PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
berarti memiliki respons yang condong ke menyalahkan korban atas apa yang
terjadi pada dirinya. Orang tersebut tidak menyalahkan si pelaku, bahkan
membenarkan tindakannya. Sikap ini banyak terjadi terutama pada kasus-kasus
seperti pelecehan seksual.
Hal ini pernah ditemui pada kasus pelecehan seksual yang dialami oleh
salah satu aktris Indonesia. Via Vallen mendapatkan Victim Blaming oleh netizen
dan masyarakat sebagai respon utama yang ia dapatkan. Kebanyakan orang justru
mempermasalahkan perilaku, cara berpakaian yang dituduh memancing tindakan
yang dialaminya sampai dengan menunduh Via Vallen hanya mencari sensasi
semata dan membuat dirinya terlihat rendah (Astuti, 2019). Hal ini jelas
memberikan dampak psikologis yang buruk kepada Via Vallen sebagai korban.
Kasus Victim Blaming yang sama juga terjadi pada Baiq Nuril yang dipenjara
karena menyebarkan rekaman bukti pelecahan seksual yang dia alami secara
daring. Seharusnya dapat respon Me Too sebagai bentuk support dan kampanye,
orang-orang yang bicara tentang kasus pelecehan seksual di Indonesia cenderung
rentan di hakimi dan disalahkan sehingga hal ini berpotensi menimbulkan efek
belajar bagi korban yang mengalami hal yang sama. Korban lain mungkin akan
lebih terdorong untuk diam setelah melihat hukuman tambahan yang didapatkan
orang-orang yang bicara tentang masalah kekerasan seksual. Victim Blaming juga
tampak dari cara media yang selalu memojokkan wanita, menekankan pemberian
judul dengan konotasi negatif, dan konten-konten tidak relevan yang tidak
menggambarkan kondisi korban. Alhasil pada tahun 2017, disaat Me Too
berkembang pesat, ada kemungkinan masyarakat di Indonesia justru semakin
takut tuntuk berbicara tentang pengalaman mereka apalagi sampai menuntut
secara hukum setelah melihat apa yang terjadi pada orang- orang yang berbicara
di awal.
Hal ini dapat dilihat secara tidak langsung bahwasanya Gerakan Me Too
bertentangan dengan adanya Budaya Patriarki. Sebagai pelaku, laki-laki memiliki
dukungan yang lebih masif dibandingkan dengan korban perempuan yang
meyakini superioritas laki-laki yang juga cenderung akan menyalahkan korban.
Ketika situasi publik tidak mendukung adanya keadilan bagi korban dan bahkan
menjustifikasi perilaku pelaku, maka Me Too yang merupakan gerakan dukungan
yang seharusnya berasal dari masyarakat jelas tidak akan berkembang.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Kireina. (2018). 4 Hal yang harus kamu ketahui tentang Me Too. Jakarta: The
Shonet.