Anda di halaman 1dari 6

PERILAKU

PENYIMPANGAN SEKSUAL SESAMA JENIS DI KALANGAN


REMAJA

Tahun ajaran 2022/2023

Disusun Oleh :
1. Nayla Salsabila Putri Paryono /22
2. Sekar Arum Kinasih Prabowo /25
3. Silvester Rico Surya Adiyatma /28
4. Stefani Adeline Laksita Wibawa /29

SMA REGINA PACIS

JL. LU. ADISUCIPTO 45 SURAKARTA

TELP. (0271) 735181, 71962 FAX. (0271) 735182

e-mail : smareginapacissolo@gmail.com

TAHUN 2023
BAB I

a. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini, banyak terjadi perilaku penyimpangan seksual, terutama dikalangan remaja yang
rentang usia 14 - 17 tahun. Hal ini dilatarbelakangi oleh usia para remaja tersebut terbilang cukup
rentan atau labil. Perilaku labil adalah kondisi dimana seseorang mudah tergoyahkan keyakinannya
atau dengan kata lain mudah dipengaruhi. Hal ini menjadi keresahan bagi kami dan juga sebagian
masyarakat. Tidak adanya pencegahan dan pengetahuan membuat mereka tidak tahu apa yang harus
dilakukan.

b. Identifikasi Masalah
LGBT adalah perilaku penyimpangan seksual. LGBT merupakan kepanjangan dari (Lesbian,
Gay, Bisexual dan Transgender). Istilah ini sudah digunakan sejak tahun 1990 untuk
menggantikan frasa komunitas gay atau komunitas yang memiliki orientasi sesama jenis,
terutama laki - laki.
Dikutip dari Menteri Kesehatan RI, LGBT sendiri tidak dibenarkan dalam kesehatan dan
bukan merupakan gangguan jiwa, melainkan masalah kejiwaan.

Beberapa waktu lalu, Pemerintah Kabupaten Garut menemukan sebuah grup melalui media
Facebook yang dimana anggotanya memiliki kecenderungan perilaku LGBT. Grup Facebook
tersebut beranggotakan lebih dari 2.600 anggota didominasi anak anak dari kalangan SMP -
SMA

Hal tersebut tentunya langsung ditindak lanjuti oleh Pemerintah setempat dan sempat
menggegerkan warga Garut.
c. Pembatasan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang dan Identifikasi masalah, maka dalam hal ini batasan masalah
yang dikaji perlu dibatasi. Penelitian ini berfokus untuk membahas masalah perilaku
penyimpangan seksual di kalangan remaja rentang usia 12 - 17 tahun. Dan juga faktor faktor
yang mempengaruhinya.

d. Perumusan Masalah
1. Mengapa hal ini bisa maraknya terjadi di lingkungan remaja di bawah umur?
2. Bagaimana peranan orangtua? Apakah bisa menjadi salah satu faktor?
3. Apa faktor pemicu hal ini terjadi?

e. Tujuan Penelitian secara umum


1. Untuk mengetahui mengapa hal ini bisa marak sekali terjadi pada remaja dibawah umur.
2. Untuk mengetahui apa peranan orangtua dalam perilaku penyimpangan seksual ini dikalangan
remaja.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor faktor yang dapat memicu seseorang atau suatu komunitas
untuk memiliki kecenderungan perilaku menyimpang.

f. Kegunaan Penelitian
Hasil Penelitian ini yang mengangkat tema Perilaku Penyimpangan Seksual Di Kalangan
Remaja ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi semua pihak. Adapun kegunaan
penelitian ini adalah :

1. Manfaat Praktis
a) Bagi para Orang Tua
Diharapkan dapat menambah Informasi dan wawasan agar tetap waspada dan memantau
perilaku anak.
b) Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat memberi pengetahuan yang bermanfaat dalam menyikapi hal hal seperti ini
sehingga tidak mengganggu psikis anak anak yang terjerumus.
c) Bagi SMA Regina Pacis Surakarta
Dapat menambah pengetahuan agar memperhatikan siswa siswinya lebih lanjut.
d) Bagi Peneliti
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan psikis sekaligus untuk menambah nilai mata
pelajaran Sosiologi.

2. Manfaat Teoritis
a) Diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk kegiatan penelitian maupun sumber
pembelajaran.
b) Dapat mengedukasi masyarakat mengenai perilaku menyimpang dan juga cara mengatasi hak
tersebut

