Anda di halaman 1dari 3

REVOLUSI SEKSUAL DESTRUKTIF, SOLUSI TOTAL HANYA ISLAM

Oleh: Salim Abu Hanif

Fenomena Hamil di Luar Nikah, Akumulasi dari Maraknya Liberalisasi Seksual

Fenomena pelajar mengajukan dispensasi nikah di Jawa Timur hingga mencapai 15 ribu siswi akibat
hamil di luar nikah merupakan akumulasi dari maraknya berbagai pihak dalam liberalisasi seksual. “Jadi ini
memang sebuah akumulasi dari maraknya berbagai jenis/pihak dalam liberalisasi seksual, yang akhirnya kita
kaget dengan semakin maraknya perilaku zina di kalangan anak-anak kecil.”
Ada peran media massa terutama media-media 18+ yang menyajikan konten-konten dewasa,
termasuk juga produser dan skrip writer yang berperan di situ. Selain itu, ada narasi-narasi beracun yang
dicekokan kepada remaja-remaja. “Narasi-narasi beracun itu seperti istilah ‘seks pranikah’ seolah-olah itu
suatu kata-kata yang positif, bukan sesuatu yang buruk, bukan sesuatu yang jelek. Padahal intinya seks
pranikah itu zina.” Apalagi, ada istilah baru yaitu sexual consent kalau hubungan seks suka sama suka maka
tidak masalah. “Hal-hal semacam itu menyebabkan remaja khususnya dan masyarakat pada umumnya telah
kehilangan rasa malu, kehilangan kepekaannya terhadap kemaksiatan, kemudian jadi orang-orang yang
toleran terhadap hubungan seks. Akhirnya munculah masyarakat yang cenderung permisif.”
Karena itu, terkait pernikahan dini, tidak masalah jika memang karena kesiapan. Namun yang menjadi
masalah adalah zina dini. “Yang menjadi masalah zina dininya ini.”
[Jurnalis Asri Supatmiati dalam acara Ngopi (Ngobrol Politik Pagi Hari): Dispensasi Nikah, Indonesia Darurat
Seks Bebas, Ahad (29/1/2023) di kanal YouTube Peradaban Islam ID]

Ratusan Siswi Hamil di Luar Nikah, ‘Revolusi Seksual Terlarang’ Remaja Indonesia

Ratusan pelajar putri SMP-SMA di Ponorogo yang meminta dispensasi sekolah karena sudah hamil di
luar nikah, dinilai karena sedang mengalami revolusi gaya hidup seksual yang terlarang. “Remaja Indonesia
sudah mengalami suatu revolusi gaya hidup; revolusi seksual”. Hal ini bisa terjadi karena beberapa hal.
1. Anak-anak muda Indonesia hari ini yang dikenal dengan gen milenium dan gen Z bisa dengan mudah
mengakses berbagai konten pornografi. Gawai yang canggih dan koneksi internet memanjakan mereka
berselancar di berbagai situs untuk mendapatkan berbagai hal yang bersifat pornografi.
2. Sebagian anak muda Indonesia sudah semakin permisif terhadap perilaku seks bebas. Banyak orang tua,
guru, pendidik, pemerhati sosial, dokter dan tenaga medis, sebagian anak muda Indonesia sejak tahun 90-an
kalau berpacaran sudah melakukan yang namanya KNPI; kissing, necking, petting dan intercourse.
3. Revolusi seksual anak muda Indonesia semakin menjadi karena sebagian dari mereka juga tahu bagaimana
menghindari kehamilan.
[Iwan Januar, Direktur Siyasah Institute]

Ratusan Pelajar Hamil di Luar Nikah, Menandakan Ada Problem Pendidikan

Temuan ratusan siswi SMP dan SMA di Ponorogo yang hamil di luar nikah dan meminta dispensasi
nikah, menandakan ada problem pendidikan di negeri ini. Pendidikan di negeri ini hanya mementingkan
prestasi akademik dan berorientasi pada lapangan kerja, bukan untuk membentuk kepribadian Islam yaitu
memiliki pola pikir islami dan pola sikap islami, tetapi (pendidikan saat ini) orientasinya adalah materi.
Sehingga para pelajar mulai dari bangku sekolah hingga perguruan tinggi itu dididik untuk mengisi lowongan
kerja. Ditambah lagi kondisi pendidikan nasional saat ini ada sinyal bahwa agama mau dijauhkan. Hal itu
tercermin dari peta jalan pendidikan tahun 2020-2035 dan SKB tiga menteri yang melarang sekolah
mewajibkan siswinya memakai kerudung.
Sebenarnya ada persoalan lain selain pendidikan, yaitu sistem sosial terkait hubungan laki-laki dan
perempuan. Di negeri ini aturan yang mengatur hubungan laki-laki dan perempuan secara batas agama itu
tidak jelas. Banyak terjadi ikhtilat dan pergaulan bebas. Ditambah lagi internet yang berbau pornografi sangat
mudah diakses.
[Dr. Ali Syafirudin, Tabayun Center, dalam acara Kabar Petang: Geger Ratusan Pelajar Ponorogo Hamil di Luar
Nikah, Senin (16/1/2023) di kanal YouTube Khilafah News]

Kasus Pemerkosaan dan Perzinaan Anak Makin Gila

Banyaknya kasus perkosaan dan juga perzinaan pada anak-anak, menurut penilaian penulis buku The
Model for Smart Parents Nopriadi Hermani, Ph.D. ada yang salah dalam sistem kehidupan yang diterapkan
saat ini. “Banyaknya kasus perkosaan dan juga perzinaan pada anak-anak menunjukkan ada yang salah
dengan sistem kehidupan kita. Kalau kasusnya satu atau dua saja maka itu berarti kasus yang bersifat
individual. Namun, bila kasus seperti ini sering terjadi dan semakin gila maka ini masalah sistemik,” tuturnya
kepada Mediaumat.id, Ahad (22/1/2023).
Menurutnya, sistem kehidupan saat ini terus menerus mencetak prilaku-prilaku ganjil manusia, bahkan
pada anak-anak. Kasus terbaru tiga bocah 8 tahun perkosa siswi TK usia 6 tahun. Bahkan salah satu bocah 8
tahun sampai perkosa lima kali dan mengancam dua bocah lainnya agar mau ikut memperkosa. “Beberapa
waktu lalu kita juga dengar judul berita, 37 Pasangan Anak SMP Diduga Pesta Seks di Hotel, Petugas Temukan
Kondom, Obat Kuat dan Miras. Apa kurang gila berita seperti ini?” ungkapnya. Kalau terus ditelusuri,
menurutnya, sistem kehidupan saat ini bermasalah. “Sistem kehidupan apa? Tidak lain tidak bukan sistem
kehidupan sekuleristik,” tegasnya.
Nopriadi mengatakan, manusia memarginalkan agama (Islam) dalam urusan kehidupan publik.
Padahal, ajaran agama (Islam) dengan berbagai sistem-sistem turunannya akan membentuk manusia yang
sehat, terhormat dan juga bertakwa. “Negara yang sekuler tidak akan berorientasi mencetak manusia
bertakwa. Itu urusan pribadi. Bertakwa silahkan tak bertakwa silahkan. Negara sekuler lebih berorientasi
mencetak manusia kapitalis. Manusia yang mengejar kesenangan sendiri. Sistem sekuler yang akut ini tidak
hanya mencetak manusia dewasa yang mengejar kesenangan tanpa peduli halal haram, tapi hari ini mencetak
anak-anak yang mengejar kesenangan tanpa peduli Allah SWT ridha atau tidak ridha,” geramnya.

Tidak Ada Perangkat Lain Selesaikan Problem Selain Islam

Semua kasus perzinahan baik karena pergaulan bebas maupun paksaan (perkosaan) dan apakah
berdampak kehamilan ataukah tidak, tak ada perangkat lain menyelesaikan problem tersebut kecuali kembali
kepada basis agama (Islam). Peran keluarga (terutama orang tua) adalah yang pertama dan utama karena
merekalah yang berhubungan dengan anak-anaknya (sebagai subyek & obyek problem). Pemahaman dan
praktik hukum-hukum pergaulan pria-wanita dalam Islam mutlak harus dimiliki kedua pihak ini. Haramnya
khalwat, ikhtilath, zina, dan sanksinya (nizhamul ijtima’i fil Islam) harus diadopsi sejak dini. Peran keluarga pun
harus ditopang oleh masyarakat yang merupakan kumpulan dari individu dan keluarga, dimana sebanyak
mungkin anggota masyarakat harus memahami dan mengamalkan sistem pergaulan Islam. Di samping itu,
lingkungan untuk anak-anak juga harus kondusif dalam membentuk ketakwaan pada anak-anak. Salah satu
kerusakan lingkungan yang amat dekat mempengaruhi anak-anak kita adalah gadget. Gadget hari ini alat yang
setiap saat dipegang anak-anak kita. Gadget bahkan menjadi guru yang sangat efektif dalam membentuk
prilaku anak-anak. Perlu dicatat di berbagai belahan dunia negara-negara sekuler punya masalah perzinaan
dan perkosaan pada anak-anak yang juga semakin menggila. Ibarat mesin, maka sistem sekuler adalah mesin
kehidupan yang produknya adalah manusia-manusia pencari kesenangan, salah satunya melalui pemerkosaan
dan perzinaan.
Karena problemnya bersifat sistemik maka peran negara juga mutlak diperlukan. Salah satu bukti
terjadinya problem sistemik adalah tidak ada satu pun pejabat atau otoritas berwenang yang tampil ke publik
untuk menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi terkait maraknya problem revolusi seksual tersebut.
Jelas dalam peta jalan pendidikan Indonesia, ada upaya untuk mengesampingkan pendidikan agama,
agama seolah-olah sudah tidak memiliki tempat. Padahal, untuk menyelesaikan problem tersebut seharusnya
agama diperluas dimensi dan cakupannya. Pembinaan-pembinaan Islam itu mampu menghasilkan karakter-
karakter anak didik itu yang memiliki kepribadian Islam.
Selain peran keluarga dan masyarakat, negara seharusnya meninggalkan sistem sekuler dan nilai-nilai
sekuler beserta turunannya agar masalah pemerkosaan dan zina dapat ditekan semaksimal mungkin di semua
usia. Negara itu punya alat yang powerful untuk membentuk prilaku rakyatnya, yaitu undang-undang atau
peraturan. Undang-undang yang dimiliki negara memiliki fungsi sebagai social engineering, yakni masyarakat
dan warga negara akan dibentuk dengan undang-undang yang berlaku. Undang-undang ekonomi akan
membentuk prilaku ekonomi. Undang-undang politik akan membentuk prilaku politik. Undang-undang bidang
media akan mempengaruhi bagaimana prilaku media. Undang-undang terkait pendidikan akan membentuk
prilaku anak didik. Dan kumpulan semua undang-undang ini pada ujungnya akan membentuk pribadi,
individu-individu rakyatnya.
Sistem bernegara yang diterapkan saat ini, diakui atau tidak adalah sekuler maka kita akan sulit
berharap masalah pemerkosaan dan perzinaan akan hilang atau berkurang. Yang ada malah bertambah
banyak. Sebuah negara yang sistemnya mampu mencetak pribadi-pribadi bertakwa, salah satunya melalui
sistem pendidikan. Pendidikan memiliki orientasi mencetak manusia hebat bertakwa melalui para guru yang
juga bertakwa dan sejahtera. Sejahtera ini agar para guru mampu fokus menjalankan tugasnya dengan baik
dan penuh tanggungjawab. Kesejahteraan seperti ini tentu mensyaratkan sistem perekonomian yang mampu
menjamin itu. Bukan sistem ekonomi sekarang yang menghasilkan kesenjangan dan pemerataan kemiskinan.
Pribadi bertakwa juga dibentuk pertama kali oleh para orang tua yang seharusnya jadi teladan ketaatan dalam
menjalankan agama.
Namun itu semua akan berjalan dengan ideal dalam satu sistem pemerintahan Islam. Tanpa sistem
pemerintahan Islam maka tidak mungkin hal-hal yang ideal itu bisa berjalan dengan sepenuhnya.

Wallahu a’lam.

Sumber:
https://mediaumat.id/fenomena-hamil-di-luar-nikah-akumulasi-dari-maraknya-liberalisasi-seksual/
https://mediaumat.id/ratusan-siswi-hamil-di-luar-nikah-revolusi-seksual-terlarang-remaja-indonesia/
https://mediaumat.id/ratusan-pelajar-hamil-di-luar-nikah-menandakan-ada-problem-pendidikan/
https://mediaumat.id/kasus-pemerkosaan-dan-perzinaan-anak-makin-gila-pakar-ini-masalah-sistemik/
https://mediaumat.id/tidak-ada-perangkat-lain-selesaikan-problem-hamil-di-luar-nikah-selain-islam/

Anda mungkin juga menyukai