DAFTAR ISI
Daftar isi 1
Abstrak 2
Bab I. Pendahuluan
STUDI PENGOLAHAN BUAH PEPAYA MENJADI FRUIT LEATHER 3 DAN
1.1 Latar BelakangMANISAN PEPAYA BERNUTRISI TINGGI 3
1.2 Tujuan Percobaan 5
1.3 Urgensi Penelitian 4
1.4 Target Penelitian 5
Bab II. Tinjauan Pustaka 6
2.1 Physalis Angulata 6
2.2 Antioksidan . 6
2.3 Ekstraksi dengan Air Subkritik
2.2.1 Sifat Fisik Air 6
2.2.2 Mekanisme Ekstraksi 7
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Ekstraksi dengan Fluida Subkritik 8
2.4 Pengeringan 10
2.4.1 Alat pengering
2.4.2 Faktor-faktor yang memperngaruhi pengeringan 12
2.5 Bahan pengisi 13
2.6 Bentuk-bentuk obat 15
Bab III. Metode Penelitian 16
3.1 Prosedur Penelitian 16
3.1.1 Persiapan Bahan Baku 16
3.1.2 Penelitian Utama 17
3.1.2.1 Ekstraksi dengan Air Subkritik 17
3.1.2.2 Pengeringan 18
3.2 Prosedur Analisis Disusun Oleh: 20
3.2.1 Analisa Kadar Air 20
3.2.3 Analisa Kuantitatif
Ratna Frida Susanti 21
Bab IV. Jadwal Pelaksanaan Judy Retti Witono 24
Bab V. Hasil dan pembahasan Petrick Cakasana 25
Bab VI. Kesimpulan dan Saran 37
Daftar Pustaka 38
1
DAFTAR ISI
Daftar isi………………………………………………………………………… 1
Abstrak………………………………………………………………………….. 2
Bab I. Pendahuluan……………………………………………………………... 3
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………… 3
1.2 Tujuan Percobaan ……………………………………………………….. 5
1.3 Urgensi Penelitian ……………………………………………………… 5
1.4 Target Penelitian ………………………………………………………… 5
Bab II. Tinjauan Pustaka ………………………………………………………… 7
2.1 Pepaya (Carica Papaya L.) ………………………………………………….. 7
2.1.1. Deskripsi tumbuhan Pepaya ………………………………………………. 7
2.1.2 Klasifikasi tumbuhan papaya ………………………………………………. 9
2.1.3 Kandungan nutrisi buah papaya ……………………………………………. 9
2.1.3.1 Vitamin A ……………………………………………………………... 11
2.1.3.2 Vitamin C ……………………………………………………………… 11
2.1.3.3 Papain ………………………………………………………………….. 12
2.2 Pengeringan …………………………………………………………………… 12
2.3 Manisan buah kering ………………………………………………………….. 14
2.4 Fruit leather …………………………………………………………………………… 16
BAB III. METODE PENELITIAN………………………………………………. 18
3.1 Kerangka penelitian ………………………………………………………… 18
3.2 Bahan dan alat penelitian ……………………………………………………. 18
3.3 Prosedur penelitian …………………………………………………………… 20
3.3.1 Pengolahan papaya …………………………………………………………. 20
3.3.1.1 Pembuatan manisan pepaya kering ………………………………………. 20
3.3.1.2 Pembuatan fruit leather ………………………………………………….. 20
3.3.2 Analisa kadar nutrisi ………………………………………………………. 21
3.3.2.1 Analisa kadar vitamin A atau beta karoten …………………………...... 21
A. Pembuatan larutan baku ……………………………………………………… 21
B. Penentuan waktu pengukuran spektrofotometer ……………………………… 21
C. Penentuan panjang gelombang maksimum …………………………………… 22
D. Pembuatan kurva standar …………………………………………………….. 22
E. Pembuatan sampel ………………………………………………………….. 22
2
F. Uji kualitatif …………………………………………………………………. 23
G. Uji kuantitatif………………………………………………………………… 23
3.3.2.2 Analisa kadar vitamin C ………………………………………………… 23
A. Metode titrasi …………………………………………………………………. 23
1. Pengukuran standar vitamin C tablet sebagai pembanding …………………… 23
2. Pengukuran volume titrasi sampel …………………………………………….. 24
B. Metode spektrofotometer …………………………………………………….. 24
1. Penentuan panjang gelombang maksimum ……………………………………. 24
2. Pembuatan larutan standard dan kurva standar ……………………………….. 25
3. Pengukuran sampel ……………………………………………………………. 25
3
ABSTRAK
Produksi papaya di Indonesia cukup besar, yaitu sekitar 871.282 ton pada 2013,
akan tetapi pemanfaatannya masih terkendala karena umur buah ini sangat pendek (dalam
hitungan hari). Oleh karena itu, diperlukan teknik pengawetan untuk pemanfaatan papaya
dan meningkatkan nilainya secara komersial. Pengeringan adalah salah satu dari teknik
pengawetan yang ada. Dalam penelitian ini, akan dilakukan studi mengenai pemanfaatan
papaya sebagai manisan dan fruit leather.
Metode yang digunakan adalah pengeringan dengan oven. Tujuan khusus yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (i) mempelajari pengaruh suhu pengeringan oven
dan ketebalan bahan terhadap kandungan vitamin C pada produk fruit leather dan manisan
pepaya (ii) Mempelajari proses pembuatan fruit leather dan manisan pepaya dan melihat
potensi pengembangan produk. Target akhir dari penelitian ini adalah diperolehnya
kondisi pengeringan dan ketebalan buah terbaik untuk mempertahankan kandungan
vitamin C pada buah papaya untuk pembuatan fruit leather dan manisan papaya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa vitamin C pada produk fruit leather dan manisan terbaik
pada pengeringan suhu 40oC dan ketebalan xxx pada manisan dan xxx pada fruit leather.
4
BAB I. PENDAHULUAN
5
Tabel 1.1 Daya tahan buah dan sayuran(1)
Waktu antara panen dan proses pengolahan sebelum terjadi pembusukan
Nanas Soybean
Strawberry Squash
Watermelon Cabbage
Cauliflower Capsicum
Courgette Chickpea
Cucumber Cowpea
Lettuce Pumpkin
Okra
Peppers
Spinach
Spring onion
Tomato
6
1.3 Urgensi Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk mengatasi permasalahan waktu penyimpanan buah
papaya yang relatif pendek, sehingga buah papaya yang memiliki kandungan nutrisi tinggi
bisa dimanfaatkan menjadi produk komersial dengan kandungan nutrisi yang masih
terjaga. Dengan demikian petani Indonesia lebih terangkat secara ekonomi, demikian juga
memberi ide bagi wirausaha untuk menjadikan bahan yang bernilai komersial rendah
menjadi lebih bernilai ekonomi.
2017
Penelitian tentang
buah pepaya sebagai
keripik
7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Daun papaya, berbentuk seperti telapak tangan dengan pembuluh darah di bagian
tengah daun, dengan diameter 25-75 cm. Pada daun terdapat 7-11[1,2] daun telinga yang
besar dengan bentuk lebar, tidak beraturan, atau runcing. Kumpulan daun memiliki warna
hijau tua hingga kuning kehijau. Pada kumpulan daun yang cerah ini dapat terlihat saraf
berwarna putih pucat dan juga pembuluh darah. Permukaan dasar bawah daun berwarna
hijau kekuningan dengan pembuluh darah yang menonjol. Tangkai daun berbentuk bulat
dengan panjang 25-100 cm dan tebal 0,5-1,5 cm.
Buah pepaya yang dapat dilihat pada gambar 2.2, memiliki bentuk oval dan runcing
dan memiliki biji di dalamnya yang berwarna hitam. Buah pepaya memiliki panjang 15-50
8
cm dan ketebalan 10-20 cm dengan berat mencapai antara 250 gram sampai dengan 3000
gram.