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka
LGBT merupakan kepanjangan dari Lesbian Gay Bisexual dan Transgender. LGBT sendiri
setidaknya sudah ada di Indonesia pada tahun 1960-an, mulai populernya pada tahun 2000-an
hingga sekarang. Ditambah adanya kemajuan teknologi seperti media sosial Instagram,
Tiktok sehingga sangat mudah diakses oleh para remaja.
Salah satu problematika zaman sekarang yaitu maraknya konten yang berbau pornografi di
media sosial maupun di majalah - majalah memicu rasa penasaran di kalangan remaja untuk
menirunya, tak terkecuali perilaku LGBT.
Seiring banyaknya konten yang berbau LGBT di media sosial sehingga hal ini dilazimkan
atau dinormalisasikan’ di berbagai kalangan terutama di kalangan remaja. Pelajar yang dalam
hal ini berada pada masa remaja sangat mudah terpengaruh oleh informasi informasi yang
diperolehnya dari media. Menurut Huston & Alvarez, 1990 (dalam Santrock, 2003), masa
remaja awal merupakan suatu masa yang sangat sensitif terhadap pesan-pesan yang
disampaikan oleh media salah satunya mengenai peran gender.
Anak di usia remaja adalah seorang peniru ulung, mereka dengan sangat mudah mengimitasi
perilaku idola mereka. Peniruan-peniruan terlihat dari potongan–potongan rambut, cara
berpakaian, gaya hidup, peniruan dialek, istilah-istilah yang dilontarkan remaja sering kali
ditiru oleh remaja (Gerungan, 2000)
Hal ini adalah salah satu faktor mengapa banyaknya remaja yang mengikuti bagian dari
‘westernisasi’ ini.
Tak hanya itu, peranan orangtua juga berpengaruh dalam perkembangan dan juga perilaku
anak. Dikutip dari kompasiana.com, ketika seorang anak melihat perilaku yang kasar dan
tidak sewajarnya atau seringnya sang anak melihat KDRT yang dilakukan ayahnya/ figur
lelaki di keluarga kepada seorang perempuan, maka sang anak bisa melampiaskannya kepada
bagian dari LGBT.
Masyarakat mengira, dengan menjauhi kaum-kaum LGBT, maka kaum LGBT akan kembali
normal dan tidak lagi mengalami penyimpangan. Tanpa masyarakat sadari, dengan
mengucilkan kaum LGBT, malahan akan membuat mereka menjadi depresi, stress, dan
menutup diri. Selain itu, mengucilkan kaum LGBT terkadang malah akan membuat mereka
merasa terdesak untuk membuka diri secara terang-terangan kepada masyarakat.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian Terdahulu dilakukan oleh Yasrial Chandra dan Rahmawati Wae dengan
penelitian yang berjudul “ Fenomena LGBT di Kalangan Remaja dan Tantangan
Konselor di Era Revolusi Industri 4.0 ” dengan menggunakan metode penelitian
deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Persamaan dari penelitian sebelumnya yaitu :


1. Topik yang diteliti sama
2. Jenis metode yang digunakan sama yaitu, menggunakan metode deskriptif
dan menggunakan pendekatan kualitatif.

Sedangkan perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah :


1. Penelitian sebelumnya juga meneliti tentang tantangan konselor di era 4.0 sedangkan,
penelitian ini hanya berfokus pada fenomena LGBT di kalangan remaja
2. Penelitian sebelumnya juga memakai pendekatan library research sedangkan
penelitian ini hanya menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

C. Kerangka Penelitian
Kerangka Penelitian yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah perilaku
penyimpangan sesama jenis di kalangan remaja, terutama remaja yang berusia 12 - 17 tahun
yang duduk di bangku SMP hingga jenjang SMA. Salah satu faktor yang berperan besar
adalah, Internet. Di dalam internet, semua informasi baik itu positif maupun negatif bisa
diakses oleh siapa saja termasuk para remaja - remaja ini. Dengan rasa keingintahuan yang
besar, mereka rentan terdampak negatif oleh informasi maupun berita yang ada di internet.
Maka dari itu, peran orang tua sangatlah penting bagi pertumbuhan remaja. Dengan abainya
sikap orangtua terhadap apa yang dilihat dan dipertontonkan anak terutama di media sosial,
akan menjadi pemicu dan berdampak buruk untuk anak kedepannya. Tidak hanya faktor
orang tua, faktor lingkungan pun berpengaruh besar. Sebagian waktu sang anak dihabiskan
bersama lingkungannya, lama - kelamaan anaka akan beradaptasi sesuai lingkungannya. Jika
lingkungannya buruk, maka hal ini juga akan berdampak buruk juga bagi sang anak.
D. Hipotesis
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa maraknya perilaku menyimpang / LGBT di kalangan
remaja ini disebabkan oleh salah faktor nya adalah penggunaan internet yang tidak diawasi, sehingga
menyebabkan sang anak bisa mengakses informasi yang ia ingin ketahui. Sedangkan, di internet ada
banyak sekali informasi maupun konten konten yang bersifat negatif salah satunya ialah LGBT ini
yang dimana, di negara barat sendiri sudah menormalisasikan hal ini. Sehingga, banyaknya remaja
yang terpengaruhi akan hal ini dan melakukan apa yang dia lihat di internet.
Selain itu, faktor keluarga juga berpengaruh. Seiringnya sang anak melihat kekerasan yang dilakukan
oleh ayahnya / figur lelaki dalam lingkungan terdekat maka hal tersebut bisa menjadi pemicu sang
anak menjadikan komunitas LGBT ini menjadi pelarian. Jika ada salah satu seseorang yang dikenal
mengungkapkan bahwa dia adalah bagian dari LGBT, bersikaplah normal dan jangan mengucilkan
bahkan menjauhi. Hal ini akan membuat seseorang itu merasa tertekan dan depresi sehingga psikis
dari seseorang tersebut akan tertekan.

Anda mungkin juga menyukai