NIM : 31116146
Kelas : 2C
GOLONGAN ANTIBIOTIK
1. Golongan β –laktam
Antibiotik beta-laktam adalah golongan antibiotika yang memiliki
kesamaan komponen struktur berupa adanya cincin beta-laktam dan
umumnya digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri.
Antibiotik beta laktam merupakan golongan antibiotika yang pertama kali
ditemukan. Meskipun sampai sekarang banyak golongan antibiotika dengan berbagai variasi sifat
dan efaktivitasnya terhadap bakteri, namun demikian antibiotika ini masih sering dipergunakan
sebagai obat pertama dalam mengatasi suatu infeksi. Golongan antibiotika ini secara umum tidak
tahan terhadap pemanasan, mudah rusak suasana asam dan basa serta dapat diinaktifkan oleh
enzim beta laktamase.
AZTREONAM
Indikasi:
alergi terhadap antibiotik beta-laktam, ganguan fungsi hati, pada gangguan fungsi ginjal
dosis perlu disesuaikan.
Kontraindikasi:
Efek Samping:
mual, muntah, diare, kram abdomen, gangguan pengecapan, ulkus mulut, ikterus dan
hepatitis, gangguan darah (trombositopenia dan netropenia), urtikaria dan ruam.
Dosis:
injeksi intramuskuler atau injeksi intravena selama 3-5 menit atau infus intravena. 1 g
tiap 8 jam atau 2 g tiap 12 jam untuk infeksi berat. Dosis lebih dari 1g hanya diberikan
secara intravena.
BAYI di atas 1 minggu: 30 mg/kg bb, intravena tiap 8 jam. ANAK di atas 2 tahun atau
infeksi berat, 50 mg/kg bb tiap 6-8 jam, maksimum 8 g per hari.
Infeksi saluran kemih, 0,5-1 g tiap 8-12 jam. Gonore dan sistitis, 1 g dosis tunggal.
DORIPENEM
Indikasi:
Peringatan:
Interaksi:
Kontraindikasi:
hipersensitif.
Efek Samping:
sakit kepala, diare, mual, pruritus, infeksi vulvomikosis, kenaikan enzim hati, ruam,
flebitis.
Dosis:
Lama pengobatan biasanya 5-14 hari tergantung pada tempat dan beratnya infeksi
serta respons klinis pasien. Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 18 tahun karena data
keamanan dan efektivitas belum mencukupi. Tidak dianjurkan untuk pasien yang
sedang menjalani hemodialisa.
ERTAPENEM
Indikasi:
Terapi infeksi sedang hingga berat pada pasien dewasa yang disebabkan oleh strain
mikroorganisme yang peka dan diduga atau terbukti resisten terhadap antibiotik lain,
atau pasien yang tidak dapat mentolerir antibiotik lain pada infeksi intra abdominal
yang kompleks, infeksi kulit dan struktur kulit yang kompleks, Community Acquired
Pneumonia (CAP), infeksi saluran kemih yang kompleks termasuk pielonefritis, infeksi
pelvis akut termasuk endomiometritis postpartum, infeksi pasca bedah ginekologi dan
abortus septik.
Peringatan:
Hipersensitivitas (antibiotik beta-laktam), gangguan sistem saraf pusat (lesi otak atau r
iwayat kejang), gangguan fungsi ginjal, kehamilan, anak dibawah 18 tahun, lansia.
Interaksi:
Kontraindikasi:
Efek Samping:
Umum: sakit kepala, komplikasi area vena, flebitis/tromboflebitis, diare, mual, muntah,
ruam, vaginitis. Tidak umum: pusing, somnolen, insomnia, kejang, bingung, ekstravasasi,
hipotensi, sesak napas, kandidiasis mulut, konstipasi, regurgitasi asam, C.
difficile karena diare, mulut kering, dispepsia, anoreksia, eritema, pruritus, nyeri
abdomen, gangguan pengecapan, astenia/letih, kandidiasis, udem/bengkak, nyeri, nyeri
dada, pruritus vagina, reaksi alergi, malaise, infeksi jamur. Frekuensi tidak diketahui:
reaksi anafilaksis, perubahan status mental (agitasi, agresi, mengigau, disorientasi),
penurunan tingkat kesadaran, diskinesia, gangguan cara berjalan, halusinasi, mioklonus,
tremor, gigi berwarna, urtikaria, Drug Rash with Eosinophilia and Systemic
Symptoms (DRESS syndrome), lemah otot, uji laboratorium: peningkatan ALT, AST
alkalin fosfat dan angka platelet.
Dosis:
Dewasa, dosis lazim 1 g sekali sehari. Diberikan melalui infus intravena atau injeksi
intramuskular. Bila diberikan intravena, ertapenem harus diinfus selama > 30 menit.
Penggunaan intramuskular dapat digunakan sebagai alternatif dari pemberian
intravena pada kondisi dimana terapi intramuskular merupakan cara yang sesuai.
Lama terapi ertapenem biasanya 3-14 hari tapi dapat bervariasi tergantung dari jenis
infeksi dan patogen penyebabnya (lihat indikasi). Jika diindikasikan secara klinis,
perpindahan ke antibiotik oral dapat dilakukan jika terlihat perbaikan klinis.
infeksi gram positif dan gram negatif, aerobik dan anaerobik, profilaksis bedah. Tidak
dianjurkan untuk infeksi SSP.
Peringatan:
Kontraindikasi:
Efek Samping:
injeksi intramuskuler: Infeksi ringan dan sedang 500-750 mg tiap 12 jam. Uretritis dan
servisitis gonokokus, 500 mg dosis tunggal.
Injeksi intravena: 1-2 gram per hari (dalam 3-4 kali pemberian). Untuk kuman yang
kurang sensitif, 50 mg/kg bb/hari (maksimum 4 g/hari). ANAK di atas 3 bulan, 60
mg/kgbb (maksimum 2 g/hari) dibagi dalam 3-4 dosis.
Profilaksis bedah, 1 gram intravena, pada waktu induksi anestesi, diulangi 3 jam
kemudian. Pada operasi dengan risiko infeksi tinggi (misal: kolorektal) dilanjutkan 500
mg,
8 dan 16 jam setelah induksi.
MEROPENEM
Indikasi:
Peringatan:
Efek Samping:
mual, muntah, diare, nyeri perut, gangguan uji fungsi hati, trombositopenia, uji Coombs
positif, eosinofilia, netropenia, sakit kepala, parestesia, reaksi lokal.
Dosis:
injeksi intravena, 500 mg tiap 8 jam. Dapat ditingkatkan dua kali lipat pada infeksi
nosokomial (pneumonia, peritonitis, septikemia dan infeksi pada pasien dengan
netropenia). ANAK 3 bulan sampai 12 tahun, 10-20 mg/kg bb tiap 8 jam. Berat badan
lebih dari 50 kg diberikan dosis DEWASA.Meningitis, 2 g tiap 8 jam. ANAK 40 mg/kg bb
tiap 8 jam.Infeksi saluran napas bawah kronik pada fibrosis kistik, 2 g tiap 8 jam. ANAK
4-12 tahun, 25-40 mg/kg bb tiap 8 jam.
2. Golongan tetrasiklin
DEMEKLOSIKLIN
Indikasi:
Peringatan:
lihat tetrasiklin
Kontraindikasi:
lihat tetrasiklin.
Efek Samping:
Dosis:
DOKSISIKLIN
Indikasi:
Pada akne berat yang disebabkan oleh acne vulgaris, doksisiklin mungkin berguna
debagai terapi pendukung. Leptospirosis yang disebabkan oleh genus Leptospira.
Kolera yang disebabkan oleh Vibrio cholerae.
Doksisiklin diindikasikan untuk profilaksis pada keadaan sebagai berikut: Scrub typhus
yang disebabkan oleh Rickettsia tsutsugamushi; Traveler’s diarrhea yang disebabkan
oleh enterotoxigenic Eschericia coli.
Peringatan:
lihat keterangan di atas. Boleh digunakan pada gangguan fungsi ginjal; ketergantungan
alkohol, fotosensitifitas (hindari paparan dengan sinar matahari atau sinar lampu);
hindarkan pada porfiria.
Kontraindikasi:
Efek Samping:
Dosis:
Dosis lazim dewasa: 200 mg pada hari pertama (diberikan sebagai dosis tunggal atau
100 mg setiap 12 jam) diikuti dengan dosis pemeliharaan 100 mg/hari (diberikan
sebagai dosis tunggal atau sebagai dosis 50 mg setiap 12 jam). Untuk mengatasi infeksi
yang lebih berat (terutama infeksi saluran kemih kronis), 200 mg sehari selama perioda
terapi.
Anak di atas 8 tahun: Dosis yang dianjurkan pada anak BB kurang dari atau sama
dengan 45 kg adalah 4,4 mg/kg bb (sebagai dosis tunggal atau dosis terbagi dua pada
hari pertama), diikuti dengan 2,2 mg/kg bb (dosis tunggal atau dosis terbagi dua) pada
hari yang berurutan. Pada infeksi yang lebih berat, bisa hingga 4,4 kg/bb.Anak dengan
berat badan lebih dari 45 kg: sama dengan dosis dewasa.
Catatan: kapsul harus ditelan dalam bentuk utuh bersama dengan makanan dan air
yang cukup, dalam posisi duduk atau berdiri. Jika terjadi iritasi lambung, dianjurkan
untuk diminum dengan makanan atau susu. Absorpsi doksisiklin tidak dipengaruhi oleh
adanya makanan atau susu.
MINOSIKLIN
Indikasi:
lihat tetrasiklin.
Kontraindikasi:
Efek Samping:
lihat juga tetrasiklin; sakit kepala dan vertigo (lebih sering pada wanita); dermatitis
eksfoliatif, pigmentasi (kadang-kadang ireversibel), SLE dan kerusakan hepar.
Dosis:
100 mg dua kali sehari. Akne: 50 mg dua kali sehari atau 100 mg sekali sehari selama 6
minggu atau lebih.Gonore: dosis awal 200 mg, dilanjutkan 100 mg tiap 12 jam selama
paling sedikit 4 hari untuk laki-laki. Untuk wanita perlu lebih lama.
OKSITETRASIKLIN
Indikasi:
lihat tetrasiklin.
Peringatan:
Kontraindikasi:
Efek Samping:
lihat tetrasiklin.
Dosis:
TETRASIKLIN
Indikasi:
Peringatan:
gangguan fungsi hati (hindari pemberian secara intravena), gangguan fungsi ginjal
(lihat Lampiran 3), kadang-kadang menimbulkan fotosensitivitas.
Interaksi:
Efek Samping:
mual, muntah, diare, eritema (hentikan pengobatan), sakit kepala dan gangguan
penglihatan dapat merupakan petunjuk peningkatan tekanan intrakranial,
hepatotoksisitas, pankreatitis dan kolitis.
