PROPOSAL
KELOMPOK 3
FARMASI 3C
Puji dan syukur kami persembahkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan proposal
penelitian dengan judul “FORMULASI SEDIAAN MASK POWDER (MASKER
BUBUK) DARI EKSTRAK ETANOL DAUN TEH HIJAU (Camellia sinensis
L.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN”
Penyusunan proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas matakuliah Bahan Alam Farmasi. Penyusunannya dapat terlaksana dengan
baik berkat dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Hendy Suhendy, M.Si dan Diana Sri Zustika, M.Si selaku dosen
matakuliah Bahan Alam Farmasi;
2. Ihsan Meliyandi, S.Farm., Apt dan Lena Siti Nurjanah, S. Farm selaku
asisten dosen matakuliah Bahan Alam Farmasi;
3. Teman-teman satu angkatan yang selalu memberikan motivasi,
dukungan dan semangat; dan
4. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu – persatu yang
telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan proposal penelitian ini.
Walaupun demikian, dalam laporan penelitian ini, peneliti menyadari
masih belum sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik
demi kesempurnaan penelitian ini. Namun demikian adanya, semoga proposal
penelitian ini dapat dijadikan acuan tindak lanjut penelitian selanjutnya dan
bermanfaat bagi kita semua.
Peneliti
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Lat
ar Belakang 1
1.2. Ide
ntifikasi Masalah 3
1.3. Bat
asan Masalah 3
1.4. Ru
musan Masalah 3
1.5. Tuj
uan Penelitian 3
1.6. Ma
nfaat Penelitian 3
1.7. Lo
kasi dan Waktu Penelitian 4
3
2.7. Bentuk Sediaan 14
2.8. Parameter Standar Simplisia 16
2.9. Parameter Standar Ekstrak 17
4
5
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini, banyak kaum wanita yang menggunakan berbagai macam sediaan
kosmetika baik yang berfungsi untuk merawat kulit maupun untuk tata
rias. Salah satu sediaan kosmetika yaitu masker wajah, saat ini banyak
masker wajah yang terbuat dari tanaman-tanaman herbal. Hal ini dapat
Masker wajah adalah masker kecantikan yang berwujud sediaan gel, pasta
nutrisi pada jaringan kulit. Masker wajah juga berfungsi sebagai pembawa
tumbuhan, minyak esensial, atau rumput laut yang dapat diserap oleh
2009).
Camellia sinensis yang dikenal dengan teh berasal dari Cina. Camellia
6
permukaan laut. Tanaman teh memiliki manfaat diantaranya sebagai anti
aktif seperti katekin, asam amino, gula, polifenol oksidasi, klorofil dan
dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif.
Salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif adalah radikal bebas, senyawa
(Winarsi, 2007).
mengembalikan sel kulit mati dengan sel kulit baru serta dapat
7
1.2. Identifikasi Masalah
berikut:
8
2. Bagi akademisi, diharapkan penelitian ini menjadi pengetahuan
tambahan.
antioksidan.
1. Lokasi
Tasikmalaya.
2. Waktu Penelitian
2018.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembuatan proposal
(Camellia sinensis)
2. Sortasi
basah,pengeringan dan
pembuatan serbuk
simplisia
3. Skrining serbuk
9
simplisia dan Ekstraksi
4. Pembuatan Masker
6. Penyusunan Laporan
Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
2.1. Daun Teh
2.2. Morfologi
Dilihat dari warna dan bentuk dari daun-daun kelompok dan daun-
daun mahkota bunga, keduanya hampir sama. Kelompok daun itu akan
berjumlah antara 4-5 helai dan berwarna agak hijau. Sedangkan buah teh
mengandung 3 biji dan berwarna putih. Semakin tua warnanya akan
berubah coklat. Buah teh ini berbentuk bulat dan dan bergaris tengah 1,2
sampai 1,5 cm. (Muljana, 1993)
Batang pohon teh tumbuh dengan lurus dan banyak, akan tetapi batangnya
mempunyai ukuran yang lebih kecil. Dengan demikian maka pohon teh
ini akan tumbuh dengan bentuk yang mirip pohon cemara. Hal itu terjadi
jika pohon the dibiarkan tumbuh tanpa adanya pemangkasan. (Muljana, 1993)
11
Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh kecil setinggi 50–100 cm
dengan batang tegak dan bercabang-cabang. (Setyamidjaja, 2000)
2.3. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio: Spermatophyta
Sub Divisio: Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Guttiferales
Famili : Theacceae
Genus : Camellia
Species : Camellia sinensis
2.4.1.1. Katekin
12
aktivitas antioksidan berkat gugus fenol yang dimilikinya. Struktur molekul
katekin memiliki dua gugus fenol (cincin A dan B) dan satu gugus dihidropiran
(cincin C), dikarenakan memiliki lebih dari satu gugus fenol, maka senyawa
katekin sering disebut senyawa polifenol.
Senyawa katekin merupakan senyawa yang paling penting pada daun teh
yang berfungsi sebagai antioksidan yang menyehatkan tubuh. Hasil penelitian
University of Kansas (2007) yang dipresentasikan di America Chemical
Society, menyatakan bahwa katekin dalam teh hijau berkemampuan 100 kali
lebih efektif untuk menetralisir radikal bebas daripada vitamin C dan 25 kali
lebih ampuh dari vitamin E.
Selain itu senyawa katekin juga berperan dalam menentukan sifat produk
teh seperti rasa, warna, dan aroma. Senyawa katekin dalam reaksinya dengan
kafein, protein, peptida, ion tembaga dan siklodekstrin membentuk beberapa
senyawa kompleks yang sangat berhubungan dengan rasa dan aroma. Katekin
menentukan warna seduhan terutama pada teh hitam, pada proses oksidasi
enzimatis (fermentasi) sebagaian katekin terurai menjadi senyawa theaflavin
yang berperan memberi warna kuning dan senyawa thearubigin yang berperan
memberi warna merah kecoklatan.
13
merupakan keharusan, mengingat katekin sengaja diubah menjadi theaflavin
dan thearubigin untuk menghasilkan cita rasa yang khas.
2.4.1.2. Flavanol
2.4.2.1. Karbohidrat
2.4.2.2. Pektin
14
Pektin terutama terdiri dari pektin dan asam pektat, dengan kandungan
berkisar antara 4,9-7,6% dari berat kering daun. Dalam proses pengolahan teh,
pektin akan terurai menjadi asam pektat dan metil alkohol, sebagian metil
alkohol akan menguap ke udara, tetapi sebagain lagi akan bereaksi dengan
asam-asam organik menjadi ester-ester yang berperan dalam menyusun aroma.
Adapun asam pektat dalam suasana asam akan membentuk gel, dimana gel ini
berfungsi untuk mempertahankan bentuk gulungan daun setelah digiling.
Selanjutnya gel akan membentuk lapisan dipermukaan daun teh, sehingga
berperan dalam mengendalikan proses oksidasi. Pada proses pengeringan
lapisan gel akan mengering membentuk lapisan mengkilat yang sering disebut
bloom dari teh.
2.4.2.3. Alkaloid
15
isoleusin. Adapun kandungan protein dan asam amino bebas pada daun teh
adalah berkisar antara 1,4 – 5 % dari berat kering daun, dimana kandungan
asam amino bebas pada C. Sinensis varietas sinensis lebih tinggi daripada C.
sinensis varietas assamica, sehingga seduhan C. sinensis varietas sinensis
memiliki aroma yang lebih baik.
Kandungan asam amino bebas pada daun teh sebanyak 50% didominasi
oleh asam amino L-theanin, sisanya berupa asam glutamat, asam aspartat, dan
arginin. L-theanin merupakan asam amino yang khas karena hanya ditemukan
didalam daun teh dan beberapa jenis jamur serta beberapa spesies Camellia
yaitu C. javonica dan C. sasanqua. Asam amino L-theanin telah terbukti
mendorong terbentuknya alfa didalam otak yang dapat memberikan rasa
tenang.
Kandungan zat warna dalam daun teh sekitar 0,019% dari berat kering
daun teh. Salah satu unsur penentu kualitas teh hijau adalah warnanya,
sehingga klorofil sangat berperan dalam warna hijau pada teh hijau. Dalam
proses oksidasi enzimatis pada pengolahan teh hitam, klorofil yang berwarna
hijau segar mengalami penguraian menjadi feofitin yang berwarna hitam.
Adapun sebagain zat warna karotenoid akan teroksidasi menjadi substansi
mudah menguap yang terdiri dari aldehid dan keton tak jenuh yang berperan
dalam aroma seduhan teh. Sedangkan sebagian lagi karotenoid akan berperan
dalam memberi warna kuning jingga.
Kandungan asam organik dalam daun teh berkisar 0,5-2% dari berat
kering daun. Adapun jenis asam organik yang terkandung dalam daun teh
adalah asam malat, asam sitrat, asam suksinat dan asam oksalat. Dalam proses
16
pengolahan teh, asam-asam organik tersebut akan bereaksi dengan metil
alkohol membentuk senyawa ester yang memiliki aroma yang enak.
2.4.2.7. Resin
2.4.2.8. Vitamin-vitamin
Pada daun teh terkandung beberapa jenis vitamin antara lain vitamin A,
B1, B2, B3, B5, C, E dan K. Pada umumnya vitamin-vitamin tersebut sangat
peka terhadap proses oksidasi dan suhu yang tinggi, sehingga kandungan
vitamin tersebut pada teh hijau (tanpa oksidasi) jauh lebih tinggi daripada teh
hitam. Selain itu teh hijau mempunyai kandungan vitamin B (B1, B2, B3, dan
B5) sepuluh kali lebih besar dibandingkan dengan yang terdapat pada serealia
dan sayur. Begitupun kandungan vitamin C lebih tinggi dari buah apel, tomat
ataupun jeruk. Adapun dalam satu cangkir teh hijau mengandung vitamin E
sebanyak 100-200 IU dan vitamin K sebanyak 300-500 IU.
2.4.2.9. Mineral
Kandungan mineral dalam daun teh sekitar 4-5% dari berat kering daun.
Jenis mineral yang terkandung dalam daun teh adalah K, Na, Mg, Ca, F, Zn,
Mn, Cu, dan Se. Dibandingkan dengan mineral lainnya F merupakan mineral
17
yang kandungan tertinggi dalam daun teh, yang mempunyai fungsi penting
dalam mempertahankan dan menguatkan gigi agar terhindar dari karies.
Aroma merupakan salah satu sifat yang penting sebagai penentu kualitas
teh, dimana aroma tersebut sangat erat hubungannya dengan substansi aromatis
yang terkandung dalam daun teh. Substansi aromatis pembentuk aroma teh
merupakan senyawa volatile (mudah menguap) baik yang terkandung secara
alamiah pada daun teh maupun yang terbentuk sebagai hasil reaksi biokimia
pada proses pengolahan teh (pelayuan, penggulungan, oksidasi enzimatis,
pengeringan). Substansi aromatis yang terkandung secara alamiah jumlahnya
jauh lebih sedikit daripada yang terbentuk selama proses pengolahan teh.
Adapun senyawa aromatis yang secara alamiah sudah ada pada daun teh
diantaranya adalah linalool, linalool oksida, pfhenuetanol, geraniol, benzil
alkohol, metil salisilat, n-heksanal dan cis-3-heksenol.
Saat ini telah teridentifikasi sekitar 638 senyawa yang bertanggung jawab
terhadap aroma teh. Adapun komponen senyawa tersebut adalah seperti yang
tertera pada tabel.
2.4.4. Enzim-enzim
18
Enzim lain yang terkandung dalam daun teh yang menentukan dalam
pembentukan sifat spesifik teh hitam adalah pektase dan klorofillasse yang
masing-masing aktif dalam reaksi perubahan pektin dan klorofil.
19
Teh hijau adalah sumber vitamin K. Daun hijau kering mengandung 1428
mikrogram vitamin K per 100 g daun dibandingkan dengan hanya 262
mikrogram per 100 g daun teh hitam kering. Jumlah vitamin K digunakan untuk
menyeduh teh dan jumlah teh yang dikonsumsi. (Aronson, JK. 2009)
20
2.6. Ekstraksi
Penyarian (ekstraksi) adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari
bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair, simplisia yang disari,
mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat yang tidak dapat larut seperti
serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. (Anonim. 1986)
Masker terdiri atas berbagai macam bentuk. Berikut ini adalah macam-
macam masker dan penggunaannya
21
2.7.2.1. Masker Bubuk
Masker ini terdiri dari bahan serbuk (kaolin, titanium dioksida, magnesium
karbonat), gliserin, air suling, hidrogen peroksida. Berfungsi memutihkan,
mengencangkan kulit. Dalam penggunaannya bahan bubuk tersebut
dicampurkan dengan aqua destilator atau air mawar hingga menjadi adonan
kental. Dalam membuat adonan tersebut memerlukan keahlian agar tidak terlalu
cair maupun tidak terlalu kental dan mudah dioleskan pada kulit wajah.