Gambar 2.2 komponen buah pepaya[2]
Buah pepaya memiliki kulit yang tipis dan seperti lilin, tetapi cukup keras. Buah pepaya
yang berwarna hijau dan keras kaya akan getah putih. Pada saat matang buah pepaya
berwarna kuning muda. Daging buah yang matang memiliki variasi warna merah, kuning
atau jingga[1],[4]. Biji memiliki bentuk bulat dengan panjang 5 mm dan berwarna hitam.
Biji pada buah pepaya banyak dan melekat pada jaringan fibrosa. Jaringan fibrosa
merupakan bagian dalam buah pepaya yang lembut dan berwarna putih.
Bagian buah, daun dan getah pada batang sering digunakan untuk makanan, obat
kesehatan dan kosmetik. Komponen vitamin dan enzim yang terdapat pada bagian
tumbuhan pepaya memiliki nilai ekonomis. Komponen, bagian tumbuhan dan kegunaan
disajikan pada tabel 2.1.
Memperkuat tulang
Kesehatan paru-paru
Mencegah scurvy
Memperkuat tulang
9
Enzim papain[8] Batang Melunakan daging
Obat - obatan
Energy (kkal) 26 46 35
10
Vitamin B (mg) 0,02 0,04 -
Kalium (mg) - - 16
11
mempengaruhi sensitivitas terhadap cahaya. Pada wanita yang sedang hamil kekurangan
vitamin A dapat mengakibatkan cacat bawaan. Kekurangan vitamin A menyebabkan cell-
mediated. Cell mediated adalah daya tahan tubuh yang tidak disertai dengan antibody
sehingga tubuh melepaskan sel fagosit dan pelepasan berbagai sitokin sebagai respon
terhadap antigen. Vitamin A juga berpengaruh terhadap pertumbuhan musculo-skeletal
system.
2.1.3.3 Papain[11]
papain merupakan enzim proteolitik. Enzim papain berfungsi untuk menghidrolisis
protein menjadi asam amino dan peptida-peptida. Papain memiliki kondisi suhu optimum
55 ºC sampai 65 ºC dan pH antara 5-7. Enzim papain terdapat batang, daun, dan buah
pepaya.
Enzim papai memiliki kelarutan 10 mg/mL. enzim papain stabil pada suhu tinggi.
Enzim papain tidak stabil pada kondisi asam dan dapat mengakibatkan penurunan aktivitas
12
enzim. Aktivitas enzim papain akan menurun sebanyak 20% pada kondisi pemanasan pada
temperature 70 ºC dan pH 7.0
2.2 Pengeringan[12],[13],[14]
Pengeringan merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengawetkan
bahan makanan. Pengeringan adalah proses pemisahan cairan dari padatan. Cairan ini
dapat berupa cairan organik atau pelarut organik. Pada pengeringan buah pepaya, cairan
yang akan dipisahkan adalah air.
Pada proses pengeringan terjadi perpindahan massa dan perpindahan energi yang
terjadi secara bersamaan. Energi panas atau kalor yang terdapat pada medium pemanas
ditransfer menuju ke bahan yang akan dikeringkan. Proses perpindahan panas dapat terjadi
secara konduksi, konveksi atau radiasi. Proses pengeringan terdiri dari 2 tahapan, yaitu
laju pengeringan konstan dan laju pengeringan menurun. Laju pengeringan ditampilkan
pada gambar 2.5
Pada tahap pertama, air yang tidak terikat pada padatan akan teruapkan. Tahap ini
berlangsung sampai seluruh air yang tidak terikat habis teruapkan. Laju pengeringan pada
tahap ini bernilai konstan.
Pada tahap kedua, air terikat pada padatan akan ditransfer menuju ke luar
permukaan padatan. Air yang sudah berpindah ke permukaan padatan dapat menguap dan
dipisahkan dari padatan. Pada tahap ini laju pengeringan menurun dikarenakan diperlukan
energi yang lebih untuk memindahkan air terikat menuju ke permukaan padatan.
13
Laju pengeringan dapat dihitung menggunakan rumus
14
2.3 Manisan buah kering[11],[15],[16]
Manisan buah kering merupakan produk olahan buah yang memiliki daya simpan
relatif lama. Manisan buah dapat disajikan basah atau kering sesuai dengan kebutuhan.
Manisan buah basah dan kering memiliki metode pembuatan yang sama sampai menjadi
manisan buah basah. Manisan buah basah dikeringkan untuk dijadikan manisan buah
kering. Dalam pembuatan manisan buah ditambah zat garam, kalsium klorida, asam sitrat,
gula, potassium sorbet dan asam askorbat yang bermanfaat untuk mengawetkan,
menurunkan kadar air, memperkokoh struktur, menurunkan pH dan mencegah perubahan
warna[20],[21]. Pada pembuatan manisan pepaya kering digunakan pepaya mengkal.
Garam[3] bermanfaat untuk meningkatkan cita rasa dan menurunkan aktivitas air.
Berkurangnya aktivitas air dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Pertumbuhan mikroorganisme sangat bergantung pada aktivitas air. Hubungan aktivitas air
terhadap aktivitas mikroogranisme ditampilkan pada tabel 2.3. Garam yang digunakan
adalah NaCl.
Bakteri 0,91
Ragi 0,88
15
Aspergillus niger 0,85
Jamur 0,80
16
buah atau sayuran yang diblender dan dijadikan bubur. Kemudian bubur dituang pada
loyang dan kemudian dikeringkan. Keuntungan dari produk fruit leather adalah
kemudahan dalam memodifikasi produk sesuai dengan kebutuhan. Secara umum produk
fruit leather dapat bertahan selama 3 bulan. Produk fruit leather ditampilkan pada gambar
2.7.
Kualitas produk fruit leather diukur dengan parameter warna, penampilan, rasa,
bentuk, umur penyimpanan, kadar nutrisi, kadar air dan aktivitas air. Kualitas penampilan
produk fruit leather ditentukan oleh kekerasan, kekenyalan, ketahanan dan sifat lengket.
Prinsip pembuatan fruit leather adalah pengeringan bubur buah atau sayuran.
Bubur dibuat dari bahan bebas pengotor yang dihancurkan. Setelah terbentuk lapisan tipis,
fruit leather dapat dibentuk menjadi gulungan atau dicetak dengan cetakan yang
diinginkan. Kendala yang dihadapi pada pembuatan fruit leather adalah perubahan warna
menjadi coklat, terdapat kontaminasi mikroorganisme, kerusakan nutrisi pada buah atau
sayuran dan tekstur produk yang kurang menarik. Sebelum dilakukan pengeringan dapat
dilakukan blanching atau steaming jika diperlukan.
Untuk mengatasi kendala tersebut pada bubur dapat ditambahkan zat additif.
Penambahan zat additif berfungsi untuk memperbaiki tekstur, memperbaiki warna produk,
meningkatkan kualitas produk, meningkatan umur penyimpanan. Zat additif yang dapat
digunakan adalah gula, madu, asam askorbat, kacang, pektin.
Penambahan gula berfungsi untuk meningkatkan daya ikat bubur. Daya ikat bubur
berpengaruh terhadap tekstur produk. daya ikat bubur yang kurang baik dapat
mengakibatkan lapisan pecah pada saat akan diangkat dari loyang. Gula yang digunakan
adalah larutan 5% sukrosa.
17
Penambahan madu berfungsi sebagai pemanis dan anti bakteri, dan juga untuk
memperpanjang umur penyimpanan. Untuk pemanis dapat juga digunakan sirup jagung.
Sirup jagung juga dapat mencegah terbentuknya Kristal sehingga dapat memperpanjang
umur penyimpanan.
Penambahan SO2 dapat mencegah perubahan warna akibat panas pada saat
pengeringan. Pemakaian SO2 sudah mulai dilarang dikarenakan SO2 dapat bersifat
meracuni sehingga diperlukan zat pengganti SO2. Asam askorbat atau jus jeruk dapat
digunakan sebagai pengganti SO2 untuk mencegah terjadinya perubahan warna menjadi
coklat.
Proses blanching atau steaming dapat memberikan tekstur produk yang lebih
lembut. Proses blanching dilakukan pada temperatur 90 ºC dapat membunuh
mikroorganisme yang terdapat pada bubur. Proses pengeringan dilakukan pada variasi 40
ºC sampai 60 ºC.
18
BAB III. METODE PENELITIAN
19
3.2 Prosedur penelitian
3.2.1 Pengolahan papaya
3.2.1.1 Pembuatan manisan pepaya kering
Papaya mengkal
Pemisahan biji dan kulit, pencucian
Dipotong dengan ukuran 2 cm x 2 cm dengan variasi diameter 1 cm, 2 cm dan
3,5 cm
Direndam pada larutan garam 1% NaCl (w/w) selama 30 menit
Direndam pada larutan CaCl2 4% selama 480 menit
Dilakukan blanching dengan steamer selama 1 menit
Direndam pada larutan CaCl2 4% selama 8 jam
Direndam pada larutan asam sitrat 1% selama 1440 menit
Perendaman dalam larutan gula 20% selama 2880 menit
Pengeringan pada temperatur 40 ºC,60 ºC,80 ºC hingga diperoleh produk dengan
kadar air 12-20 %
Manisan papaya kering
20
3.2.1.2 Pembuatan fruit leather
Pepaya matang
Dikupas dan dicuci, biji dan kulit dipisahkan
Blancing/pengukusan
Dihancurkan dengan blender sampai halus
Ditambahkan larutan gula 20% dan madu
Fruit leather
3.2.2 Analisa
Analisa yang dilakukan adalah kadar air, Aw dan vitamin C menggunakan standard asam
askorbat dengan metode spektrofotometer.
21
ketebalan 1 cm (X1) 2 cm (X2) 3,5 cm (X3)
22
BAB IV. PEMBAHASAN
23
Gambar 4.3. Manisan papaya hasil pengeringan dengan aditif
Gambar 4.4 adalah fruit leather yang dibuat tanpa aditif dan menghasilkan tekstur yang
berlubang selepas pengeringan. Gambar 4.5 adalah fruit leather pasca pengeringan
dengan tekstur yang lebih baik tetapi ditumbuhi jamur setelah penyimpanan beberapa
hari.
24
Gambar 4.5. Fruit leather tanpa aditif (ada jamur)
Oleh karena itu, ditambahkan gula dan madu sebagai aditif. Gula berfungsi untuk
meningkatkan daya ikat bubur papaya dan madu berfungsi untuk mencegah
pertumbuhan jamur.
25
4.2.1.1 Kadar air
Produk manisan yang dihasilkan memiliki kadar air yang bervariasi mulai dari 8,4%
hingga 16,9 %. Pada manisan dengan kadar air 8,4 % memiliki tekstur sedikit keras.
Manisan dengan kadar air 16,9 % bersifat sedikit lembab atau basah. Manisan dengan
kadar air tinggi lebih lunak dan enak dibanding manisan yang kadar airnya rendah.
4.2.1.2 Aw
Manisan memiliki nilai Aw berkisar antara 0,672 hingga 0,788. Pada kisaran nilai Aw
ini terdapat 3 mikroba yang memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang biak yaitu
- Bakteri halofilik dapat tumbuh pada lingkungan dengan nilai Aw minimum 0,75
- Jamur xerofilik dapat tumbuh pada lingkungan dengan nilai Aw minimum 0,65
- Ragi osmofilik dapat tumbuh pada lingkungan dengan nilai Aw minimum 0,62
Pada manisan yang dihasilkan tidak didapati pertumbuhan mikroba. Berdasarkan hasil
yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pada manisan yang dihasilkan masih mungkin
terjadi pertumbuhan bakteri halofilik, jamur xerofilik dan ragi osmofilik tetapi tidak
terjadi kontaminasi sehingga diperoleh produk manisan yang steril.
26
ketebalan 2 mm dan suhu pengeringan 40 ºC. Persentase penyusutan kadar vitamin C
terbesar adalah 59,01% diperoleh pada manisan dengan ketebalan 1 cm dan suhu
pengeringan 80 ºC.
Gambar 4.6. Pengaruh suhu pengeringan terhadap kadar vitamin C sebagai fungsi dari
ketebalan awal buah.
4.2.2.1.Kadar air
Fruit leather yang dihasilkan memiliki kadar air berkisar antara 1,4 % hingga 7.0 %.
Pada kadar air yang semakin rendah, tekstur fruit leather akan menjadi semakin keras,
kering dan terjadi perubahan warna menjadi merah tua.
27
4.2.2.2. Aw
Fruit leather memiliki nilai Aw berkisar antara 0,647 hingga 0,738. Hasil yang
diperoleh tidak jauh berbeda dengan nilai Aw pada manisan. Pada fruit leather masih
mungkin terjadi pertumbuhan bakteri halofilik, jamur xerofilik dan ragi osmofilik,
tetapi proses pembuatan steril sehingga tidak terjadi pertumbuhan mikroba.
Penyimpanan produk perlu dilakukan dengan steril dan tepat agar tidak terjadi
kontaminasi.
Gambar 4.7 menampilkan grafik kadar vitamin C sebagai fungsi suhu pengeringan
dan ketebalan awal. Kadar vitamin C tertinggi sebesar 34,56 ppm diperoleh pada fruit
leather dengan ketebalan 8 mm dan suhu pengeringan 60 ºC. Kadar vitamin C terendah
sebesar 22,72 ppm diperoleh pada fruit leather dengan ketebalan 5 mm dan suhu
pengeringan 80 ºC. Pada fruit leather dengan ketebalan 8 mm dan 10 mm, semakin
besar suhu pengeringan yang digunakan maka semakin kecil kadar vitamin C fruit
leather. Pada fruit leather dengan ketebalan 5 mm, kadar vitamin C fruit leather dengan
suhu pengeringan 60ºC lebih tinggi dari fruit leather dengan suhu pengeringan 40 ºC.
Penyimpangan ini disebabkan oleh waktu pengeringan yang berlebih. Pada pengeringan
28
dengan suhu 40 ºC, diperlukan waktu yang berlebih untuk menghilangkan kadar air,
sedangkan kerusakan vitamin C terus menerus terjadi. Pada pengeringan dengan suhu
60 ºC, waktu pengeringan lebih singkat dan kerusakan vitamin C berlangsung lebih
singkat sehingga diperoleh kadar vitamin C yang lebih tinggi. Pada pengeringan dengan
suhu pengeringan 80 ºC, waktu pengeringan menjadi lebih cepat tetapi kerusakan
vitamin C menjadi lebih parah akibat suhu pengeringan yang terlalu tinggi.
Gambar 4.7. Kadar vitamin C sebagai fungsi Suhu Pengeringan pada berbagai
ketebalan fruit leather
Pada literatur diketahui kadar vitamin C pada buah pepaya matang sebesar 78 ppm.
Persentase penyusutan vitamin C terrendah adalah 55,69% diperoleh pada fruit leather
dengan ketebalan 8 mm dan suhu pengeringan 40 ºC. Persentase penyusutan kadar
vitamin C terbesar adalah 70,87% diperoleh pada manisan dengan ketebalan 5 mm dan
suhu pengeringan 80 ºC.
29
BAB V. KESIMPULAN
Semakin tinggi suhu pengeringan maka penyusutan kadar vitamin C akan semakin besar.
Hal ini dikarenakan vitamin C rentan terhadap panas. Sedangkan ketebalan optimum
untuk mempertahankan kadar vitamin C adalah pada ketebalan medium. Semakin tipis,
maka semakin mudah kerusakan vitamin C karena kontak terhadap suhu, sedangkan
semakin tebal manisan/fruit leather maka waktu pengeringannya semakin lama sehingga
kerusakan vitamin C lebih banyak. Kadar vitamin C pada manisan pepaya lebih besar dari
kadar vitamin C pada fruit leather pepaya. Hal ini kemungkinan dikarenakan produk fruit
leather memiliki luas permukaan yang lebih luas sehingga perpindahan panas dari
permukaan fruit leather ke luar lebih tinggi.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Fellows, P., (2004), Small-scale Fruit and Vegetable Processing and Products,
United Nations Industrial Development Organization, Vienna, pp.10.
2. Garcia,H.S.,Gutierrez, G. V, Medina, J.D.L.C., (2003), Papaya Post-harvest
Operations, Food and Agriculture Organization of the United Nations, pp 2-9.
3. Department of Health and Aging Office of the Gene Technology Regulator,
(2008), The Biology of Carica papaya L., pp15-17.
4. World Heath Organization, (1995), Vitamin A Deficiency and Its Consequences,
3rd Ed., USA.
5. Rahayu, I.D., Klasifikasi, Fungsi dan Metabolisme Vitamin, Universitas
Muhammadiyah Malang.
6. Wardani, L.A., (2012), Validasi Metode Analisis dan Penentuan Kadar Vitamin C
pada Minuman Buah Kemasan dengan Spektrofotometri UV-Visible, Universitas
Indonesia, Depok.
7. European Food Safety authority (EFSA), (2013), Scientific Opinion Dietary
Reference Values for Vitamin C, Pp. 8-10.
8. Pratiwi, I., (2007), Pengembangan Teknologi Pembuatan Manisan Pepaya Kering
(Carica papaya L.), Institut Pertanian Bogor, pp21.
9. Paramesti, N.N., (2014), Efektivitas Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.)
sebagai Anti Bakteri terhadap Bakteri Escherichia coli, pp. 5.
10. Wardani F.R., (2012), Potensi Perasan Daun Pepaya (Carica Papaya L.) terhadap
Jumlah Makrofag Pasca Gingivektomi pada Tikus Wistar Jantan, pp. 6.
11. Pratiwi, I., (2007), Pengembangan Teknologi Pembuatan Manisan Pepaya Kering
(Carica papaya L.), pp4.
12. Bioprocess Engineering Department FKKKSA UTM, Effect of Various Processing
Parameters on the Quality of Papaya Fruit Tea, pp.6.
13. Irawan, I.A., (2011), Modul Laboratorium Pengeringan, Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
14. Geankoplis, C.J., (1978), Transport Processes and Unit Operations, 3 rd ed,
Prenctice Hall, pp. 520-569.
15. Afifah, R., (2010), Quality Control Proses Pembuatan Manisan Carica, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
31
16. Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, (2009), Standar Prosedur Operasional
Pengolahan manga, Departemen Pertanian, Jakarta.
17. Karki, M., (2011), Evaluation of Fruit Leathers Made from New Zealend Grown
Blueberries, Master Thesis, Lincoln University, Christchuch, New Zealand.
18. Diamante, L. M., Bai, X., Busch, J., (2014), Fruit Leathers: Method of Preparation
and Effect of Different Conditions on Qualities, ed: Philip Cox, New Zealand.
19. Kurniawan, D., (2014), Analisis Pengeringan pada Proses Pembuatan Lembaran
Buah (Fruit Leather) Pepaya, Insititut Pertanian Bogor, Bogor.
32