Anda di halaman 1dari 15

KEHIDUPAN REMAJA DALAM KELOMPOK SOSIAL

MAKALAH
Dosen Pengampu : Dr. Hani Hanifah M. Pd. I

Diajukan untuk memenuhi tugas makalah Psikologi Anak

Disusun oleh :
Lusi Anggraeni
(P.20.1414)
Mutiara Ratna Dilla
(P.20.141485)
Adinda Zakia Putri
(P.20.141494)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ARQAM MUHAMMADIYAH

GARUT
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah ini.
Sholawat dan salam juga tidak lupa saya sampaikan kepada Nabi kita Muhammad SAW,
karena dengan berkat kegigihan dan kesabaran beliaulah kami dapat menuntut ilmu pengetahuan
seperti sekarang ini.
Kami menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan
maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun sehingga kami dapat berkarya dengan lebih baik di masa yang akan
datang. Akhirnya dengan satu harapan dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi rekan-rekan pembaca umumnya.
Amiin Yarabbal ‘alamin….

Selasa, 28 Desember 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah tahapan perkembangan yang pada umumnya dimulai sekitar usia 12- 21
tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria (Mappiare 1982). Sedangkan menurut Piaget dan
Hurlock (1991), remaja adalah suatu usia dimana seorang anak tidak merasa berada dibawah tingkat
orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar.

Masa remaja merupakan masa transisi (masa peralihan) dari masa anak-anak menjadi dewasa.
Masa inilah yang mengakibatkan remaja selalu mengalami gejolak dalam mencari identitasnya.

Remaja seringkali dianggap sebagai kelompok yang aneh, karena dalam kehidupannya
kelompok ini sering menganut kaidah-kaidah atau nilai-nilai yang berbeda atau bertentangan dengan
kaidah-kaidah atau nilai-nilai yang dianut oleh orang dewasa terutama orang tuanya. Dalam berusaha
menyesuaikan diri dengan situasi tertentu, mereka akan menggunakan cara-cara tersendiri. Pola,
sikap, dan perilaku yang dihargai oleh sesame remaja (peer group) dianggap sebagai pengakuan
terhadap superioritas pribadi yang perlu ditegakkan, sehingga konformitas perilaku selalu muncul
dalam kelompok ini. Berbagai saluran pelepas ketegangan diciptakan oleh kelompok remaja untuk
mengurangi kegelisahan yang dialaminya, misalnya dengan cara membunyikan radio keras-keras,
tertawa terbahak-bahak, begadang dengan sesama teman, ngebut-ngebutan dijalan, dan lain
sebagainya. Disamping itu, kelompok ini seringkali juga mengembangkan bahasa khusus yang sulit
dimengerti oleh kelompok diluar peer groupnya.

Berdasarkan beberapa fakta diatas, kami tertarik untuk menganalisa lebih lanjut mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan remaja terhadap kelompok sosialnya yang selanjutnya
tulisan ini kami beri judul “ Kehidupan Remaja dalam Lingkungan Sosialnya”. Dalam tulisan ini
kami akan mengkaji mengenai kehidupan remaja dalam lingkungan sosialnya, masalah-masalah
remaja dengan lingkungan sosialnya, dan bentuk-bentuk perilaku menyimpang remaja terhadap
lingkungan sosialnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kehidupan remaja dalam lingkungan sosialnya?

2. Apa saja masalah yang muncul dalam kehidupan remaja dengan lingkungan sosialnya?

3. Apa saja perilaku-perilaku menyimpang remaja terhadap lingkungan sosialnya?


C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka kami mempunyai tujuan sebagaimana berikut :

1. Untuk mengetahui kehidupan remaja dalam lingkungan sosialnya

2. Untuk menjelaskan masalah yang muncul dalam kehidupan remaja dengan lingkungan
sosialnya

3. Untuk mengetahui perilaku-perilaku menyimpang remaja terhadap kehidupan sosialnya.

D. Batasan Masalah

Agar pembahasan materi dalam makalah kami tidak melebar, maka kami membuat batasan
masalah sebagaimana berikut :

1. Tentang kehidupan remaja dalam lingkungan sosialnya.

2. Tentang masalah remaja dengan lingkungan sosialnya

3. Tentang penyimpangan-penyimpangan remaja terhadap lingkungan sosialnya.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Kehidupan Remaja dalam Lingkungan Sosialnya

Remaja dalam masanya akan berinteraksi dengan berbagai lingkungan. Dan semua
lingkungan mempunyai peranan penting dan memiliki aturan mainnya sendiri. Dibawah ini
akan dijelaskan mengenai kehidupan remaja dalam lingkungan sosialnya.

1. Kehidupan Remaja di Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah lingkungan pertama yang berhubungan dengan remaja. Pengeruh


lingkungan keluarga sangat penting terhadap kehidupan remaja. Namun, seringkali aturan yang
diterapkan oleh keluarga bertentangan dengan keinginan mereka, hal itu sering terjadi karena
kerasnya kebijakan orang tua yang ingin menguasai sikap dan perilakunya.

Namun, seringkali terjadi kesalah pahaman antara orang tua dengan si anak. Hal itu sering di
picu karena pandangan anak yang sedang memasuki fase pertengahan dan emosinya yang labil
serta orang tua yang tidak bisa memahami kehidupan remaja. Remaja mengangggap orang tua
terlalu sibuk bekerja dan kurang perhatian kepada anak. Sedangkan orang tua melihat anak
pada zaman sekarang sulit diatur, berbeda dengan anak pada zaman dulu. Orang tua masih
menerapkan model pendidikan zaman dulu yang cenderung mengatur anak. Orang tua
mengabaikan bahwasanya terdapat perbedaan pada perkembangan anak zaman sekarang dan
zaman dahulu. Tapi, sebagian orang tua ada juga yang menganggap bahwa anaknya sudah
dewasa dan bisa mengatur kehidupannya sendiri.

2. Kehidupan Remaja di Lingkungan Sekolah

Kehidupan remaja di sekolah sering berkaitan dengan kehidupan remaja di rumah


karena tidak jarang anak yang melampiaskan semua masalah yang berhubungan dengan
keluarga di sekolah. Namun, sebaliknya ada juga sebagian remaja yang mendapatkan banyak
hal yang tidak bisa mereka dapatkan sebelumnya dari keluarga, dapat mereka temukan di
lingkungan sekolah.

Teman-teman di sekolah juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan remaja di


sekolah. Biasanya, mereka mudah terpengaruh dengan sifat teman-teman mereka. Hal inilah
yang menyebebkan para remaja harus memilih teman bergaul mereka. Karena apabila mereka
salah memilih, akibatnya kehidupan mereka di sekolah menjadi kacau.

3. Kehidupan Remaja di Lingkungan Masyarakat

Sesungguhnya interaksi yang baik dan benar antara masyarakat dan remaja mempunyai
pengaruh besar dalam mengurangi krisis keremajaan dan membantu mempercepat proses
kematangan dan kedewasaan remaja. Kajian modern telah menunjukkan bahwa masyarakat
yang harmonis dan tentram, akan menghasilkan remaja yang harmonis dan tentram juga.

Perkembangan kepribadian seseorang termasuk remaja merupakan hasil dari hubungan


dan pengaruh timbal balik secara terus menerus antara pribadi dengan lingkungannya. Bagi
remaja, lingkungan sosial merupakan sumber inspirasi dalam mengembangkan kepribadiannya
sehingga baik buruknya lingkungan sosial mampu mempengaruhi baik buruknya kepribadian
seorang remaja.

B. Permasalahan – Permasalahan Remaja dengan Lingkungan Sosialnya

Dalam pembahasan kali ini kami akan membicarakan mengenai permasalahan-permasalahan


yang dialami remaja dengan lingkungan sosialnya 1. Permasalahan Remaja dengan Orang Tua
dalam sebuah keluarga seringkali muncul sebuah konflik antara orang tua dengan anak-anaknya
yang menginjak remaja. Masalah-masalah yang dihadapi para orang tua dengan anak remaja
mereka seringkali disebabkan oleh komunikasi yang kurang baik antara kedua belah pihak.
Komunikasi yang kurang baik tersebut biasanya dikarenakan oleh beberapa factor, diantaranya
adalah:

a. Orang tua biasanya merasa mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan anaknya
yang menginjak remaja, akibatnya terjadi benturan kesalahfahaman antara remaja yang mulai
merasa dewasa dengan orang tua yang menggunakan otoritasnya secara berlebihan.

b. Orang tua dan remaja tidak mempergunakan bahasa yang sama sehingga sering menimbulkan
salah faham. Biasanya orang tua hanya sering memberikan informasi tanpa ikut serta
memecahkan masalah yang dihadapi remaja.

c. Karena kesibukan masing-masing. Seringkali komunikasi orang tua dengan anak remajanya
hanya terjadi dalam waktu yang singkat dan lebih banyak bersifat formal.

d. Dalam keluarga seringkali remaja kurang diberi kesempatan dan kebebasan untuk
mengembangkan idenya secara bebas.

e. Perbedaan kepentingan seringkali juga dapat menimbulkan adanya ketegangan dan konflik,
karena munculnya perbedaan kriteria dalam memandang suatu permasalahan.

Hambatan-hambatan komunikasi datas dapat ditangani dengan inisiatif yang datang dari orang
tua. Orang tua yang mendidik anaknya dengan apa yang mereka inginkan atau membiarkan anak
tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan mereka bukanlah merupakan hal yang bijak.
Bimbingan melalui dialog, diskusi, dan pertimbangan dalam setiap permasalahan perlu selalu
dilakukan.

1. Permasalahan Remaja dengan Sekolah dan Guru

Hubungan seorang remaja dengan sekolah dan guru sangat erat kaitannya mengingat pada
usia remaja ini menempuh pendidikan merupakan salah satu tugas dari perkembangan seorang
remaja. Dalam hal ini sekolah dan guru berperan dalam menanamkan nilai-nilai dan pusat
informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan yang nantinya juga akan berpengaruh
terhadap perkembangan dan kepribadian remaja selanjutnya.

Namun, biasanya hubungan remaja dengan sekolah dan guru seringkali memunculkan
problem. Problem yang muncul dalam kehidupan remaja dalam lingkungan sekolah seringkali
termanifestasi dalam bentuk kesulitan dalam menghadapi pelajaran di sekolah, baik dalam lisan,
tulisan, maupun penyelesaian tugas. Keluhan semacam ini bukan timbul karena reaksi spontan
terhadap suatu keadaan, melainkan akibat dari satu rangkaian peristiwa yang sudah berlangsung
lama atau berlarut-larut.

Remaja yang mengalami problem disekolah pada umumnya mengemukakan keluhan


bahwa mereka tidak ada minat terhadap pelajaran, prestasi belajar menurun, kemudian timbul
perilaku yang menyimpang seperti membolos, melanggar tata tertib, menentang guru, berkelahi,
dan lain-lain. Hal ini karena adanya factor-faktor negative yang mempengaruhi, diantaranya
adalah :

a) Kurang adanya kematangan fisik, mental, dan emosi sesuai dengan teman sebaya.

b) Adanya hambatan fisik atau kelainan organisme, baik pendengaran, penglihatan, cacat tubuh,
dan sebagainya.

c) Kemampuan yang kurang atau justru terlalu tinggi.

d) Adanya hambatan atau gangguan emosi akibat tekanan dari orang dewasa khususnya guru
sebagai pendidik di sekolah.

Untuk itu guru dalam proses belajar mengajar hendaknya dapat memilih dan menggunakan
teknik mengajar yang dapat meningkatkan peran serta remaja di dalam kelas.

2. Permasalahan Remaja dengan Teman Sebaya

Interaksi teman sebaya pada masa remaja memegang fungsi yang lebih dibandingkan
pada masa anak-anak. Remaja sangat membutuhkan pengakuan dari teman sebayanya. Menurut
Hurlock (2000:307) jika seorang remaja tidak mendapat pengakuan dari teman sebayanya maka
akan mengalami hal-hal berikut:

a) Akan merasa kesepian karena kebutuhan sosial mereka tidak terpenuhi

b) Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman

c) Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan yang dapat menimbulkan
penyimpangan kepribadian

d) Kurang memiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses sosialisasi

e) Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman sebaya
mereka
f) Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan meningkatkan
penolakan kelompok terhadap mereka dan semakin memperkecil peluang mereka untuk
mempelajari berbagai keterampilan sosial.

g) Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi sosial yang menyebabkan mereka cemas,
takut, dan sangat peka.

h) Sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan dengan harapan meningkatkan


penerimaan sosial mereka.

Menurut Hurlock , manfaat yang diperoleh jika seorang remaja dapat diterima dengan baik oleh
teman sebayanya :

a) Merasa senang dan aman

b) Mengembangkan konsep diri menyenangkan karena orang lain mengakuinya

c) Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola perilaku yang diterima secara sosial
dan keterampilan sosial yang membantu kesinambungan dalam situasi sosial

d) Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian mereka keluar dan untuk menaruh minat
pada orang atau sesuatu diluar diri mereka

e) Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial

Adapun cara-cara memilih teman sebaya menurut Santrock (2003:2006) antara lain :

a) Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama , usia, dan aktivitas
favorit.

b) Bersikap menyenangkan, baik, dan penuh perhatian.

c) Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati, dan mau bekerja sama.

d) Menghargai diri sendiri dan orang lain

e) Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan , nasihat, duduk berdekatan,


berada dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan
pujian.

3. Permasalahan Remaja dengan Masyarakat

Permasalahan-permasalahan yang dialami oleh remaja dalam kehidupan bermasyarakat


diantaranya adalah :

a. Masalah gaya hidup

Ada banyak penanaman persepsi yang salah terhadap gaya hidup para remaja saat ini.
Gaya hidup yang merusak terkadang malah dianggap sebagai gaya hidup modern dan gaul.
Misalnya, seorang remaja yang tidak mau mengkonsumsi narkoba dianggap kampungan.
C. Penyimpangan – Penyimpangan Remaja terhadap Lingkungan Sosialnya

Kegagalan remaja dalam melakukan tugas perkembangannya termasuk dalam menjalin


hubungan dengan lingkungan sosialnya sering menimbulkan konflik-konflik internal maupun
konflik eksternal yang mengarah pada munculnya perilaku menyimpang atau kenakalan remaja.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pada dasarnya perilaku menyimpang yang muncul pada
remaja sebenarnya merupakan kompensasi dari segala kekurangan dan kegagalan yang
dialaminya.

Perilaku menyimpang pada remaja pada umumnya merupakan kegagalan sistem kontrol
diri terhadap impuls-impuls yang kuat dan dorongan instingtif. Impuls-impuls tersebut
disalurkan lewat perilaku kejahatan, kekerasan, agresi dan sebagainya yang dianggap
mengandung nilai lebih oleh kelompok remaja tersebut.