Dosis:
oral: 250 mg tiap 6 jam. Pada infeksi berat dapat ditingkatkan sampai 500 mg tiap 6-8
jam.Sifilis primer, sekunder dan laten: 500 mg tiap 6-8 jam selama 15 hari.Uretritis non
gonokokus: 500 mg tiap 6 jam selama 7-14 hari (21 hari bila pengobatan pertama gagal
atau bila kambuh).
Catatan:
tablet atau kapsul harus ditelan bersama air yang cukup, dalam posisi duduk atau
berdiri.
TIGESIKLIN
Indikasi:
Interaksi:
Kontraindikasi:
riwayat hipersensitif.
Efek Samping:
mual, muntah,diare, nyeri perut, sakit kepala, hipoproteinemia, peningkatan SGPT dan
SGOT, ruam, peningkatan amilase, peningkatan BUN, phlebitis, dispepsia.
Dosis:
Dosis awal 100 mg, dilanjutkan dengan dosis 50 mg setiap 12 jam. Infus intravena
tigesiklin sebaiknya diberikan selama kira-kira 30 hingga 60 menit setiap 12 jam. Lama
pengobatan untuk komplikasi kulit atau komplikasi intra abdominal adalah 5 sampai 14
hari. Durasi pengobatan sebaiknya disesuaikan dengan tingkat keparahan, tempat
infeksi, kondisi klinis pasien dan hasil pemeriksaan bakteri.
Pasien dengan gangguan fungsi hati berat: dosis awal 100 mg dilanjutkan dengan
penyesuaian dosis menjadi 25 mg setiap 12 jam.
Indikasi: Tuberkulosis, dalam kombinasi dengan obat lain. Leprae Profilaksis meningitis
meningococcal dan infeksi haemophilus influenzae. Brucellosis, penyakit legionnaires,
endocarditis dan infeksi staphylococcus yang berat dalam kombinasi dengan obat lain.
Kontra Indikasi: Hipersensitivitas terhadap rifampisin atau komponen lain yang
terdapat dalam sediaan Penggunaan bersama amprenavir, saquinafir/rotonavir
(kemungkinan dengan proease inhibitor), jaundice (penyakit kuning) Dosis dan Cara
Pemakaian: Oral (Dosis IV infusi sama dengan pemberian peroral) Terapi Tuberkulosis
Catatan: Regimen empat obat (isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol) lebih
disukai untuk pengobatan awal, empirik TB Dosis Bayi dan anak-anak < 12 tahun Terapi
harian: 10-20 mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal (maksimal 600 mg/hari) Dua
kali seminggu DOT (directly observed therapy): 10-20 mg/kg (maksimal 600 mg/hari)
Dosis Dewasa Terapi harian: 10 mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal (maksimal
600 mg/hari) Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy): 10 mg/kg (maksimal
600 mg/hari) 3 kali/minggu: 10 mg/kg (maksimal 600 mg/hari) Infeksi tuberkulosis
latent (yang belum nampak): sebagai alternatif untuk isoniazid: Anak-anak: 10-20
mg/kg/perhari (maksimal: 600 mg/hari) selama 6 bulan Dewasa: 10 mg/kg/hari
(maksimal: 600 mg/hari) selama 4 bulan Profilaksis H. Influenzae (unlabeled use) Bayi
dan anak-anak: 20 mg/kg/hari tiap 24 jam selama 4 hari, tidak lebih dari 600 mg/dosis
Dewasa: 600 mg setiap 24 jam selama 4 hari dewasa: Multibacillary: 600 mg sekali
sebulan selama 24 bulan dalam kombinasi dengan ofloksasin dan minosiklin
Paucibacillary: 600 mg sekali sebulan selama 6 bulan dalam kombinasi dengan dapson
Lesi tunggal: 600 mg sebagai dosis tunggal dalam kombinasi dengan ofloksasin 400 mg
dan minosiklin 100 mg Profilaksis meningitis meningococcal. Bayi, 1 bulan: 10
mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam selama 2 hari Bayi = 1 bulan dan anak-
anak: 20 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam selama 2 hari (maksimal 600
mg/dosis) Dewasa: 600 mg tiap 12 jam selama 2 hari Staphylococcus aureus pada nasal
carrier (unlabeled use): Anak-anak: 15 mg/kg/hari dibagi tiap 12 jam selama 5-10 hari
dalam kobinasi dengan antibiotik lain Dewasa: 600 mg/hari selama 5-10 hari dalam
kombinasi dengan antibiotik lain Penyesuaian dosis pada pasien dengan kerusakan
hepar: penurunan dosis diperlukan untuk meurunkan hepatotoksisitas Hemodialysis
atau peritoneal dialysis: konsentreasi plasma rifampisin tidak signifikan dipengaruhi
oleh hemodialisis atau dialisis peritoneal. Efek Samping: Gangguan saluran cerna
seperti anoreksia, mual, muntah, diare (dilaporkan terjadi kolitis karena penggunaan
antibiotika) sakit kepala, drowsiness gejala berikut terjadi terutama pada terapi
intermitten termasuk gelala mirip influenza (dengan chills, demam, dizziness, nyeri
tulang), gejala pada respirasi (termasuk sesak nafas), kolaps dan shock, anemia
hemolitik, gagal ginjal akut, dan trombositopenia purpura; gangguan fungsi liver,
jaundice(penyakit kuning); flushing, urtikaria dan rash; efek samping lain dilaporkan:
edema, muscular weakness dan myopathy, dermatitis exfoliative, toxic epidermal
necrolysis, reaksi pemphigoid, leucopenia, eosinophilia, gangguan menstruasi urin,
saliva dan sekresitubuh yang lain berwarna orange-merah tromboflebitis dilaporkan
pada penggunaan secara infus pada periode yang lama. Peringatan dan atau Perhatian:
Kerusakan hati (periksa tes fungsi hati dan pemeriksaan darah pada gangguan hati,
ketergantungan alkohol, dan pada terapi dalam jangka waktu yang lama) kerusakan
ginjal (jika digunakan dosis di atas 600 mg sehari) kehamilan dan menyusui porfiria
Penting: pasien yang menggunakan hormon kontrasepsi disarankan untuk
menggantinya dengan alternatif kontrasepsi lain seperti IUD, karena efek obat
kontrasepsi menjadi tidak efektif akibat adanya interaksi obat. Bentuk dan Kekuatan
Sediaan: 1. Kapsul: 150 mg, 300 mg, 450 mg, 600 mg 2. Sirup: 20 mg/ml, 100 mg/120
ml Penyimpanan dan Stabilitas: Serbuk rifampisin berwarna merah kecoklatan. Vial
yang utuh harus disimpan pada suhu kamar dan dihindarkan dari cahaya dan panas
yang berlebihan. Rekonstitusi serbuk untuk injeksi dengan SWFI untuk injeksi larutkan
dalam sejumlah volume yg tepat dengan cairan yang kompatibel (contoh: 100 ml D5W).
Vial yang telah direkontitusi stabil selama 24 jam pada suhu kamar. Stabilitas
parenteral admixture pada penyimpanan suhu kamar (25°C) adalah 4 jam untuk pelarut
D5W dan 24 jam untuk pelarut NS.
4. Golongan aminoglikosida-aminosiklitol
Golongan ini ditemukan dalam rangka mencari anti mikroba untuk mengatasi kuman
gram negative. Tahun 1943 berhasil diisolasi suatu turunan Streptomyces griseus yang
menghasilkan streptomisin,yang aktif terutama terhadap mikroba gram negative
termasuk terhadap basil tuberkolusis.
Kemudian ditemukan lagi berbagai antibiotic lain yang bersifat mirip streptomisin
sehingga antibiotic ini dimasukan dalam satu kelompok yaitu antibiotic golongan
aminoglikosida. Golongan ini mempunyai 2 atau 3 gugusan amino pada rumus
molekulnya.
Jika terjadi gangguan fungsi ginjal (atau kadar serum yang tinggi sebelum pemberian
obat), interval pemberian harus diperpanjang. Jika gangguan fungsi ginjal berat, maka
dosis sebaiknya diturunkan.
KADAR SERUM. Pemantauan kadar obat dalam serum dapat menghindari kadar yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah, sehingga dapat mencegah toksisitas dan juga
menjamin efikasi. Pada pasien dengan fungsi ginjal normal, kadar aminoglikosida
sebaiknya diukur setelah 3 atau 4 regimen dosis ganda harian. Pasien dengan gangguan
ginjal memerlukan pengukuran kadar aminoglikosida yang lebih awal dan lebih sering.
Untuk regimen dosis ganda harian, sampel darah sebaiknya diambil kira-kira 1 jam
setelah pemberian intramuskular atau intravena (kadar puncak) dan juga sesaat
sebelum pemberian dosis berikutnya (kadar terendah). Untuk regimen dosis sekali
sehari, lihat panduan pemantauan kadar serum. Pengukuran kadar serum sebaiknya
dilakukan pada semua pasien, termasuk anak, bayi, neonatus, lansia, dan pasien obes
dan fibrosis sistik, atau pada pemberian dosis tinggi atau pada gangguan ginjal.
Dosis satu kali sehari. Aminoglikosida umumnya diberikan 2-3 kali sehari dalam dosis
terbagi, namun sekarang lebih sering digunakan dosis satu kali sehari asalkan kadar
serum memadai. Namun demikian sebaiknya mengacu pada panduan lokal mengenai
kesetaraan dosis dengan kadar dalam serum.
Fibrosis sistik. Untuk anak dengan fibrosis sistik kadang diperlukan aminoglikosida
secara parenteral dalam dosis yang lebih tinggi karena klirens aminoglikosida
meningkat. Tobramisin dalam sediaan nebulizer dapat digunakan untuk infeksi paru
oleh pseudomonas pada fibrosis sistik, namun resistensi dapat terjadi dan pada
beberapa anak tidak responsif terhadap obat.
Endokarditis. Gentamisin digunakan dalam kombinasi dengan antibiotik lain untuk
terapi endokarditis bakterial. Kadar serum gentamisin sebaiknya diukur dua kali
seminggu dan perlu lebih sering pada gangguan ginjal. Streptomisin dapat digunakan
sebagai alternatif dalam endokarditis enterokokal yang resisten terhadap
gentamisin. Gentamisin merupakan aminoglikosida yang banyak dipilih dan digunakan
secara luas untuk terapi infeksi serius. Gentamisin memiliki spektrum antibakteri yang
luas, tapi tidak efektif terhadap kuman anaerob, serta memiliki aktifitas yang lemah
terhadap Streptococcus hemolyticus dan pneumokokus. Bila digunakan pada terapi
infeksi berat yang tidak berdasarkan diagnosa yang belum diketahui penyebabnya,
sebaiknya dikombinasi dengan penisilin dan/atau metronidazol. Gentamisin digunakan
dalam kombinasi dengan antibiotik lain untuk terapi endokarditis.
