Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS PELANGARAN HAK ANAK

Kelompok 2, anggota:

1. Qori’atul Hasana (1908108002)

2. Thania Nurul Azizah (1908108019)

3 . Fitria Dewi Hawangi (1908108021)

4. Ishmatun Zakiyyah (1908108009)

5. Intan Dwiyanti (1908108004)

A. Kasus dimedia sosial


1. Judul: Prajurit TNI Aniaya Anak NTT, Sekujur Tubuh Disundut 15 Rokok
Kasus ini bermula seorang anak berumur 13 tahun yang dituduh mencuri telepon
seluler oleh kedua TNI yakni Serka AODK dan Serma MSB. Ia mendapatkan
penganiayaan oleh kedua anggota TNI tersebut seperti disundut rokok yang masih
menyala di sekujur tubuh. Selain disundut, anak yang berusia 13 tahun dipukul
menggunakan bambu di kedua tangannya. Bahkan ia dianiaya didepan kedua orang
tuanya, namun orang tua korban tidak bisa berbuat apa-apa.
Kasus ini banyak terjadi ketika seseorang tanpa pikir panjang untuk melakukan
tindakan penuduhan yang berujung pada penghakiman sendiri, tanpa mendengar dan
memperdulikan kejelasan dari korban. Sebab tersulut emosi. Kasus ini berkaitan
dengan pasal 4 yang diman seharusnya anak berhak hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Menurut kami solusi yang dapat diterapkan yaitu dengan meberi informasi terkait
hak-hak yang dimiliki anak, juga menjadi salah satu kewajiban tertentu oleh orangtua
maupun orang-orang terdekatnya. Misalnya memberikan anak mengenai cara
melindungi dirinya.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210823075413-12-683843/prajurit-tni-
aniaya-anak-ntt-sekujur-tubuh-disundut-15-rokok
2. Judul: Kasus Kekerasan Ibu Terhadap 3 Anak Kandung Di Brebes
Kasus kekerasan diduga dilakukan KU (40) warga Brebes kepada tiga anak
kandungnya yang masih berusia, 12, 7 dan 5 tahun. Peristiwa terjadi pada Minggu
(20/3/2022) lalu.
Peristiwa itu mengakibatkan anak yang berusia 7 tahun meninggal dunia, Sedangkan
untuk dua anak lainnya terluka dan sempat kritis. KU kini telah polisi, dan dua
anaknya yang terluka masih dirawat di rumah sakit.
Dimana ibu itu diduga tertekan dengan keterbatasan finansial, yang berdampak pada
tingkat stres yang akhirnya dilampiaskan kepada anak-anaknya. Ibu tersebut terancam
20 tahun penjara menurut UU Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002.
Bintang Puspayoga juga mengajak seluruh pihak untuk menjadikan kasus tersebut
sebagai pelajaran berharga dan berharap peristiwa memilukan itu tidak terjadi lagi. Ia
berpesan agar pemerintah daerah memastikan pendampingan psikologis serta tindak
lanjut pengasuhan yang layak kepada anak usai proses pemulihan fisik dilakukan.
"Menjadi penting bagaimana upaya pemda untuk memastikan pemberdayaan
ekonomi perempuan kelompok rentan, terutama perempuan yang berada dalam
kemiskinan dan memiliki anak. Jika tidak diantasipasi, berdampak pada resiko
kekerasan pada anak
https://jateng.inews.id/berita/kasus-kekerasan-ibu-terhadap-3-anak-kandung-di-
brebes-ini-langkah-menteri-pppa
3. Judul: Siswi SMP Bunuh Bayinya Usai Dicekoki Obat Abosri Pacar
Sejoli siswi SMP dan pacarnya inisial PE (22) ditangkap polisi karena kasus
kekerasan pada bayi mereka hingga meninggal dunia di Magelang. Siswi SMP itu
tega membekap bayi yang baru dia lahirkan hingga tewas usai dicekoki kekasihnya
obat aborsi.
"Kami dapat informasi pada Sabtu (18/12/2021), diduga ABH berumur 15 tahun telah
melakukan aborsi. Intinya melakukan kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan
meninggal dunia," kata Kapolres Magelang AKBP Mochammad Sajarod Zakun
dalam pers rilis di kantornya, Rabu (13/4). PE kami jerat dengan pasal tindak pidana
persetubuhan atau pencabulan terhadap anak pasal 81 ayat 2 atau pasal 82 ayat 1 no
17 tahun 2016 tentang penetapan Perpu perubahan kedua UU Perlindungan Anak.
Yang mana ancaman hukuman penjara maksimal 15 tahun.
Solusinya adalah menekan kan kembali sex education pada tingkatan pendidikan, dan
para orang tua butuh perhatian lebih kepada anak dalam lingkungan dan sosial anak.
https://www.detik.com/jateng/hukum-dan-kriminal/d-6031646/siswi-smp-bunuh-
bayinya-usai-dicekoki-obat-aborsi-pacar-ini-kata-disdik

