Anda di halaman 1dari 32

CHEMISTRY INNOVATION

PROJECT CHEMISTRY FAIR 2022

“Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat dalam Menghadapi Era New


Normal Untuk Mencapai Nilai ke 3 SDGs”

ST SPRAY SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN SICK BUILDING


SYNDROME (SBS) UNTUK MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG
SEHAT DAN SEJAHTERA

Disusun Oleh :

Nafisah Amelia Lubis 0069869403

Salwa Umairoh Rangkuti 0067393583

Winda Sari 0061121645

SMA SWASTA NURUL ‘ILMI

PADANGSIDIMPUAN

2022
i
ii
ST Spray Sebagai Upaya Pencegahan Sick Building Syndrome (SBS) untuk Mewujudkan
Masyarakat yang Sehat dan Sejahtera
(Nafisah Amelia Lubis,Salwa Umairoh Rangkuti,Winda Sari Siregar) (SMA Swasta Nurul Ilmi)
(nafisahamelialubis@gmail.com)
ABSTRAK
Manusia dituntut untuk mampu menyelesaikan pekerjaan dengan kemajuan teknologi
yang tersedia dalam mencapai indikator-indikator Sustainable Development Goals (SDGs).
Segala bentuk pekerjaan dapat diselesaikan dengan peralatan elektronik yang sistematis sehingga
mengharuskan manusia untuk beraktivitas di dalam sebuah ruang kerja pada era newnormal
seperti saat ini. Hal ini dapat memicu peningkatan akumulasi polutan di dalam sebuah ruangan.
Sick building Syndrome adalah situasi dimana penghuni sebuah ruangan mengalami
permasalahan kesehatan akibat buruknya kualitas Indor Air Quality ( IAQ ) karena polusi udara
yang biasanya disebabkan oleh buruknya ventilasi udara, emisi gas buang dari alat kantor, polusi
dari komponen perabot dan panel kayu, asap rokok, gas polutan seperti CO, NOx, Sox, dan
lainnya. Pembuatan ST (Sansivierra trifasciata) Spray bertujuan untuk mencegah maupun
meminimalisir peningkatan akumulasi polutan di ruangan. ST Spray dibuat melalui tahapan
ekstraksi maserasi Lidah Mertua (Sansivierra trifasciata) dan penyampuran ekstrak dengan
bahan lainnya untuk menghasilkan spray yang bekeja secara otomatis. Berdasarkan hasil kajian
yang dilakukan oleh NASA Amerika Serikat menunjukkan bahwa tumbuhan
Sansivierra trifasciata mampu menyerap lebih dari 107 unsur polutan berbahaya yang ada di
udara. Keistimewaan lain Sansivierra trifasciata adalah mampu menyerap bahan-bahan
beracun, seperti karbon dioksida (CO2), benzene, formaldehyde, trichloroethylene dan lainnya .
Kandungan ekstrak Lidah Mertua (Sansivierra trifasciata) berupa pregnane glicocyde akan
menguraikan zat-zat polutan pada ruangan dan akan meningkatkan kualitas udara. STSpray akan
membuat ruangan menjadi lebih sehat dan mencegah timbulnya Sick building Syndrome
Kata Kunci: Lidah Mertua (Sansivierra trifasciata) Spray, Sick building Syndrom

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan Fullpaper tentang “ST Spray Sebagai Upaya Pencegahan Sick Building
Syndrome (SBS) untuk Mewujudkan Masyarakat yang Sehat dan Sejahtera”.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus dan menjadi
anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Tim penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan Fullpaper ini dengan tepat
waktu. Disamping itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan Fullpaper ini berlangsung sehingga dapat diselesaikan
dengan baik.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga inovasi di dalam fullpaper ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap inovasi ini agar
kedepannya dapat kami perbaiki untuk kesempurnaan karya selanjutnya.

Hormat kami,

Tim penulis

iv
DAFTAR ISI

Lembar pengesahan i
Surat Pernyataan ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar vii

BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB II Tinjauan Pustaka 4
2.1 Tanaman Lidah Mertua (Sansiviera trivasciata) 4
2.2 Jeruk Nipis (Citrusa urantiifolia) 10
2.3 Spray 11
BAB III Metode Penelitian 13
3.1 Jenis Penelitian 13
3.2 Tempat dan Waktu 13
3.3 Alat dan Bahan 13
3.4 Prosedur Penelitian 14
3.5 Teknik Pengumpulan Data 19
BAB IV Pembahasan 21
4.1 Hasil Penelitian 21
4.2 Pembahasan 22
BAB V Penutup 25
5.1 Kesimpulan 25
5.2 Saran 25
Daftar Pustaka 26
Lampiran Riwayat Hidup Peserta 27

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Alat yang digunakan dalam Penelitian 12


Tabel 3.2 Bahan yang digunakan dalam Penelitian 13
Tabel 4.1 Hasil Ekstraksi Lidah Mertua 20
Tabel 4.2 Hasil Ekstraksi Kulit Jeruk Nipis 20
Tabel 4.3 Komposisi ST Spray Room 21

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Morfologi Lidah Mertua 5


Gambar 3.1 Lidah Mertua Sebelum dipotong-potong 14
Gambar 3.2 Lidah Mertua Setelah dipotong-potong 14
Gambar 3.3 Penghalusan Lidah Mertua Setelah Kering 14
Gambar 3.4 Hasil dari Penghalusan 14
Gambar 3.5 Penimbangan Serbuk Lidah Mertua Sebanyak 10gr 15
Gambar 3.6 Pemasukan Serbuk Lidah Mertua 15
Gambar 3.7 Pengukuran Etanol Sebanyak 100 ml 15
Gambar 3.8 Penyaringan Ekstrak Lidah Mertua 15
Gambar 3.9 Pemisahan Etanol dengan Ekstrak Murni dengan Metode Maserasi 15
Gambar 3.10 Hasil dari Metode Maserasi 15
Gambar 3.11 Kulit Jeruk Nipis yang Sudah di Keringkan 16
Gambar 3.12 Hasil Penghalusan Kulit Jeruk Nipis 16
Gambar 3.13 Pengukuran Etanol 17
Gambar 3.14 Hasil Penyaringan Larutan 17
Gambar 3.15 Proses pemisahan ekstrak Murni dan Etanol 17
Gambar 3.16 Hasil Ekstraksi yang Sempurna 17
Gambar 3.17 Memasukkan 100 ml Air Kedalam Gelas Ukur 18
Gambar 3.18 Memasukkan 10 Tetes Ekstrak Lidah Mertua 18
Gambar 3.19 Memasukkan 20 Tetes Ekstrak Kulit Jeruk Nipis 18
Gambar 3.20 Hasil ST Spray Room 18

vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pada era 5.0 perkembangan teknologi dan arsitektur sangat pesat di berbagai kalangan
dunia. Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SGDs) dibawah
naungan PBB melakukan pembangunan global, dengan bertanggung jawab atas
kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan bahwa pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilakukan oleh
pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,kemauan, dan kemampuan untuk
hidup sehat agar tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pelayanan kesehatan
yang dilakukan sebagai konsep dalam memberikan pelayanan preventif (pencegahan) dan
promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat umum.

Salah satu diantaranya gedung-gedung perkantoran megah yang di lengkapi dengan Indor
Air Quality (IAC) Gedung seperti ini biasanya di buat tertutup dan mempunyai sirkulasi udara
sendiri. Hasil survei Enviromental Protection Agency (EPA) tahun 2007, menyatakan bahwa
manusia menghabiskan waktunya 90% di dalam lingkunga konstruksi, baik itu dalam
perkantoran ataupun rumah dengan kualitas udara yang tercemar dari dalam ruangan maupun
luar ruangan. Orang yang bekerja di dalam ruang perkantoran dengan menggunakan air
conditioner (AC)sebagai alternatif pendingin ruangan secara terus menerus dapat menyebabkan
gejala seperti kulit kering,bersisik,gatal,iritasi mata dan kesulitan bernafas.

Biasanya gejala tersebut timbul karena tidak sehatnya udara di dalam gedung. Gejala ini
biasa disebut dengan sick building sindrome. sickbuildingsyndrome (SBS) dapat didefinisikan
menjadi dua arti yaitu: seseorang atau sekelompok orang merasakan kumpulan gejala
(sindroma) yang dirasakan tidak spesifik yang dapat mengganggu kesehatan dan berkaitan
dengan kondisi gedung. tertentu. Selain itu SBS juga dapat diartikan menjadi kondisi gedung
sakit, kondisi ini berkaitan dengan keluhan atau gangguan kesehatan yang tidak spesifik
dialami oleh penghuni. Sickbuildingsyndrome juga dapat diartikan menjadi beberapa kumpulan
gejala yang sehubungan dengan waktu yang dihabiskan dalam gedung yang dialami oleh
penghuni gedung itu sendiri, namun dari gejala tersebut tidak dapat terindikasi penyakit maupun
penyebab khusus yang dapat di identifikasi. Keluhan yang dirasakan dari penghuni ada
kemungkinan dapat tersebar pada seluruh bagian gedung.

1
Sick Building Syndrome atau sindrom gedung sakit ini baru dapat dipertimbangkan bila
lebih dari 20% atau bahkan 50% pengguna suatu gedung mempunyai keluhan-keluhan seperti
yang telah disebutkan sebelumnya (Aditama, 2002). Penyakit yang terkait dengan sickbuilding
sindrome ini diakibatkan dengan kurangnya ventilasi dalam gedung atau kinerja air conditioner
(AC)dalam ruangan buruk. Perlu di ketahui suhu air conditioner (AC) dalam gedung ataupun
ruangan terlalu dingin yaitu berkisar 18-20°C. Rekayasa suhu udara inilah yang membuat
bakteri- bakteri merugikan seperti chlamydia, escheriachia dan legionella spleluasa bergerilia di
saluran pernapasan. Sisanya, 17% disebabkan pencemaran zat kimia yang ada di dalam
gedung, misalnya mesin foto kopi, pengharum ruangan, larutan pembersih, atau bahan kain
pelapis dinding.

Para ahli memprediksikan bahwa kualitas udara dalam ruangan akan berada di garis
terdepan dari manajemen pada dekade mendatang dan akan muncul bukan saja di negara maju
tetapi juga di negara yang sedang berkembang khsusunya di negara beriklim panas. Oleh karena
itu,lidah mertua(sansevieriatrifisciata)dapat meleburkan zat kimia yang berbahaya yang ada
dalam ruang dengan menggunakan spray room. Zat yang berbahaya dapat di leburkan menjadi
zat tidak berbahaya dengan menggunakan metode yang banyak diantaranya meserasi. Lidah
mertua(sansevieria trifisciata)banyak mengandung zat kimia yang bermanfaat bagi kesehatan
udara dalam sebuah ruangan yang menggunakan air conditioner(AC)diantaranya alkaloids,
carotenoids, flavonoids, flavones, phytates, saponins, dan tannins lain yang mempunyai
kemampuan sebagai antioksidan. Dengan adanya penelitian ini kita dapat memanfaatkan lidah
mertua sebagai sprayroom atau penyegar ruangan bagi kesehatan masyarakat yang sejahtera.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana cara mengolah lidah mertua (Sansivierra trifisciata) menjadi spray room?
2. Bagaimana cara menanggulangi sickbuildingsindrome?
1.3. Tujuan Penelitian

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui cara mengolah lidah mertua menjadi spray room


2. Untuk mengetahui cara penanganan sick building sindrome.
1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini memiliki 2 manfaat yaitu terhadap masyarakat dan
lingkungan,antara lain:
2
1. Manfaat bagi masyarakat

Manfaat Penelitian ini bagi masyarakat termasuk orang yang bekerja di kantora yaitu dapat
menghirup udara yang lebih segar dan sehat. Meskipun bekerja di dalam ruangan ber-AC
sepanjang hari.

2. Manfaat bagi lingkungan

Manfaat penelitian ini bagi lingkungan adalah kita dapat memanfaatkan lidah mertua yang
ada di sekitar kita dan mudah untuk di dapatkan. Serta,mengurangi limbah pengharum
ruangan.

3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lidah Mertua (Sansevieriatrivasciata)

2.1.1. Klasifikasi Sansevieriatrivasciata


Adapun klasifikasi dari tanaman lidah mertua adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Liliidae
Ordo : Liliales
Famili : Agavaceae
Genus : Sansevieria
Species : trivasciata
1.1.2. Karakter Morfologi

Daun Sansevieria trifasciata berkedudukan seperti roset yang mengelilingi batang


semu. Batang semu membentuk rimpang, bulat, berwarna kuning oranye. Disebut batang
semu karena sesungguhnya Sansevieria trifasciata tidak mempunyai batang dan memiliki bentuk
daun seperti pedang dan lanset. Sedangkan Sansevieria Cylindrica bentuk daunnya seperti
silinder dan tebal dengan ujung yang runcing (Stover 1983).

Gambar 2.1 Gambar Mortofologi Lidah Mertua

1.1.3. Analisis Klorofil

Klorofil merupakan pigmen berwarna hijau yang berfungsi sebagai penyerap cahaya dalam
kegiatan fotosintesis yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Sansevieriacylindricamemiliki nilai kandungan klorofil lebih tinggi dibandaingkan Sansevieria
trifasciata (Gambar 2). Semakin tinggi kandungan klorofil pada tanaman maka semakin tinggi
laju fotosintesisnya. Semakin dekat tanaman dengan sumber kadar gas CO, klorofil akan
4
mengalami degradasi yang semakin besar, sehingga kadarnya menjadi semakin rendah
(Solichatun dan Anggarwulan 2007). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
pencemaran udara mengakibatkan menurunnya pertumbuhan dan tingkat produktivitas tanaman
yang diikuti pula dengan beberapa gejala yang tampak. Kerusakan tanaman karena pencemaran
udara berawal dari tingkat biokimia, selanjutnya tingkat ultrastruktural, kemudian tingkat sel
(dinding sel, mesofil, pecahnya inti sel) dan diakhiri dengan terlihatnya gejala pada
jaringan daun seperti klorosis dan nekrosis. Kadar klorofil pada daun tanaman Pterocarpus
indicus dan Swietenia mahagoni dapat digunakan sebagai indikator penyerap polusi udara. Kadar
klorofil akan menurun dengan meningkatnya kadar partikel pencemaran udara.Oleh karena itu,
Sansevieria cylindrica diduga memiliki kemampuan yang baik dalam mempertahankan diri
dalam lingkungan yang berpolusi.Kemampuan tanaman dalam menyerap dan mengakumulasi
polutan dipengaruhi oleh karakteristik morfologi daun, seperti: ukuran, bentuk, dan tekstur daun
(Starkman 1969). Selain itu proses penyerapan polusi udara terjadi di daun yang terdapat banyak
stomata (Gardner et al. 1991). Tanaman yang mempunyai stomata banyak dan tumbuh cepat
merupakan tanaman yang baik digunakan dalam penyerapan polutan (Fakuara 1996).
Mekanisme masuknya polutan ke dalam daun terjadi pada siang hari saat daun melepas uap air
dan mengambil CO2 serta gas lainnya termasuk polutan yang ada di daun melalui stomata.

1.1.4. Kandungan Sansevieria sp.

Sansevieria memiliki keunggulan yang jarang ditemukan pada tanaman lain, diantaranya
sangat resisten terhadap polutan dan bahkan mampu menyerap polutan, sebagai tanaman hias,
dan biasanya diletakkan di sudut ruangan seperti dapur atau kamar mandi untuk mengurangi bau
tidak sedap. Hal itu dikarenakan Sansevieria mengandung bahan aktif pregnane glikosid yang
mampu mereduksi polutan menjadi asam organik, gula, dan beberapa senyawa asam amino.
Di dalam tiap helai daun Sansevieria terdapat senyawa aktif pregnane glykoside, yaitu zat
yang mampu menguraikan zat beracun menjadi senyawa asam organik, gula, dan beberapa
senyawa asam amino. Bahan Aktif : Pregnane glikosid yaitu 1beta, 3betadihydroxypregna-
5,16-dien-20-one glikosid, Ruscogenin, Abamagenin, Neoruscogenin, sansevierigenin, dan
Saponin. Penelitian National Aeronautics and Space Administration, NASA (badan antariksa
Amerika Serikat) mensahihkan kemampuan itu. Beberapa riset selama 25 tahun
melatarbelakangi kesimpulan itu. Sansevieria ini ampuh memberangus 107 zat polutan -
termasuk di antaranya nikotin dari tembakau, karbonmonoksida, sampai dioksin - zat
mahaberacun hasil pembakaran plastik atau naftalena. Kemampuan Sansevieria untuk menyerap
racun berguna dalam penghijauan lingkungan. Tanaman ini dimanfaatkan untuk menyerap racun
asap buangan kendaraan dari knalpot. Sementara itu sebagai tanaman hias, Sansevieria bisa
5
menangani sick building syndrome, yaitu keadaan ruangan yang tidak sehat akibat
tingginya konsentrasi gas karbondioksida, zat nikotin dari asap rokok, dan penggunaaan AC
dalam ruangan (Purwanto, 2006;Trubus,2013).

