Oleh :
Vidya Febrasca T ( 31116146 )
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TOOT) mengelola iptek Tanaman Obat dan Obat Tradisional dalam mendukung
pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal, melalui penelitian, pengembangan,
pelatihan iptek, pelayanan iptek dan diseminasi (neliti, litbang).
B2P2TOOT bermula dari Kebun Koleksi Tanaman Obat, dirintis oleh R.M Santoso
Soerjokoesoemo sejak awal tahun kemerdekaan, menggambarkan semangat dari seorang
anak bangsa Nusantara yang tekun dan sangat mencintai budaya pengobatan nenek moyang.
Beliau mewariskan semangat dan kebun tersebut pada negara. Mulai April 1948, secara resmi
Kebun Koleksi TO tersebut dikelola oleh pemerintah di bawah Lembaga Eijkman dan diberi
nama “Hortus Medicus Tawangmangu (neliti, litbang).
Sejak tahun 2010, B2P2TOOT memprioritaskan pada Saintifikasi Jamu, dari hulu ke
hilir, mulai dari riset etnofarmakologi tumbuhan obat dan Jamu, pelestarian, budidaya,
pascapanen, riset praklinik, riset klinik, teknologi, manajemen bahan Jamu, pelatihan iptek,
pelayanan iptek, dan diseminasi sampai dengan peningkatan kemandirian masyarakat (neliti,
litbang).
B2P2TOOT bermula dari Kebun Koleksi Tanaman Obat, dirintis oleh R.M Santoso
Soerjokoesoemo sejak awal tahun kemerdekaan, menggambarkan semangat dari seorang
anak bangsa Nusantara yang tekun dan sangat mencintai budaya pengobatan nenek moyang.
Beliau mewariskan semangat dan kebun tersebut pada negara. Mulai April 1948, secara resmi
Kebun Koleksi TO tersebut dikelola oleh pemerintah di bawah Lembaga Eijkman dan diberi
nama “Hortus Medicus Tawangmangu” (Kemenkes).
Gambar 1.1. Hortus Medicus Tawangmangu
Transformasi
Keniscayaan, evolusi sebagai suatu organisasi terjadi karena Kepmenkes No. 149
tahun 1978 pada tanggal 28 April 1978, yang mentransformasi kebun koleksi menjadi Balai
Penelitian Tanaman Obat (BPTO) sebagai Unit Pelaksana Teknis di Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan. Transformasi I ini sebagai lembaga Iptek
memberikan nuansa dan semangat baru dalam mengelola tanaman obat (TO) dan potensi-
potensi TO sebagai bahan Jamu untuk pencegahan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
rakyat (Kemenkes).
Evolusi organisasi berlanjut pada tahun 2006, dengan Permenkes No. 491 tahun 2006
tanggal 17 Juli 2006, BPTO bertransformasi menjadi Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT). Transformasi II ini
memberikan amanah untuk melestarikan, membudayakan, dan mengembangkan TOOT
dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Kemenkes).
Gambar 1.4. Kantor Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TOOT)
2. Mendorong terbentuknya jejaring tenaga kesehatan sebagai pelaku “yankes Jamu” dan
“penelitian Jamu”, baik promotif, preventif, kuratif, dan paliatif.
4. Mengatur penyediaan data dan informasi tentang Jamu untuk mendukung Jamu evidence
based decision making dalam upaya pengintegrasian Jamu dalam pelayanan kesehatan
(Aditama, 2015).
Saintifikasi Jamu
Untuk menjamin tersedianya Jamu yang aman, berkhasiat dan bermutu, Pemerintah
Indonesia melakukan langkah dan upaya untuk menjamin keamanan Jamu. Untuk
memperkuat data dan informasi ilmiah tentang Jamu -utamanya formula Jamu-. Pemerintah
Indonesia melaksanakan Program Saintifikasi Jamu atau Scientific Based Jamu Development
, yaitu penelitian berbasis pelayanan yang mencakup Pengembangan Tanaman Obat menjadi
Jamu Saintifik, meliputi tahap-tahap :
1. Studi etnofarmakologi untuk mendapatkan base-line data terkait penggunaan tanaman obat
secara tradisional.
4. Jamu yang terbukti berkhasiat dan aman dapat digunakan dalam sistem pelayanan
kesehatan formal (Aditama, 2015).