Perbedaan antara remaja yang berperilaku normal dengan remaja yang berperilaku
menyimpang dapat dilihat dari tiga dimensi perbedaan yaitu : perbedaan dalam struktur
intelektualnya, perbedaan fisik dan psikis, serta perbedaan ciri karakteristik individual. Berikut
keterangan mengenai ketiga dimensi tersebut.

a. Perbedaan struktur intelektual

Pada umumnya kelompok remaja yang berperilaku menyimpang mempunyai intelegensi


yang berbeda dengan intelegensi rata-rata anak-anak yang normal, yaitu nampak pada perbedaan
fungsi-fungsi kognitif pada mereka. Pada umumnya kelompok menyimpang ini mempunyai
nilai yang lebih rendah pada tugas-tugas prestasi tetapi mempunyai nilai lebih pada nilai
keterampilan verbal. Kelompok ini pada umumnya kurang toleran terhadap hal-hal yang
abigious dan kurang mampu memperhitungkan dan menghargai perbedaan perilaku serta pribadi
orang lain.

b. Perbedaan fisik dan psikis

Anak-anak yang berperilaku menyimpang nampak “ idiot secara moral “ dan pada
umumnya memiliki ciri karakteristik yang khas dalam fungsi psikologis. Hal-hal yang nampak
berbeda diantaranya adalah : lebih lamban dalam mereaksi terhadap stimuli kesakitan, dan
menunjukkan ketidak matangan jasmaniah atau anomali perkembangan tertentu.

c. Perbedaan ciri karkteristik individual

Remaja yang berperilaku menyimpang memiliki ciri kepribadian khusus yaitu lebih
berorientasi pada kehidupan masa sekarang yaitu bersenang – senang dan puas pada hari ini dan
kurang memperhitungkan hari esok. Kebanyakan dari mereka mengalami gangguan secara
emosional akibat banyaknya konflik yang tak terselesaikan. Disamping itu, karena kelompok ini
kurang bersosialisasi dengan lingkungan sosial yang normal sehingga kelompok ini kurang
mampu mengenal norma-norma kesusilaan yang ada serta kurang bertanggung jawab secara
sosial karena pada umumnya kelompok ini hidup dalam situasi miskin norma.

Berikut ini kami akan menjelaskan mengenai bentuk-bentuk perilaku


menyimpang.Bentuk perilaku menyimpang remaja dapat dibagi menjadi empat kelompok besar,
yaitu :

1) Delinkuensi Individual

Yaitu perilaku menyimpang yang berupa tingkah laku kriminal yang merupakan gejala
personal dengan cirri khas jahat yang disebabkan oleh kecenderungan penyimpangan tingkah
laku psikopat, neurotis, dan anti sosial. Penyimpangan ini dapat diperparah dengan stimulus
sosial yang buruk, teman bergaul yang tidak tepat, dan kondisi kultural yang kurang
menguntungkan.

2) Delinkuensi Situasional

Bentuk penyimpangan tipe ini pada umumnya dilakukan oleh remaja dalam klasifikasi
normal yang banyak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan situasional baik yang berupa stimulasi
sosial maupun kekuatan tekanan lingkungan teman sebaya yang semuanya memberikan
pengaruh menekan dan memaksa pada pembentukan perilaku menyimpamg.

Penyimpangan dalam bentuk ini sering muncul sebagai akibat transformasi kondisi
psikologis dan reaksi terhadap pengaruh eksternal yang bersifat memaksa. Dalam kehidupan
remaja, situasi sosial eksternal yang menekan terutama dari kelompok sebaya dapat dengan
mudah mengalahkan unsur internal yang berupa pikiran sehat sehingga memunculkan tingkah
laku menyimpang.

3) Delinkuensi Sistematik

Perbuatan menyimpang pada anak-anak remaja dapat berkembang menjadi perilaku


menyimpang yang diorganisir dalam bentuk suatu organisasi kelompok sebaya yang berperilaku
seragam dalam pemyimpangan. Kumpulan tingkah laku menyimpang yang diorganisir dalam
pengaturan status, norma dan peranan tertentu akan memunculkan sikap moral yang salah dan
justru muncul rasa kebanggan terhadap perbedaan-perbedaan dengan norma umum yang
berlaku.

Semua perilaku menyimpang yang sering dilakukan oleh anggota kelompok ini kemudian
dirasionalkan dan dilakukan pembenaran sendiri oleh seluruh anggota kelompok, sehingga
perilaku menyimpang yang dilakukan menjadi terorganisir dan sistematis sifatnya. Dorongan
berperilaku menyimpang pada kelompok remaja terutama muncul pada saat setengah sadar,
karena berbagai sebab dan berada dalam situasi yang tidak terawasi olek kontrol diri dan kontrol
sosial. Lama kelamaan perilaku menyimpang ini diulang dan diulang kembali, dan kemudian
dirasakan enak dan menyenangkan yang kemudian diprofesionalisasikan yang pada akhirnya
kemudian digunakan untuk menegakkan gengsi secara tidak wajar.
4) Delinkuensi Komulatif

Pada hakekatnya bentuk delinkuensi merupakan produk dari konflik budaya yang
merupakan hasil dari banyak konflik kultural yang kontroversi dalam iklim yang penuh konflik.
Perilaku menyimpang tipe ini memiliki ciri yaitu:

a) Mengandung banyak dimensi ketegangan syaraf, kegelisahan batin, keresahan hati


hati pada remaja, yang kemudian disalurkan dan dikompensasikan secara negatif pada
tindakan kejahatan dan agresif tak terkendali.

b) Merupakan pemberontakan kelompok remaja terhadap kekuasaan dan kewibawaan


orang dewasa yang dirasa berlebihan. Untuk dapat menemukan identitas diri lewat
perilaku yang melanggar norma sosial dan hukum.

c) Diketemukan adanya banyak penyimpangan seksual yang disebabkan oleh penundaan


usia perkawinan , jauh sesudah kematangan biologis tercapai dan tidak disertai oleh
kontol diri yang kuat, hal ini terjadi karena sulitnya lapangan pekerjaan ataupun
sebab-sebab yang lain.

d) Banyak diketemukan munculnya tindakan ekstrim radikal yang dilakukan oleh


kelompok remaja, yang menganggu dan merugikan kehidupan masyarakat, yaitu cara
untuk memenuhi kebutuhan yang dilakukan dengan menggunakan cara-cara
kekerasan, penculikan, penyandraan dan sebagainya.

Dengan mencermati bentuk perilaku menyimpang diatas, maka secara fisik wujud dari perilaku
menyimpang dapat berupa perilaku sebagai berikut :

a) Main kebut-kebutan di jalan. hal tersebut dapat mengganggu keamanan, keselamatan dan
membahayakan jiwa diri sendiri maupun orang lain.

b) Perilaku ugal-ugalan, brandalan, uarakan dan perilaku-perilaku lain yang mengacaukan


lingkungan sekitar. Hal ini sering dilakukan sebagai akibat kelebihan energi dan dorongan
primitif yang tak terkendali, serta upaya mengisi waktu luang tanpa bimbingan orang tua
dewasa.

c) Perkelahian antar individu, antar geng, antar kelompok, antar sekolah ataupun antar suku,
yang kesemuanya menunjukkan akibat negatif.

d) Membolos sekolah dan bergelandangan sepanjang jalan atau bersembunyi di tempat terpencil
sambil melakukan berbagai eksperimen perilaku asosial.

e) Perilaku kriminalitas yamg berupa perbuatan mengancam, intimidasi memeras, merampas


dan sebagainya
f) Berpesta pora sambil mabuk-mabukan dan melakukan perbuatan seks bebas yang menggangu
lingkungan

g) Pemerkosaan dan agresifitas sosial atau pembunuhan karena motif seksual atau dorongan
oleh reaksi-reaksi konpensatoris dan peranan inferior yang menuntut pengakuan diri

h) Kecanduan dan ketagihan obat terlarang yang erat kaitanya dengan tindak kejahatan.

i) Perjudian dan bentuk-bentuk permainan dengan taruhan yang mengakibatkan kriminalitas

j) Perbuatan anti sosial dan asosial yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan pada anak-anak
remaja simptomatik, neurotic dan gangguan jiwa lain

k) Penyimpangan-penyimpangan perilaku lain yang disebabkan oleh kerusakan pada karakter


anak yang menuntut kompensasi disebabkan organ-organ inferior.

D. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perilaku Remaja yang Menyimpang

Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku remaja yang menyimpang antara lain:

a) Reaksi frustasi diri

b) Gangguan berfikir dan intelegensi pada diri remaja

c) Kurangnya kasih sayang keluarga atau orang tua

d) Kurangnya pengawasan dari orang tua

e) Dampak negatif dari perkembangan teknologi modern

f) Dasar-dasar agama yang kurang

g) Tidak adanya media penyalur bakat atau hoby

h) Masalah yang di pendam

i) Keluarga broken home

j) Pengaruh kawan sepermainan

k) Persoalan nilai dan kebenaran yang kurang ditanamkan oleh orang tua.

l) Timbulnya organisasi-organisasi non formal yang berperilaku menyimpang

m) Timbulnya usaha-usaha untuk mengubah keadaan sesuai trend

1. Cara untuk mencegah dan mengatasi kenakalan remaja :

a. Orang tua harus selalu memberikan dan menunjukkan perhatian serta kasih sayangnya kepada
sang anak. Jadilah tempat curhat yang nyaman sehingga masalah anak-anaknya segera dapat
terselesaikan
b. Perlunya ditanamkan dasar agama yang kuat pada anak-anak sejak dini

c. Pengawasan orang tua yang intensif terhadap anak namun tidakj berlebihan. Termasuk disini
media komunikasi seperti televise, radio, akses internet, hand phone, dll.

d. Perlunya materi pelajaran bimbingan konseling di sekolah.

e. Sebagai orang tua sebisa mungkin mendukung hoby atau bakat anak-anak yang bernbilai
positif dan memfasilitasi hoby mereka agar anak remaja dapat terhindar dari kegiatan-
kegiatan negative.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Kehidupan remaja dapat terbentuk dengan baik dan menjadi pribadi yang memiliki sifat yang
baik serta jauh dari penyimpangan sosial bila lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat
dapat memberikan pengaruh positif pada remaja karena lingkungan atau pergaulan akan
menentukan prilaku remaja pada tahap perkembangan kehidupan sehari-hari kearah negatif
atau postif tergantung bagaimana kondisi dalam keluarga yang hormonis dan memberikan
pendidikan dan kasih sayang pada para remaja, kemudian lingkungan sekolah dimana remaja
bergaul dengan teman sebaya serta terus mendapat bimbingan dan perhatian dari guru yang
memiliki peran sentral di sekolah, terakhir lingkungan masyarakat yang tidak luput dari
perkembangan prilaku kehidupan sehari-hari dalam melahirkan pemuda yang memiliki
integritas.
2. Lingkungan sosial dalam permasalah remaja biasanya karena komunikasi yang di bangun
kurang baik antara kedua orang tua dan anak sehingga terjadi kesalah pahaman atau orang tau
cenderung mengekang anak remajanya sehingga mencari pelarian atau arternatif lain untuk
mencari perhatian yang dapat memberi kepuasaan remaja tersebut, permasalahan remaja di
lingkungan sekolah biasanya terjadinya tawuran antar pelajar dan banyak hal yang membuat
remaja menjadi tidak karuan dan tidak terhiraukan dari penyimpangan yang menyebabkan
degradasi moral.
3. Prilaku menyimpang remaja dalam masyarakat biasa lebih sering di jumpai yaitu ungal-ungal
dalam berkendara motor, minum minuman kerasa sambil perpesta poya bersama teman
sebayanya, mulai mengenalnya obat-obatan terlarang di lingkungan sosial akibat lingkungan
sosial bebas dan tidak dapat di control serta menyebebkan dalam kehidupan remaja yang
senang tawuran dan mengenalnya seks bebas sehingga permasalah semakin rumit dan
menjadikan remaja tidak karuan dalam penyimpangan.

Anda mungkin juga menyukai