1.1.5. Cara Membudidayakan Sansevieria sp

Sansevieria merupakan salah satu tanaman dari famili Agavaceae dan merupakan salah
satu tanaman hias yang mampu menyerap polutan. Tanaman Sansevieria pada umumnya
digunakan sebagai tanaman hias indoor dan tanaman lanskap, namun Sansevieria dapat pula
dimanfaatkan sebagai tanaman obat, seratnya pun dapat digunakan sebagai bahan baku tekstil,
tergantung dari jenis atau spesiesnya. Sansevieria memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi
dan mempunyai prospek yang cukup bagus, karena telah menjadi salah satu komoditas eksport.
Korea Selatan merupakan salah satu negara pengimpor Sansevieria (Direktorat Jendral
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2010).Perbanyakan Sansevieria pada
umumnya dilakukan secara vegetatif, seperti: pisah anakan, stek daun, potong pucuk, cacah
daun, cabut pucuk, stek rimpang, dan kultur jaringan (Purwanto, 2006). Perbanyakan secara
vegetatif banyak dilakukan karena lebih cepat menghasilkan anakan dibandingkan perbanyakan
secara generatif. Budidaya tanaman Sansevieria memerlukan komposisi media tanam yang
cocok, sehingga dapat memberikan pertumbuhan yang baik. Penggunaan media tanam yang
tepat bagi Sansevieria perlu diteliti sehingga dapat menghasilkan tanaman yang memiliki
penampilan menarik dan pertumbuhan yang baik. Lingga (2005) menyatakan bahwa media
tanam yang baik bagi Sansevieria adalah media yang bersifat porous, sedikit kandungan bahan
organik dan tidak cepat melapuk. Pertumbuhan daun yang cenderung lambat pada Sansevieria
terkadang menjadi kendala yang dialami para pebisnis dibidang tanaman hias daun yang
memiliki banyak manfaat ini. Harjadi (2009) dan Wattimena (1988) menyatakan bahwa giberelin
adalah suatu golongan ZPT dengan rangka ent-gibberellins yang berfungsi merangsang
pembelahan sel, pemanjangan sel, dan fungsi pengaturan lain. Penggunaan komposisi
media tanam yang sesuai serta aplikasi ZPT GA3 dengan konsentrasi yang tepat, diharapkan
dapat menstimulasi pertumbuhan vegetatif tanaman Sansevieria, mengingat Sansevieria
merupakan tanaman hias daun, maka pertumbuhan vegetatifnya lebih diutamakan dibandingkan
pertumbuhan generatifnya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetPerbanyakan Sansevieria pada
umumnya dilakukan secara vegetatif, seperti: pisah anakan, stek daun, potong pucuk, cacah
daun, cabut pucuk, stek rimpang, dan kultur jaringan (Purwanto, 2006). Perbanyakan secara
vegetatif banyak dilakukan karena lebih cepat menghasilkan anakan dibandingkan perbanyakan
secara generatif. Budidaya tanaman Sansevieria memerlukan komposisi media tanam yang
cocok, sehingga dapat memberikan pertumbuhan yang baik. Penggunaan media tanam yang tepat
6
bagi Sansevieria perlu diteliti sehingga dapat menghasilkan tanaman yang memiliki penampilan
menarik dan pertumbuhan yang baik. Lingga (2005) menyatakan bahwa media tanam yang baik
bagi Sansevieria adalah media yang bersifat porous, sedikit kandungan bahan organik dan
tidak cepat melapuk. Pertumbuhan daun yang cenderung lambat pada Sansevieria terkadang
menjadi kendala yang dialami para pebisnis dibidang tanaman hias daun yang memiliki banyak
manfaat ini. Harjadi (2009) dan Wattimena (1988) menyatakan bahwa giberelin adalah suatu
golongan ZPT dengan rangka ent-gibberellins yang berfungsi merangsang pembelahan sel,
pemanjangan sel, dan fungsi pengaturan lain. Penggunaan komposisi media tanam yang sesuai
serta aplikasi ZPT GA3 dengan konsentrasi yang tepat, diharapkan dapat menstimulasi
pertumbuhan vegetatif tanaman Sansevieria, mengingat Sansevieria merupakan tanaman hias
daun, maka pertumbuhan vegetatifnya lebih diutamakan dibandingkan pertumbuhan
generatifnya.

2.2. Jeruk Nipis (Citrusa urantiifolia)

2.2.1. Klasifikasi Citrusa urantiifolia

Adapun klasifikasi dari buah jeruk nipis adalah sebagai berikut.


Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Famili : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : C. aurantifolia

2.2.2. Kandungan Citrus aurantiifolia


Jeruk nipis termasuk tipe buah buni. Bentuknya bulat sampai bulat telur. Diameter buahnya
sekitar 3-6 cm. Ketebalan kulit buahnya berkisar 0,2-0,5 mm, dan permukaannya memiliki
kelenjar yang banyak sekali. Buahnya kadang-kadang memiliki papila atas yang berwarna
kuning kehijau-hijauan. Daging buah jeruk nipis bersegmen. Segmen buahnya berdaging hijau
kekuning-kuningan dan mengandung banyak sari buah yang beraroma harum. Sari buahnya
asam sekali. Sari buahnya yang sangat asam berisi asam sitrat berkadar 7-8% dari berat daging

7
buah. Ekstrak sari buahnya sekitar 41% dari bobot buah yang sudah masak.Menurut hasil
analisis di Thailand, per 100 gram bagian buah yang dapat dimakan, komposisinya sebagai
berikut: 91 gram kandungan air, 0,5 gram protein, 2,4 gram lemak, 5,9 gram karbohidrat, 0,3
gram serat, 17 Si vitamin A, 46 mg vitamin C, dan sekitar 150 kj nilai energi. Berdasarkan Dafer
Komposisi Baban Makanan, yang dikeluarkanLembaga Makanan Rakyat Departeman
Kesehatan, setiap 100 gram jeruknipis mengandung 86,0 gram air, 0,8 gram protein, 0,3 gram
lemak, 12,3gram karbohidrat, 40 mg kalsium, 22 gram fosfor, 0,6 mg zat besi, 0,04 mgvitamin
B1, 27 mg vitamin C, dan 37 kalori energi. Bagian yang dapatdimakan sekitar 76% dari bobot
keseluruhan.

2.2.3. Manfaat Citrus aurantiifolia


Citrus aurantiifolia memiliki ciri khas yaitu dari wangi atau bau yang dikeluarkannya
cukup menyengat tetapi tidak menggangu pernapasan.Kulit dari Citrus aurantiifolia ini dapat
digunakan sebagai salah satu bahan utama untuk menghasilkan wangi/harum.Tidak hanya
buahnya yang berkhasiat kulitnya juga dapat dimanfaatkan sekaligus mengurangi limbah kulit
Citrus aurantiifolia.

2.3. Spray

3.3.1. Pengertian Spray

Dalam kehidupan sehari-hari sering kali di jumpai alat yang digunakan untuk
menyemprotkan cairan.Nah, begitu juga dengan pengolahan tanaman lidah mertua ini kita
bisa mengolahnya dalam bentuk spray.Spray ini di buat untuk mempermudah pemakaian dari
airfreesh dari lidah mertua ini.Dengan menggunakan spray, nantinya bisa di isi ulang dengan
mudah (Susilawati 2007).

3.3.1 Proses Pembuatan Spray

Proses pembuatan spray dilakukan dengan metode maserasi.Maserasi merupakan cara


ekstraksi sederhana yang dilakukan dengan cara merendam bahan dalam pelarut selama beberapa
hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.Keuntungan dari metode ini adalah
peralatan yang digunakan sederhana (Amiarsi, Yulianingsih, dan Sabari 2006). Pengambilan
ekstrak lidah mertua dengan metode maserasi dilakukan dengan prosedur pertama yaitu
memotong lidah mertua menjadi berukuran lebih kecil, kemudian dikeringkan dibawah terik
matahari. Lalu haluskan lidah mertua sampai terlihat menjadi bubuk.Kemudian timbang seberat
10g bubuk lidah mertua.Setelah itu campurkan 100ml etanol kedalam wadah dan aduk bersama
bubuk lidah mertua. Wadah yang disiapkan harus berwarna gelap agar proses pelarutan
8
berlangsung dengan baik. Tunggu selama 6 jam, lalu aduk hingga tercampur.Lakukan
pengadukan selama 6 jam sekali dalam jangka waktu 2 hari.Setelah 2 hari akan terbentuk 2
lapisan.Kemudian dilakukan tehnik pemanasan.

3.3.2. Manfaat Spray

Pembuat spray ini berguna untuk mempermudah makhluk hidup.Dengan adanya spray ini
aktivitas individu di area bebas pun tetap terjaga dari polutan. Udara tetap bersih dan segar serta
tidak menggangu aktifitas diluar ruangan.

9
BAB 3

METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan berdasarkan jenis penelitiannya yaitu penelitian
eksperimen.

3.2. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di laboratorium SMA Swasta Nurul Ilmi Padangsidempuan pada
bulan Agustus-September 2022.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dari tanaman lidah mertua berasal dari negara Afrika Timur, Arab, India
Timur, Asia Selatan dan Pakistan yang pada umumnya lidah mertua tumbuh didaerah
tropis dan kering atau dapat tumbuh didaerah yang panas dan cocok untuk
dibudidayakan di indonesia.Sampel tanaman lidah mertua yang digunakan untuk
penelitian diambil dari wilayah Padangsidimpuan.

3.4. Alat dan Bahan

Berikut merupakan tabel alat-alat yang di gunakan.

Tabel 3.1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini

No Ekstrak Lidah Mertua Esensial Oil Spray

1. Oven Oven Gelas Ukur


2. Kompor Listrik Kompor Listrik Botol Spray
3. Blender Blender
4. Pisau Timbangan
5. Timbangan Baker Glass 250 ml
6. Baker Glass 250 ml Baker Glass 750 ml
7. Baker Glass 750 ml Botol Kaca Gelap
8. Botol Kaca Gelap Alumanium Foil
9. Alumanium Foil Kertas Saring
10. Kertas Saring Gelas Ukur
11. Gelas Ukur Spatula atau Sendok
12. Spatula atau Sendok Pisau

10
Tabel 3.2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini

No Ekstrak Lidah
Jlh Esensial Oil Jlh Spray Jlh
. Mertua
1. Lidah Mertua 10 gr Jeruk Nipis 10 gr Ekstrak 5 tts
2. Etanol 96% 100m Etanol 96% 100 Esensial 5 tts
3. Air 50 ml

3.1. Prosedur Penelitian

1. Penyiapan bahan

Bahan yang digunakan yaitu lidah mertua (Sansevierra trifasciata), etanol 96%,
kulit jeruk nipis dan air.

2. Pembuatan ekstrak lidah mertua

Tanaman lidah mertua dipotong kecil-kecil menggunakan pisau,kemudian hasil


potongannya dikeringkan menggunakan oven dalam waktu 150 menit dan suhu 50 ⁰C
setelah itu blender lidah mertua yang sudah dikeringkan sampai menghasilkan bubuk,
lalu bubuk tersebut disaring menggunakan saringan hingga mendapatkan bubuk yang
bertekstur halus dan timbanglah bubuk menggunakan timbangan dengan takaran 10
gram, setelah itu bungkus botol menggunakan aluminium foil, lalu masukkan bubuk
yang sudah disaring kedalam botol yang sudah dibungkus dengan aluminium foil,
setelah itu ukur etanol 96%menggunakan gelas ukur dengan takaran 100 ml, lalu
masukkan bubuk lidah mertua kedalam botol yang sudah dilapisi dengan aluminium
foil, kemudian aduk menggunakan spatula atau kocok botol hingga larutan tercampur
rata, setelah itu diamkan larutan selama 3 hari 3 malam dan diaduk 8 jam sekali yang
akan menghasilkan ekstrak yang pekat,lalu panaskan air sampai mendidih menggunakan
baker glass dengan ukuran 750 ml, kemudian ekstrak pekat yang sudah didiamkan
tersebut dimasukkan kedalam baker glass yang ukuran 250 ml dan diletakkan di air
yang sudah mendidih dengan suhu air 100⁰C dan etanol yang terkandung didalam
ekstrak akan menguap dan meninggalkan ekstrak murninya dan metode ini disebut
metode ekstraksi maserasi, dan ekstrak murni yang didapatkan merupakan ekstrak yang
sempurna.

11
Gambar 3.1 Lidah mertua sebelum di Gambar 3.2 Lidah mertua setelah di
potong-potong. potong-potong.

Gambar 3.3 Penghalusan lidah Gambar 3.4 hasil dari penghalusan.


mertua setelah kering.

Gambar 3.5 Penimbangan serbuk Gambar 3.6 Pemasukan serbuk


lidah mertua yang halus ludah mertua
sudah dihaluskan. kedalam botol yang
berwarna gelap.

12
Gambar 3.7 Pengukuran etanol Gambar 3.8 Penyaringan hasil
96%. pengendapan selama 3 hari.

Gambar 3.9 Pemisahan etanol 96% Gambar 3.10 Hasil dari metode
dan ekstrak murni dengan maserasi.

3. Pembuatan ekstrak kulit jeruk nipis

Limbah kulit jeruk nipis yang memiliki kualitas yang bagus dicuci menggunakan air
mengalir hingga bersih,kemudian kulit jeruk dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 50
derajat dalam waktu 120 menit,lalu kulit jeruk yang sudah kering di haluskan menggunakan
blender,dan hasilnya dimasukkan kedalam botol kaca berwarna gelap yang sudah dibungkus
dengan aluminium foil dan dimasukkan juga etanol 96% dan masukkan bubuk kulit jeruk
nipis,kemudian larutan diaduk hingga tercampur rata dan diaduk selama 2 hari dalam kurun
waktu 8 jam sekali,dan hasilnya disaring menggunakan kertas saring,kemudian siapkan air
didalam baker glass yang ukuran 750 ml dan hasil saringan larutan dimasukkan kedalam baker
glass yang ukuran 250 ml,dan dimasak dengan tujuan untuk memisahkan ekstrak kulit jeruk
nipis dengan etanol 96% dan menghaslkan ekstrak yang sempurna atau esensial oil kulit jeruk

13
nipis.

Gambar 3.11 Kulit jeruk nipis yang Gambar 3.12 Hasil penghalusan
sudah dikeringkan kulit jeruk nipis

Gambar 3.13 Memasukkan bubuk Gambar 3.14 Hasil penyaringan


kulit jeruk nipis dan etanol 96% larutan

Gambar 3.15 Proses pemisahan Gambar 3.16 ekstraksi yang


ekstrak kulit jeruk nipis dan etanol sempurna
dengan metode maserasi

4. Pembuatan Spray

Siapkan ekstrak lidah mertua, ekstrak kulit jeruk nipis, air, dan botol spray matic,
kemudian masukkan satu persatu bahan-bahan kedalam wadah spray mulai dari air
sebanyak 200ml, ekstrak lidah mertua sebanyak 20 tetes dan yang terakhir masukkan
esensial oil jeruk nipis dengan takaran 20 tetes, setelah itu aduk hingga semua
bahan-bahan tercampur dengan rata. Kemudian ST Spray sudah dapat digunakan dan
14
dimanfaatkan untuk menyegarkan ruangan yang terus-menerus menggunakan air
conditioner dengan tujuan untuk menanggulangi atau mencegah terjadinya Sick
Building Syndrom(SBS) dan menjadikan manusia mampu menyelesaikan pekerjaan
dengan kemajuan teknologi yang tersedia dalam mencapai indikator-indikator
Sustainable Development Goals (SDGs).

Gambar 3.17 Memasukkan 100 ml Gambar 3.18 Memasukkan 10


Air Kedalam Gelas Ukur. Tetes Ekstrak Lidah Mertua.

Gambar 3.19 Memasukkan 20 Gambar 3.20 Hasil ST Spray Room.


Tetes Ekstrak Kulit Jeruk Nipis.

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dibuat dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik diantaranya:

1. Observasi

Survei dilakukan di Sekolah Nurul ‘Ilmi Padangsidimpuan untuk pengambilan sampel


lidah mertua (Sansevieria trifasciata) sebagai bahan utama penelitian.

15
2. Tinjauan pustaka

Dalam melengkapi data-data yang dibutuhkan untuk penelitian, dilakukanlah studi literatur
untuk mempelajarinya dan melengkapi data dengan mengaitkan teori-teori dari berbagai sumber
untuk memperkuat data sebagai kajian teori.

3. Eksperimen

Eksperimen dilakukan dengan pembuatan produk spray room berbahan dasarkan lidah
mertua dengan menggunakan metode maserasi yang bertujuan untuk mendapatkan data
pemelitian,data akan dikumpulkan menjadi data yang sempurna dan memperkuat hasil
penelitian.

4. Dokumentasi

Untuk menjadikan data lebih lengkap,dilakukan pengambilan gambar disetiap


proses penelitian dan memperkuat bahwa penelitian dilakukan secara langsung dan
membuktikan bahwa semua proses penelitian ini dilakukan oleh sipeneliti.