B. Kasus di lingkungan rumah


1. Judul: Beberapa anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak karena
permasalahn ekonomi keluarga.
Kasus ini biasanya terjadi karena perekonomian keluarga yang kurang, sehingga
terpaksa anaknya tidak bersekolah dan ikut membantu orang tuanya bekerja.
Kasus ini berkaitan dengan Pasal 9, dimana hak anak yang semestinya memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan, namun tidak terpenuhi
justru ikut membantu orangtua nya bekerja.
Menurut kami solusi yang dapat diterapkan adalah perhatian dari perangkat desa
setempat, harus adanya perhatian lebih terhadap kesejahteraan masyarakatnya,
pemerataan bantuan yg lebih diperketat, serta perbesar peluang beasiswa sekolah
terhadap keluarga yg memiliki ekonomi yg rendah.
2. Judul: Penelantaran anak, anak tidak diperhatikan dalam pendidikan, kasih sayang
serta perlindungan, kesejahteraan anak dalam pemenuhan kebutuhannya.
Kasus ini terjadi dikarenakan perceraian orang tua dan orang tua yang merantau ke
Luar Negri, bahkan sebagian terdapat orang tua yang menikah kembali dengan
majikan nya diluar negri hingga jarang mengunjungi anaknya dirumah. Anak
kemudian ditinggalkan dan Anak dititipkan kepada orang rumah (nenek, bibi/paman),
tanpa ada jaminan dalam kelangsungan hidupnya.
Tak jarang anak tidak bersekolah dan memilih unguk berkerja. Hal ini berkaitan
dengan pasal 7 mengenai yaitu Mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh
oleh orang tuanya sendiri.
Solusinya adalah kematangan sebelum memulai berumah tangga dan perencanaan,
edukasi pra nikah. Serta kesadaraan masyarkat sekitar ditingkatkan dan lagi-lagi
perhatian yang lebih dari perangkat desa.
3. Judul: Beberapa anak-anak yang tidak terpenuhi imunisasi atau pemeriksaan bulanan
di posyandu.
Kasus ini biasanya terjadi karena beberapa orang tua yang notabennya pekerja tidak
memperhatikan jadwal kesehatan anaknya di posyandu. Serta dari pihak posyandu
juga terkadang tidak melakukan tindakan lanjutan bagi anak yang melewatkan jadwal
pemeriksaannya.
Kasus ini berkaitan dengan Pasal 8, dimana hak anak yang semestinya memperoleh
pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan
kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial. Namun justru tidak terpenuhi,
khususnya pada jaminan kesehatan fisiknya.
Menurut kami solusi yang dapat diterapkan adalah dilakukannya penyuluhan lebih
lanjut ke rumah-rumah mengenai pentingnya imunisasi bagi anak. Serta jika terdapat
orang tua yang tidak bisa secara langsung mendatangi posyandu, maka pihak
posyandu bisa mendatangi rumah orang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai