Abstract
The aims of child protection is enable children to grow and develop optimally. The responsibility and
protection of the children lies on their parents. Therefore, the parents are the spearhead of children
protection as stated in the Law on Human Rights (pasal 26 paragraph 2). There are many crimes in
children such as child sexual violence and malnutrition. Moreover, children also get violence from
parents and the closest people. In other case, children are forced to earn money eventhough they should
go to school. One causal factor influencing is the lack of knowledge from their parents and the
readiness of the financial. In addition, this condition is often experienced by families from early-age
marriage.
Abstrak
Perlindungan terhadap anak bertujuan agar anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Tanggung jawab dan perlindungan anak terletak pada orang tua, maka
orang tualah yang menjadi ujung tombak perlindungan anak sebagaimana yang
tercantum dalam Undang-undang tentang Hak Asasi Manusia pasa 26 ayat 2. Banyak
terjadi kasus penelantaran hak-hak anak seperti kasus kekerasan seksual anak juga
sering dijadikan ekspose ekonomi keluarga seharusnya anak bersekolah akan tetapi
anak harus dibebani untuk mencari nafkah keluarga, anak memperoleh tindakan
kekerasan dari orang tua serta orang terdekat, tidak terpenuhinya kesehatan dan gizi
yang baik. Kondisi seperti ini terjadi salah satunya karena bekal pengetahuan dari
orang tuanya yang kurang serta kesiapan dari material yang belum ada. Kondisi ini
sering dialami oleh keluarga dari pasangan yang menikah pada usia dini.
pengembangannya dirinya sesuai dengan agar negara melindungi anak dari kekerasan
nilai-nilai kesusilaan dan kapatutan. seksual dan rumah tangga akhirnya
Banyak terjadi kasus penelantaran membentur jalan buntu. Padahal
hak-hak anak seperti kasus kekerasan berdasarkan UU Perlindungan Anak,
seksual anak juga sering dijadikan ekspose mereka yang masih berumur di bawah 18
ekonomi keluarga seharusnya anak tahun dianggap belum dewasa. Negara
bersekolah akan tetapi anak harus dibebani memiliki kewajiban hadir di setiap
untuk mencari nafkah keluarga, anak kekerasan, dan kebutuhan dasar mereka
memperoleh tindakan kekerasan dari orang sebagai generasi penerus.
tua serta orang terdekat, tidak terpenuhinya Keinginan aktivis perempuan dan
kesehatan dan gizi yang baik. Kondisi anak agar MK meninjau ulang dengan
seperti ini terjadi salah satu karena bekal mempertimbangkan Undang-Undang yang
pengetahuan dari orang tuanya yang kurang lebih progresif tentu didasarkan beberapa
serta kesiapan dari material yang belum ada. data dan orientasi ke depan terhadap
Kondisi ini dapat dialami oleh keluarga dari peningkatan kualitas hidup perempuan dan
pasangan yang menikah pada usia dini. anak Indonesia. Hasil survey yang terdapat
Menurut Undang-undang perkawinan (Koran tempo 22/6) menurut data yang
dalam pasal 7 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 diperoleh, Indonesia merupakan negara
yang berbunyi bahwa perkawinan hanya dengan rangking tertinggi kedua di ASEAN
diijinkan jika pihak pria sudah mencapai untuk pernikahan anak-anak perempuan di
umur 19 tahun dan pihak perempuan bawah atau setara umur 16 tahun, setelah
mencapai umur 16 tahun. Ditetapkannya Kamboja. Di dunia, Indonesia menempati
rentangan usia ini dimaksudkan agar rangking ke-37 atas kasus pernikahan dini
pasangan yang menikah lebih tersebut.
mempersiapkan diri memasuki pernikahan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh
Menyikapi dari undang-undang ini Pusat Kajian Gender dan Seksualitas
pihak pemerhati perempuan dan anak (PSGS) Universitas Indonesia tercatat
mengajukan uji material terhadap undang- Negara Indonesia menempati urutan kedua
undang ini dan mereka menyatakan bahwa di ASEAN dalam hal jumlah pernikahan
usia yang membolehkan perkawinan yang dini bagi perempuan. Dari 7,3 juta
tertera dalam Undang-undang perkawinan perempuan Indonesia berusia di bawah 15
tersebut belum mencapai kedewasaan dan tahun, 2 jutanya telah menikah. Diprediksi
masih dalam rentang usia sekolah. Hasil uji apabila situasi yang meresahkan ini tidak
Mahkamah Konstitusi (MK) telah diintervensi dengan benar maka pada tahun
menjatuhkan palunya menolak permohonan 2030 akan ada sekitar 3 juta anak
uji materi Undang-Undang Perkawinan perempuan di bawah usia 15 tahun yang
yang membolehkan pernikahan perempuan mengalami pernikahan dini. Kemudian
usia muda. Menurut UU Perkawinan Pasal 7 kasus pernikahan dini di daerah propinsi
Ayat 1, perempuan yang telah berusia 16 Sumatera Barat menurut Kepala BKKBN
tahun, atau saat ini menduduki Kelas X, Sumbar Yamin Waisale menyatakan
atau Kelas 1 SMA, telah cukup umur untuk terdapat 35 persen kasus pernikahan di
dinikahi seorang lelaki. Sumatera Barat.
Penolakan MK itu patut disayangkan. Mengingat salah satu faktor penyebab
Keinginan para aktivis perempuan dan anak terlantarnya hak-hak anak dikarenakan
ketidaksiapan pasangan yang menikah pada serta kesiapan dari material yang belum ada.
usia dini. Menurut Mursydah sebagai kepala Kondisi ini dapat dialami oleh keluarga dari
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan pasangan yang menikah pada usia dini.
Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten
Tanah Datar mencatat selama tahun 2014 Hasil dan Pembahasan
terjadi kasus kekerasan terhadap anak A. Hak-Hak Anak
sebanyak 55 kasus dengan 71 korban Menurut Undang-Undang (UU) RI
sedangkan tahun 2015 telah terjadi 35 kasus tentang Perlindungan Anak tahun 2002,
dengan 44 korban kekerasan yang anak adalah seseorang yang belum berusia
didominasi kasus cabul pada anak (Data 18 tahun termasuk anak dalam kandungan.
P2TP2A Tahun 2014 dan 2015). Kasus Perlindungan anak adalah semua kegiatan
kekerasan terhadap anak ini terjadi karena yang menjamin dan melindungi anak dari
diantaranya pernikahan dini, rendahnya hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan
pendidikan budi pekerti di rumah tangga berkembang, berpartisipasi secara optimal
melalui agama. sesuai dengan harkat dan martabat
Menurut catatan Komisi Nasional kemanusiaan serta mendapat perlindungan
Perlindungan Anak (Komnas Anak) dari kekerasan dan diskriminasi. Hak anak
mencatat sepanjang Januari sampai Oktober adalah bagian dari hak asasi manusia yang
2013 terdapat 2.792 kasus pelanggaran wajib di jamin, di lindungi, di penuhi oleh
terhadap hak anak. Terdapat 1.424 kasus orang tua keluarga, masyarakat, pemerintah
kekerasan dan 730 kasus kekerasan seksual. dan negara.
Selain kasus kekerasa anak, terjadi juga Menurut Ahmad Abdullah Assegaf S
penelantaran terhadap kesehatan anak, anak memiliki nilai yang berarti bagi
menurut pencatatan Komnas Perlindungan kehidupan dapat dilihat dari sisi agama,
Anak Sumatera Barat 23 ribu dari 300 ribu ekonomi, sosio psikologi.1
usia balita mengalami gizi buruk. 1) Nilai Religius
Terjadinya kekerasan terhadap anak Anak merupakan anugrah Allah
baik secara fisik maupun psikis tentu yang lahir dari pernikahan. Dengan
berakibat fatal terhadap tumbuh kembang demikian merupakan suatu
anak dan berakibat buruk terhadap masa kewajiban bagi kaum muslim
depannya. Kasus gizi buruk ini untuk berpasang-pasangan,
mengindikasikan perekonomian yang tidak berkeluarga serta berkembang
stabil dri orang tuanya sehingga tidak dapat biak sebagimana yang
memenuhi kebutuhan untuk kesehatan dikemukakan oleh M. Nipan
anak. Banyak kasus juga terjadi penelantaran Abdul Halim dengan hadirnya
hak-hak anak seperti anak dijadikan ekspose seorang anak selain meneruskan
ekonomi keluarga seharusnya anak garis keturunan juga di harapkan
bersekolah akan tetapi anak harus dibebani menjadi penerus perjuangan dalam
untuk mencari nafkah keluarga, anak menegakkan agama Islam.2
memperoleh tindakan kekerasan dari orang 2) Nilai Ekonomi
tua serta orang terdekat, tidak terpenuhinya
1 Ahmad Abdullah Assegaf . Islam dan KB.
kesehatan dan gizi yang baik. Kondisi (Jakarta:PT Lentera Baristama,1997), h.33
seperti ini terjadi salah satu karena bekal 2 M.Nipan Abdul Halim. Anak Sholeh
pengetahuan dari orang tuanya yang kurang Dambaan Keluarga. (Yogyakarta: Mitra Pustaka. 2001),
h.8
“akad”. 8 Pernikahan dalam islam akan sah tangga perkawinan hanya boleh dilakukan
apabila rukun dan syarat pernikahan calon mempelai yang telah mencapai umur
dipenuhi. Dasar pembentukan sebuah yang ditetapkan pasal 7 UU No. I Tahun
keluarga adalah perkawinan yang mengikat 1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya
seorang laki-laki dan perempuan dengan berumur 19 tahun dan calon istri sekurang-
ikatan syari’at yang kuat dan kokoh yang kurangnya 16 tahun. Walaupun Undang-
dilandasi dengan ketakwaan kepada Allah undang sudah memberikan ketegasan
SWT. Al Qur’an memandang perkawinan tentang batasan usia perkawinan, tetapi
sebagai salah satu tanda dari kekuasaan dewasa ini sering kita lihat perkawinan
Allah SWT sebagaimana Allah berfirman diusia dini atau perkawinan yang dilakukan
dalam surat Ar- Ruum ayat 21: oleh mereka yang masih di bawah umur 16
Artinya : Dan di antara tanda-tanda tahun (perempuan) dan 19 tahun (laki-laki).
kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan Di dalam kehidupan dunia modern ini
untukmu istri-istri dari jenismu istilah pernikahan dini telah menjadi bahan
sendiri,supaya kamu cenderung dan merasa bincangan pada setiap pakar, baik itu para
tentram kepada-Nya, dan dijadikan-Nya remaja, orang tua, maupun para intelektual
diantaramu rasa kasih sayang.sesungguhnya agama dan sosial. Perkawinan terjadi atas
pada yang demikian itu benar-benar terdapat persetujuan antara orang tua (ayah) dari
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. calon mempelai perempuan dengan calon
mempelai laki-laki. Menurut pandangan
Perkawinan bukan hanya islam sebagaimana yang dikemukakan dalam
mempersatukan dua pasangan manusia saja, buku Mohammad Fauzil Adhim, Indahnya
seperti hanya hewan dan makhluk Allah Pernikahan Dini bahwa pernikahan dini
lainya. Melainkan mengikatkan tali adalah pernikahan yang dilakukan oleh
perjanjian yang suci atas nama Allah bahwa pasangan (laki-laki dan perempuan) yang
kedua mempelai berniat membangun rumah telah mencapai masa baliqh dan usianya
tangga yang sakinah, mawadah, warahmah, belum mencapai usia 30 tahun.9
tentram dan dipenuhi oleh rasa cinta yang Hal senada juga dikemukakan oleh
tulus dan ikhlas. Oleh karena itu dalam Husain Muhammad yang mengatakan
peraturan perundangan dijelaskan bahwa bahwa pernikahan di usia muda adalah
batas umur untuk melansungkan pernikahan yang terjadi antara laki-laki dan
perkawinan. Ketentuan batas umur tersebut perempuan yang belum mencapai taraf
dalam pasal 7 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 baliqh, apabila batasan baligh itu ditentukan
yang berbunyi bahwa perkawinan hanya hitungan tahun, maka pernikahan di usia
diijinkan jika pihak pria sudah mencapai muda adalah pernikahan di bawah umur 15
umur 19 tahun dan pihak perempuan tahun menurut mayoritas ahli fiqh, dan di
mencapai umur 16 tahun. bawah umur 17-18 tahun menurut Abu
Hal ini juga ditunjang dengan Hanafiah.
ketentuan yang terdapat dengan kompilasi Mewujudkan pernikahan yang
hukum Islam pasal 15 yang isinya bahwa sejahtera yakni sebuah keluarga yang
untuk kemaslahatan keluarga dan rumah bahagia maka suami istri memegang
peranan utama dalam mewujudkan keluarga
8 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam
antara Figh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, 9 Mohammad Fauzil Adhim, Indahnya
(Jakarta:Prenada Media, 2006), h.36 Pernikahan Dini……h. 46