ACARA 8
PENGAMATAN KACANG KACANGAN
ASISTEN PRAKTIKUM
1. Zakia Nur Febrianti 211710301094
2. Faradinna Indriani 221710301015
3. Ahmad Nuryahya Alfarizi 221710301025
4. Ivena Amadea Syarendiva 221710301082
5. Silvia Damayanti 221710301092
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. 1 Persyaratan Mutu Kacang Kedelai (SNI 01-3922-1995) ............................... 6
Tabel 2.1. 2 Persyaratan Mutu Kacang Hijau (SNI 01-3923-1995) ............................ 7
Tabel 2.1. 3 Syarat Mutu Kacang Merah (SNI 01-2902-1992) .......................................... 8
Tabel 4.1. 1 Bentuk .......................................................................................................... 17
Tabel 4.1. 2 Berat, Ukuran, Warna................................................................................... 18
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan ............................................................................................. 18
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
Kadar air dan daya serap pada kacang sangatlah penting karena akan
mempengaruhi hasil sebuah produk. Mengingat pentingnya proses produksi kacang
kacangan maka dilakukan pengamatan lebih lanjut mengenai karakteristik dan fisik
dan kimia terkait kacang – kacangan. Pengamatan yang dilakukan menggunakan
sampel kacang hijau, kacang merah, dan kacang hijau. Dengan kadar air dan serap
yang tepat akan menghasilkan kualitas sebuah produk yang baik pula.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui sifat beberapa jenis kacang – kacangan
dengan melakukan pengamatan terhadap bentuk, ukuran, berat, warna,
densitas kamba, tekstur, daya serap air pada suhu 800C, rasio
pengembangan, kadar protein dan
2. kadar air Mahasiswa diharapkan dapat memproleh gambaran yang jelas
mengenai sifat kacang-kacangan, sehingga dapat memprkirakan kebutuhan
ruang penyimpanan bahan dan penanganan lanjutan.
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Persyaratan Mutu
No. Jenis Uji Satuan
I II III
1 Kadar air (%) max 13 max 14 max 5
2 Butir rusak (%) max 1 max 3 max 5
3 Butir belah (%) max 1 max 2 max 2
4 Butir keriput (%) max 2 max 4 max 6
5 Kotoran (%) max 0 max 1 max 2
6 Lolos ayakan (%) max 1 max 3 max 5
Sumber: Badan Standarisasi Nasiona, 1995
7
merah pada kulitnya dan bentuk yang beragam sesuai dengan jenisnya.
Beberapa jenis kacang merah antara lain adalah kacang adzuki (kacang
merah kecil), red kidney bean (kacang merah ukuran besar), dan red bean.
Kacang merah adalah sumber protein nabati yang kaya dan serat larut
yang baik untuk kesehatan sistem pencernaan. Kacang merah juga kaya
akan vitamin dan mineral penting seperti kompleks vitamin B, asam folat,
zat besi, magnesium, dan kalium. Zat besi dalam kacang merah dapat
membantu dalam pencegahan anemia dan peningkatan produksi sel darah
merah dalam tubuh. Dalam 100 g kacang merah, terdapat 22,3 g protein.
Selain itu, kacang merah memiliki susunan asam amino yang lengkap,
termasuk kandungan arginin yang tinggi, yaitu 56,8 mg/g protein (Justisia,
2016).
8
jamur, dan ragi, yang dapat menyebabkan perubahan pada bahan makanan tersebut
(Rakista, 2014).
Bahan makanan memiliki pengaruh terhadap penampilan, tekstur,
kesegaran, dan rasa. Kadar air dalam bahan menunjukkan jumlah air per
unit bobot bahan. Ada dua metode untuk menentukan kadar air dalam
bahan, yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan berdasarkan bobot
basah (wet basis). Biasanya, dalam menentukan kadar air bahan hasil
pertanian, metode yang digunakan adalah berdasarkan bobot basah (wet
basis) (Daud, dkk, 2019)
9
10
Mulai
Pengulangan 3
kali
Selesai
11
b. Skema Kerja Densitas Kamba
Mulai
Masukkan bahan
kedalam gelas ukur
100 mL
Timbang
Selesai
12
c. Skema Kerja Daya Serap
Mulai
Timbang
Hitung rasio
pengembangan
Selesai
13
d. Skema Kerja Kadar Air
Mulai
Timbang Wadah
Timbang
Selesai
14
menimbangnya menggunakan timbangan, dan melakukan pengulangan hingga tiga
kali hingga hasilnya konstan, kemudian menghitung rata-rata berat pada setiap
sampel. Dengan menggunakan 100 butir sampel, dapat meminimalkan kesalahan
pengukuran dan mendapatkan hasil yang lebih akurat dan representatif dari
karakteristik fisik berat kacang-kacangan. Selain itu, penggunaan 100 butir sampel
juga dapat memberikan data yang lebih luas dan dapat mewakili populasi kacang-
kacangan yang lebih besar.
Pengukuran densitas kamba dilakukan dengan cara memasukkan bahan ke
dalam gelas ukur berkapasitas 100 ml hingga penuh, lalu menimbang sampel yang
ada di dalam gelas ukur dan melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus
yang telah ditentukan. Melalui proses ini, kita dapat memperoleh hasil pengukuran
yang akurat dan konsisten terkait karakteristik fisik berat kacang-kacangan. Selain
itu, pengukuran yang akurat dan konsisten ini juga dapat membantu dalam
menentukan kualitas kacang-kacangan dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam
proses pengolahan dan produksi pangan.
Dalam pengukuran daya serap dan rasio pengembangan, langkah awal yang
dilakukan adalah memanaskan 20 ml air menggunakan hot plate hingga mencapai
suhu 80℃. Suhu ini dipilih dalam pengujian daya serap kacang-kacangan
menggunakan air karena pada suhu tersebut proses gelatinisasi dapat terjadi dan
mempercepat penyerapan air oleh sampel kacang-kacangan, sehingga memastikan
akurasi pengukuran daya serap air. Langkah berikutnya adalah memasukkan 2 gram
dari setiap sampel dan menunggu selama 20 menit, yang bertujuan agar sampel
dapat menyerap air dengan baik. Sampel kemudian diambil dan ditimbang
menggunakan timbangan, dan dilakukan pengukuran panjang, lebar, dan ketebalan
sampel menggunakan jangka sorong. Hasil dari penimbangan ini kemudian
digunakan untuk menghitung rasio pengembangannya.
Dalam pengukuran kadar air, langkah awal yang dilakukan adalah
menggiling 100 gram sampel menggunakan blender, lalu menimbang wadah
dengan timbangan untuk mengetahui berat wadah tersebut. Sampel yang telah
digiling ditempatkan di wadah dan dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam pada
suhu 100 ℃. Suhu 100 ℃ digunakan untuk memastikan bahwa air dalam sampel
15
kacang-kacangan sepenuhnya menguap dan hilang, sehingga hasil pengukuran
yang didapatkan adalah akurat. Selanjutnya, timbang sampel untuk mengetahui
berat akhir dari sampel dan hitung kadar airnya menggunakan rumus yang telah
ditentukan.
16
17
Kacang Kedelai
Kacang Hijau
Kacang Merah
4.1.2 Berat, Ukuran, Warna
Tabel 4.1. 2 Berat, Ukuran, Warna
18
19
5. PEMBAHASAN
20
serap. Sedangkan Daya serap air ini dipengaruhi oleh kandungan pati pada
masing- masing kacang-kacangan. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan
oleh air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut
amilopektin. Pati yang banyak mengandung amilopektin (amilosa rendah), bila
dimasak tidak mampu membentuk gel yang kukuh dan pasta yang dihasilkan lebih
lunak disebut (long texture). Sifat long texture tersebut menyebabkan
kecenderungan sifat yang merenggang dan patah, sehingga menghasilkan tingkat
pengembangan yang lebih besar (PAMILIANTI, 2014). Oleh karena itu, kacang-
kacangan yang mengandung lebih banyak amilopektin memiliki rasio
pengembangan yang lebih besar dan daya serap air yang lebih tinggi.
21
22
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. kacang-kacangan memiliki jenis yang berdeda beda. Jenis kacang yang
berbeda maka akan berbedapula karakteristik kacang dan memberikan hasil
yang berbeda pula
2. jenis kacang perlu diperhatikan dalam penanganan dan penyimpanan kacang-
kacangan, karena dapat mempengaruhi kebutuhan ruang penyimpananbahan
dan penanganan lanjutan
6.2 Saran
Dalam pengamatan yang dilakukan harus teliti dan menggunakan prosedur
yang sesuai, jika tidak sesuai dapat menyebabkan kecelakaan dan hasil yang kurang
tepat. Maka untuk menghindari atau meminimalisir kecelakaan dan hasil yang
kurang tepat pengamatan harus menggunakan prosedur yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Atika, Rina. 2018. Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kacang
Hijau (Vigna radiata L.) dengan Pemberian Giberelin di Lahan Salin.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara
Al Rivan, M. E., Rachmat, N., & Ayustin, M. R. (2020). Klasifikasi Jenis Kacang-
Kacangan Berdasarkan Tekstur Menggunakan Jaringan Syaraf
Tiruan. Jurnal Komputer Terapan, 6(1), 89-98.
Amelia, J. R., Ma'arif, S., & Arkeman, Y. (2014). Yoghurt susu jagung manis
kacang hijau sebagai strategi inovasi produk alternatif pangan
fungsional. Jurnal teknik industri, 4(3).
Daud, A., Suriati, S., & Nuzulyanti, N. (2019). Kajian penerapan faktor yang
mempengaruhi akurasi penentuan kadar air metode
thermogravimetri. Lutjanus, 24(2), 11-16.
Handayani, D., Nurwantoro, N., & Pramono, Y. B. (2022). Karakteristik Kadar Air,
Kadar Serat dan Rasa Beras Analog Ubi Jalar Putih dengan Penambahan
Tepung Labu Kuning. Jurnal Teknologi Pangan, 6(2), 14-18.
Justisia, S. W. A. H., & Adi, A. C. (2016). Peningkatan daya terima dan kadar
protein nugget substitusi ikan lele (Clarias batrachus) dan kacang merah
(Vigna angularis). Media Gizi Indonesia, 11(1), 106-112.
Kanchana, 2016 . Glycine Max (L.) Merr. (Soybean). Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Science 5(1): 356-371.
Kumalasari, I. D. A., R. Damayanti, dan M. A. Wirakartakusumah. 2015.
Hubungan Densitas Kamba dengan Sifat Fisikokimia Beras dan Beras
Ketan. Jurnal Pascapanen Pertanian: 12(2): 65-72.
Kumalasari, I. D. A. A., N. Oktarina, dan S. Raharjo. 2015. Kajian sifat fisis dan
daya serap air pada tepung limbah umbi-umbian. Jurnal Pangan
danAgroindustri. 3(3): 837-846.
Lutfiah, A. N. (2020). Modifikasi kacang kedelai (Glycine max) dan hati ayam
pada sosis ayam sebagai alternatif sosis tinggi protein dan zat
besi (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
Lubis, A. S., Romli, M., Yani, M., & Pari, G. (2016). Mutu biopelet dari bagas,
kulit kacang tanah dan pod kakao. Jurnal Teknologi Industri
Pertanian, 26(1).