Anda di halaman 1dari 4

OPTIMALISASI PERAN BUNGA BANGSA SEBAGAI PELOPOR DAN

PENGINSPIRASI SADAR TAAT HUKUM

RIZKI ARRAHMAN SAPUTRA


Bolatan, 21 Februari 2006

DAPIL II SUMATERA UTARA


SMA SWASNA NURUL ILMI
PADANGSIDIMPUAN
rizkiarrahmansaputra@gmail.com

LATAR BELAKANG
Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat kesadaran para bunga bangsa atau
remajanya akan hukum dan ketaatan mereka terhadap hukum. Semakin tinggi kesadaran dan
ketaatan hukum tersebut, maka akan semakin aman pula kehidupan bermasyarakat, faktor
kesadaran para bunga bangsa terhadap sebuah hal ini memiliki peran penting dalam
perkembangan akan hukum. Artinya semakin lemah tingkat kesadaran sang remaja, maka
semakin lemah pula ketaatan hukum. Sebaliknya semakin kuat kesadaran hukumnya semakin
kuat pula faktor ketaatan hukum.
Kesadaran hukum bagi remaja pada dasarnya akan memberikan feedback positif seperti
rasa aman kepada lingkungan sosial maupun bagi anggota masyarakat. Pada dasarnya para
remaja tahu dan paham akan hukum, tetapi secara tidak sadar dan sengaja mereka masih
melakukan perbuatan-perbuatan yang dikatakan pelanggaran hukum

PERMASALAHAN
Tanggal 23 Mei 2023, kita sama-sama digegerkan oleh sebuah berita terbaru yaitu aksi
para pemuda kibarkan bendera pelangi yang merupakan ciri khas LGBT (Lesby, Gay, Biseksual,
Transgender) yang berlokasi di salah satu cagar pandang negara Indonesia yaitu Monumen
Nasional (MONAS). Aksi pengibaran bendera pelangi ini tentunya menyorot mata kalangan
khalayak luas di negara ini. Bagaimana tidak? Negara kita Indonesia yang dikenal sebagai
negara yang taat pada hukum, bisa menjadi sebuah pertimbangan akan sebuah keputusan
tersebut, tentunya pasti banyak stigma negatif yang muncul akibat hal tersebut. Padahal sudah
jelas terdapat pada KUHP yang disahkan DPR pada tanggal 6 Desember 2022 yang mengatur
ancaman pidana terhadap orientasi seksual sesama jenis. Salah satu pasal yang bisa mengatur
1
pidana perilaku sesama jenis tercantum dalam pasal 414 tentang percabulan, yang berbunyi
"Setiap Orang yang melakukan perbuatan cabul terhadap orang lain yang berbeda atau sama
jenis kelaminnya: di depan umum, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 tahun 6 bulan
atau pidana denda paling banyak kategori III; secara paksa dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 tahun; atau yang dipublikasikan
sebagai muatan pornografi, dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 tahun." Menurut
KUHP yang disahkan oleh DPR tersebut dapat kita lihat bahwa hal tersebut adalah sebuah
benteng penghalang untuk mencegah semakin meluasnya kasus LGBT.

Dengan adanya bukti nyata aksi para pemuda kibarkan bendera pelangi di Monas, lantas
akan muncul sebuah prasangka di pemikiran kita tentang apa penyebab seseorang itu menjadi
salah satu bagian dari LGBT dan hal apa yang memberanikan mereka mengungkapkannya di
hadapan publik?

PEMBAHASAN / ANALISIS
Eksisnya kaum LGBT itu bisa jadi sebuah benalu bagi seseorang yang awalnya memiliki
orientasi seksual normal. Perilaku itu bisa saja ”menular” pada orang lain apabila dipengaruhi
oleh kaum yang awalnya sudah menyimpang, yakni menyukai sesama jenis. Dina Fariza Tryani
Syarif seorang Psikolog sekaligus dosen tetap Universitas Muhammadiyah Palangka Raya
mengatakan bahwa “Perilaku LGBT bisa muncul lantaran berbagai hal. Salah satunya faktor
lingkungan, keluarga, kultur, hingga genetik. Perubahan perilaku seksual juga dapat terjadi
akibat faktor perkembangan anak, khususnya yang berhubungan dengan psikoseksual. Menurut
ilmu psikologi, hal itu bisa terjadi lantaran ketidaksuksesan ketika melewati fase dalam
perkembangan seksual. Banyak faktornya, seperti lingkungan dan lainnya. Perkembangan
lingkungan yang mendorong juga bisa.”

