1. Judul: Prajurit TNI Aniaya Anak NTT, Sekujur Tubuh Disundut 15 Rokok Kasus ini bermula seorang anak berumur 13 tahun yang dituduh mencuri telepon seluler oleh kedua TNI yakni Serka AODK dan Serma MSB. Ia mendapatkan penganiayaan oleh kedua anggota TNI tersebut seperti disundut rokok yang masih menyala di sekujur tubuh. Selain disundut, anak yang berusia 13 tahun dipukul menggunakan bambu di kedua tangannya. Bahkan ia dianiaya didepan kedua orang tuanya, namun orang tua korban tidak bisa berbuat apa-apa. Kasus ini banyak terjadi ketika seseorang tanpa pikir panjang untuk melakukan tindakan penuduhan yang berujung pada penghakiman sendiri, tanpa mendengar dan memperdulikan kejelasan dari korban. Sebab tersulut emosi. Kasus ini berkaitan dengan pasal 4 yang diman seharusnya anak berhak hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Menurut kami solusi yang dapat diterapkan yaitu dengan meberi informasi terkait hak-hak yang dimiliki anak, juga menjadi salah satu kewajiban tertentu oleh orangtua maupun orang-orang terdekatnya. Misalnya memberikan anak mengenai cara melindungi dirinya. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210823075413-12-683843/prajurit-tni- aniaya-anak-ntt-sekujur-tubuh-disundut-15-rokok 2. Judul: Kasus Kekerasan Ibu Terhadap 3 Anak Kandung Di Brebes Kasus kekerasan diduga dilakukan KU (40) warga Brebes kepada tiga anak kandungnya yang masih berusia, 12, 7 dan 5 tahun. Peristiwa terjadi pada Minggu (20/3/2022) lalu. Peristiwa itu mengakibatkan anak yang berusia 7 tahun meninggal dunia, Sedangkan untuk dua anak lainnya terluka dan sempat kritis. KU kini telah polisi, dan dua anaknya yang terluka masih dirawat di rumah sakit. Dimana ibu itu diduga tertekan dengan keterbatasan finansial, yang berdampak pada tingkat stres yang akhirnya dilampiaskan kepada anak-anaknya. Ibu tersebut terancam 20 tahun penjara menurut UU Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002. Bintang Puspayoga juga mengajak seluruh pihak untuk menjadikan kasus tersebut sebagai pelajaran berharga dan berharap peristiwa memilukan itu tidak terjadi lagi. Ia berpesan agar pemerintah daerah memastikan pendampingan psikologis serta tindak lanjut pengasuhan yang layak kepada anak usai proses pemulihan fisik dilakukan. "Menjadi penting bagaimana upaya pemda untuk memastikan pemberdayaan ekonomi perempuan kelompok rentan, terutama perempuan yang berada dalam kemiskinan dan memiliki anak. Jika tidak diantasipasi, berdampak pada resiko kekerasan pada anak https://jateng.inews.id/berita/kasus-kekerasan-ibu-terhadap-3-anak-kandung-di- brebes-ini-langkah-menteri-pppa 3. Judul: Siswi SMP Bunuh Bayinya Usai Dicekoki Obat Abosri Pacar Sejoli siswi SMP dan pacarnya inisial PE (22) ditangkap polisi karena kasus kekerasan pada bayi mereka hingga meninggal dunia di Magelang. Siswi SMP itu tega membekap bayi yang baru dia lahirkan hingga tewas usai dicekoki kekasihnya obat aborsi. "Kami dapat informasi pada Sabtu (18/12/2021), diduga ABH berumur 15 tahun telah melakukan aborsi. Intinya melakukan kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggal dunia," kata Kapolres Magelang AKBP Mochammad Sajarod Zakun dalam pers rilis di kantornya, Rabu (13/4). PE kami jerat dengan pasal tindak pidana persetubuhan atau pencabulan terhadap anak pasal 81 ayat 2 atau pasal 82 ayat 1 no 17 tahun 2016 tentang penetapan Perpu perubahan kedua UU Perlindungan Anak. Yang mana ancaman hukuman penjara maksimal 15 tahun. Solusinya adalah menekan kan kembali sex education pada tingkatan pendidikan, dan para orang tua butuh perhatian lebih kepada anak dalam lingkungan dan sosial anak. https://www.detik.com/jateng/hukum-dan-kriminal/d-6031646/siswi-smp-bunuh- bayinya-usai-dicekoki-obat-aborsi-pacar-ini-kata-disdik
B. Kasus di lingkungan rumah
1. Judul: Beberapa anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak karena permasalahn ekonomi keluarga. Kasus ini biasanya terjadi karena perekonomian keluarga yang kurang, sehingga terpaksa anaknya tidak bersekolah dan ikut membantu orang tuanya bekerja. Kasus ini berkaitan dengan Pasal 9, dimana hak anak yang semestinya memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan, namun tidak terpenuhi justru ikut membantu orangtua nya bekerja. Menurut kami solusi yang dapat diterapkan adalah perhatian dari perangkat desa setempat, harus adanya perhatian lebih terhadap kesejahteraan masyarakatnya, pemerataan bantuan yg lebih diperketat, serta perbesar peluang beasiswa sekolah terhadap keluarga yg memiliki ekonomi yg rendah. 2. Judul: Penelantaran anak, anak tidak diperhatikan dalam pendidikan, kasih sayang serta perlindungan, kesejahteraan anak dalam pemenuhan kebutuhannya. Kasus ini terjadi dikarenakan perceraian orang tua dan orang tua yang merantau ke Luar Negri, bahkan sebagian terdapat orang tua yang menikah kembali dengan majikan nya diluar negri hingga jarang mengunjungi anaknya dirumah. Anak kemudian ditinggalkan dan Anak dititipkan kepada orang rumah (nenek, bibi/paman), tanpa ada jaminan dalam kelangsungan hidupnya. Tak jarang anak tidak bersekolah dan memilih unguk berkerja. Hal ini berkaitan dengan pasal 7 mengenai yaitu Mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri. Solusinya adalah kematangan sebelum memulai berumah tangga dan perencanaan, edukasi pra nikah. Serta kesadaraan masyarkat sekitar ditingkatkan dan lagi-lagi perhatian yang lebih dari perangkat desa. 3. Judul: Beberapa anak-anak yang tidak terpenuhi imunisasi atau pemeriksaan bulanan di posyandu. Kasus ini biasanya terjadi karena beberapa orang tua yang notabennya pekerja tidak memperhatikan jadwal kesehatan anaknya di posyandu. Serta dari pihak posyandu juga terkadang tidak melakukan tindakan lanjutan bagi anak yang melewatkan jadwal pemeriksaannya. Kasus ini berkaitan dengan Pasal 8, dimana hak anak yang semestinya memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial. Namun justru tidak terpenuhi, khususnya pada jaminan kesehatan fisiknya. Menurut kami solusi yang dapat diterapkan adalah dilakukannya penyuluhan lebih lanjut ke rumah-rumah mengenai pentingnya imunisasi bagi anak. Serta jika terdapat orang tua yang tidak bisa secara langsung mendatangi posyandu, maka pihak posyandu bisa mendatangi rumah orang tersebut.