Anda di halaman 1dari 5

KECENDERUNGAN MEDIA MASSA BERPIHAK DALAM KASUS

KEKERASAN DAN PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP LAKI-LAKI

Disusun Oleh :

Arum Ardianty 225110801111001

Fageista Alfa Amelyana 225110800111018

Rizqina Nur Anissa 225110801111013

Siti Masamah 225110800111015

Yelin Ketrianti Pamutia 225110801111006

ANTROPOLOGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
I. PENDAHULUAN
Pada era globalisasi ini teknologi berkembang dengan sangat pesat dalam setiap
aspek kehidupan, seperti aspek ekonomi, kesehatan dan lain-lain. Teknologi membantu
penggunanya memudahkan pekerjaan baik yang berat seperti mencuci maupun
pekerjaan yang sebatas perlu untuk mendapatkan informasi akurat. Teknologi juga
mendorong perkembangan media sosial dan media massa. Keduanya tidak lagi semata
digunakan sebagai sarana hiburan tetapi juga lebih aktif menjadi sumber informasi yang
kredibel, valid dan akurat.
Media sosial kini bukan hanya berupa instagram, facebook, twitter lagi namun
jumlahnya menjadi beragam. Bahkan media sosial kini beralih fungsi menjadi sarana
bercerita dan forum diskusi seperti yang kita kenal dengan nama "podcast", review
kasus dan para pencari hantu. Sedangkan media massa sendiri perkembangannya terjadi
dalam aspek penyiaran dan penayangan berita. Di mana saat ini televisi, radio, film,
surat kabar, majalah dan internet dapat diakses dengan mudah dan bisa diputar ulang
semua kita.
Akhir-akhir ini kasus kekerasan dan pelecehan seksual sedang marak diberitakan
dalam media massa. Salah satu kasus yang sangat terkenal yaitu kekerasan dan
pelecehan seksual yang dilakukan oleh Reynhard Sinaga dengan korbannya berkelamin
laki-laki pada 2017. Reynhard membius kemudian memperkosa korbannya. Tak hanya
itu, dia juga mengabadikan dan menyimpan perilaku bejatnya tersebut hingga ratusan
jumlahnya. Hal ini telah dilakukan Reynhard sejak 2015 hingga pada 2017 salah satu
korbannya berhasil melapor setelah dirinya siuman dari pengaruh bius saat sedang
diperkosa. Akibat dari kejadian tersebut, korban mengalami trauma, tekanan psikologis,
dan self blaming. Apalagi korban pada kasus ini seluruhnya laki-laki yang
menyebabkan mereka merasa lemah dan rapuh, oleh karena itu banyak korbannya yang
tidak melapor karena malu.
Kekerasan menurut Hayati tahun 2000 adalah semua bentuk perilaku baik verbal
maupun nonverbal yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang terhadap
seseorang ataupun kelompok lain sehingga berefek negatif secara fisik, emosional, dan
psikologi terhadap orang yang menjadi sasarannya. Jenis-jenis dari kekerasan dapat
dilihat dalam setiap aspek, salah satu contohnya yang menjadi sorotan adalah kekerasan
berbasis gender (KBG). Sesuai namanya, KBG ini tidak memandang gender, siapa saja
dan dimanapun bisa terjadi seperti di jalan, di bus bahkan di kampus sekalipun. Dengan
demikian berarti laki-laki juga berpotensi menjadi korban. Berdasarkan data kasus
kekerasan dan pelecehan seksual yang kami temui bahwa pada 2018 sebanyak 11,2% ,
pada tahun 2019 sebanyak 20,4 %, pada tahun 2020 sebanyak 33%, pada tahun 2021
sebanyak 33,3% dan pada tahun 2022 sebanyak 31% dan itu semua dialami oleh
laki-laki. Dengan artian jumlah dari kasus kekerasan dan pelecehan seksual ini sangat
lah banyak. Bahkan menurut peneliti di luar sana masih banyak lagi korban kasus
tersebut yang belum melapor, khususnya korban dengan gender laki-laki, korban dari
rakyat biasa atau yang berada di daerah terpencil.
Dari fakta-fakta diatas mendorong peneliti untuk mencari tahu seperti apa kasus
kekerasan dan pelecehan seksual yang terjadi di Indonesia sebenarnya dan bagaimana
pemerintah serta masyarakat menanggapinya. Juga bagaimana kecenderungan
pemberitaan mengenai berita pelecehan dan kekerasan seksual yang dimuat dalam berita
di media massa. Serta bagaimana berita-berita tersebut memperoleh tanggapan dari
publik.
Dalam melakukan penelitian ini, kami menggunakan metode analisis data
berdasarkan analisis wacana kritis sebagaimana yang diteorikan oleh Norman (1995).
Menurut Norman, analisis wacana kritis merupakan suatu kajian ilmiah yang mana
praktik sosial dalam analisis wacana dipandang menyebabkan hubungan yang saling
berkaitan antara peristiwa yang bersifat melepaskan diri dari sebuah realitas dan struktur
sosial. Kami menganalisis wacana (berita yang tersebar di media massa) sebagai teks
untuk kemudian dipahami lebih lanjut guna mendapatkan hasil yang tepat guna bagi
penelitian ini.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan penulis, maka dapat
dirumuskan permasalah dalam peneitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang dialami seseorang atau
sekelompok laki-laki di Indonesia?
2. Seperti apakah penanganan Indonesia dalam menanggapi kasus-kasus tersebut?
3. Berada di pihak manakah media massa memberitakan kasus kekerasan dan
pelecehan seksual tersebut?
II. KERANGKA TEORI
Kekerasan atau violence merupakan istilah yang terdiri dari dua kata, yaitu “vis”
yang berarti (daya, kekuatan) dan “latus” berarti (membawa), yang kemudian
diterjemahkan sebagai membawa kekuatan. Kamus Besar Bahasa Indonesia
memberikan pengertian mengenai kekerasan dalam arti sempit yaitu hanya mencakup
kekerasan fisik. Menurut KBBI, kekerasan adalah perbuatan yang dapat menyebabkan
cidera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang
lain. Sedangkan pengertian kekerasan secara terminologi merupakan suatu keadaan dan
sifat yang menghancurkan kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk yang berakal
budi dan mulia menjadi terperosok pada sifat-sifat kebinatangan. Merusak, menekan,
memeras, memperkosa, menteror, mencuri, membunuh, dan memusnahkan merupakan
tindakan yang menodai dan menghancurkan kemuliaan manusia sebagai makhluk
Tuhan. Pelecehan seksual sendiri didefinisikan sebagai segala macam bentuk perilaku
yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak dikehendaki oleh
korbannya. Bentuknya dapat berupa ucapan, tulisan, simbol, isyarat dan tindakan yang
berkonotasi seksual (Winarsunu, 2018). Pelecehan seksual tidak mengenal gender dan
umur, segala sesuatu yang dianggap menyalahi adab dan bersifat seksual sudah
termasuk pelecehan sosial. Kekerasan atau pelecehan seksual merupakan perilaku
terkait dengan seks yang tidak diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan seks,
dan perilaku lainnya secara verbal maupun fisik yang merujuk kepada seks (Sujadmi,
Febriani & Herdiyanti, 2018).
Penelitian ini kami buat berdasarkan analisis dari kasus yang ditemui dan
dipublikasi oleh media massa. Menurut Cangara, media adalah alat atau sarana yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan
pengertian media massa sendiri alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari
sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar,
film, radio dan televisi. Sementara berita merupakan kumpulan informasi tentang suatu
isu atau peristiwa yang sedang terjadi (faktual).
Penelitian mengenai kekerasan dan pelecehan seksual seringkali juga diteliti
oleh beberapa ahli, seperti psikolog Samuel D. Smithyman dan Antonio Abbey,
beberapa dosen dan advokat, serta Komnas HAM dan Perempuan. Namun sejauh ini,
kasus yang diteliti dominannya adalah kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap
perempuan dan tidak terlalu menyorot kasus yang juga dialami oleh laki-laki. Hal inilah
yang mendasari penelitian kami, dimana kasus kekerasan dan pelecehan terhadap
laki-laki menjadi sorotan di sini. Kami ingin menganalisis dan mengetahui lebih jauh
tentang bagaimana penanganan kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap
laki-laki, khususnya yang terjadi di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Fairclough, Norman. 1995. Critical Discourse Analysis: The Critical Study of
Language. London andNew York: Longman Group Limited.

Masruroh. 2021. 3,6 Persen Anak Laki-laki di Perkotaan Jadi Korban Kekerasan
Seksual. Diakses pada 12 Oktober 2022 dari
https://kumparan.com/beritaanaksurabaya/3-6-persen-anak-laki-laki-di-perkotaan-jadi-k
orban-kekerasan-seksual-1wQpT8yhw3a

Ashila, B. I., dan Naomi R. B. 2021. Kekerasan Seksual pada Laki-laki Diabaikan dan
Belum Ditangani Serius. Diakses pada 12 Oktober 2022 dari
http://ijrs.or.id/kekerasan-seksual-pada-laki-laki-diabaikan-dan-belum-ditangani-serius/

Aditya, N. R. 2021. IJRS: 33,3 Persen Pria Alami Kekerasan Seksual, RUU PKS Urgen.
Diakses pada 12 Oktober 2022 dari
https://nasional.kompas.com/read/2021/02/02/13055491/ijrs-333-persen-pria-alami-kek
erasan-seksual-ruu-pks-urgen?page=all

Amirullah. 2022. KPAI Ungkap Ada 12 Kasus Kekerasan Seksual Anak Sepanjang
Januari-Juli 2022. Diakses pada 12 Oktober 2022 dari
https://fonts.googleapis.com/css2?family=Open+Sans:wght@300;400;500;600;700;800
&family=Roboto:wght@100;300;400;500;700;900&display=swap

Sujadmi, L., & Herdiyanti. 2018. Upaya Pencegahan Sexual Violence Pada Remaja
Sekolah di Merawang Kabupaten Bangka. Jurnal Society. 6(2): 51-57.

Anda mungkin juga menyukai