Anda di halaman 1dari 41

PRAKTIKUM TEKNOLOGI BIOPRODUK BERBASIS TANAMAN

Ekstraksi Minyak Nabati Secara Mekanik

Oleh:
Kelompok 01
Ketua Kelompok :
Rizki Dwi Setiyani 11221002
Anggota Kelompok :
Aisya Alifia Putri 11221001
Reso Aji Saputra Wicaksono 11221014
Maverick Allen Chaynn 11221020
Meisya Nur’alfiani Eka Putri 11221045

Dosen : Sri Nanan B. Widyanto, Prof.


Lili Melani, ST, M.Sc., Ph.D
Asisten : Nathan Althea Sandjaja (11220014)
Tanggal Percobaan : Selasa, 14,21, dan 28 Maret 2023
Tanggal Pengumpulan : Senin, 3 April 2023

PROGRAM STUDI REKAYASA HAYATI


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2023
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN

Komponen Nilai Maksimal Nilai


BAB I 10 9
BAB II 20 18
BAB III 10 9,5
BAB IV 40 35,5
BAB V 10 10
Format 10 5
Total 100 87

Laporan Praktikum Modul Ekstraksi Minyak Nabati Secara Mekanik sebagai


syarat untuk memenuhi rangkaian Praktikum Teknologi Bioproduk Berbasis
Tanaman dalam menempuh studi tingkat sarjana di Program Studi Rekayasa
Hayati Institut Teknologi Bandung

Jatinangor, 3 April 2023


Diperiksa oleh,
Asisten Praktikum

Nathan Althea Sandjaja


NIM. 11220014
Mengetahui dan menyetujui,

Dosen Pengampu Dosen Pengampu

Lili Melani, ST, M.Sc, Ph.D Sri Nanan B. Widyanto, Prof.


Nopeg. 120110014 NIP. 19570314198203

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vi

RINGKASAN .................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Tujuan ............................................................................................. 2

1.3 Ruang Lingkup ................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5

2.1 Ekstraksi ......................................................................................... 5

2.1.1 Ekstraksi Mekanik .................................................................. 5

2.1.2 Metode Screw Pressing .......................................................... 5

2.2 Minyak Nabati................................................................................. 6

2.3 Karakteristik Minyak ....................................................................... 7

2.3.1 Uji Densitas............................................................................ 7

2.3.2 Uji Pembakaran Sederhana ..................................................... 8

2.4 Sampel yang Digunakan .................................................................. 9

2.4.1 Biji Jarak Pagar ...................................................................... 9

2.4.2 Biji Kacang Kedelai ............................................................. 10

BAB III METODOLOGI ................................................................................... 11

3.1 Alat dan Bahan .............................................................................. 11

3.2 Langkah Kerja ................................................................................ 12


ii
3.2.1 Persiapan Biji Jarak Pagar dan Biji Kedelai .......................... 12

3.2.2 Ekstraksi Menggunakan Screw Press.................................... 12

3.2.3 Pengukuran rendemen minyak .............................................. 13

3.2.4 Pengukuran Densitas Minyak ............................................... 14

3.2.5 Uji pembakaran sederhana .................................................... 14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 16

4.1 Preparasi Biomassa........................................................................ 16

4.2 Kadar Air pada Sampel.................................................................. 16

4.3 Rendemen Perolehan Minyak Nabati ............................................. 17

4.4 Densitas Minyak Nabati ................................................................ 19

4.5 Uji Pembakaran Sederhana terhadap Minyak Nabati...................... 20

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 22

5.1 Kesimpulan ................................................................................... 22

5.2 Saran ............................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 23

LAMPIRAN ...................................................................................................... 28

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Screw Press .................................................................................... 12

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Alat dan Bahan pada Percobaan .......................................................... 11

Tabel 4.1 Persentase Kadar air pada Sampel Biji ................................................ 16

Tabel 4.2 Persentase Rendemen Perolehan Minyak Nabati ................................. 17

Tabel 4.3 Persentase Densitas dan Galat Minyak Nabati .................................... 19

Tabel 4.4 Hasil Uji Bakar Sederhana Minyak Nabati Ekstraksi .......................... 20

v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Cara Pengolahan Data .................................................................... 29

Lampiran B Data Mentah ................................................................................... 31

Lampiran C Dokumentasi .................................................................................. 32

vi
RINGKASAN
Minyak nabati merupakan trigliserida berupa cairan yang mudah mengalir
pada suhu ruangan dan umumnya diperoleh dari hasil ekstraksi biji tanaman. Pada
praktikum ini digunakan sampel biji jarak pagar (Jatropha curcas) dan kedelai
(Glycine max) untuk diekstraksi minyak nabatinya. Proses yang cocok untuk
memperoleh minyak nabati sangat beragam salah satunya adalah ekstraksi dengan
metode screw press. Metode pengepresan mekanis (screw pressing) merupakan
teknik pemisahan komponen kimia atau minyak dengan prinsip yang didasarkan
pada tekanan mekanis terhadap ulir yang berputar sehingga tekanan yang diberikan
dapat meremukkan biji kemudian minyak dapat keluar. Minyak hasil ekstraksi tidak
dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar pengganti BBM, tetapi harus
dilakukan beberapa uji kualitas minyak terlebih dahulu yang pada percobaan kali
ini digunakan pengukuran rendemen dan densitas minyak serta uji bakar sederhana.
Rendemen minyak jarak pagar (Jatropha curcas) dan kedelai (Glycine max) secara
berturur-turut ialah sebear 2,60% dan 3,68%. Densitas minyak hasil ekstraksi jarak
𝑔
pagar sebesar 0,8573 dan densitas minyak kedelai (Glycine max) yang
𝑐𝑚 3
𝑔
dipeorleh sebesar 0,962 . Uji bakar minyak ekstraksi jarak pagar dan kedelai
𝑐𝑚 3

menghasilkan api berwana jingga kemerahan yang tidak stabil dan menghasilkan
asap berwarna hitam.