Dosis muatan dan dosis pemeliharaan gentamisin dapat dihitung berdasarkan berat
badan pasien dan fungsi ginjal (misalnya: menggunakan nomogram); penyesuaian dosis
dilakukan berdasarkan kadar gentamisin dalam serum. Dosis tinggi kadang
diindikasikan pada infeksi berat, terutama pada neonatal atau
pasien immunocompromised. Sebaiknya pemberian jangan lebih dari 7
hari. Amikasin lebih stabil daripada gentamisin terhadap inaktivasi enzim. Amikasin
digunakan pada terapi infeksi serius yang disebabkan oleh basilus Gram negatif yang
resisten terhadap gentamisin.
Netilmisin memiliki aktivitas yang sama dengan gentamisin, namun ototoksisitas lebih
jarang terjadi pada pasien yang memerlukan terapi lebih dari 10 hari. Netilmisin aktif
terhadap sejumlah basilus Gram-negatif yang resisten terhadap gentamisin namun
dibandingkan gentamisin atau tobramisin, kurang efektif terhadap Pseudomonas
aeruginosa.
Tobramisin memiliki aktivitas yang serupa dengan gentamisin. Dibandingkan dengan
gentamisin, tobramisin sedikit lebih aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa, tapi
kurang aktif terhadap kuman gram negatif lainnya. Tobramisin dapat diberikan melalui
nebulizer berdasarkan siklus dasar (28 hari diberi tobramisin diikuti dengan periode 28
hari bebas tobramisin) untuk terapi infeksi paru kronis fibrosis sistik
karena Pseudomonas aeruginosa. Namun, resistensi dapat muncul sehingga beberapa
pasien tidak responsif terhadap terapi.
Neomisin terlalu toksik bila diberikan secara parenteral. Obat ini hanya digunakan
untuk infeksi kulit, mukosa dan untuk mengurangi populasi bakteri di kolon sebelum
operasi atau pada kegagalan fungsi hati. Pemberian per oral dapat menyebabkan
malabsorpsi. Pada pasien dengan kegagalan fungsi hati, sebagian kecil neomisin akan
diabsorpsi. Karena pasien seperti ini juga akan mengalami uremia, dapat terjadi
akumulasi yang pada akhirnya menyebabkan ototoksisitas. Neonatus. Karena
aminoglikosida dieliminasi terutama melalui ginjal, pemberian obat pada neonatus
harus memperhitungkan perubahan filtrasi glomerulus. Pada pasien neonatus yang
diberi regimen dosis tunggal, mungkin diperlukan perpanjangan interval dosis menjadi
lebih dari 24 jam jika kadar terendahnya ternyata masih terlalu tinggi.
Monografi:
AMIKASIN
Indikasi:
Peringatan:
lihat gentamisin.
Kontraindikasi:
lihat gentamisin.
Efek Samping:
lihat gentamisin.
Dosis:
injeksi intramuskuler, intravena lambat atau infus, 15 mg/kg bb/hari dibagi dalam 2 kali
pemberian. Lihat juga catatan di atas.
Keterangan:
kadar puncak (1 jam) tidak boleh lebih dari 30 mg/liter dan kadar lembah tidak boleh
lebih dari 10 mg/liter.
GENTAMISIN
Indikasi:
septikemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya, infeksi bilier,
pielonefritis dan prostatitis akut, endokarditis karena Streptococcus
viridans atau Streptococcus faecalis (bersama penisilin), pneumonia nosokomial, terapi
tambahan pada meningitis karena listeria.
Peringatan:
gangguan fungsi ginjal, bayi dan lansia (sesuaikan dosis, awasi fungsi ginjal,
pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma); hindari penggunaan jangka
panjang. Lihat juga keterangan di atas.
Interaksi:
lampiran 1 (aminoglikosida).
Kontraindikasi:
Efek Samping:
Dosis:
Kadar puncak (1 jam) tidak boleh lebih dari 10 mg/liter dan kadar lembah (trough)
tidak boleh lebih dari 2 mg/liter.
KANAMISIN
Indikasi:
Peringatan:
lihat gentamisin.
Kontraindikasi:
lihat gentamisin.
Efek Samping:
lihat gentamisin.
Dosis:
injeksi intramuskuler, 250 mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap 12 jam. Lihat juga keterangan
di atas.
Injeksi intravena: 15-30 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi tiap 8-12 jam.
Keterangan:
kadar puncak tidak boleh lebih dari 30 mg/liter dan kadar lembah tidak boleh lebih dari
10 mg/liter.
NEOMISIN
Indikasi:
sterilisasi usus sebelum operasi. Lihat juga keterangan di atas.
Peringatan:
Kontraindikasi:
lihat gentamisin.
Efek Samping:
lihat gentamisin. Lihat juga keterangan di atas. Hindari penggunaan pada obstruksi usus
dan gangguan fungsi ginjal.
Dosis:
NETILMISIN
Indikasi:
Peringatan:
lihat gentamisin.
Kontraindikasi:
lihat gentamisin.
Efek Samping:
lihat gentamisin.
Dosis:
kadar puncak (1 jam) tidak boleh lebih dari 12 mg/liter dan kadar lembah tidak boleh
lebih dari 2 mg/liter.
TOBRAMISIN
Indikasi:
Peringatan:
lihat gentamisin.
Kontraindikasi:
lihat gentamisin.
Efek Samping:
lihat gentamisin.
Dosis:
5. Golongan makrolida
Macrolide merupakan suatu kelompok senyawa yang berhubungan erat, dengan
ciri suatu cincin lakton ( biasanya terdiri dari 14 atau 16 atom ) di mana terkait
gula gula deoksi. Antibiotika golongan makrolida yang pertama ditemukan adalah
Pikromisin,diisolasi pada tahun 1950.
Makrolida adalah salah satu kelas poliketida merupakan sekelompok obat (khususnya
antibiotik) yangaktivitasnya disebabkan karena keberadaan cincin makrolida,cincin
lakton besar yang berikatan dengan satu atau lebihgula amino (desosamin) dan gula
netral (kladinosa).
Monografi:
AZITROMISIN
Indikasi:
infeksi-infeksi yang disebabkan oleh organisme yang peka, infeksi saluran nafas atas
(tonsillitis, pharingitis), infeksi saluran nafas bawah (bronchitis, pneumonia), infeksi
kulit & jaringan lunak, penyakit hubungan seksual (Sexually Transmitted Disease),
urethritis, cervicitis yang berkaitan dengan Chlamydia trachomatis, Ureaplasma
urealyticum dan Neisseria gonorrhoea.
Peringatan:
lihat di eritromisin; kehamilan (Lampiran 4) atau menyusui (Lampiran 5).
Interaksi:
Kontraindikasi:
Efek Samping:
500 mg sekali sehari selama 3 hari. ANAK di atas 6 bulan, 10 mg/kg bb sekali sehari
selama 3 hari; berat badan 15-25kg, 200mg sekali sehari selama 3 hari; berat badan 26-
35 kg, 300 mg sekali sehari selama 3 hari; berat badan 36-45 kg, 400 mg sekali sehari
selam 3 hari.
sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis
kampilobakter, pneumonia, penyakit Legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus,
prostatitis kronik, akne vulgaris, dan profilaksis difetri dan pertusis.
Peringatan:
gangguan fungsi hati dan porfiria ginjal, perpanjangan interval QT (pernah dilaporkan
takikardi ventrikuler); porfiria; kehamilan (tidak diketahui efek buruknya) dan
menyusui (sejumlah kecil masuk ke ASI).
Interaksi:
Kontraindikasi:
Efek Samping:
mual, muntah, nyeri perut, diare; urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainnya; gangguan
pendengaran yang reversibel pernah dilaporkan setelah pemberian dosis besar; ikterus
kolestatik dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri dada).
Dosis:
oral: DEWASA dan ANAK di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5-1 g tiap 12 jam
(lihat keterangan di atas); pada infeksi berat dapat dinaikkan sampai 4 g/hari. ANAK
sampai 2 tahun, 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam. Untuk infeksi berat
dosis dapat digandakan.Akne: 250 mg dua kali sehari, kemudian satu kali sehari setelah
1 bulan.Sifilis stadium awal, 500 mg 4 kali sehari selama 14 hari.Infus intravena: infeksi
berat pada dewasa dan anak, 50 mg/kg bb/hari secara infus kontinu atau dosis terbagi
tiap 6 jam; infeksi ringan 25 mg/kg bb/hari bila pemberian per oral tidak
memungkinkan.
KLARITROMISIN
Indikasi:
Interaksi:
Efek Samping:
lihat juga eritromisin; dispepsia, sakit kepala, gangguan indra perasa dan penciuman,
hilangnya warna gigi dan lidah, stomatitis, glossitis, dan sakit kepala;
lebih jarang: hepatitis, arthralgia, dan myalgia; jarang: tinnitus; sangat
jarang:pankreatitis, pusing, insomnia, mimpi buruk, ansietas, bingung, psikosis,
paraesthesia, konvulsi, hipoglikemia, gagal ginjal, leucopenia, dan
trombositopenia; pada pemberian infus intravena: kelunakan local, flebitis.
Dosis:
oral: 250 mg tiap 12 jam selama 7 hari, pada infeksi berat dapat ditingkatkan sampai
500 mg tiap 12 jam selama 14 hari. ANAK dengan berat badan kurang dari 8 kg, 7,5
mg/kg bb dua kali sehari; 8-11 kg (1-2 tahun), 62,5 mg dua kali sehari; 12-19 kg (3-6
tahun), 125 mg dua kali sehari; 20-29 kg (7-9 tahun), 187,5 mg dua kali sehari; 30-40 kg
(10-12 tahun), 250 mg dua kali sehari.Infus intravena: 500 mg dua kali sehari pada vena
besar; tidak dianjurkan untuk anak-anak.
ROKSITROMISIN
Indikasi:
infeksi THT, bronkopulmonal, genital (kecuali infeksi gonokokal), dan kulit yang
disebabkan oleh organisme yang sensitif terhadap roksitromisin.
Peringatan:
Interaksi:
derivat ergot, terfenadin, digoksin, antiaritmia Kelas IA dan III, midazolam.
Kontraindikasi:
Efek Samping:
dewasa: 300 mg 1 kali sehari atau 2 x 150 mg 1 kali sehari atau 150 mg 2 kali sehari,
pada pagi dan malam hari, anak: 24-40 kg, 100 mg 2 kali sehari pada pagi dan malam
hari, dosis yang digunakan 5-8 mg/kg bb/hari dalam 2 dosis terpisah selama tidak lebih
dari 10 hari, sebaiknya diberikan sebelum makan.
6. Golongan linkosamida
Termasuk di sini adalah linkomisin dan klindamisin, aktif terhadap kuman Gram positif
termasuk stafilokokus yang resisten terhadap penisilin. Juga aktif terhadap kuman
anaerob, misalnya bakteroides. Sering dipakai sebagai alternatif penisilin
antistafilokokus pada infeksi tulang dan sendi serta infeksi-infeksi abdominal.
Sayangnya, pemakaiannya sering diikuti dengan superinfeksi C. difficile, dalam bentuk
kolitis pseudomembranosa yang fatal.
Linkomisin
Indikasi:
Linkomisin diindikasikan untuk pengobatan infeksi serius yang disebabkan oleh
stafilokokus, streptokokus, pneumokokus.
Kontra Indikasi:
Tidak diindikasikan untuk pengobatan infeksi bakteri yang ringan atau terhadap
infeksi oleh virus.
Pada penggunaan untuk infeksi berat (life threating) digunakan preparat linkomisin
parenteral.
Komposisi:
Tiap kapsul mengandung 272,4 mg linkomisin hidroklorida setara dengan 250 mg
linkomisin.
Dosis:
Dewasa: 500 mg setiap 6 – 8 jam.
Anak-anak berumur lebih dari 1 bulan: 30 – 60 mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi 3
– 4.
Pasien dengan gangguan fungsi ginjal, dosis 25 – 30% dari dosis penderita dengan
penderita ginjal normal.
Agar dapat diabsorpsi optimal dianjurkan untuk tidak makan kecuali minum air 1 jam
sebelum dan 1 – 2 jam sesudah minum obat ini.
Selama terapi linkomisin jangka panjang, tes fungsi hati dan hitung sel darah harus
dilakukan secara periodik.
Efek Samping:
Rasa yang tidak umum seperti haus, letih dan kehilangan bobot tubuh
(pseudomembranous colitis).
Hematopoietik: Neutropenia, leukopenia, agranulositosis.
7. Golongan streptogramin
Streptogramins efektif untuk mengobati vancomycin-resistant Staphylococcus
aureus (VRSA) and vancomycin-resistant Enterococcus (VRE).Terbagi dalam dua
kelompok streptogramin A and streptogramin B.
Quinupristin/dalfopristin
Merupakan kombinasi dari dua antibiotik untuk mengobati penyakit akibat infeksi
dari staphylococci dan vancomycin-resistant Enterococcus faecium.
Pristinamycin
Virginiamycin
Polimksin B
Golongan/Kelas Terapi
Obat Topikal untuk Kulit
Indikasi
Infeksi bakteri pada kulit
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Oleskan pada kulit, 1-4 kali sehari
Teikoplanin sangat mirip dengan vankomisin, namun memiliki lama kerja yang lebih
panjang secara signifikan sehingga dapat diberikan satu kali sehari. Berbeda dengan
vankomisin, teikoplanin dapat diberikan melalui injeksi intramuskular dan intravena.
Monografi:
VANKOMISIN
Indikasi:
Peringatan:
hindari penyuntikan yang cepat (risiko reaksi anafilaktoid); gangguan fungsi ginjal,
lansia, pasien dengan riwayat gangguan pendengaran. Perlu dilakukan uji fungsi ginjal
dan urinalisis, hitung jenis sel darah. Pada lansia atau pasien gangguan fungsi ginjal,
periksa fungsi pendengaran dan kadar vankomisin dalam plasma; kehamilan dan
menyusui. Absorpsi sistemik dapat terjadi pada pemberian berulang atau bila ada
peradangan saluran cerna.
Interaksi:
Efek Samping:
setelah pemberian parenteral: nefrotoksisitas termasuk gagal ginjal dan nefritis
interstisial; ototoksisitas (hentikan bila timbul tinitus); gangguan darah seperti
netropenia (biasanya setelah 1 minggu atau dosis kumulatif 25 g), kadang-kadang
agranulositosis dan trombositopenia; mual, demam, menggigil, eosinofilia, anafilaksis,
ruam (termasuk sindrom Stevens-Johnson, dermatitis eksfoliatif dan vaskulitis); flebitis.
Pada infus cepat dapat terjadi hipotensi berat (termasuk syok dan henti jantung), napas
meninggi, sesak napas, urtikaria, pruritus, kemerahan pada tubuh bagian atas (red man
syndrome), nyeri dan kram otot punggung dan dada.
Dosis:
oral, 125 mg tiap 6 jam selama 7-10 hari,untuk kolitis pseudo membranosa. ANAK di
atas 5 tahun, 5 mg/kg bb tiap 6 jam.
Injeksi intravena: 500 mg selama 60 menit atau lebih, tiap 6 jam; atau 1 g selam 100
menit tiap 12 jam. NEONATUS sampai 1minggu, dosis awal 15 mg/kg bb dilanjutkan 10
mg/kg bb tiap 12 jam. BAYI 1-4 minggu, mula-mula 15 mg/kg bb dilanjutkan dengan 10
mg/kg bb tiap 8 jam. Di atas 1 bulan, 10 mg/kg bb tiap 8 jam.
Profilaksis endokarditis.
Catatan:
Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.
KLORAMFENIKOL
Indikasi:
Peringatan:
hindari pemberian berulang dan jangka panjang. Turunkan dosis pada gangguan fungsi
hati dan ginjal. Lakukan hitung jenis sel darah sebelum dan secara berkala selama
pengobatan. Pada neonatus dapat menimbulkan grey baby syndrome. (Periksa kadar
dalam plasma).
Interaksi:
Kontraindikasi:
Efek Samping:
kelainan darah yang reversibel dan ireversibel seperti anemia aplastik (dapat berlanjut
menjadi leukemia), neuritis perifer, neuritis optik, eritema multiforme, mual, muntah,
diare, stomatitis, glositis, hemoglobinuria nokturnal.
Dosis:
oral, injeksi intravena atau infus: 50 mg/kg bb/hari dibagi dalam 4 dosis (pada infeksi
berat seperti septikemia dan meningitis, dosis dapat digandakan dan segera diturunkan
bila terdapat perbaikan klinis).
ANAK: epiglotitis hemofilus, meningitis purulenta, 50-100 mg/kg bb/hari dalam dosis
terbagi. BAYI di bawah 2 minggu, 25 mg/kg bb/hari (dibagi dalam 4 dosis). 2 minggu-1
tahun, 50 mg/kg bb/hari (dibagi 4 dosis).
TIAMFENIKOL
Indikasi:
hanya digunakan untuk infeksi yang sudah jelas penyebabnya; pemakaian dalam waktu
lama perlu dilakukan pemeriksaan hematologik secara berkala; sesuaikan dosis pada
penderita dengan gangguan fungsi ginjal, hentikan penggunaan apabila timbul
retikulositopenia, leukopenia, trombositopenia atau anemia; lama pemakaian sebaiknya
tidak melebihi batas waktu yang ditentukan; kehamilan dan menyusui (dapat
menembus plasenta dan diekskresikan melalui ASI); hati-hati pada bayi baru lahir (2
minggu pertama) dan bayi prematur (untuk menghindari timbulnya sindrom Grey);
penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan timbulnya mikroorganisme yang tidak
sensitif termasuk fungi dan bakteri.
Interaksi:
penggunaan bersama kloramfenikol dapat mengakibatkan resistensi silang; hati-hati
bila digunakan bersama dengan obat-obat yang juga dimetabolisme oleh enzim-enzim
mikrosom hati, seperti dikumarol, fenitoin, tolbutamid, dan fenobarbital.
Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap tiamfenikol; gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat; tindakan
pencegahan infeksi bakteri dan pengobatan infeksi trivial, infeksi tenggorokan dan
influenza.
Efek Samping:
Dosis:
Dewasa, anak-anak, dan bayi berusia di atas 2 minggu, 50 mg/kg bb sehari dalam dosis
terbagi 3-4 kali sehari.Bayi prematur, 25 mg/kg bb sehari dalam dosis terbagi 4 kali
sehari. Bayi berusia di bawah 2 minggu, 25 mg/kg bb sehari dalam dosis terbagi 4 kali
sehari.
KLINDAMISIN
Indikasi:
Infeksi serius akibat bakteri anaerob atau bakteri aerob gram positif. Infeksi serius
saluran nafas (emfiema, pnemonitis anaerob, abses paru), infeksi serius jaringan lunak
dan kulit, septikemia, infeksi intra-abdomen (peritonitis, abses intra-abdomen), infeksi
ginekologi (endometritis, selulitis pelvis pasca operasi vagina, abses tuboovarium non-
gonokokal, salpingitis, atau inflamasi pelvis ketika diberikan bersamaan dengan
antibiotik untuk bakteri aerob gram negatif), servisitis karena Chlamydia trachomatis,
infeksi mulut (abses periodontal, periodontitis), terapi toksoplasmik ensefalitis pada
pasien dengan AIDS (kombinasi bersama pirimetamin). Klindamisin dapat menjadi
pilihan untuk pasien alergi golongan penisilin.
Peringatan:
Interaksi:
Eritromisin: kemungkinan memiliki efek antagonis. Golongan penghambat
neuromuskular: mengubah mekanisme kerja dari obat golongan tersebut.
Kontraindikasi:
Hipersensitivitas.
Efek Samping:
Umum: kolitis pseudomembran, diare, nyeri abdomen, gangguan pada tes fungsi hati,
ruam makulopapular. Tidak umum: eosinofilia, dysgeusia, hipotensi, cardiorespiratory
arrest, mual, muntah, urtikaria, pada pemberian injeksi: nyeri dan abses. Jarang:
eritema multiforme, poliartritis, pruritus. Frekuensi tidak diketahui: agranulositosis,
leukopenia, neutropenia, trombositopenia, reaksi anafilaktik, Drug reaction with
eoshiphilia and systemic symptoms (DRESS), esofagitis, ulkus esofagus, ikterus,
nekrolisis epidermal toksis, sindroma Steven Johnson, dermatitis eksfoliatif, dermatitis
bulosa, infeksi vagina, Acute Generalised Exanthematous Pustulosis (AGEP), iritasi pada
tempat penyuntikan.
Dosis:
ASAM FUSIDAT
Asam fusidat bermanfaat untuk infeksi stafilokokus. Asam fusidat atau fusidic
acid adalah antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Obat ini biasa
diresepkan untuk mata yang sedang mengalami belekan atau konjungtivitis, infeksi
pada kulit dan infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri terutama jenis
stafilokokus.
Masalah kulit lainnya seperti impetigo dan folikulitis umumnya juga dapat
diobati dengan fusidic acid. Obat ini umumnya tersedia dalam bentuk salep kulit atau
salep mata, adapun bentuk obat minum dan injeksi diberikan untuk kondisi infeksi yang
meluas, sistemik dan sudah parah. Sediaan asam fusidat Salep/ krim, tablet dan injeksi.
Seperti halnya obat-obatan lainnya yang memiliki efek yang tidak diinginkan.
Obat ini juga memiliki efek samping yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai
berikut: Efek yang sering muncul Gatal (pruritis) Ruam Reaksi sensitif pada kulit
(dermatitis dan eksim) Iritasi pada sekitar infeksi (kemerahan dan rasa terbakar).
Efek yang jarang muncul Peradangan pada mata (untuk kasus konjungtivitis)
Biduran atau galigata Kulit melepuh.
Efek Overdosis Asam Fusidat Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan efek
overdosis dengan gejala seperti kesulitan bernafas, pembengkakan pada wajah dan
tenggorokan, muncul ruam yang menyebar dan parah.