0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
46 tayangan4 halaman
Dokumen ini membahas latar belakang pentingnya pengembangan obat tradisional di Indonesia. Indonesia kaya akan sumber daya alam berupa tumbuhan obat namun hanya sedikit yang dimanfaatkan. Dokumen ini juga menjelaskan tujuan dan manfaat Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan untuk mempersiapkan calon apoteker. PKPA dilaksanakan secara daring dan luring di Klinik Herbal Materia Medica Batu selama 3 ming
Dokumen ini membahas latar belakang pentingnya pengembangan obat tradisional di Indonesia. Indonesia kaya akan sumber daya alam berupa tumbuhan obat namun hanya sedikit yang dimanfaatkan. Dokumen ini juga menjelaskan tujuan dan manfaat Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan untuk mempersiapkan calon apoteker. PKPA dilaksanakan secara daring dan luring di Klinik Herbal Materia Medica Batu selama 3 ming
Dokumen ini membahas latar belakang pentingnya pengembangan obat tradisional di Indonesia. Indonesia kaya akan sumber daya alam berupa tumbuhan obat namun hanya sedikit yang dimanfaatkan. Dokumen ini juga menjelaskan tujuan dan manfaat Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan untuk mempersiapkan calon apoteker. PKPA dilaksanakan secara daring dan luring di Klinik Herbal Materia Medica Batu selama 3 ming
Penggunaan bahan alam sebagai obat saat ini cenderung mengalami
peningkatan dengan adanya isu back to nature dan dalam krisis berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap obat-obatan modern yang relatif lebih mahal harganya. Hutan tropis indonesia memiliki 30.000 spesies tumbuhan. Sebanyak 9.600 spesies dari jumlah tersebut diketahui berkhasiat obat, tetapi baru 200 spesies saja yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri obat tradisional. Peluang pengembangan budi daya tanaman obat-obatan masih terbuka luas sejalan dengan berkembangnya industri jamu, obat herbal, fitofarmaka dan kosmetika tradisional (Prastyono, 2012). Saat ini diperkirakan sekitar 80% orang di negara berkembang masih mengandalkan obat tradisional yang sebagian besar didasarkan pada spesies tumbuhan dan hewan untuk perawatan kesehatan primer mereka (Pathak dan Das, 2013). Potensi kekayaan alam Indonesia bagi pengembangan bahan baku obat tradisional sangat tinggi. Indonesia memiliki berbagai jenis keanekaragaman hayati dan keanekaragaman etnis yang menyimpan pengetahuan tentang pengobatan tradisional (etnobotani) (Departemen Kesehatan RI., 2013). Indonesia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman jenis tumbuhan juga memiliki suku budaya yang beranekaragam. Diperkirakan hutan tropis Indonesia mengandung >28.000 jenis tumbuhan. Oleh karena itu, Indonesia merupakan salah satu negara pengguna tumbuhan obat terbesar di dunia bersama negara lain di Asia seperti Cina dan India. Tumbuhan merupakan keanekaragaman hayati yang selalu ada di sekitar kita, baik yang tumbuh liar ataupun yang sudah dibudidayakan (Elfahmi et al., 2014). Sejak jaman dahulu, manusia sangat mengandalkan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasarkan pada pengalaman dan keterampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu. Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern (Sari, 2016). Hal tersebut mendorong Kementerian Kesehatan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menjalankan program Saintifikasi Jamu (SJ) berdasarkan Peraturan Kementerian Kesehatan RI Nomor 003/PerMenKes/I/2010 untuk membuktikan khasiat jamu dengan metode penelitian berbasis pelayanan. SJ adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Salah satu tujuannya adalah memberikan landasan ilmiah (evidence based) penggunaan jamu secara empiris melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan dan meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 108 dan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian menyatakan bahwa praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Seluruh kegiatan pengawasan internal dari hulu ke hilir ini dapat dilakukan oleh seorang apoteker (Suharmiati et al., 2012). Menyadari pentingnya peran dan tanggung jawab dari seorang apoteker dalam pengobatan tradisional khususnya program SJ, maka seorang apoteker harus memiliki bekal ilmu pengetahuan, dan keterampilan yang cukup di bidang SJ baik dalam teori maupun praktiknya. Oleh karena itu, Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Kudus bekerja sama dengan Klinik Herbal Materia Medica dalam pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA). 1.2. Tujuan 1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang eran, fungsi, posisi dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian 2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian 3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek farmasi 4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional 5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian. 1.3. Manfaat PKPA 1. Mengetahui, memahami tugas dan tanggungjawab apoteker 2. Mendapatkan pengalamam praktis mengenai pekerjaan kefarmasian 3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis 4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional 1.4. Tempat dan Waktu
Waktu : Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan selama 1
minggu secara daring dimulai tanggal 15 Februari 2021 sampai 20 Februari 2021. Untuk Praktek di lokasi selama 2 minggu dimulai tanggal 22 Maret 2021 sampai 3 April 2021
Tempat : Klinik Herbal Materia Medica Batu
Alamat : Jl. Lahor No.87, Pesanggrahan, Kec. Batu, Kota Batu, Jawa Timur 65313