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan bakar minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama
yang digunakan saat ini. Kebutuhannya yang semakin meningkat tetapi
ketersediaannya terbatas karena merupakan bahan bakar yang tidak dapat
diperbaharui sehingga mendorong diperlukannya sumber energi alternatif baru,
salah satunya adalah minyak nabati yang memiliki potensi untuk bahan baku
sumber alternatif pengganti bahan baku solar (biodiesel) (Hariani et al., 2013).
Minyak nabati merupakan trigliserida yang berupa cairan yang mudah mengalir
pada suhu ruangan (Sayidah et al., 2012) dan umumnya diperoleh dari hasil
ekstraksi dari hasil tanaman bagian bijinya. Proses yang cocok untuk memperoleh
minyak nabati sangat beragam salah satunya adalah ekstraksi dengan metode
pengepresan mekanis yang akan dilakukan pada modul ini (Karak, 2012).
Metode pengepresan mekanis (screw pressing) merupakan suatu teknik
untuk memisahkan suatu komponen kimia atau berupa minyak dalam praktikum
modul ini dari suatu bahan yang berasal dari biji-bijian dengan melakukan
pengepresan berulir (screw pressing). Prinsip kerja ekstraksi tersebut menerapkan
tekanan mekanis terhadap ulir yang berputar sehingga tekanan yang diberikanan
dapat meremukkan biji kemudian minyak dapat keluar (Heruadi, 2008). Contoh
penerapan di bidang bioindustry yang memanfaatkan metode ini yaitu penggunaan
screw press untuk pembuatan bahan baku biofuel dari minyak biji nyamplung
(Ilma, 2015).

1
Pada praktikum modul ekstraksi minyak nabati secara mekanik, akan
dilakukan pemisahan minyak nabati dari sampel bahan biji jarak pagar (Jatropha
curcas) dan kedelai (Glycine max) secara mekanik dengan menggunakan alat screw
press. Hasil minyak tersebut kemudian akan dihitung perolehan rendemen dan
densitas serta dianalisis kualitas minyak hasil ekstraksinya melalui uji pembakaran
sederhana. Hasil uji pembakarannya berupa warna api, kestabilan api, terbentuk
atau tidaknya asap, dan warna asap. Modul ini penting dilakukan bagi engineer di
bidang industri agar mampu mengembangkan ekstrak dari minyak tanaman menjadi
bahan baku bioproduk yang menerapkan prinsip biorefinery, salah satu contohnya
yaitu ekstraksi minyak jarak pagar sebagai bahan baku biodiesel untuk menciptakan
bahan bakar alternatif (Suprianto et al., 2017).

1.2 Tujuan
Tujuan umum dari praktikum modul ini, yaitu mendapatkan minyak dari
sampel biji dengan menggunakan ekstraksi mekanik yang kemudian dihitung
perolehan densitas dan rendemen minyaknya serta dianalisis kualitas perolehan
minyak dengan uji pembakaran sederhana. Adapun tujuan khusus pada praktikum
modul ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan persen rendemen minyak nabati hasil ekstraksi biji jarak pagar
(Jatropha curcas) dan kedelai (Glycine max) dengan menggunakan metode
screw pressing.
2. Menentukan densitas minyak nabati hasil ekstraksi screw press jarak pagar
(Jatropha curcas) dan kedelai (Glycine max) menggunakan metode
piknometer yang telah ditentukan kalibrasi kadar air yang sesuai dengan
kadar air literatur.
3. Menentukan kualitas api dari hasil uji pembakaran sederhana minyak nabati
hasil ekstraksi biji jarak pagar (Jatropha curcas) dan kedelai (Glycine max)
dengan parameter yang diuji adalah warna api, kestabilan api, keberadaan
asap, serta warna asap.

2
1.3 Ruang Lingkup
Praktikum modul 3 yang berjudul Ekstraksi Minyak Nabati secara Mekanik
telah dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan, yaitu setiap hari selasa di tanggal 14,
21, dan 28 Maret 2023 secara langsung di Laboratorium Instruksional 2, Labtek IA,
ITB Jatinangor dengan kondisi temperature dalam ruangan sebesar 27℃,
kelembapan 60%, dan tekanan sebesar 1,012-1,013 ℎ𝑃𝑎. Pada praktikum pertama,
praktikan membuat jurnal dan berdiskusi bersama asisten masing-masing.
Kemudian di pertemuan berikutnya dilakukan proses ekstraksi pada sampel biji
jarak pagar secara mekanik dengan menggunakan screw press kemudian dilakukan
pengukuran dan perhitungan rendemen, densitas minyak serta analisis kualitas
minyak dengan uji pembakaran. Pada pertemuan terakhir, dilakukan proses
ektraksi, perhitungan dan perlakuan uji yang sama seperti pada pertemuan kedua
tetapi menggunakan sampel biji kacang kedelai.

Parameter yang diukur dalam percobaan modul ini adalah:

1. Massa awal sampel biji


2. Massa akhir sampel biji/massa kering biji
3. Massa umpan
4. Massa minyak yang diperoleh
5. Massa piknometer kosong dan massa piknometer tambah fluida
6. Massa sampel minyak biji jarak pagar dan kedelai dalam piknometer
7. Massa air untuk kalibrasi

Sedangkan parameter yang dihitung antara lain:

1. Persen kadar air pada sampel biji jarak pagar dan kedelai
2. Persen rendemen minyak hasil ekstraksi sampel biji jarak pagar dan kedelai
dengan metode screw pressing
3. Densitas minyak dari kedua sampel dengan membagi massa fluida dengan
volume fluida

Serta parameter yang diasumsikan pada modul ini adalah:

3
1. Pengeringan sampel pada tahap persiapan biomassa diasumsikan kering
sempurna
2. Minyak yang diperoleh terekstraksi secara maksimal dengan metode screw
pressing

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekstraksi
2.1.1 Ekstraksi Mekanik
Ekstraksi mekanik merupakan proses isolasi cairan dari solid dengan
memanfaatkan gaya kompresi. Ekstraksi jenis ini umumnya digunakan untuk
mengekstrak minyak dari bahan (seed oil) dengan keandingan minyak yang tinggi,
yaitu sekitar 30-70% (Damat et al., 2020). Prinsipnya, ekstraksi ini dilakukan
dengan menempatkan benih diantara penghalang yang kemudian diberikan tekanan
sehingga volume oil seed berkurang dan memaksa minyak keluar dari oil seed
tersebut (Nde & Foncha, 2020). Ekstaksi jenis ini memerlukan perlakuan
pendahuluan atau pre-treatment berupa pembuatan serpih, peranjangan dan
penggilingan, serta tempering/pemasakan (Suparno et al., 2010).

Ada dua jenis ekstraksi mekanik yang paling umum dilakukan, yaitu dengan
alat hydraulic press dan screw press. Contoh aplikasi ekstraksi dengan hydraulic
press adalah produksi minyak biji karet untuk penyamakan kulit (Suparno et al.,
2010). Sementara ekstraksi dengan alat screw press banyak digunakan di pabrik
pengolahan kelapa sawit (Hikmawan et al., 2020).
2.1.2 Metode Screw Pressing
Cara kerja screw pressing didasari oleh prinsip ulir, yaitu bahan yang akan
diekstraksi ditekan dengan daya dorong dari ulir yang berputar. Kemudian, bahan
yang masuk ke alat screw press akan terdorong sendirinya kearah depan dan akan
mendapat tekanan ketika umpan berada diujung alat. Semakin bahan berada pada
bagian ujung, maka tekanan terhadap umpan juga akan semakin besar (Heruhadi,
2012). Tekanan inilah yang menyebabkan kandungan minyak dapat diekstraksi dari
oil seed.

Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi rendemen minyak yang


dihasilkan oleh alat screw pressing, yaitu kecepatan pemutaran ulir, temperatur,
kandungan air pada sampel, ukuran sampel, dan ukuran dimensi nozzle (Ionescu et

5
al., 2014). Kecepatan pemutaran ulir yang lebih lambat akan menghasilkan efisiensi
yang lebih tinggi karena pemutaran yang terlalu cepat akan menghasilkan ampas
yang lebih banyak dan minyak yang diekstraksi lebih sedikit. Hal ini dapat terjadi
karena waktu yang tersedia untuk minyak dalam oil seed keluar itu lebih sedikit.
Selain itu kecepatan pemutaran yang tinggi juga kurang efisien karena dibutuhkan
konsumsi energi yang lebih tinggi. Faktor kedua adalah temperatur, dimana
temperatur yang cukup tinggi akan menurunkan kadar air dalam umpan dan
meningkatkan fluiditas minyak dalam oil seed sehingga ekstraksi lebih mudah.
Namun, temperatur yang digunakan jangan terlalu tinggi hingga dapat merusak
kandungan minyak yang ingin diekstrak. Faktor ketiga adalah kandungan air
dimana kandungan air yang lebih tinggi akan menurunkan yield dan kualitas
minyak yang dihasilkan. Faktor keempat adalah ukuran sampel dimana perlu
digunakan ukuran sampel yang optimal (tidak terlalu besar atau kecil) agar ekstraksi
lebih efisien. Faktor yang terakhir adalah dimensi nozzle dimana nozzle yang lebih
kecil akan meningkatkan tekanan pada umpan sehingga lebih banyak minyak yang
diekstraksi (Ionescu et al., 2014).

2.2 Minyak Nabati


Minyak nabati termasuk dalam golongan lipid, yaitu senyawa organik yang
terdapat di alam dan tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar
seperti senyawa hidrokarbon atau dietil eter. Minyak dan lemak nabati memiliki
komposisi utama berupa senyawa gliserida dan asam lemak dengan rantai C-nya
yang panjang. Asam lemak merupakan asam karboksilat yang diperoleh dengan
menghidrolisis suatu lemak/minyak yang umumnya memiliki rantai karbon panjang
dan tak bercabang. Asam lemak yang umum ditemukan dalam minyak nabati
adalah asam stearate, palmitat, oleat, linoleat, dan linoletat. Sedangkan gliserida
merupakan ester dari gliserol yang terdiri atas monogliserida, digliserida, dan
trigliserida tergantung jumlah asam lemak yang terikat pada gliserol. Selain itu
kandungan lain yang terdapat pada minyak nabati diantaranya adalah fosfolipida,
karoten, dan senyawa belerang (Wijayanti, 2008).

6
Minyak nabati sebagai salah satu produk dalam bidang rekayasa yang dapat
berpotensi untuk dikembangkan atau dibiosintesis menggunakan mikroorganisme
seperti bakteri dan ragi. Beberapa aplikasi tersebut di beberapa bidang meliputi
produksi biodiesel. Minyak nabati yang dihasilkan dari biosintesis dapat digunakan
sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan dapat mengurangi
ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Seperti salah satu contohnya biodiesel
yang dihasilkan dari minyak nabati melalui proses transesterfikasi, lalu
dicampurkan dnegan minyak diesel (solar) dapat meningkatkan sifat pelumasan
(Kristanto et al., 2003).

2.3 Karakteristik Minyak


2.3.1 Uji Densitas
Densitas merupakan sebuah pengukuran atau besaran fisika yang digunakan
dalam pengukuran jenis-jenis fluida, gas, dan padatan. Densitas dihitung dengan
mengukur massa per satuan volume dari suatu benda atau zat (Widiasastra, 2017).
Peningkatan massa dalam sebuah satuan volume, akan meningkatkan densitas atau
yang dapat disebut massa jenis dari suatu zat atau benda. Perbandingan antara
densitas minyak nabati ekstraksi hasil percobaan dengan sebenarnya dapat
menentukan seberapa mirip hasil dari metode percobaan dengan yang sebenarnya.

Densitas minyak nabati dapat memengaruhi kualitas dari minyak nabati


tersebut. Densitas yang lebih tinggi dapat diindikasikan oleh keberadaan zat
pengotor dengan densitas lebih tinggi. Sementara itu, densitas yang lebih rendah
dapat menunjukkan adanya pencampuran minyak nabati sehingga tidak murni
(Putri, 2018). Berbagai hal dapat memengaruhi besar kecilnya nilai densitas pada
minyak nabati. Suhu pemanasan maupun suhu penyimpanan dapat memengaruhi
besarnya nilai densitas. Suhu yang lebih tinggi dapat menurunkan densitas pada
minyak nabati (Nugroho, 2019). Jenis dari minyak nabati itu sendiri seperti minyak
kelapa atau minyak biji kemiri dapat juga memiliki nilai densitas yang berbeda. Hal
ini dikarenakan terdapat perbedaan pada komposisi dan jenis asam lemak pada
minyak nabatinya (Kusnandar, 2018).

7
Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan piknometer atau dengan
gelas ukur biasa. Piknometer itu sendiri merupakan sebuah wadah kaca atau logam
dengan tabung kecil yang dapat ditutup rapat (Sharma, 2017). Piknometer dapat
digunakan dengan mengisi wadah tersebut sampai penuh kemudian ditutup rapat.
Massa piknometer kosong dan setelah penuh diukur dan dihitung massa dari
senyawa atau zat. Untuk volume, setiap piknometer memiliki besar atau jumlah
volume yang spesifik seperti 5 dan 10 ml. Dengan data massa dan volume, dapat
diperoleh densitas dari senyawa atau zat. Metode yang sama dapat juga diterapkan
dengan gelas ukur. Sebelumnya dengan kalibrasi dapat juga dilakukan demi
memastikan ketelitian dan galat dari alat.

2.3.2 Uji Pembakaran Sederhana


Uji bakar adalah uji kualitatif yang dilakukan untuk menentukan kualitas
sampel minyak. Pembakaran dapat didefinisikan sebagai oksidasi bahan bakar yang
disertai dengan produksi panas dan/atau cahaya (Triwibowo, 2013). Hasil utama
pembakaran adalah karbondioksida dan air. Pembakaran yang sempurna dapat
dicapai jika pasokan oksigen pada saat pembakaran memadai. Beberapa parameter
yang diamati pada uji ini adalah stabilitas dan warna api serta keberadaan dan warna
asap.

Menurut Perdana et al. (2018), warna api biru mengidikasikan bahwa


pembakaran mendekati sempurna, sementara warna api kuning mengindikasikan
bahwa pembakaran belum sempurna sehingga masih ada kandungan karbon
monoksida dan hidrokarbon yang tinggi dalam gas buangan. Bahan bakar (minyak)
yang digunakan dapat memengaruhi warna nyala api, dimana minyak dengan
kandungan sulfur yang tinggi cenderung menghasilkan nyala api kuning atau jingga
kemerahan. Hal ini dapat terjadi karena adanya sulfur yang terbakar menghasilkan
gas sulfur dioksida yang bersifat luminesensi (Zhao et al., 2016). Sementara bahan
bakar (minyak) yang lebih bersih atau memiliki kandungan sulfur yang rendah
dapat menghasilkan nyala api berwarna biru atau biru putih.

Stabilitas nyala api dapat dipengaruhi oleh pelepasan volatil dan bahan
volatil. Selain itu, bahan bakar dengan kandungan air tinggi juga cenderung

8
berdampak negatif pada stabilitas nyala api (Malmgren & Riley, 2012). Maka dari
itu, bahan bakar (minyak) dengan kandungan air yang masih cukup tinggi memiliki
kualitas yang kurang baik.

Keberadaan asap saat pembakaran mengindikasikan bahwa pembakaran


tersebut tidak sempurna (Simoneit, 2002). Asap berwarna hitam dan abu
mengindikasikan bahwa rasio bahan bakar terhadap oksigen terlalu tinggi sehingga
pembakaran tidak sempurna. Sementara asap berwarna abu dan putih umumnya
mengindikasikan bahwa bahan bakar yang digunakan berkualitas rendah dan
mengandung kontaminan.

2.4 Sampel yang Digunakan


2.4.1 Biji Jarak Pagar
Biji jarak pagar (Jaropha curcas) merupakan biji-bijian yang berasal dari
tumbuhan jarak pagar, yang sering dikenal sebagai sumber bahan baku biodiesel.
Tanaman jarak dapat tumbuh di tanah yang kering, mudah tumbuh dengan cepat
dan tanaman ini dapat menghasilkan biji selama 40 tahun. Tanaman ini telah lama
digunakan sebagai sumber minyak nabati, karena minyak yang dihasilkan dari biji
jarak pagar memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi sehingga
memilik potensi untuk digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah
lingkungan (Mohammad et al., 2019). Tanaman tersebut menghasilkan biji dengan
kandungan minyak hingga 37%, hampir dua kali lipat dibandingkan kedelai dan
hampir sama dengan kandungan minyak pada camelina (Putri, 2018). Selain itu,
menurut penelitian yang telah dilakukan oleh A. R. Ogunniyi dan S. A. Adeyemi
(2013) menunjukkan bahwa biji jarak pagar mengandung lemak sebesar 55-60%,
protein sebesar 20-30%, dan serat kasar sebesar 10-20%. Selain itu, biji jarak pagar
juga mengandung asam lemak tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda, seperti asam
oleat, linoleat, dan palmitoleat. Jika dilihat dari sisi negatifnya, biji jarak pagar juga
memiliki kandungan zat racun berupa curcin yang dapat menyebabkan kerusakan
hati dan ginjal.

9
2.4.2 Biji Kacang Kedelai
Biji kacang kedelai (Glycine max L.) adalah salah satu jenis biji-bijian yang
banyak ditanam di seluruh dunia dan tumbuh di berbagai kondisi iklim dengan suhu
optimal pertumbuhan antara 20-30℃ sebagai sumber protein nabati. Selain sebagai
sumber protein, biji kacang kedelai juga dapat dioah menjadi minyak nabati yang
banyak digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Biji kacang kedelai memiliki
komposisi kimia yang kaya, termasuk protein, lemak, serat, dan karbohidrat.
Menurut penelitian yang telah dilakukan, minyak kedelai mengandung asam lemak
tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda, seperti asam oleat, linoleat, dan linolenat
sebagai bahan penyusun kacang kedelai yang jumlahnya cukup besar berkisar 7-
54% serta minyak kedelai juga mengandung vitamin E dan fitosterol (Isa, 2011).

10
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Alat bahan yang digunakan dalam percobaan ini dapat dilihat dalam tabel
3.1 dan gambar 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Alat dan Bahan pada Percobaan

Alat Bahan
Screw press (1 set) Biji jarak pagar
Pembakar bunsen (1 unit) Biji kedelai
Gelas ukur 10 ml(1 unit) Sumbu lilin (1 untai)
Piknometer 5 ml (1 unit) Kain kasa ( 2 lembar)
Gelas beker 50 ml (3 unit) Botol plastik 600 ml (1 unit)
Spatula logam (1 unit) Lakban (1 gulung)
Korek api (1 unit) Tisu (1 gulung)
Alat penyaring (1 unit) Alumunium foil (1 rol)
Saringan (1 unt) Air ditilasi (20 ml)
Pahat (1 unit)
Palu (1 unit)
Oven (1 unit)
Kain lap (1 unit)
Timbangan (1 unit)
Kunci inggris (1unit)
Gelas beker 100 ml (2 unit)
Gelas beker 500 ml (2 unit)
Piknometer 10 ml (1 unit)

11
Gambar 3.1 Screw Press

3.2 Langkah Kerja


3.2.1 Persiapan Biji Jarak Pagar dan Biji Kedelai
Biji jarak dan biji kedelai yang akan diekstraksi perlu dikeringkan terlebih
dahulu untuk mengurangi kadar air dalam sampel. Sebelum dikeringkan, biji jarak
dan biji kedelai dibuang terlebih dahulu daging biji ataupun kulitnya lalu
dibersihkan untuk selanjutnya ditimbang dan dicatat massanya. Biji yang sudah
bersih kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 105° 𝐶 selama 2-3 jam
dan dicatat kembali massa keringnya. Data massa basah dan massa kering dari
sampel biji jarak dan biji kedelai digunakan untuk menghitung persentase kadar air
sampel. Kadar air yang terdapat dalam sampel dapat dihitung menggunakan rumus
berikut:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙

3.2.2 Ekstraksi Menggunakan Screw Press


Screw press yang akan digunakan harus dipastikan sudah bersih dari sisa-
sisa ampas bekas penggilingan sebelumnya. Saat alat sudah dipastikan bersih, tahap
selanjutnya ialah merangkai susunan alat yang akan digunakan dalam proses
ekstraksi sesuai dengan gambar 3.1. Di bawah bagian mulut umpan dan juga di
bawah nozzle disimpan gelas beker 50 ml yang direkatkan dengan lakban agar tidak
jatuh untuk menampung ekstrak minyak yang keluar selama proses ekstraksi. Pada
bagian mulut umpan dipasang bagian mulut botol plastik 600 ml yang sebelumnya

12
sudah dipotong untuk mempermudah proses memasukkan sampel biji yang akan
diekstrak. Pemanas bunsen ditempatkan pada bagaian badan screw press untuk
memanaskan sampel yang sedang diekstrak.
Proses ekstraksi dapat dilakukan dengan menyalakan pembakar bunsen
terlebih dahulu kurang lebih selama 5 menit agar alat pres panas. Selanjutnya biji
dimasukkan sedikit demi sedikit melalui mulut botol dibarengi dengan pemutaran
tuas ulir searah jarum jam agar umpan dapat masuk dan terdorong. Pemasukan
sampel ini dapat dilakukan dengan bantuan spatula logam untuk mendorong masuk
sampel ke dalam mulut screw press. Umpan yang berhasil masuk ke dalam alat
screw akan terdorong hingga ke bagian ujung oleh ulir kemudian minyak akan
keluar melalui nozzle ataupun lubang di bawah mulut umpan. Tuas diputar dengan
kecepatan konstan agar ekstrak minyak yang diperoleh optimal. Bila tuas mulai
terasa berat untuk diputar, putaran tuas dapat dilakukan melawan arah jarum jam
selama beberapa saat lalu diputar kembali searah jarum jam. Namun, jjka tuas sudah
tidak dapat diputar yang menandakan bahwa nozzle sudah sangat penuh maka
proses ekstraksi harus dihentikan dan nozzle harus dibuka dengan menggunakan
kunci inggris untuk mengeluarkan ampas terlebih dahulu. Selanjutnya alat dipasang
kembali dan proses pengepresan dilanjutkan.
Minyak yang diperoleh dari kedua gelas kemudian disatukan untuk
selanjutnya disaring. Penyaringan dilakukan menggunakan beberapa lapis kain
kassa dan juga penyaring. Minyak yang diperoleh kemudian dikumpulkan dalam
gelas beker lain dan ditutup menggunakan alumunium foil. Proses ini dilakukan
secara terpisah pada biji jarak pagar dan biji kacang kedelai.

3.2.3 Pengukuran rendemen minyak


Minyak hasil ekstraksi kemudian ditimbang dan dicatat massanya. Data
tersebut digunakan untuk menghitung persen rendemen minyak. Persen rendemen
minyak dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
%𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
Persen rendemen yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan data literatur.
Nilai ini menunjukkan kadar minyak yang terkandung dalam biji.

13
3.2.4 Pengukuran Densitas Minyak
Pengukuran densitas minyak dapat dilakukan menggunakan alat piknometer
ataupun gelas ukur. Pengukuran densitas menggunakan gelas ukur dapat dilakukan
jika volume ekstrak tidak mencapai volume piknometer. Sebelum dilakukan
pengukuran, piknometer ataupun gelas ukur perlu dikalibrasi terlebih dahulu
dengan air distilasi. Piknometer atau gelas ukur kosong ditimbang dan dicatat
massanya. Kemudian piknometer diisi penuh dengan air distilasi dan diukur
kembali massanya. Massa piknometer yang terisi penuh dikurangi dengan massa
piknometer kosong untuk memperoleh massa larutan. Hal tersebut dilakukan duplo
hingga triplo. Data massa tersebut digunakan untuk mengukur densitas atau massa
jenis air. Jika nilai yang diperoleh dari hasil percobaan tidak berbeda jauh dengan
data literatur menandakan bahwa piknometer dapat digunakan.

𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 ( 3
)=
𝑐𝑚 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

Pengukuran densitas minyak dilakukan dengan cara yang sama seperti


pengukuran densitas air. Namun, pengukuran densitas minyak dari biji jarak pagar
dan biji kedelai pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan gelas ukur
karena volume ekstrak minyak terlalu sedikit dan tidak dapat memenuhi volume
piknometer. Pengukuran ini akan lebih baik jika dilakukan duplo ataupun triplo
agar data yang diperoleh lebih akurat. Kami melakukan dua kali pengukuran untuk
ekstrak minyak biji jarak pagar dan satu kali pengukuran untuk ekstrak minyak
kedelai karena jumlah ekstrak minyak yang diperoleh sedikit.

3.2.5 Uji pembakaran sederhana


Uji pembakaran sederhana dilakukan dengan merendam sumbu sepanjang
10 cm di dalam ekstrak minyak selama 10 menit hingga minyak benar-benar
menyerap ke dalam sumbu. Setelah minyak menyerap sumbu kemudian dibakar
menggunakan korek api. Nyala api diamati warna, kestabilan, dan juga muncul atau
tidaknya asap sebagai parameter kualitas ekstrak minyak yang diperoleh.

14
Uji pembakaran dilakukan dengan merendam sepanjang 10 cm di dalam
ekstrak minyak yang akan diuji selama 10 menit agar minyak benar-benar meresap
ke dalam sumbu. Setelah cukup meresap sumbu dibakar menggunakan korek.
Nyala api yang ditimbulkan dari pembakaran sumbu diamatai warna, kestabilan,
dan ada tidaknya asap yang muncul dari proses pembakaran.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Preparasi Biomassa


Preparasi biomassa dilakukan dengan mempersiapkan biji yang akan
digunakan yaitu jarak pagar dan kedelai dengan tujuan agar ekstrak yang dihasilkan
dari biji jarak pagar dan biji kedelai dapat optimal. Preparasi biomassa diawali
dengan pengeringan sampel biji untuk menghilangkan ataupun mengurangi kadar
air yang terkandung pada sampel sehingga ekstraksi dapat berjalan lebih efisien.
Hal ini juga agar dapat meningkatkan kemurnian (konsentrasi) dari minyak hasil
ekstraksi (Chen et al, 2016). Lebih lanjut terkait dengan pengeringan akan dibahas
pada Subbab 4.2 dengan lebih detail. Preparasi biomassa dilanjutkan dengan
pencacahan atau pemotongan biji jarak pagar menjadi ukuran yang lebih kecil
tujuannya adalah untuk memperbesar luas permukaan sehingga dapat
meningkatkan efisiensi ekstraksi mekanik(screw press) dan meningkatkan kualitas
minyak hasil ekstraksi. Tetapi perlu diingat bahwa ukuran yang terlalu kecil juga
dapat mempersulit mesin screw press dalam bekerja sehingga yang diperlukan
adalah ukuran yang sesuai dengan mesin screw press yang digunakan (Zhang et al,
2017). Pada praktikum ini tidak dilakukan pemotongan atau pencacahan biji kedelai
hal ini dikarenakan ukuran biji kedelai yang sudah cukup kecil dan khawatir jika
dipotong akan menjadi terlalu kecil.

4.2 Kadar Air pada Sampel


Tabel 4.1 Persentase Kadar air pada Sampel Biji

Jenis Biji Kadar Air (%) Kadar Air Literatur (℅)


(Menon, 2019)

Jarak Pagar 5,91 5,1

Kedelai 4,28 9,2

16
Selanjutnya terkait dengan hasil pada salah satu dari proses preparasi
biomassa yaitu proses pengeringan dengan buah dari prosesnya adalah persen kadar
air sampel. Pada proses pengeringan terdapat banyak faktor yang dapat
mempengaruhi persen kadar air yang didapat antara lain lama waktu pengeringan,
suhu pengeringan, kelembaban awal biomassa, jenis biomassa yang digunakan,
metode pengeringan, dan ukuran biomassa (Nsamba et al, 2019). Pada praktikum
kali ini dilakukan pengeringan menggunakan oven dengan suhu 105°C dalam
waktu 2-3 jam begitu pula pada persen kadar air yang kami gunakan pada literatur.
Meskipun begitu terdapat perbedaan yang cukup besar pada persen kadar air
literatur dengan kadar air hasil pengeringan yang kami lakukan hal ini disebabkan
karena faktor lain yang mempengaruhi seperti ukuran biomassa dan kelembaban
dari biomassa awal.

Pada sampel biji jarak pagar terdapat perbedaan dimana kadar air biji jarak
pagar literatur lebih rendah yaitu 5,1℅ yang artinya kelembaban dan ukuran
biomassa yang digunakan pada literatur lebih rendah dan kecil sehingga kadar
airnya lebih sedikit, sedangkan pada sampel biji kedelai literatur terlihat bahwa
persen kadar air literatur lebih tinggi yaitu 9,2℅ daripada sampel praktikum.Hal ini
terjadi karena alasan yang kurang lebih sama seperti pada biji jarak pagar, yaitu
ukuran sampel biji kedelai pada literatur lebih besar sehingga masih terdapat
volume air yang cukup tinggi pada sampel dan juga kelembabannya masih tinggi
sehingga air masih banyak terkandung didalammya.

4.3 Rendemen Perolehan Minyak Nabati


Tabel 4.2 Persentase Rendemen Perolehan Minyak Nabati

Jenis Biji Rendemen Percobaan Rendemen Literatur (%)


(%)

Jarak Pagar 2,60 31,39

Kedelai 3,68 21,75

17
Berdasarkan tabel 4.2 diatas terlihat bahwa perolehan rendemen hasil
percobaan sangat berbeda jauh dengan rendemen literatur hal ini dapat terjadi
karena adanya interupsi dari faktor – faktor yang dapat mempengaruhi perolehan
rendemen. Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi perolehan rendemen antara
lain.

1. Kondisi dan karakteristik biji atau bahan baku yang diekstraksi, seperti kadar
air, ukuran partikel, dan kandungan minyak pada biji.
2. Teknik pengolahan, seperti penggilingan atau pemotongan bahan baku, suhu
dan waktu pengeringan, dan penggunaan bahan tambahan seperti enzim atau
surfaktan.
3. Desain dan kondisi operasi screw press, seperti laju aliran bahan, tekanan screw,
dan kecepatan putaran screw.

Faktor – faktor tersebut harus diperhatikan agar hasil ekstraksi dapat dioptimalkan
dengan baik (Ali et al, 2017).

Berdasarkan hal tersebut maka kemungkinan mengapa terjadi perbedaan


yang sangat signifikan terhadap perolehan rendemen hasil percobaan dikarenakan
kondisi biji yang digunakan ukurannya terlalu kecil yang hal ini dapat dikonfirmasi
dengan keluarnya ampas di bagian tempat keluarnya ekstrak. Selain itu proses
pengeringan pada suhu 105°C dianggap terlalu tinggi dan tidak cukup banyak
digunakan di penelitian terkait, karena suhu yang biasa digunakan untuk
pengeringan adalah 60-70°C dalam waktu yang cenderung panjang hingga 8-12 jam
(Bala et al, 2016). Suhu yang cukup tinggi bisa jadi menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan rendemen yang dihasilkan sedikit.