Mereka berani untuk mengungkapkan jati diri mereka karena mereka ingin
mengungkapkan keberadaan sebenarnya dari diri mereka, dan agar khalayak menganggap hal
tersebut adalah sebuah hal yang lazim dan tidak perlu dipermasalahkan. Pada saat sekarang ini
kita harus waspada terhadap hal tersebut, khususnya para masyarakat yang masih di fase
pembentukan karakter remajanya. karena selain kasus kibarkan bendera pelangi di Monas,
terdapat pula juga sebuah kasus pada bulan Juni 2023, seorang guru menemukan grup whatsapp
LGBT siswa SD, pasca dilakukan razia hp di sekolah. Sampai saat ini masih menjadi
perbincangan dan perdebatan di media masa dan sosial media tentang keakuratan dan kepastian
kejadian tersebut. Jika benar hal itu terjadi, tentu menjadi teguran keras buat orang tua yang
2
menitipkan anaknya di bangku sekolah dengan mengharapkan lingkungan sosial yang sehat
untuk anaknya.

Di Indonesia belum jelas diketahui berapa jumlah populasi LGBT. Informasi yang
diperoleh dari Kemenkes terdapat peningkatan jumlah waria secara bermakna antara tahun 2002
sampai 2009, tetapi pada tahun 2009 sampai 2012 tidak terdapat lagi jumlah peningkatan secara
bermakna. Jumlah populasi tersebut belum pasti diketahui keberadannya. Namun, mengacu data
provinsi rawan terdampak HIV jumlah waria diperkirakaan mencapai angka 597 ribu orang,
sedangkan lelaki yang seks dengan lelaki atau termasuk ke dalam biseksual sendiri sudah
mencapai lebih dari 1 juta orang (Kemenkes RI, 2014) bahkan ada beberapa sumber lain yang
menyatakan jumlah kasus tersebut jika menggunakan prevalensi dari populasinya bisa mencapai
3 juta. Sedangkan untuk populasi lesbian sendiri belum banyak diketahui. Pandangan masyarakat
mengenai isu LGBT masih beragam tergantung latar belakang budaya, agama, kelompok sosial,
media, keluarga, pergaulan sebaya, gender dan interaksi dengan individu LGBT [ Lehman&
Thornwel ]. Tingkat penolakan, dan penerimaan terhadap LGBT sangat tergantung pada faktor-
faktor di atas. LGBT di Indonesia masih merupakan hal yang tabu khususnya bagi kelompok
yang pemikirannya didasari agama. Sebagian besar menghujat perilaku dan orientasi seksual
kelompok LGBT ini.

Jika generasi muda begitu mudah untuk dihancurkan melalui LGBT, lantas siapa lagi
yang mampu menerapkan batasan hukum yang semakin tergerus oleh arus globalisasi. Pemuda
bukan hanya sekedar sampel untuk membawa bangsa Indonesia ke arah lebih baik, justru
kedaulatan dan kewibawaan merupakan tonggak yang menjadi tanggung jawab remaja.
Penegakan hukum yang ketat, kerja sama dengan aparatur negara serta keikutsertaan masyarakat
menjadikan hukum tertata rapi dan masyarakat menjadi tenang menjalani sendi kehidupan.

KESIMPULAN / SARAN

Optimalisasi program menjadi sebuah tantangan berat bagi parlemen, dengan adanya 3
fungsi DPR yang salah satunya di bidang Pengawasan saya akan mengusulkan program “ASLI”
yaitu Awasi Lingkungan. Suatu bentuk pengawasan diri terhadap lingkungan mengingat faktor
penyebab dari LGBT. Melalui fungsi DPR di bidang pengawasan tentunya bisa memberikan
sebuah feedback positif kepada bunga bangsa maupun calon bunga bangsa. Dengan adanya
pengawasan terhadap lingkungan akan dapat memanimalisir jumlah populasi LGBT. Banyak

3
dari masyarakat yang menginginkan hal tersebut, mengapa? Karena masyarakat juga
mengharapkan sebuah dampak positif bagi mereka seperti keamanan, kenyaman, kesejahteraan
dan lain sebagainya. Dan dengan adanya pengawasan akan sebuah hukum tentunya penegakan
hukum yang berlaku juga akan semakin direalisasikan. Lantas, sudah selayaknya kita
mengamalkan dan menaati hukum yang berlaku demi keamanan dan kenyaman bersama, semua
berawal dari kita, oleh kita dan untuk kita, Kenyamanan berawal dari diri sendiri yang bisa
menyadari, mengakui, maupun menghargai akan sebuah hal yang umumnya bersifat mutlak.

REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA

Amri, Alifia Yumna. 2023. “Ngeri! Guru Temukan Grup Whatsapp LGBT Siswa SD Pasca
Dilakukan Razia HP di Sekolah:. Dlam Tribun Jateng. 19 Juni 2023.

Damayanti, Rita. 2015. “Laporan Kajian Pandangan Lesbian, Gay dan Biseksual (LGB) terhadap
Status Gender dan Persamaan Hak Asasi Manusia di Jakarta, Bogot, Depok dan
Tangerang 2015. Dalam Jurnal Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia.

Suryarandika, Rizky. 2023. “KUHP Baru Dinilai tak Tegas Larang LGBT”. Dalam Republika.
22 Januari 2023.

Anda mungkin juga menyukai