Masker ini membentuk tembus terang (transparan) pada kulit. Bahan dasar
atau basis adalah bersifat jelly dari gum, latex, dan biasanya dkemas dalam
tube. Penggunaannya langsung diratakan pada kulit wajah. Adapun cara
mengangkatnya dengan cara mengelupas, diangkat pelan-pelan secara utuh
mulai dagu keatas sampai jidat dan berakhir di dahi. Jenis masker yang ada
dipasaran biasanya tergantung merk ada untuk semua jenis kulit ada yang
dibedakan berdasarkan jenis kulit.
Masker ini dibuat dari bahan- bahan alami misalnya ekstrak dari buah-
buahan atau sayur-sayuran, kuning telur, putih telur, susu, madu, minyak zaitun
dan sebagainya.
Dalam hal ini sediaan masker yang akan dibuat adalah masker dalam
bentuk serbuk atau (pulvis). Sediaan serbuk sendiri merupakan campuran kering
bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian baik secara oral
atau untuk pemakaian luar seperti masker ini. Karena masker ini dalam bentuk
serbuk maka harus memenuhi persyaratan serbuk secara umum yaitu kering,
halus dan homogen. Selain itu juga harus memenuhi kriteria dari sediaan
22
masker itu sendiri yaitu cepat mengering dalam bentuk lapisan fi lm pada kulit
wajah tetapi dapat dengan mudah dibersihkan dengan proses pengelupasan,
memberikan rasa lembut dan kencang pada kulit wajah setelah pemakaian,
aman serta dermatologis dan tidak toksik.
23
untuk mengetahui kandungan mineral yang terkandung di dalam simplisia.
Persyaratan kadar abu total yaitu ≤ 7% b/b. Penetapan kadar sari larut air dan
kadar sari larut etanol dilakukan untuk mengetahui jumlah senyawa yang larut
dalam air dan etanol. Untuk menunjukkan apakah simplisia lebih tersari dalam
pelarut air atau dalam pelarut etanol. (Sutarna, T.H., dkk. 2013)
24
2.9.1.2. Uji Organoleptik
25
2.9.1.5. Uji Kandungan Kimia Ekstrak
Lebih kurang 2 gram sampai 3 gram ekstrak yang telah digerus dan
ditimbang seksama, dimasukan kedalam krus silikat yang telah dipijarkan dan
ditara, ratakan. Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan, timbang.
26
Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas. Saring melalui
kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa kertas dan kertas saring dalam krus yang
sama. Masukan filtrat kedalam krus. Uapakan, pijarkan ingga bobot tetap.
Timbang, hitung kadar abu terhada bahan yang telah dikeringkan diudara
(Depkes RI, 2000).
BAB III
METODE PENELITIAN
27
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel daun teh hijau Camellia
sinensis L diantaranya kantong plastik, pisau, gunting, kertas label dan alat tulis.
Untuk skrinning fitokimia dan identifikasi metabolit sekunder senyawa katekin
alat yang digunakan meliputi penumbuk, oven, rak tabung reaksi, pengaduk,
spatula, cawan porselin, kertas saring, corong kaca, maserator, gelas ukur, sarung
tangan, masker, hotplate, rotary vacuum evaporator.
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan berupa sampel daun teh hijau camellia sinensis L
dan bahan yang digunakan untuk menguji suatu kandungan total senyawa ialah
suatu pelarut yang sesuai dengan suatu sifat senyawa yang akan di uji. Pelarut
yang digunakan untuk ekstraksi daun teh hijan dengan senyawa target polifenol
khususnya ketekin.
Sampel daun teh hijau Camellia sinensis L dimana daun teh hijau ini
didapat kan dari Kabupaten Tasikmalaya. Daun teh hijau Camellia sinensis L
yang telah diambil, dicuci hingga bersih dengan air mengalir, setelah itu daun the
hijau tersebut di jemur hingga daun the hijau kering kemudian setelah itu daun the
hijau di blender hingga halus sampai menjadi serbuk , kemudian setelah itu serbuk
the hijau di saring dengan menggunakan pengayak mesh 230 dan kemudian
dimasukan kedalam kantung plastik pengayakan digunakan agar serbuk yang di
dapat akan lebih halus.
28
Pengumpulan dan penyiapan daun teh hijau, kemudian daun teh hijau
dicuci bersih, dikeringkan dan dimasukkan kedalam oven simplisia dengan suhu
50°C selama 1-2 hari. Daun teh hijau dinyatakan sudah kering jika mudah
dipatahkan.
Pada proses ekstraksi daun teh hijau digunakan metode ekstraksi panas
dengan alat soxhlet menggunakan pelarut etanol 96%v/v. Pemanasan dilakukan
pada suhu 70 – 80oC selama 3 hari. Proses ekstraksi dilakukan hingga serbuk
simplisia tersari sempurna yang ditandai dengan jernihnya pelarut yang menetes
dari kondensor kelabu alas bulat. Ekstrak cair yang diperoleh kemudian
dikentalkan dengan rotavapor sehingga bebas pelarut dan dipekatkan pada tangas
air hingga diperoleh ekstrak kental. (Sutarna, dkk. 2013)
29
3.3.3. Uji Saponin
Ekstrak kental 1mL direaksikan dengan larutan FeCl 10%, jika terjadi warna biru
tua atau hitam kehijauan menunjukan adanya tanin dan polifenol (Robinson,
1991)
1mL lrutan uji diuapkan di atas cawan porselin ingga diperoleh residu.
Hasil positif ditandai dengan bau khas yang dihasilkan oleh residu tersebut.
3.4. Formula
30
No Bahan Kegunaan Formula
(%)
3 Na CMC Pengikat
3.6.1. Pengujian Terhadap Sediaan Serbuk Masker Wajah Daun Teh Hijau
31
Serbuk sampel ditimbang sebanyak 10 gram, kemudian diayak dengan
ayakan bersusun dengan nomor mesh 5, 10, 18, 35, 120, 230, dan 325 selama 5
menit dengan kecepatan 80 rpm. Granul kemudian ditimbang dari masing-masing
nomor mesh pada ayakan. Ukuran granul dinyatakan dengan satuan mm sesuai
dengan diameter ayakan yang dilewati oleh 100 % granul.
Uji laju daya alir dilakukan dengan cara, serbuk sampel ditimbang
sebanyak 10 gram kemudian dimasukkan kedalam corong yang disumbat bagian
bawahnya. Corong di letakkan terlebih dahulu pada statif dan klem dengan tinggi
dasar corong 0,25 inci yang dibawahnya ada kertas grafik. Kemudian dihitung
waktu mengalir granul pada corong hingga berhenti mengalir menggunakan
stopwatch.
Untuk uji sudut istirahat, tinggi tumpukan granul dari uji laju alir tadi
diukur menggunakan jangka sorong. Setelah itu diukur diameter tumpukan granul
kemudian dihitung sudut istirahatnya.
3.6.2. Pengujian sediaan pasta hasil rekontruksi Serbuk Masker Wajah Daun
Teh Hijau
32
dan air memisah (Anonim, 2012). Uji daya serap air diukur sebagai bilangan air
yang digunakan untuk mengkarekterisasi basis absorpsi. (R.voight, 1971: 377)
3.6.2.2. Uji pH
Masker serbuk daun teh hijau yang telah berbentuk pasta ditimbang
sebanyak 1 gram kemudian diletakkan diatas obyek gelas setelah itu ditutup
kembali menggunakan obyek gelas yang lainnya lalu ditekan dengan beban 50
gram selama 1 menit. Diangkat salah satu objek gelas kemudian dicatat waktu
pelepasan sediaan dari obyek gelas.
33
Masker serbuk daun teh hijau yang telah berbentuk pasta dioleskan pada
lempeng kaca secara merata, kemudian diamati secara visual homogenitas dari
masker.
DAFTAR PUSTAKA
34
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Indonesia.
Aronson, JK. 2009. Meyler’s Side Effect of Herbal Medicines. United Kingdom:
Elsevier.
Ismail, I., Ningsi, S., Tahar, N., & Aswandi. 2014. PENGARUH JENIS
PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIKA SEDIAAN SERBUK
MASKER WAJAH KULIT BUAH SEMANGKA (CITRULLUS
VULGARIS SCHRAD). JF FIK UINAM. 2(2): 80-86.
Muchtar, J. 1988. Botani Tanaman Teh. Dalam Kursus Latihan Kerja Budidaya
Tanaman Teh Angkatan ke-1. Gambung: BPTK.
Nazarudin dan Paimin F.B. 1993. Teh, Pembudidayaan dan Pengolahan. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Robinson, T., 1991. The Organic Constituen of Higher Plants. 6th Edition.
Department of Biochemistry. University of Massachusetts
35
Siswoputranto, P.S. 1978. Perkembangan Teh, Kopi, dan Coklat Internasional.
Jakarta: Gramedia.
36