Oleh Kelompok 1:
Perubahan lingkungan strategis saat ini begitu cepat, masif, serta complicated. Hal ini menjadi
suatu tantangan bagi bangsa Indonesia dalam meningkatkan daya saing sekaligus mensejahterakan
kehidupan bangsa. Perubahan secara global ini membawa sisi positif dan juga negatif.
Isu-isu strategis kontemporer yang ada saat ini begitu banyak dan membawa beberapa
ancaman bagi kehidupan bangsa. Isu kontemporer, seperti korupsi, narkoba, terorisme, radikalisme,
pencucian uang, dan Mass Communication (cyber crime, hate speech, hoax) sudah banyak terjadi di
lingkungan kita. Strategi dalam menyikapi isu-isu tersebut sangat penting untuk ASN.
Kemampuan berpikir kritis, analitis, objektif terhadap suatu persoalan penting guna
menemukan pemecahan masalah yang baik dengan berbagai analisa yang tepat serta matang. Aparatur
Sipil Negara diharapkan mampu memahami isu-isu yang ada dan melaksanakan kewajibannya pada
NKRI dengan mengantisipasi munculnya ancaman untuk bangsa dan negara.
1. LGBT
LGBT merupakan akronim dari “lesbian, gay, biseksual, dan transgender”. LGBT juga
disebut dengan homoseksual. Studi menunjukkan ketertarikan sesama jenis banyak dijumpai pada pria
sejak usia 15 tahun di Amerika. Keadaan ini menunjukkan betapa rentannya kelompok usia sekolah
untuk terlibat dalam hubungan sesama jenis. Masalah lesbian, gay, biseksual adalah masalah identitas
seksual (sexual identities). Sedangkan, transgender adalah suatu masalah identitas gender (identity
gender). Persoalan LGBT bukanlah hal biasa karena dapat mengakibatkan risiko terpapar penyakit
dan meningkatkan tindakan pelecahan seksual yang lebih berpengalaman. Masalah LGBT juga
memicu penyakit atau masalah lain, seperti perilaku seks, merokok, pemakaian narkoba, stress,
depresi, hingga kematian.
Penyebab munculnya LGBT dapat disebabkan oleh faktor biologis atau genetik, sosial
(pengaruh lingkungan), trauma masa lalu, dan juga keterbatasan ekonomi. Faktor biologis memiliki
peran dalam membentuk seseorang untuk menjadi LGBT. Seseorang dapat menjadi LGBT karena
keturunan atau karena kelainan genetik yang dimilikinya sejak lahir. Berbeda halnya dengan faktor
sosial, adanya pendapat bahwa seseorang yang berada di lingkungan (sosial atau kerja) LGBT pada
akhirnya akan mengikuti gaya hidup dan lama kelamaan bisa tertular menjadi LGBT. Trauma masa
kecil (fisik atau seksual) atau sakit hati pada lawan jenis juga memicu timbulnya LGBT. Khusus
untuk transgender terdapat juga faktor keterbatasan ekonomi sehingga memilih hal yang salah guna
menyambung hidup.
Menurut Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB tahun 2006, isu LGBT direspons dengan
perjuangan masuknya hasil-hasil kesepakatan sidang-sidang PBB tentang kesetaraan gender,
kependudukan, dan HAM. Di Indonesia sendiri gerakan untuk mendapat pengakuan hak juga
diperjuangkan oleh kaum LGBT antara lain melalui berbagai organisasi mereka.
(https://www.kemenpppa.go.id/)
Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa tentang LGBT ini pada 31 Desember 2014.
Komisi Fatwa dengan kurang lebih 50 ulama dari berbagai ormas Islam berkumpul dan menyepakati
fatwa tentang homoseksualitas, sodomi, dan pencabulan, yang mencantumkan beberapa ketentuan
berikut.
1. Pertama, hubungan seksual hanya dibolehkan untuk suami istri, yakni pasangan
laki-laki dan wanita berdasarkan pernikahan yang sah secara syar’i.
2. Kedua, orientasi seksual terhadap sesama jenis atau homoseksual adalah bukan
fitrah tetapi kelainan yang harus disembuhkan.
5. Kelima, pelampiasan hasrat seksual dengan sesama jenis selain dengan cara
sodomi hukumnya haram dan pelakunya dikenakan hukuman takzir. (MUI, 2015)
Budaya Korea memiliki pengaruh kuat terhadap berbagai aspek kehidupan sehari-hari, mulai
dari selera musik, tampilan atau fashion, makanan, dan lain sebagainya. Musik dari budaya Korea
yang paling banyak dikenal adalah musik bergenre pop, yang biasa disebut dengan Korean pop atau
K-Pop. K-Pop sendiri identik dengan adanya girlband dan boyband yang merupakan sekumpulan
perempuan maupun laki-laki yang berada dibawah suatu manajemen atau agensi. Para remaja tersebut
dengan bangga menirukan tarian-tarian atau dance dari girlband maupun boyband kesayangan
mereka. Dampak negatif pertama dari adanya budaya Kpop tersebut adalah kawula muda menjadi
lupa dengan tarian tradisional sebagai identitas dan budaya bangsa sendiri. Keadaan ini cukup
memprihatinkan dan dapat berakibat pada lunturnya budaya asli khususnya di Indonesia. Dampak
negatif lain yaitu dapat berupa pemborosan. Fans rela menghambur-hamburkan uang untuk membeli
album, pernak-pernik, dan berbagai hal lain yang jumlahnya tidak murah dengan kisaran ratusan ribu
hingga jutaan rupiah.
Kemajuan media digital saat ini sangat pesat dan tidak terkontrol. Media sosial menjadi salah
satu yang tak terpisahkan dalam perkembangan teknologi digital. Media sosial adalah wadah kita
berdiskusi, menyampaikan pendapat atau pikiran, komunikasi, dan sumber pengetahuan yang paling
cepat. Beberapa media sosial seperti Facebook, Twitter, ataupun pesan telepon genggam seperti
Whatsapp dan sebagainya. Kemudahan mengakses berbagai jenis informasi di berbagai media dan
luasnya pengguna medsos yang datang dari berbagai latar belakang elemen, memungkinkan media
sosial menjadi salah satu sumber informasi di masyarakat
Pada perkembangannya media sosial menjadi gudang informasi publik yang dapat diakses
siapapun dan dimanapun. Hanya dalam hitungan detik, informasi dapat langsung tersebar luas,
sistematis, dan menjadi konsumsi publik. Dapat dimanfaatkan untuk bersosialisasi dan berinteraksi
dengan menyebarkan konten-konten positif. Ironisnya, saat ini makin marak pemanfaatan media
sosial oleh beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab untuk membuat kegaduhan sosial dengan
menyampaikan informasi bohong (hoax) dengan judul yang sangat provokatif, menyerang pihak
ataupun membuat orang takut, terancam, berkonten ujaran kebencian atau hate speech, intoleransi,
adu domba, hasutan kepada orang banyak untuk mengadakan huru hara, pemberontakan, dan
sebagainya. Fenomena semacam ini secara tidak sadar mengancam keselamatan nasional dan
menimbulkan disintegrasi bangsa. Kemampuan memproduksi hoax jauh lebih banyak dan cepat
dibandingkan upaya pencegahan dan pemberantasannya. Penyebaran hoax secara masif dan berulang-
ulang dapat mempengaruhi emosi, perasaan, pikiran, bahkan Tindakan seseorang atau kelompok. Hal
ini sangat berbahaya menyebabkan perpecahan dan memudarnya nilai Pancasila ke-3.
Penyalahgunaan media sosial memiliki bentuk yang bermacam-macam. Menurut data hasil
penelitian yang dilakukan oleh Stefany Putri, dkk (2021) bentuk penyalahgunaan yang lainnya adalah
politik tidak sehat, pelecehan / penculikan / pembunuhan, pemerasan / pencucian uang / penipuan,
prostitusi online, ajakan mengikuti aliran sesat / menyimpang, dan ajakan separatisme untuk melawan
pemerintah. Masing-masing bentuk penyalahgunaan memiliki dampak yang berbeda-beda. Politik
tidak sehat dapat menyebabkan ketidakadilan dalam masyarakat dan perpecahan antara masyarakat
dan pemerintah. Pelecehan dapat menyebabkan berkurangnya kepercayaan masyarakat kepada
pemerintah karena hukum yang mengatur mengenai hal tersebut kurang menguntungkan bagi korban.
Ajakan mengikuti aliran sesat dapat menyebabkan perpecahan di dalam negara (contoh: ISIS).
Separatisme merupakan hal yang sangat mengancam persatuan suatu negara. Separatisme adalah
gerakan memisahkan diri dari suatu kelompok atau negara. Dari berbagai macam dampak yang
disebabkan oleh penyalahgunaan media sosial, semuanya dapat mengakibatkan terjadinya perpecahan
bangsa. Maka dari itu, media sosial merupakan salah satu hal yang berdampak besar pada terjadinya
disintegrasi nasional.
LGBT 4 5 4 4 17 II
Maraknya KPOP 4 3 4 4 15 I
D. UPAYA PENCEGAHAN
1. LGBT
2. Maraknya KPOP