Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolonganNya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “KENAKALAN
REMAJA”. Saya sadari masih banyak sekali kekurangan yang terdapat dalam karya ilmiah
ini, semoga hal ini tidak menghalangi saya untuk terus berkarya. Saya berharap di masa
yang akan datang, saya dapat membuat karya ilmiah yang lebih baik lagi.
Di dalam penyusunan karya ilmiah ini, saya banyak mendapat bimbingan dari bapak dan
ibu guru. Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
mendukung. Semoga dengan dukungannya dapat menambah kemampuan saya di masa
yang akan datang.
Saya berharap karya ilmiah ini dapat mendatangkan inspirasi bagi saya di masa yang akan
datang dan juga memberi manfaat bagi pembaca agar lebih meningkatkan kesadaran untuk
membaca.
Belopa, 16 Februari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
b. Rumusan Masalah
c. Metode Penelitian
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian Remaja
B. Pengertian Pergaulan Remaja Masa Kini
C. Karakteristik Psikologi Remaja dan Permasalahannya
D. Faktor-faktor penyebab pergaulan remaja
E. Tantangan yang dihadapi remaja masa kini
F. Dampak pergaulan remaja:
G. Solusi Permasalahan remaja masa kini
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I PENDAHULUAN
Tumbuh kembang remaja pada zaman sekarang sudah tidak bisa lagi dibanggakan.Perilaku
kenakalan remaja saat ini sulit diatasi. Baru-baru ini sering kita dengar berita ditelevisi
maupun di radio yang disebabkan oleh kenakalan remaja diantaranya
tawuran, pemerkosaan yang dilakukan oleh pelajar SMA, pemakain narkoba dan lain-
lain.Kehidupan remaja pada masa kini mulai memprihatinkan. Remaja yang seharusnya
menjadi kader-kader penerus bangsa kini tidak bisa lagi menjadi jaminan untuk kemajuan
Bangsa dan Negara. Bahkan perilaku mereka cenderung merosot. Oleh karena itu, kami
sebagai remaja yang berpendidikan sadar bahwa kenakan remaja harus segera
dihilangkan, kami mengangkat permasalahan ini sebagai bahan karya tulis.
b. Rumusan Masalah
c. Metode Penelitian
Para ahli sependapat bahwa Remaja adalah mereka yang berusia sekitar 13-18 tahun.
Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Pada usia sekitar 13-18 ini
remaja sudah tidak dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup
matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling
sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui
banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta
perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orang tuanya. Kesalahan yang
dibuat para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini terjadi karena
mereka memang masih dalam masa mencari identitas. Masa remaja merupakan masa
perkembangan individu yang sangat penting.
Harold Alberty (1957) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode
dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa
kanak-kanak sampai dengan awal masa dewasa. Conger berpendapat bahwa masa remaja
merupakan masa yang kritis yang mungkin dapat merupakan the best of time and the
worst of time.
B. Pengertian Pergaulan Remaja Masa Kini
Sebagai makhluk sosial, manusia tak lepas dari orang lain. Begitu pula dengan remaja.
Ia memerlukan interaksi dengan orang lain untuk mencapai kedewasaannya. Yang perlu
dicermati adalah bagaimana seorang remaja itu bergaul, dengan siapa, dan apa saja
dampak pergaulannya bagi dirinya, orang lain, dan lingkungannya.
Pergaulan berasal dari kata “GAUL”.Pergaulan itu sendiri maksudnya kehidupan sehari-
hari dalam persahabatan ataupun masyarakat. Namun tidak demikian dikalangan
kebanyakan remaja saat ini. “Gaul” menurut dimensi remaja-remaja adalah ikut dalam
trend, mode, dan hal-hal yang berhubungan dengan glamoran hidup. Harus masuk ke
dalam geng-geng, sering bergabung, dan konkow-konkow diberbagai tempat seperti mall,
tempat wisata, game center, dan lain-lain. yang mana pada akhirnya, gaul dimensi remaja
akan menimbulkan budaya konsumtif.
Solidaritas dan kesetiakawanan sering dijadikan landasan untuk terjun kedunia hura-hura.
Dengan “setia kawan” itu pula kebanyakan remaja mulai merokok, minum-minuman keras,
mengonsumsi narkoba, dan bahkan seks bebas. Kalau tidak ikut kegiatan-kegiatan geng
ataupun teman nongkrong bisa dianggap tidak setia kawan, paradigma seperti inilah yang
menggerayangi pikiran sebagian remaja masa kini. Sebenarnya dengan tindakan itu
mereka telah merusak kemurnian makna dari solidaritas dan kesetiakawanan itu sendiri.
2. Sekolah
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya
menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya.
Karena itu lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar misalnya,
suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan, dengan pengajaran, tidak
adanya fasilitas praktikum, dll. Akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan
diluar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, dimana
guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai
penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga
menggunakan cara kekerasan dalam mendidik siswanya meskipun caranya berbeda.
3. Faktor lingkungan
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa
dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan
kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula
sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota
(bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar
sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung
untuk munculnya perilaku berkelahi.
1. Pentingnya kasih sayang dan perhatian yang cukup dari orang tua dalam hal dan keadaan
apapun.
2. Pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. Pengekangan terhadap seorang anak
akan berpengaruh terhadap kondisi psikologisnya. Di hadapan orang tuannya dia akan
bersikap baik dan patuh, tetapi setelah dia keluar dari lingkungan keluarga, dia akan
menggunakannya sebagai pelampiasan dari pengekangan itu, sehingga dia dapat
melakukan sesuatu yang tidak diajarkan orangtuanya.
3. Seorang anak hendaknya bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda 2 atau 3
tahun baik lebih tua darinya. Hal tersebut dikarenakan apabila seorang anak bergaul
dengan teman yang tidak sebaya yang hidupnya berbeda, sehingga dia pun bisa
terpengaruh gaya hidupnya yang mungkin belum saatnya untuk dia jalani.
4. Pengawasan yang lebih terhadap media komunikasi, seperti internet, handphone, dan lain-
lain.
5. Perlunya bimbingan kepribadian bagi seorang anak agar dia mampu memilih dan
membedakan mana yang baik untuk dia maupun yang tidak baik.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa remaja adalah masa yang sulit dan kritis, karena itu perlunya pemahaman akan arti
remaja dan semakin berkembang menjadi dewasa itu seperti apa, sehingga para remaja
tidak langsung stres dan kemudian mengira perkembangan itu membuat mereka takut.
Maka keluarga lah yang seharusnya memberikan pemahaman pada anak remajanya,
supaya tidak bertambah lagi remaja bergaul sembarangan yang ada di Indonesia. Selain
orangtua, ternyata lingkungan dapat berpengaruh pada kepribadian remaja. Jadi, para
remaja pun dituntut untuk lebih peka terhadap setiap pengaruh yang ada. Remaja harus
bisa memilih mana yang baik dari setiap perilaku yang akan mereka lakukan, agar tidak
merugikan dirinya dan orang lain.
B. Saran