Anda di halaman 1dari 6

Strategi dan Upaya memperkuat Sistem Keluarga

dalam rangka Revitalisasi Fungsi Utama Keluarga


oleh
Dini Rahma Bintari, S.Psi.M.Psi., Ph.D, Psikolog

Ditulis untuk diskusi FGD di Lemhanas

PETA MASALAH
Dalam memahami permasalahan generasi muda terkait kejahatan pidana, terorisme,
penyalahgunaan nerkoba dan berbagai permasalahan sosial lainnya, seringkali masyarakat
memandang secara sempit bahwa kesalahan ada pada keluarga dimana anak tersebut
dibesarkan.Masalah perceraian, misalnya, seringkali menjadialasan mengapa seorang anak
kemudian menjadi anak yang menyimpang secara sosial maupun psikologis.Angka
perceraian di Indonesia cukup besar, misalnya di tahun 2017 terjadi 415.898 gugatan
cerai.Enam alasan perceraian terbanyak adalah tidak bisa akur, ditinggalkan pasangan,
ekonomi, Kekerasan Dalam Rumah tangga, pasangan pemabuk, pasangan penjudi.Hal ini
tidak sepenuhnya salah, namun kita harus melihat secara lebih luas bagaimana seseorang
dibesarkan, bukan hanya menjadi tanggungjawab sebuah keluarga, tetapi menjadi
tanggungjawab masyarakat bahkan suatu bangsa.Kekerasan pada anak yang juga terus
meningkat, sangat besar dipengaruhi perceraian atau perselisihan dalam
keluarga.Penanganan kasus kekerasan yang dilaporkan di KPAI juga terus meningkat.Oleh
karena itu melihat permasalahan ini harus dengan menganalisis masalah secara lebih
menyeluruh.Hal ini harus dilihat dalam perspektif sistemik yang luas sebagaimana
disampaikan oleh Bronfenbrenner's Ecological Systems Theory (1979).

Bagan sistem menurut Broffenbenner

Cronosystem
Dalam teori tersebut, memandang seorang individu harus dilihat dari sistem yang
melingkupinya yaitu cronosystem, macrosystem, exosystem, mesosystem dan
microsystem.Seorang individu tidak mungkin berkembang lepas dari sistem yang
melingkupinya. Seluruh sistem yang melingkupinya akan mempengaruhinya secara langsung
maupun tidak langsung.
Kita ambil contoh seorang remaja yang hidup di Indonesia, maka seluruh hal yang
terjadi di sistem Indonesia, dapat mempengaruhi remaja tersebut. Dalam perspektif
Cronosystem, remaja akan dipengaruhi berbagai gerakan internasional. dari yang paling
ekstrim seperti gerakan terorisme internasional, mafia perdagangan manusia (trafficking),
gerakan liberalisme seksual, ideologi atheisme, materialisme hingga yang dianggap ringan
namun berdampak besar seperti budaya K-POP dan kartun manga. Meski Negara kurang
menaruh kekhawatiran, namun secara psikologis budaya K-Pop dan kartun Jepang memiliki
dampak terhadap budaya bunuh diri pada remaja.Dengan globalisasi dan akses internet,
semua hal yang terjadi secara internasional akan memiliki akses untuk diketahui oleh
remaja. Secara sistem makro, maka semua hal yang terjadi di Indonesia, berbagai aturan
hukum, berbagai situasi Negara, dan budaya yang dimiliki masyarakat akan berdampak pada
remaja. Ambil contoh budaya di daerah pantura yang cenderung materialistis dan bebas
secara seksual, maka remaja di daerah tersebut sangat mungkin menjadi korban trafficking
dan dijual oleh anggota keluarganya sendiri untuk menjadi PSK.Berbagai aturan hukum di
Indonesia, belum secara penuh mendukung dan melindungi institusi keluarga. Padahal
dalam Universal Declaration of Human Rights, art.16.3;GA Resolution 217a(III), dinyatakan
dengan jelas bahwa “Family is the natural and fundamental group unit of society, and is
entitled to protection by society and the state”. Artinya, institusi keluarga berhak mendapat
perlindungan dari Negara agar tetap langgung dan lestari.Bagaimana kenyataannya di
Indonesia?
Salah satu yang mungkin sedang marak saat ini adalah pelacuran online.Penggunaan
jasa pelacuran oleh suami/istri, buat keluarga bisa menjadi salah satu penyebab perceraian
dan hancurnya institusi keluarga.Dalam kasus terkini, pelaku pelacuran kelas atas
mendapatkan liputan yang luar biasa dari media dan dihakimi oleh publik.Berita
mengatakan pelanggannya adalah pria kelas atas.Namun tentu saja, tidak pernah
terungkapkan siapa saja pelanggannya.Dalam aturan nasional, pembeli jasa pelacuran, tidak
dapat dikenakan hukum pidana.Aturan hukum yang ada di KUHP, hanya dapat dikenakan
pada pelaku pelacuran dan mucikari/germo; bukan pada pembeli.Beberapa daerah sudah
memiliki itikad baik dengan menetapkan peraturan daerah yang dapat mengenai pembeli
jasa pelacuran, namun masih sangat ringan bentuk hukumannya. Misalnya aturan di DKI
Jakarta yang menetapkan hukuman pidana kurungan paling singkat 20 hari dan paling lama
90 hari atau denda paling sedikit Rp. 500 ribu dan paling banyak Rp. 30 juta. Hukuman
denda tertinggi masihjauh di bawah harga jual PSK kelas atas yang 80 juta per
pertemuan.Hukuman ini tentunya tidak membuat jera para pelaku, mucikari, ataupun
pembeli.Panti Rehabilitasi PSK milik pemerintah pun menghadapi kenyataan bahwa warga
binaannya yang sudah dibina, kembali ditangkap dan menjadi warga binaan berulang-ulang
tanpa jera.Pertanyaan besar bagi Negara sebagai makrosistem adalah seberapa jauh aturan
hukum dan kebijakan yang ditetapkan sudah melindungi institusi keluarga dan anak sebagai
produk dari keluarga?

Pada lapis Exosystem, berbagai institusi, organisasi dan lembaga yang ada di
masyarakat memiliki kekuatan yang dapat secara langsung maupun tidak langsung
berdampak kepada kesejahteraan individu. Kebijakan yang diambil suatu daerah, suatu
perusahaan, media massa, masyarakat sekitar, maupun pelayanan kesehatan maupun sosial
di sekitar individu; sedikit banyak akan mempengaruhinya. Ambil contoh kebijakan
perusahaan dalam memberikan cuti haid pada perempuan, atau cuti bagi ayah yang istrinya
melahirkan, atau kebijakan mengenai penitipan anak di kawasan kerja seorang ibu; hal ini
akan mempengaruhi interaksi anak dengan orangtua yang nantinya mempengaruhi
perkembangan psikologis anak. Media massa berperan penting dalam perkembangan anak,
berita apa yang pantas tayang dalam waktu apa, bagaimana membatasi paparan anak
terhadap kekerasan dan keterbukaan seksual di media; tentu saja akan sangat
mempengaruhi fungsi kognitif anak dan nantinya akan mempengaruhi pola pikir remaja
yang menjelang dewasa. Sistem kontrak kerja dengan UMR yang diperuntukkan untuk
pekerja yang belum menikah, tentu saja menimbulkan perasaan tidak aman buat pekerja
apalagi yang sudah berkeluarga.Hal ini dapat berpengaruh pada kesejahteraan keluarga dan
anak secara fisik maupun psikologis.Remaja/dewasa muda yang lulus sekolah menengah
pun dapat menjadi cukup stress terkait pekerjaan; dan malah dapat terjatuh pada tindak
kriminal, terorisme maupun gangguan psikologis.Kebijakan penerapan hukum terkait hak
finansial anak setelah perceraian orangtua misalnya, tidak ada hukuman tertentu bagi ayah
yang tidak memberikan nafkah untuk anaknya.Pengabaian pemenuhan hak anak oleh
orangtua karena satu hal atau lainnya, jarang sekali menjadi kasus hukum.
Dalam lingkaran mesosistem, berbagai institusi yang ada di exosistem dan
mikrosistem berinteraksi dalam berbagai fungsi yang berdampak pada individu.Salah satu
contoh saat kebijakan pemerintah mengenai PKK, dan dasa warga mendorong ketua RT dan
ibu PKK berinteraksi dengan pemuka agama setempat untuk membantu penanganan
keluarga yang dilanda masalah antara suami–istri, maupun dalam pengasuhan
anak.Mikrosistem yang melingkupi individu, tidak hanya keluarga namun juga sekolah,
pelayanan kesehatan, rumah ibadah dan pertemanan.Berbagai institusi mikro dapat
menjadi pendukung kesehatan psikologis atau malah sebaliknya menjadi sumber
stress.Rumah peribadatan dapat menjadi pendukung kesehatan mental dengan
memberikan penerimaan dan pemahaman agama yang inklusif dan mendorong
pengembangan kebaikan dalam diri individu.Sebaliknya, bila agama yang diajarkan melalui
rumah ibadah tidak disertai pemahaman kondisi psikologis individu, maka sikap anti agama
dapat muncul.Atau sebaliknya, pengajaran agama yang ekstrim dapat mendorong individu
menjadi aktifis terorisme.
KELUARGA SEBAGAI SUATU SISTEM
Keluarga adalah satu sistem dalam mikrosistem individu.Institusi terdekat dengan
individu yang diharapkan mendukung perkembangan individu secara Iman, Moral, Fisik,
Rasio/Akal, Kejiwaan, Sosial, dan Seksual.Keluarga dalam konteks budaya kolektif seperti
Indonesia, mencakup ayah, ibu, anak, keluarga pihak ibu, keluarga pihak ayah dan asisten
rumah tangga. Terkadang bahkan tetangga terlibat dalam keluarga, misalnya saat orangtua
tidak memiliki pengasuh lain selain menitipkan anaknya kepada tetangga terdekat. Maka
anak sebagai individu terpengaruh oleh tetangga secara langsung.Keluarga berfungsi
sebagai Filter bagi individu dari berbagai pengaruh dari sistem yang lebih luas. Pengaruh
media massa, misalnya, sangat mungkin mempengaruhi individu. Namun keluarga yang
berfungsi dengan baik, akan berusaha menyaring informasi untuk anak di bawah umur.
Orangtua juga dapat mendidik anak untuk belajar menyaring informasi dan berpikir lebih
panjang mengenai pilihannya dalam menerima informasi dari media massa.

Kemampuan keluarga menjadi filter bagi individu, sangat beragam. Tingkat


pendidikan orangtua, kemampuan finansial, pengetahuan mengenai pengasuhan yang
tepat, dan berbagai faktor lainnya menjadi penentu kemampuan orang tua dalam
pengasuhan anak.Dalam perspektif sistem ekologis maka berbagai lapisan sistem lainnya
mempengaruhi orang tua dan anak dalam keluarga.Pada titik tertentu, keluarga tidak lagi
berdaya menghadapi berbagai penetrasi sistem yang lebih luas. Orangtua yang sudah
mengajarkan norma dengan baik, dapat saja dihadapkan dengan kenyataan bahwa misalnya
di sekolah guru tidak mencontohkan kepada anak norma yang sesuai dengan yang di ajarkan
orangtua. Atau ayah yang terlihat sangat normatif di rumah, ternyata malah kecanduan
pornografi online dan akhirnya tergoda untuk mencoba pelacuran yang ditawarkan dengan
massif dan kemudian berakhir dengan perceraian. Hal ini tentunya menggoncang norma
norma yang telah diajarkan pada anak sehingga sangatlah mungkin anak mengambil titik
ektrim yang sangat berseberangan dengan norma yang sudah dipelajarinya saat kecil.

FUNGSI KELUARGA
Fungsi keluarga telah dirumuskan oleh BKKBN di Indonesia. Delapan fungsi yaitu
fungsi reproduksi, perlindungan, agama, lingkungan, sosial budaya, ekonomi, cinta dan
kasih sayang, pendidikan dan sosialisasi. Fungsi ini lebih luas dibandingkan fungsi yang
dikemukakan oleh Friedman (1998) yang teridir dari 5, yaitu : fungsi afektif, fungsi
sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi perawatan kesehatan. Berbagai
program dilakukan untuk mendukung fungsi tersebut, namun tentu saja masih banyak hal
yang perlu ditingkatkan.Berbagai lembaga swadaya masyarakat melakukan berbagai
program yang juga mendukung berbagai fungsi keluarga.
Keluarga melalui berbagai tahap dalam perjalanan pernikahan. Keempat tahap
tersebut adalah:
1. Newlywed marriage, yaitu sejak awal pernikahan hingga lahirnya anak pertama;
2. Parental marriage, berlangsung ketika anak pertama lahir hingga memasuki masa
remaja;
3. Mid-life marriage, atau periode empty-nest dimana anak-anak melalui masa remaja
dan meninggalkan rumah;
4. Later-life marriage, terjadi ketika pasangan mulai memasuki masa usia pensiun
hingga meninggalnya salah satu pasangan (Bird & Melville, 1994).

Berbagai fungsi keluarga mengalami perubahan selama perjalanan pernikahan.Di awal


pernikahan ada adaptasi antara pasangan, kemudian kehadiran anak menjadi tantangan
bagi pasangan.Di kedua tahap ini, seringkali pernikahan mengalami tantangan untuk
dipertahankan.Pemerintah dapat mendukung keluarga dalam berbagai tahapan
tersebut.Dalam masa awal pernikahan, pasangan membutuhkan persiapan kematangan
dalam menjalani pernikahan.KUA dibawah kementrian agama belum sepenuhnya
menjalankan fungsi mempersiapkan calon pengantin.Meski dalam persiapan, namun
pelatihan calon pengantin masih membutuhkan banyak dukungan pemerintah untuk dapat
diwujudkan secara merata di semua daerah dengan teknis kegiatan yang cukup memadai
untuk peserta benar benar mempelajari hal penting untuk pernikahan.

Di masa pengasuhan anak, banyak orang tua tidak memahami sama sekali
bagaimana mengasuh anak. Kesulitan yang sering muncul bila anak berkebutuhan khusu
dan saat anak menjelang remaja.Orangtua yang tidak memahmi perkembangan anak, maka
sangat mungkin mempersepsikan tingkah laku anak yang sebenarnya wajar, terlihat sebagai
perilaku yang tidak menyenangkan orang tua dan kemudian terjadi pertengkaran dengan
anak atau bahkan pasangan.Orangtua yang tanpa ide pengasuhan kemudian sangat
mungkin menjadi orangtua yang mengabaikan atau bahkan melakukan tindakan
kekerasan.Anak yang berusaha lari dari kondisi ini, dapat kemudian berteman dengan
mereka yang mengajarkan kriminalitas, penyalahgunaan obat atau bahkan terorisme.

REVITALISASI FUNGSI KELUARGA


Dari perspektif sistem yang dijabarkan di atas, negara dapat mengambil peran yang
di berbagai level dan berbagai aspek yang dapat mendukung fungsi keluarga. Keluarga akan
mengalami kesulitan tanpa dukungan negara dalam mewujudkan fungsinya melindungi
anggotanya. Pendidikan moral agama dalam keluarga, perlu didukung dengan penegakan
hukum yang adil di level negara. Pencapaian kesejahteraan psikologis individual yang diukur
BPPS, dipengaruhi bagaimana kehidupan di level keluarga sebagai sistem mikro. Pengukuran
terhadap level kesejahteraan psikologis mengindikasikan masih jauhnya kondisi masyarakat
dari kebahagiaan yang otentik.
Bagan indikator kesehatan mental, contoh DKI Jakarta

Indonesia sebagai suatu makrosistem perlu memastikan berbagai kebijakan yang dapat
mendukung kesehatan mental ini.Dalam mengintervensi di level exosistem dan mesosistem,
maka beberapa program yang perlu terus digalakkan untuk mendukung fungsi keluarga
adalah sebagai berikut:

 Kelas Parenting di sekolah , PKK, dll


 Konsultasi Pengasuhan Anak
 Konsultasi Online pengasuhan yang dibiayai pemerintah
 Adanya psikolog, pekerja sosial dan bidan di level kelurahan/puskesmas/RPTRA yang
membantu masalah pengasuhan.
 PAUD
 Taman Pendidikan Qur’an/Sekolah Minggu berbasis agama
 SLB gratis
 Rumah singgah gangguan narkoba, kecanduan game, ODGJ.

Revitalisasi fungsi keluarga membutuhkan dukungan negara dalam berbagai lapis sistem dan
terhadap berbagai institusi yang dapat mempengaruhi keluarga secara langsung maupun
tidak langsung. Beberapa perubahan dibutuhkan dalam waktu sesegera mungkin,
mengingat berbagai dampak kerusakan keluarga yang mulai dapat mengganggu ketahanan
bangsa dalam berbagai aspek kehidupan.

Semoga kita semua sebagai bangsa Indonesia dapat dengan segera mempertahankan
keluarga demi mempertahankan bangsa ini.

Anda mungkin juga menyukai