Jamu saintifik yang dihasilkan dari program digunakan untuk terapi komplementer di
fasilitas pelayanan kesehatan dan dijadikan pilihan masyarakat jika mereka menginginkan
untuk mengonsumsi Jamu saja sebagai subyek dalam upaya preventif, promotif, kuratif,
rehabilitatif dan paliatif. Jamu Saintifik, yakni jamu yang sudah terbukti manfaat dan
khasiatnya melalui uji klinik. Tahun 2013 terdapat dua Jamu Saintifik, yakni Formula Jamu
Asam Urat dan Formula Jamu Penurun Hipertensi ringan. Dewasa ini sudah tersedia dua
Jamu Saintifik, yaitu untuk hipertensi ringan dan untuk hiperurisemia (Aditama, 2015).
Dalam pelaksanaannya, program saintifikasi jamu dikelola oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, dalam hal ini ditangani oleh Balai
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional di Tawangmangu.
Kegiatan melibatkan dokter dan apoteker yang secara berkala dilatih dan jumlahnya
meningkat dari waktu ke waktu. Program ini memberikan landasan ilmiah (evidence based)
penggunaan Jamu empiris. Selain itu, keberadaan para penelitinya juga akan mendorong
terbentuknya jejaring tenaga kesehatan sebagai pelaku “pelayanan kesehatan Jamu” dan
“penelitian jamu”, untuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan paliatif. Jejaring ini dibuat
untuk :
1. Turut menyiapkan regulasi mendukung saintifikasi jamu, seperti peraturan daerah, tarif,
standar,dll.
Selain dokter-dokter yang telah mengikuti Pelatihan Sainifikas Jamu, maka sebagian
dokter juga termasuk dalam organisasi Praktisi Herbal a.l :
6. Pengembangan produk Jamu Saintifik: bentuk sediaan yang praktis (Aditama, 2015).
Fasilitas Pelayanan
Klinik Jamu, dapat merupakan praktek dokter atau dokter gigi baik perorangan
maupun berkelompok Sentar Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T).
Penelitian
Jamu yang diberikan kepada pasien dalam rangka penelitian berbasis pelayanan
kesehatan hanya dapat diberikan setelah mendapatkan persetujuan tindakan (informed
consen) dari pasien. Persetujuan diberikan setelah pasien mendapatkan penjelasan dan
diberikan secara lisan atau tertulis sesuai dengan ketentuan perundang – undangan yang
berlaku. Tenaga kesehatan dan tenaga lainnya yang melakukan penelitian berbasis pelayanan
amu kepada pasien harus melakukan pencatatan dalam rekam medis (medical report) yang
dibuat tersendiri sesuai dengan pedoman pelayanan jamu di fasilitas kesehatan. Pelaksanaan
kegiatan penelitian dan ethical clearance penelitian jamu dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan perundang – undangan yang berlaku. Tarif yang ditetapkan di fasilitas pelayanan
kesehatan yang mempunyai kegiatan Saintifikasi Jamu dalam penelitian berbasis pelayanan
kesehatan harus murah dan terjangkau oleh masyarakat. Pendapatan yang diperoleh oleh
fasilitas pelayanan pemerintah harus merupakan pendapatan Negara bukan pajak dan
dilaksanakan sesuai dengan perauran perundang – undangan yang berlaku (Kemenkes, 2011).
Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawasan Saintifikasi Jamu dilakukan oleh Mentri, Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota yang dalam pelaksanaannya membentuk Komisi
Nasional/Daerah Saintifikasi Jamu. Keanggotaan Komisi Nasional/Daerah Saintifikasi Jamu
terdiri dari pakar/ahli yang berasal dari institusi yang berkaitan dengan jamu, organisasi
profesi, produsen jamu dan masyarakat (Kemenkes, 2011).
Gambar 1.7. Contoh Griya Jamu di Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Mediscus B2P2TO-OT
Tawangmangu
Gambar 1.8. Contoh Ruang Peracikan di Griya Jamu Klinik Saintifikasi Jamu Hortus
Mediscus B2P2TO-OT Tawangmangu
Anonim.http://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id/page=postcont&postid=2&content=Sejar
ah
Aditama, Yoga, Tjandra, Prof, dr. 2014. Jamu & Kesehatan Edisi II. Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan