSTITUSI PENDIDIKAN

Oleh : Fiska Widiana


Rayon FEB/Komisariat Univeritas Kuningan

Jika kita melihat kepada Kamus Besar Bahasa Indonesa arti dari kekerasan itu sendiri ialah

perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau

menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Pengertian kekerasan secara terminology

merupakan suatu keadaan dan sifat yang menghancurkan kehidupan manusia. Merusak, menekan,

memeras, memperkosa, menteror, mencuri, membunuh, dan memusnahkan merupakan tindakan yang

menodai dan menghancurkan kemuliaan manusia sebagai makhluk Tuhan. Sedangkan seksual

merupakan aktifitas seks yang melibatkan organ tubuh lain baik fisik maupun non fisik. Jadi, kekerasan

seksual yaitu perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan, menyerang tubuh atau fungsi

reproduksi seseorang.

Menurut World Health Organization menegaskan bahwa pelecehan seksual merupakan salah

satu bentuk kekerasan seksual yang menjadi masalah global. Secara umum pelecehan seksual

merujuk pada perilaku yang ditandai dengan komentar-komentar seksual yang tidak diinginkan dan

tidak pantas atau pendekatan-pendekatan fisik berorientasi seksual yang dilakukan di tempat atau

situasi kerja, professional atau social lainnya. Pelecehan seksual umumnya terjadi di wilayah-wilayah

yang dipandang aman seperti sekolah, kampus/universitas, asrama mahasiswa, dan tempat kerja yang

dilakukan oleh orang-orang yang dikenal korban seperti teman, rekan kerja, guru/dosen, atau pimpinan

kerja dan sebagian di wilayah publik

Pada saat ini kasus kekerasan seksual di linkungan pendidikan menjadi perhatian publik. Satu

persatu kasus kekerasan dan pelecehan seksual mulai terungkap dan menjadi persoalan yang serius di

lingkungan pendidikan. Karena kerap kali, kasus itu terjadi di institusi pendidikan tersebut. Tempat

pendidikan yang diharapkan sebagai tempat mencari ilmu dan juga tempat yang aman bagi siswanya

kini dikhawatirkan tak lagi menjadi tempat yang aman dari kejahatan.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik Indonesia

Nomor 30 Tahun 2021 Tentang Pencegahan Dan Penanganan Kekerasan Seksual Di Lingkungan

Perguruan Tinggi Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan,

dan/atau menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena ketimpangan relasi kuasa

dan/atau gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan psikis dan/atau fisik termasuk yang

mengganggu kesehatan reproduksi seseorang dan hilang kesempatan melaksanakan pendidikan tinggi

dengan aman dan optimal.

Kekerasan dan pelecehan seksual menjadi masalah yang tak pernah habis dibicarakan oleh

masyarakat di berbagai tempat. Institusi pendidikan menjadi lahan aksi dari tindakan seksual tersebut.

Dari mulai Taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi bahkan lingkungan pesantren. Perguruan

tinggi merupakan institusi pendidikan tertinggi dalam system pendidikan Indonesia. Seharusnya

kampus menjadi ruang akademik yang mana menjunjung tinggi ilmu pengetahuan sehingga relasinya

dengan kemanusian yang memanusiakan manusia. Tapi pada nyatanya kampus menjadi tempat

maraknya kasus – kasus seksual. Koordinator divisi perubahan hukum lembaga bantuan hukum

asosiasi perempuan Indonesia untuk keadilan (LBH APIK) Dian Novita mengatakan bahwa

“menempatkan kampus sebagai tempat untuk memanusiakan manusia terkadang justru menjadi

kelemahan dalam penanganan kekerasan seksual. Kampus digambarkan rela mengorbankan

pengalaman penyitas demi menjaga citra dan reputasinya.” Banyak sekali kasus kekerasan seksual

yang terjadi malah tidak diselesaikan melainkan ditutup bahkan ada juga korban yang disalahkan

dengan alibi kesalahan korban yang lalai dalam berpakaian ataupun tingkah lakunya. Sekolah ataupun

kampus seringkali menutupi kasus kekerasan seksual demi menyelamatkan nama baik

sekolah/kampus tapi lupa dengan keselamatan mental siswanya / korban.

Dari sekian banyak kasus yan sudah terkuak pada nyatanya masih banyak kasus yang belum

terungkap. Banyak korban yang tidak berani lapor karena hukum menjadi aspek yang memberatkan

korban ketika ingin melaporkan pelaku. Apalagi jika pelaku memiliki kekuasaan, hal itu kerap kali
terjadi. Masalah yang sering terjadi ialah korban harus membuktikan bahawa dia mengalami hal itu

pasalnya bukti tersebut sulit ditemukan.

Karena sudah banyak sekali kasus kekerasan seksual yang terjadi baik itu yang terungkap

maupun tidak. Maka, negara tidak boleh abai dan menganggapnya tidak penting. Darurat kekerasan

seksual yang terjadi saat ini sudah banyak terjadi di institusi pendidikan. Kondisi ini menjadi perhatian

bagi pemerintah maupun lembaga pendidikan dalam perlindungan terhadap pelajar dari ancaman

kekerasan seksual. Setiap lembaga pendidikan memiliki kewajiban untuk melakukan pencegahan,

perlindungan, penanganan dan pemulihan bagi korban dalam menghadapi kekerasan maupun

pelecehan seksual.

Oleh karena itu sudah saatnya kita sebagai mahasiswa berperan aktif dalam upaya

menyelesaikan permasalahan kekerasan seksual ini. Dengan mempelajari pengetahuan dan

keterampilan dalam menghadapi orang-orang yang berpotensi melakukan kejahatan seksual. Karena

pendidikan seks sangat diperlukan di berbagai jenis lembaga pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai