Anda di halaman 1dari 16

Nama : Arya Megananda

NIM : 1410622072
Matkul : Teori Komunikasi
PERAN MEDIA DALAM MENGUNGKAPKAN KEBENARAN
BERDASARKAN TEORI AGENDA SETTING
(KASUS PEMBULLYAN DAN PELECEHAN KAMPUS GUNADARMA)
ABSTRAK
Maraknya pemberitaan kasus pembullyan dan pelecehan seksual saat ini
menunjukkan bahwa korban pembullyan dan pelecehan seksual semakin
meningkat pesat. Hal ini tentu menjadi perhatian bagi setiap kalangan masyarakat.
Untuk itu peran media dalam menyampaikan berita terkait kasus ini sangat
penting. Adapun tujuan penulisan artikel ini yaitu mengetahui kronologis
peristiwa pembullyan dan pelecehan yang terjadi di kampus Gunadarma,
mengetahui bentuk sanksi yang diberikan kepada pelaku pembullyan dan
pelecehan yang terjadi di kampus Gunadarma dan mengetahui peranan media
sosial dalam mengungkap kasus pembullyan dan pelecehan. Penelitian ini akan
dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif serta analisis data
deskriptif. Berdasarkan kajian diketahui bahwa k asus bullying diawali dengan
mahasiswa yang diduga berkebutuhan khusus yang bernama Farhan sedang
berjalan sendirian. Tiba-tiba mahasiswa lain mengganggu Farhan dengan
menarik-narik tas yang dipakai korban dari belakang. Pihak Universitas
Gunadarma memberikan hukuman berupa skorsing kepada pelaku. Tiga pelaku
utama diskors selama 12 bulan. Peristiwa pelecehan seksual itu terjadi pada 2
Desember 2022 di mana korban diajak ke kamar mandi dan terjadilah perbuatan
yang tidak menyenangkan Kasus pelecehan seksual yang melibatkan mahasiswa
Gunadarma Depok, diselesaikan secara restoratif justice atau keadilan restoratif.
Peran media sosial dalam publikasi kasus pelecehan seksual yang terjadi di
Indonesia sangat penting. Para korban diharapkan tidak takut untuk mengungkap
kasus pelecehan seksual yang terjadi, karena banyaknya dukungan masyarakat
media sosial yang dianggap sangat membantu
Kata Kunci : Media, Agenda Setting, Pembullyan, Pelecehan

1
PENDAHULUAN
Bullying pada saat sekarang ini dikenal sebagai masalah sosial yang
terutama banyak ditemukan di dalam lingkungan pendidikan. Meskipun tidak
mewakili suatu tindakan kriminal, bullying dapat menimbulkan efek negatif
tinggi, yang dengan jelas membuatnya menjadi salah satu bentuk perilaku agresif.
Karena perilaku agresif bersifat merugikan dan mudah menyebar di masyarakat,
maka tidak mengherankan banyak orang berusaha mencari penjelasan tentang
mengapa orang terlibat dalam perilaku semacam itu selalu menjadi prioritas utama
dalam penelitian agresi (Alrajeh et al, 2021).
Dari sekian banyak kasus bullying yang terjadi di Indonesia, tindakan
perundungan di Universitas Gunadarma lah yang paling banyak menarik perhatian
masyarakat Indonesia. Dalam sebuah video yang beredar pada 16 Juli 2017 lalu,
terlihat jelas seorang pemuda yang diduga berkebutuhan khusus tengah menjadi
korban bullying. Tas korban tampak ditarik oleh seorang mahasiswa hingga
terhuyung. Ia pun kemudian sempat melemparkan tong sampah kepada si pelaku.
Alih-alih menolong sang korban, mahasiswa yang melihat kejadian tersebut malah
ikut menonton sambil bertepuk tangan. Setelah melakukan penyidikan, kabarnya
pihak universitas telah memberikan tindakan tegas kepada para pelaku (Kompas,
2022).
Selain kasus pembullyan, maraknya pemberitaan pelecehan seksual saat
ini menunjukkan bahwa kekerasan dan pelecehan seksual semakin meningkat
pesat. Hal ini tentu menjadi perhatian bagi setiap kalangan masyarakat. Untuk itu
peran media dalam menyampaikan berita terkait kasus pelecehan seksual ini
sangat penting. Karena pemberitaan ini dapat mempengaruhi berbagai aktivitas
masyarakat, seperti menimbulkan rasa cemas dan takut. Peristiwa pelecehan
seksual di kampus gunadarma terjadi pada 2 Desember 202 di mana korban
diajak ke kamar mandi dan terjadilah perbuatan yang tidak menyenangkan
(Kompas, 2022). Pelecehan seksual sangat berpengaruh bagi setiap kalangan, isu
ini tentu menarik untuk diangkat dalam pemberitaan disetiap media. Pemberitaan
pelecehan seksual selalu mendapat perhatian dari khalayak yang kemudian
diangkat oleh media massa. Pemberitaan tentang pelecehan seksual ini bahkan
menjadi topik utama di media, dan ini menjadi hal yang menarik untuk diketahui.

2
Berdasarkan pemaparan maka karya ilmiah ini dibuat untuk mengkaji
peristiwa pembullyan dan pelecehan yang terjadi di kampus Gunadarma. Adapun
tujuan penulisan artikel ini yaitu :
1) Mengetahui kronologis peristiwa pembullyan yang terjadi di kampus
Gunadarma
2) Mengetahui bentuk sanksi yang diberikan kepada pelaku pembullyan yang
terjadi di kampus Gunadarma
3) Mengetahui kronologis peristiwa pelecehan yang terjadi di kampus
Gunadarma
4) Mengetahui bentuk sanksi yang diberikan kepada pelaku pelecehan yang
terjadi di kampus Gunadarma
5) Mengetahui peranan media sosial dalam mengungkap kasus pembullyan dan
pelecehan
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif
serta analisis data deskriptif. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan
menekankan kedalaman konsep yang dikaji secara empiris. Penelitian kualitatif
ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang umumnya peneliti dapat
menemukan data deskriptif maupun dokumentasi yang diperoleh dari kegiatan
observasi. Data atau informasi penting yang dikumpulkan dan dikaji dalam
penelitian ini berupa data kualitatif. Data pada penelitian ini berupa hasil teori
pendukung yang ada di buku atau jurnal terkait pendukung variabel yang diteliti
yaitu pelecehan dan pembullyan di kampus gunadarma berupa berita dan data
pendukung lainnya. Teknik pengumpulan data yaitu studi pustaka. Dengan
demikian berbagai data sekunder yang berbentuk dokumen tertulis dan diperoleh
dari studi pustaka digunakan dalam penelitian ini, seperti buku, jurnal ilmiah serta
publikasi hasil penelitian lainnya
PEMBAHASAN
Kronologis peristiwa pembullyan yang terjadi di kampus Gunadarma
Berita bullying yang terjadi di Universitas Gunadarma berkisah tentang
beredarnya video aksi bully terhadap mahasiswa berkebutuhan khusus. Video itu
diberi judul Lemparan Tong Sampah Maut yang mana di dalam video berdurasi

3
20 detik itu terlihat mahasiswa yang diduga berkebutuhan khusus yang bernama
Farhan sedang berjalan sendirian. Tiba-tiba mahasiswa lain mengganggu Farhan
dengan menarik-narik tas yang dipakai korban dari belakang. Alih- alih menolong
korban, terdengar ada suara mahasiswa lain di sekitar korban yang bersorak dan
malah bertepuk tangan. Farhan sempat memberontak yang akhirnya tarikan dari
belakang itu terlepas dan Farhan pun melempar bak sampah kepada pelaku tetapi
tak mengenai para pelaku (Kompas, 2022).
Video ini menjadi perhatian banyak orang karena dianggap perbuatan yang
tidak sepantasnya dilakukan oleh mahasiswa. Mahasiswa seharusnya lebih
memiliki akal budi yang terdidik. Apalagi yang di-bully itu terjadi pada
mahasiswa berkebutuhan khusus. Wakil ketua DPR Agus Hermanto menegaskan
peristiwa bully terhadap mahasiswa berkebutuhan khusus harus dibawa ke ranah
hukum karena peristiwa itu sudah masuk kategori penyiksaan terhadap seseorang.
Menurut Komnas PA Arist Merdeka Sirait mengatakan tindakan bully yang
terjadi di Universitas Gunadarma merupakan kejahatan luar biasa. Farhan yang
awalnya dikabarkan mengidap autisme dibantah oleh keluarga Farhan mengenai
kabar yang beredar tersebut. Setelah apa yang dialami oleh Farhan, kasus ini
sudah ditangani oleh pihak keluarga beserta pihak kampus. Teman korban selaku
pelaku sudah meminta maaf kepada korban dan keluarga, pihak kampus pun
sudah memberikan ganjaran kepada para pelaku pembullyan Farhan tersebut
(Kompas, 2022).
Bentuk sanksi yang diberikan kepada pelaku pembullyan yang terjadi di
kampus Gunadarma
Pihak Universitas Gunadarma memberikan hukuman berupa skorsing
kepada pelaku. Tiga pelaku utama diskors selama 12 bulan. Selain itu, sepuluh
orang lainnya dijatuhi hukuman yang lebih ringan. Salah satunya diskors selama
enam bulan dan sembilan lainnya yang turut terekam dalam video hanya diberikan
hukuman untuk memberikan keterangan tertulis. Atas kejadian yang menimpanya
tersebut, Farhan justru berterimakasih kepada pihak kampus atas hukuman yang
diberikan kepada para pelaku. Menurut dia, hukuman itu layak karena para pelaku
tidak dapat lagi mengikuti pelajaran. Farhan juga tetap beraktifitas seperti biasa.
Farhan mengatakan, bullying tidak mempengaruhinya dalam menuntut ilmu di

4
jurusan Sistem Informatika. Meski dibully sejak semester satu tetapi dia dapat
belajar seperti biasa. Tidak berpengaruh ke nilainya dan tetap belajar seperti biasa
(Kompas, 2022).
Sikap bullying menjadi salah satu penghambat sebuah kesuksesan jika
dihadapi dengan respons negatif. Maka dari itu, perilaku bullying seharusnya
diberantas dengan memberikan pendidikan moral kepada anak-anak sejak kecil.
Orang tua juga harus mengingatkan bahwa bercanda dengan menghina orang lain
adalah perbuatan yang tidak boleh dilakukan. Membiasakan anak berbuat baik dan
saling menyayangi. Karena dampak dari bullying sangat besar dalam pengaruh
kedewasaan seseorang dalam meraih impian dan cita-cita hidupnya. Dampak
tersebut bisa berupa gangguan mental, mulai dari sensitif, rasa marah yang
meluap-luap, depresi, rendah diri, cemas, kualitas tidur menurun, keinginan
menyakiti diri sendiri, hingga bunuh diri. Korban bullying pun kerap merasa tidak
aman, terutama saat berada di lingkungan yang memungkinkan terjadinya
perundungan (Higdon, 2022).
Kronologis peristiwa pelecehan yang terjadi di kampus Gunadarma
Peristiwa pelecehan seksual itu terjadi pada 2 Desember 2022 di mana
korban diajak ke kamar mandi dan terjadilah perbuatan yang tidak menyenangkan.
Cerita pelecehan seksual yang dialami korban pada akhirnya diposting oleh akun
Instagram dan menjadi ramai. Mengetahui identitas dan perbuatan melecehkannya
terposting di akun Instagram tersebut, pelaku meminta admin akun itu untuk
menghapus postingannya. Dari situ sejumlah mahasiswa Gunadarma melacak
identitas kedua pelaku terduga pelecehan seksual dan berhasil menemukannya.
Karena perbuatannya diketahui oleh mahasiswa kampus, dua pria pelaku
pelecehan seksual tersebut mendapatkan berbagai tindakan persekusi dari
sejumlah mahasiswa di lingkungan kampus. Selain diikat di sebuah pohon, kedua
pria itu disunduti rokok, ditelanjangi, hingga disuruh meminum air kencingnya
sendiri. Kejadian tersebut menjadi ajang tontonan dan olok-olokan para penghuni
kampus hingga akhirnya viral di media sosial (Kompas, 2022).
Bentuk sanksi yang diberikan kepada pelaku pelecehan yang terjadi di
kampus Gunadarma

5
Upaya penanganan pelaku kekerasan seksual tidak hanya menerima
hukuman atas kejahatannya, tetapi juga perlu mendapatkan penanganan secara
psikologis untuk meluruskan cara berpikirnya dan menyehatkan mentalnya.
Sehingga, pelaku bisa sadar dan menerima hukumannya dengan lapang dada.
Selain itu, ini bisa meminimalisir korban-korban lain dari pelaku yang sama. Hal
ini lantaran jika pelaku merasa tidak bersalah dengan perbuatannya dan merasa
sakit hati akan hukuman yang diterimanya, itu bisa menjadi sebuah ancaman bagi
korban maupun orang-orang di sekelilingnya. Selain itu, untuk pencegahan kasus-
kasus baru dengan pelaku dan korban yang baru, perlu adanya kebesaran hati
insan kampus bahwa seorang pendidik juga berpotensi menjadi pelaku kekerasan
seksual. Hal ini lantaran stigma yang beredar bahwa kampus adalah lingkungan
yang steril dari tindakan kejahatan, tapi nyatanya kampus masih belum bisa
memberikan ruang aman.
Membuka jalur pengaduan dan memberikan kesempatan mahasiswanya
untuk melaporkan indikasi-indikasi dari tindakan dosennya yang keliru, bisa
menjadi salah satu cara untuk mencegah ancaman kekerasan seksual sejak dini.
Dengan bersikap menutupi bahwa kampus adalah lingkungan yang bermoral dan
tidak mungkin ada pelecehan seksual justru akan menambah ancaman tindak
kejahatan ini. Namun, dengan memilih untuk bersikap lebih terbuka dan
menerima adanya fakta itu serta membuka ruang bagi mahasiswa mengadu,
kemungkinan mencegah risiko terjadinya pelecehan seksual. Sehingga, upaya ini
dilakukan untuk bisa mencegah terjadinya tindak kekerasan seksual lebih
mungkin diwujudkan (Huang et al, 2020).
Kasus pelecehan seksual yang melibatkan mahasiswa Gunadarma Depok,
diselesaikan secara restoratif justice atau keadilan restoratif. Korban merasa
kejadian itu sudah lama sekitar tiga bulan lalu. Kemudian korban tidak mau
memperpanjang masalah sehingga memutuskan secara damai. Korban enggan
melaporkan peristiwa yang dialaminya kepada polisi lantaran sudah diselesaikan
bersama senior-seniornya di kampus. Korban juga mengaku malu jika
memperpanjang kasus pelecehan seksual yang dialaminya. Menurut Sophia Hage
(DW, 2016), direktur kampanye di Lentera Sintas, ada stigma sosial bahwa isu
kekerasan seksual merupakan isu yang tabu untuk dibicarakan. Hal ini menjadi

6
salah satu sinyal bahwa ketika korban berani melaporkan justru masyarakat
menyalahkan korban atas kejadian yang menimpanya (victim blaming). Anggapan
tersebut juga didukung oleh hasil survei yang dilakukan Statista pada tahun 2020
tentang faktor penyebab terjadinya pelecehan seksual di Indonesia, yaitu perilaku
genit yang dilakukan oleh korban dan persepsi bahwa penggunaan baju yang
cenderung terbuka oleh korban dapat mendorong terjadinya perilaku pelecehan.
Melalui data tersebut, terlihat bahwa masih adanya budaya victim-blaming yang
dilakukan oleh masyarakat Indonesia (Ningrum, 2019).
Peranan Media Sosial Dalam Mengungkap Kasus Pembullyan Dan
Pelecehan
Kasus pelecehan yang terjadi di Indonesia secara umum berupa aktivitas
seksual yang dilakukan tanpa persetujuan korban. Kasus pelecehan seksual yang
terjadi di Indonesia banyak sekali yang sudah memasuki kategori kekerasan
seksual. Bentuk kekerasan seksual dapat berupa pemerkosaan terhadap orang
asing, pemerkosaan dalam pernikahan atau pacaran, pelecehan seksual secara
mental atau fisik, aborsi paksa, dan pelecehan seksual terhadap anak. Banyaknya
kasus pelecehan yang terjadi di Indonesia menimbulkan stigma masyarakat
kepada pemerintah yang dianggap tidak mampu menangani kasus pelecehan
seksual dengan tepat. Pada dasarnya penanganan kasus pelecehan seksual kurang
tepat disebabkan oleh para korban yang enggan untuk melaporkan kasus
pelecehan seksual yang terjadi. Penyebab utama korban enggan melaporkan kasus
pelecehan seksual mungkin saja karena adanya suatu ancaman dan rasa malu yang
timbul untuk mengungkap kasus yang terjadi (Goncalves dan De Santo, 2022)

Kegunaan dari media


sosial adalah
menciptakan konten
7
dan membagikannya
kepada sesama
pengguna, serta dapat
juga untuk
mendapatkan informasi
dari berbagai
konten yang disajikan
oleh para
pengguna media sosial.
Penggunaan

8
media sosial tentu
terdapat dampak
yang ditimbulkan, baik
itu dampak
positif maupun dampak
negatif.
Salah satu dampak positif
dari media
sosial yang dapat
dirasakan adalah

9
sebagai media penyebaran
informasi
secara cepat,
memperluas jaringan
pertemanan, media
berkomunikasi ke
sesama pengguna media
sosial, dan
lain sebagainya
Speak up mengenai kasus pelcehan seksual dan bullying sendiri
bukan menjadi suatu hal yang mudah dilakukan. Karena korban yang berani
untuk melakukan speak up di media social dapat saja sewaktu-waktu
malah ditetapkan sebagai tersangka, dikarenakan bukti dari kejadian
pelecehan yang tidak kuat. Hal ini pun berlaku jika speak up dilakukan

10
di media sosial, jika bukti dari peristiwa pelecehan tersebut kuat maka akan
mendapatkan suara dukungan yang banyak dari masyarakat mayoritas.
Namun sebaliknya jika bukti yang diberikan lemah, maka bisa jadi korbanlah
yang akan mendapatkan isolasi dari masyarakat dan dikucilkan orang-orang.
Hal ini sesuai dengan teori dari spiral of silence, ketika seseorang ingin
diakui dalam masyarakat mayoritas maka orang tersebut harus bisa
mendapatkan suara dari mayoritas. Media sosial memiliki karakteristik yang
berbeda dengan teknologi komunikasi lainnya. Beberapa karakteristik yang
berbeda adalah updating secara real-time, informasi yang tersebar secara luas,
memiliki titik kumpul untuk melihat informasi, memiliki fitur yang
memungkinkan pengguna situs media soal dapat menanggapi dan memberi
masukan (Gao et al., 2022).
Oleh karena itu, peran media sosial dalam publikasi kasus pelecehan
seksual yang terjadi di Indonesia sangat penting. Para korban diharapkan tidak
takut untuk mengungkap kasus pelecehan seksual yang terjadi, karena banyaknya
dukungan masyarakat media sosial yang dianggap sangat membantu.
PENUTUP
Berdasarkan pemaparan dapat disimpulkan bahwa :

Kegunaan dari media


sosial adalah
menciptakan konten
dan membagikannya
kepada sesama
11
pengguna, serta dapat
juga untuk
mendapatkan informasi
dari berbagai
konten yang disajikan
oleh para
pengguna media sosial.
Penggunaan
media sosial tentu
terdapat dampak

12
yang ditimbulkan, baik
itu dampak
positif maupun dampak
negatif.
Salah satu dampak positif
dari media
sosial yang dapat
dirasakan adalah
sebagai media penyebaran
informasi

13
secara cepat,
memperluas jaringan
pertemanan, media
berkomunikasi ke
sesama pengguna media
sosial, dan
lain sebagainy Berdasarkan pemaparan dapat

disimpulkan bahwa :
1. Kasus bullying diawali dengan mahasiswa yang diduga berkebutuhan
khusus yang bernama Farhan sedang berjalan sendirian. Tiba-tiba
mahasiswa lain mengganggu Farhan dengan menarik-narik tas yang
dipakai korban dari belakang. Alih- alih menolong korban, terdengar ada
suara mahasiswa lain di sekitar korban yang bersorak dan malah bertepuk
tangan. Farhan sempat memberontak yang akhirnya tarikan dari belakang
itu terlepas dan Farhan pun melempar bak sampah kepada pelaku tetapi tak
mengenai para pelaku.
2. Pihak Universitas Gunadarma memberikan hukuman berupa skorsing
kepada pelaku. Tiga pelaku utama diskors selama 12 bulan. Selain itu,
sepuluh orang lainnya dijatuhi hukuman yang lebih ringan. Salah satunya

14
diskors selama enam bulan dan sembilan lainnya yang turut terekam dalam
video hanya diberikan hukuman untuk memberikan keterangan tertulis
3. Peristiwa pelecehan seksual itu terjadi pada 2 Desember 2022 di mana
korban diajak ke kamar mandi dan terjadilah perbuatan yang tidak
menyenangkan
4. Kasus pelecehan seksual yang melibatkan mahasiswa Gunadarma Depok,
diselesaikan secara restoratif justice atau keadilan restoratif
5. Peran media sosial dalam publikasi kasus pelecehan seksual yang terjadi di
Indonesia sangat penting. Para korban diharapkan tidak takut untuk
mengungkap kasus pelecehan seksual yang terjadi, karena banyaknya
dukungan masyarakat media sosial yang dianggap sangat membantu.
DAFTAR PUSTAKA
Alrajeh, S. M., Hassan, H. M., Al-Ahmed, A. S., & Alsayed Hassan, D. (2021).
An investigation of the relationship between cyberbullying,
cybervictimization and depression symptoms: A cross sectional study
among university students in Qatar. PloS one, 16(12), e0260263.
Higdon, N. (2022). The Critical Effect: Exploring the Influence of Critical Media
Literacy Pedagogy on College Students’ Social Media Behaviors and
Attitudes. Journal of Media Literacy Education, 14(1), 1-13.
Huang, C. L., Zhang, S., & Yang, S. C. (2020). How students react to different
cyberbullying events: Past experience, judgment, perceived seriousness,
helping behavior and the effect of online disinhibition. Computers in human
behavior, 110, 106338.
Gao, H., Wang, K., & Wong, C. (2022). Network Agenda Setting on Adolescent
Depression: Distinctions Between Integrated and Professional Social Media
Organizations. In 2022 6th International Seminar on Education,
Management and Social Sciences (ISEMSS 2022) (pp. 3329-3339). Atlantis
Press.
Goncalves, L., & De Santo, E. M. (2022). Unpacking the process: how agenda-
setting theory explains the case of creating large scale marine protected
areas in Brazil. Environmental Politics, 31(2), 205-225.

15
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/12/20/09535681/saat-korban-
pelecehan-seksual-di-gunadarma-cabut-laporan-malah-pelaku?
page=all#:~:text=Peristiwa%20pelecehan%20seksual%20itu%20terjadi,di
%20bawah%20tangga%20kampus%20tersebut.
suaramerdeka.com/nasional/pr-046061010/dugaan-pelecehan-berujung-bully-di-
gunadarma-terduga-pelaku-diikat-ditelanjangi-dicekoki-air-
kencing#:~:text=Dampaknya%2C%20terjadi%20aksi%20bullying
%20yang,tanpa%20ada%20yang%20berani%20melerai.&text=Dalam
%20salah%20satu%20foto%20yang%20beredar%2C%20ia%20juga
%20ditelanjangi%20dan%20difoto.

16

Anda mungkin juga menyukai