Jika kita melihat kepada Kamus Besar Bahasa Indonesa arti dari kekerasan itu sendiri ialah
perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau
menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Pengertian kekerasan secara terminology
merupakan suatu keadaan dan sifat yang menghancurkan kehidupan manusia. Merusak, menekan,
memeras, memperkosa, menteror, mencuri, membunuh, dan memusnahkan merupakan tindakan yang
menodai dan menghancurkan kemuliaan manusia sebagai makhluk Tuhan. Sedangkan seksual
merupakan aktifitas seks yang melibatkan organ tubuh lain baik fisik maupun non fisik. Jadi, kekerasan
seksual yaitu perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan, menyerang tubuh atau fungsi
reproduksi seseorang.
Menurut World Health Organization menegaskan bahwa pelecehan seksual merupakan salah
satu bentuk kekerasan seksual yang menjadi masalah global. Secara umum pelecehan seksual
merujuk pada perilaku yang ditandai dengan komentar-komentar seksual yang tidak diinginkan dan
tidak pantas atau pendekatan-pendekatan fisik berorientasi seksual yang dilakukan di tempat atau
situasi kerja, professional atau social lainnya. Pelecehan seksual umumnya terjadi di wilayah-wilayah
yang dipandang aman seperti sekolah, kampus/universitas, asrama mahasiswa, dan tempat kerja yang
dilakukan oleh orang-orang yang dikenal korban seperti teman, rekan kerja, guru/dosen, atau pimpinan
Pada saat ini kasus kekerasan seksual di linkungan pendidikan menjadi perhatian publik. Satu
persatu kasus kekerasan dan pelecehan seksual mulai terungkap dan menjadi persoalan yang serius di
lingkungan pendidikan. Karena kerap kali, kasus itu terjadi di institusi pendidikan tersebut. Tempat
pendidikan yang diharapkan sebagai tempat mencari ilmu dan juga tempat yang aman bagi siswanya
kini dikhawatirkan tak lagi menjadi tempat yang aman dari kejahatan.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik Indonesia
Nomor 30 Tahun 2021 Tentang Pencegahan Dan Penanganan Kekerasan Seksual Di Lingkungan
Perguruan Tinggi Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan,
dan/atau menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena ketimpangan relasi kuasa
dan/atau gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan psikis dan/atau fisik termasuk yang
mengganggu kesehatan reproduksi seseorang dan hilang kesempatan melaksanakan pendidikan tinggi
Kekerasan dan pelecehan seksual menjadi masalah yang tak pernah habis dibicarakan oleh
masyarakat di berbagai tempat. Institusi pendidikan menjadi lahan aksi dari tindakan seksual tersebut.
Dari mulai Taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi bahkan lingkungan pesantren. Perguruan
tinggi merupakan institusi pendidikan tertinggi dalam system pendidikan Indonesia. Seharusnya
kampus menjadi ruang akademik yang mana menjunjung tinggi ilmu pengetahuan sehingga relasinya
dengan kemanusian yang memanusiakan manusia. Tapi pada nyatanya kampus menjadi tempat
maraknya kasus – kasus seksual. Koordinator divisi perubahan hukum lembaga bantuan hukum
asosiasi perempuan Indonesia untuk keadilan (LBH APIK) Dian Novita mengatakan bahwa
“menempatkan kampus sebagai tempat untuk memanusiakan manusia terkadang justru menjadi
pengalaman penyitas demi menjaga citra dan reputasinya.” Banyak sekali kasus kekerasan seksual
yang terjadi malah tidak diselesaikan melainkan ditutup bahkan ada juga korban yang disalahkan
dengan alibi kesalahan korban yang lalai dalam berpakaian ataupun tingkah lakunya. Sekolah ataupun
kampus seringkali menutupi kasus kekerasan seksual demi menyelamatkan nama baik
Dari sekian banyak kasus yan sudah terkuak pada nyatanya masih banyak kasus yang belum
terungkap. Banyak korban yang tidak berani lapor karena hukum menjadi aspek yang memberatkan
korban ketika ingin melaporkan pelaku. Apalagi jika pelaku memiliki kekuasaan, hal itu kerap kali
terjadi. Masalah yang sering terjadi ialah korban harus membuktikan bahawa dia mengalami hal itu
Karena sudah banyak sekali kasus kekerasan seksual yang terjadi baik itu yang terungkap
maupun tidak. Maka, negara tidak boleh abai dan menganggapnya tidak penting. Darurat kekerasan
seksual yang terjadi saat ini sudah banyak terjadi di institusi pendidikan. Kondisi ini menjadi perhatian
bagi pemerintah maupun lembaga pendidikan dalam perlindungan terhadap pelajar dari ancaman
kekerasan seksual. Setiap lembaga pendidikan memiliki kewajiban untuk melakukan pencegahan,
perlindungan, penanganan dan pemulihan bagi korban dalam menghadapi kekerasan maupun
pelecehan seksual.
Oleh karena itu sudah saatnya kita sebagai mahasiswa berperan aktif dalam upaya
keterampilan dalam menghadapi orang-orang yang berpotensi melakukan kejahatan seksual. Karena