16
BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1. Hasil Penelitian


Berikut ini merupakan tabel hasil ekstraksi pada daun lidah mertua (Sansiviera trivasciata).

Tabel 4.1. Tabel hasil ekstraksi daun lidah mertua

No Bahan Jumlah

1 Bubuk Sansiviera trivasciata 10 gr

2 Alkohol 96% 100 ml

3 Air pemanas 500 ml

Hasil ekstrak 2 ml

Pada table 4.1 dapat di lihat bahwa bubuk lidah mertua yang berjumlah 10 gr menghasilkan 2 ml
ekstrak kental dengan metode ekstraksi maserasi.

Berikut ini merupakan tabel hasil ekstraksi pada kulit jeruk nipis (Citrusa urantiifolia).

Tabel 4.2. Tabel hasil ekstraksi kulit jeruk nipis

No Bahan Jumlah

1 Bubuk Citrusa urantiifolia 10 gr

2 Alkohol 96% 100 ml

3 Air pemanas 500 ml

Hasil ekstrak 2 ml

17
Pada table 4.2 dapat di lihat bahwa bubuk kulit jeruk yang berjumlah 10 gr menghasilkan 2
ml ekstrak kental dengan metode ekstraksi maserasi.

Kedua ekstrak tersebut akan menjadi bahan dasar pembuatan ST Spray, yang mana
terdapat komposisi sebagai berikut.

Tabel 4.3. Tabel Komposisi ST Spray Room

No Bahan Jumlah

1 Ekstrak Sansiviera trivasciata 20 tetes

2 Ekstrak Citrusa urantiifolia 20 tetes

3 Air 100 ml

Pada table 4.3 dapat dilihat bahwa komposisi ST Spray terdiri dari 100 ml air, 20 tetes
ekstrak Sansiviera trivasciata dan 20 tetes ekstrak kulit jeruk.

1.2. Pengujian ST-Spray

Berikut merupakan tabel hasil pengujian ST-Spray terhadap jangkrik.

Tabel 4.4. Tabel hasil pengujian ST-Spray terhadap jangkrik.

Pengulanga Jumlah Kondisi jangkrik


n jangkrik
Asap obat Asap obat
nyamuk + nyamuk
ST- Spray

1 5 3 hidup 2 hidup

2 5 1 hidup 2 hidup

3 5 5 hidup 3 hidup

Rata-rata 3 2,3

18
1.3. Pembahasan
5.3.1. ST-Spray
ST- Spray dibuat dengan mencampurkan air, ekstrak Sansiviera trivasciata dan ekstrak
Citrus aurantiifolia. ST- Spray ditempatkan di dalam ruangan untuk memaksimalkan kualitas
udara di dalam sebuah ruangan. Kandungan ekstrak spray lidah mertua terkhususnya pregnant
glicosyde akan menguraikan zat polutan pada ruangan perkantoran.

Spray lidah mertua ini diekstrak dan dikelola menjadi spray otomatis, kandungan dari
ekstraknya akan dilepas ke ruang udara yang ada di ruangan, setelah itu akan terjadi reaksi
antara zat aktif pada ekstrak dengan polutan dan zat-zat kimia lain diudara. Maka akan terjadi
reaksi kimia seperti karbon dioksida yang diurai oleh zat aktif pada ekstrak menjadi karbon dan
oksigen yang dilepas ke udara.

Selain menyerap polutan, spray ini juga ditambah dengan aroma ekstrak kulit jeruk nipis
yang semakin menyegarkan udara di ruangan, dan spray ini juga bisa diisi ulang kembali. Maka
kehadiran spray otomatis lidah mertua ini merupakan terobosan terbaru yang mampu menjadi
solusi kesehatan dan kenyamanan para pekerja dan masyarakat yang umumnya lebih banyak
berada di dalam ruangan. Studi riset Jerman, Fraunhofer Gesellschaft mengungkapkan dalam
laporannya disebutkan, saat mencetak printer laser melepaskan emisi zat kimia organik volatile
(ozon), minyal silikon, parafin dan partikel-partikel yang sangat halus. jika printer laser sedang
bekerja akan tercium bau tertentu. Itulah ozon, zat kimia organik volatile yang disebut-sebut
dalam studi di atas. Jika konsentrasinya sangat tinggi, di atas 1ppm, ozon dapat menyebabkan
iritasi mata, hidung, tenggorokan dan paru-paru. Ini merupakan kasus yang bisa kita
alami, apalagi mereka yang menghabiskan waktu lebih lama di dalam ruangan.

Semakin lama pegawai bekerja disuatu tempat, semakin besar kemungkinan mereka
terpapar oleh faktor-faktor lingkungan kerja baik fisik maupun kimia yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja khususnya SBS yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan menurunnya produktifitas kerja seorang pegawai atau pekerja.

Jadi, masyarakat yang bekerja di tempat yang tertutup dan di dalam ruangan juga memiliki
resiko yang tinggi untuk terkena gejala dan SBS sendiri. Sehingga dari penelitian dan kasus
yang sudah ada, semakin meresahkan masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan diri.
Oleh karena itu, dengan adanya spray lidah mertua yang telah diekstrak dan dikemas secara
otomatis di dalam ruangan, mampu meminimalisir dan mencegah terjadinya gejala dan ciri SBS
19
pada para pegawai dan pekerja yang lebih lama di dalam ruangan. Karena berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh NASA sebelumnya, bahwa lidah mertua ternyata memiliki
kemampuan menyerap polutan yang ada di udara dan mampu mengubah beberapa polutan
tersebut menjadi oksigen yang siap dilepaskan ke udara kembali. Spray lidah mertua ini
merupakan solusi untuk memperbaiki kualitas udara dalam lingkup yang paling sederhana
terlebih dahulu yaitu dimulai dari ruang lingkup rumah dan ruang kerja.

5.3.2. Pengujian ST-Spray

Pengujian ST-Spray dilakukan dengan memeriksa ketahanan jangkrik di dalam sebuah


kotak yang di beri asap rokok. Perlakuan pertama kotak berukuran 20x20x20 cm di isi dengan 5
ekor jangkrik, asap obat nyamuk dan ST.Spray. Sedangkan perlakuan ke dua kotak berukuran
20x20x20 cm di isi dengan 5 ekor jangkrik dan asap obat nyamuk. Hasil yang didapatkan pada
percobaan 3 kali pengulangan yaitu, rata-rata tingkat ketahanan hidup dari jangkrik yang di beri
asap obat nyamuk beserta ST-Spray lebih tinggi dengan nilai 3, dibandingkan pada jangkrik yang
diberi asap obat nyamuk yang memiliki rata-rata tingkat ketahanan hidup jangrik yaitu 2,3. Maka
dapat di katakan bahwa udara di dalam kotak tersebut menjadi lebih berkualitas apabila
diberikan ST-Spray. Karena angka kematian jangkrik menjadi lebih rendah.

20
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ST spray dengan kandungan ekstrak lidah
mertua(SansevieriaTrifasciata)dengan kulit jeruk nipis (Citrusa urantiifolia)mampu mengatasi
polusi udara didalam sebuah ruangan karena kandungan yang dimilikinya antara lain berupa
Pregnant glikosida, sehingga permasalahan yang ada didalam ruang kerja atau yang biasa
disebut sebagai Sick Building Syndrom (SBS) dapat ditanggulangi dengan adanya ST Spray.

5.2 Saran
Diharapkan kepada peneliti untuk lebih mengembangkan inovasi Spray lidah Mertua ini
menjadi lebih baik lagi dan terus meneliti lebih jauh tentang setiap jenis polutan yang mampu
diserap oleh spray lidah mertua ini kedepannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, dkk, 2002. Sick Building Syndrome. Jurnal Med J Indonesia Vol.11 No.2, Jakarta.

Amiarsi,D.et al.2006.Pengaruh Jenis dan Perbandingan Pelarut terhadap Hasil Ekstraksi Minyak
Atsiri Mawar,in J.hort 16(4):356-359.

Fakuara Y.1996.Studi toleransi tanaman peneduh jalan kemampuandalammengurangi polusi


udara..Jurnaal Penelitian dan Karya Universitas Trisakti 2(7):70-79.

Gardner FP,Pearce RB,Mitchell RL.1991.Fisiologi Tanaman Budidaya.Susilo H,


penerjemah.Jakarta(ID):UI Pr.Terjemahan dari:Crop Physiology.

Harjadi,S.S.2009.Zat Pengatur Tumbuh Pengenalan dan Petunjuk Penggunaan pada


Tanaman.Cetakan 1.Penebar Swadaya,Jakarta.

Lingga,L.2005.Panduan Praktis Budidaya Sansevieria.Cetakan 1.Agromedia


Pustaka,Jakarta.

Purwanto AW.2006.Sansivieria Flora Cantik Penyerap Hasil


Pertanian,2010.http://agribisnis.deptan.go.id.[16 Februri 2011].
Solichatun,Anggarwulan E.2007. Kajian Klorofil dan Karotenoid Plantago major L.dan
Phaseolus vulgaris L. Sebagai bioindikator kualitas udara.Jurnal Biodiversitas 8(4):279-
282

Starkman ES.1969.Combustion Generated Air Polution.New York(US):Plenum Pr.

Stover H.1983.The Sanseviera Book.California(US):Endangered Spesies P.


Susilawati,E.2007.Spray dan pemanfaatannya.Dapartemen Agronomi dan Hortikultura.Fakultas
Pertanian.Insitut Pertanian Bogor.

Wattimena,G.A.1998.Zat Pengatur Tumbuh Tanaman.Pusat Antar Universitas dan


Lembaga Sumberdaya Informasi IPB.Bogor.

22
LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PESERTA

Biodata Ketua
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Nafisah Amelia Lubis
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. NISN 0069869403
4. Tempat dan Tanggal Natal,05 Oktober 2006
5. E-mail nafisahamelialubis@gmail.com
6. Nomor Telepon/HP 082297720805

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama SDN 358 SMP S NURUL ILMI SMA S NURUL ILMI
Institusi NATAL PADANGSIDEMPUAN PADANGSIDEMPUAN
Jurusan - - IPA
Tahun 2012-2018 2018-2021 2021-Sekarang

Biodata Anggota 1

A.Identitas Diri

1. Nama Lengkap Salwa Umairoh Rangkuti


2. Jenis Kelamin Perempuan
3. NISN 0067393583
4. Tempat dan Tanggal Huta Baru Siagian,13 juli 2006
5. E-mail Salwaray26@gmail.com
6. Nomor Telepon/HP 082276804294

23
B.Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA
Nama MIN SMP S NURUL ILMI SMA S NURUL ILMI
Institusi PANOBASA PADANGSIDEMPUAN PADANGSIDEMPUAN
N
Jurusan - - IPA
Tahun 2012-2018 2018-2021 2021-Sekarang

Biodata Anggota 2

A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Winda Sari Siregar
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. NISN 0061121645
4. Tempat dan Tanggal Padangsidimpuan,20 juni 2006
5. E-mail Saniafitria7@gmail.com
6. Nomor Telepon/HP 083877465829

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama SDN SMPN 1 SMA S NURUL ILMI
Institusi 200214 PADANGSIDIMPUAN PADANGSIDEMPUAN
Jurusan - - IPA
Tahun 2012-2018 2018-2021 2021-Sekarang

24

Anda mungkin juga menyukai