Selanjutnya terkait dengan desain dan kondisi mesin screw press yang
digunakan yang mungkin tidak cukup sesuai dengan sampel yang akan digunakan
seperti ukuran nozzle yang tidak pas dengan sample sehingga terjadi penyumbatan
di berbagai tempat dan tekanan yang diberikan tidak sesuai dengan tekanan yang
dibutuhkan sample biji tersebut. Kecepatan perputaran yang masih menggunakan
tenaga manusia membuat kecepatan yang konstan sulit dicapai dan berimbas

18
kepada tekanan yang diberikan kurang sesuai sehingga hasil yang didapatkan
menjadi sedikit(terhambat). Pengaruh yang terakhir adalah terkait pemanasan
badan screw press yang masih menggunakan bunsen sehingga panas yang
disebarkan atau panas yang digunakan tidak dapat menyesuaikan kebutuhan dari
tiap sampel. Hal ini berimbas pada rusaknya nutrisi dari minyak yang didapatkan
serta sangat mungkin merangsang penguapan minyak sehingga rendemen yang
didapatkan sedikit.

4.4 Densitas Minyak Nabati


Tabel 2.3 Persentase Densitas dan Galat Minyak Nabati

Jenis Biji Densitas Percobaan Densitas Literatur Galat (%)


(𝑔/𝑐𝑚3 ) (𝑔/𝑐𝑚3 )

Jarak Pagar 0,8573 0,921 6,916

Kedelai 0,962 0,912 5,482

Selanjutnya terkait dengan nilai densitas minyak nabati yang didapatkan


terdapat perbedaan meskipun hanya sedikit dengan literatur, hal ini lagi – lagi
dipengaruhi oleh faktor – faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi yang
sebelumnya telah disebutkan. Hasil densitas yang berbeda ini selain karena kualitas
dari minyak nabati yang berbeda juga bisa didapat karena proses pengukuran yang
tidak cukup akurat karena pada proses percobaan sendiri kami menggunakan gelas
ukur untuk menghitung massa jenis dari hasil ekstraksi minyak nabati akibat dari
kuantitas yang sedikit dari minyak yang diperoleh, hal ini memungkinkan
terjadinya galat karena pada saat kalibrasi dengan air pun terdapat galat sekitar 5℅
sehingga sangat mungkin terjadi juga pada perhitungan densitas minyak nabati
yang dilakukan.
Pada dasarnya densitas minyak nabati adalah indikasi dari minyak nabati
terhadap kualitasnya yang jika dibandingkan dengan standar terdapat perbedaan
artinya terjadi kerusakan dari hasil percobaan. Kerusakan ini dapat disebabkan
karena pemanasan yang terlalu tinggi karena menggunakan bunsen yang suhunya

19
tidak dapat diatur, kecepatan pemutaran yang tidak konstan pada berapa rpm
sehingga tekanan yang diterima sampel juga tidak selalu sesuai sehingga berpotensi
merusak sampel, dan faktor yang dapat berpengaruh lainnya (Bala et al, 2016).

4.5 Uji Pembakaran Sederhana terhadap Minyak Nabati


Tabel 4.4 Hasil Uji Bakar Sederhana Minyak Nabati Ekstraksi

Biji Warna Api Kestabilan Keberadaan Warna


Api Asap Asap

Jarak Pagar Jingga Tidak Stabil Ada Hitam


Kemerahan
Kedelai Jingga Tidak Stabil Ada Hitam
Kemerahan
Pengujian terakhir yang dilakukan untuk dapat melihat kualitas dari minyak
hasil ekstraksi biji jarak pagar dan biji kedelai adalah dengan uji pembakaran.
Berdasarkan hasil pengujian kedua minyak nabati hasil ekstraksi mekanik ini
memperlihatkan hasil yang kurang lebih sama yaitu warna api jingga kemerahan,
tidak stabil, serta adanya asap hitam. Warna api jingga kemerahan ini menunjukkan
bahwa pembakaran masih belum sempurna artinya masih terdapat karbon
monoksida dan hidrokarbon yang tinggi pada gas buangan (Perdana et al, 2018).
Kemudian warna jingga kemerahan juga menandakan kandungan sulfur yang masih
tinggi pada minyak tersebut karena sulfur dapat membentuk sulfur dioksida pada
proses pembakaran yang menjadikan warna api menjadi jingga kemerahan hal ini
juga menandakan bahwa ekstrak minyak nabati belum cukup bersih atau
kualitasnya belum cukup tinggi karena kandungan sulfur yang rendah adalah salah
satu parameter kualitas minyak yang baik (Zhao et al, 2016). Selanjutnya terkait
dengan kestabilan api yang tidak stabil hal ini terjadi akibat dari beberapa hal salah
satu yang kemungkinan besar terjadi pada proses percobaan ini adalah masih
terdapatnya kandungan air di dalam sampel sehingga terbawa ke ekstrak dan ini
mengacu kepada kadar air yang berbeda dengan apa yang didapatkan pada literatur.
Hasil observasi pembakaran yang terakhir adalah adanya residu asap hitam yang

20
semakin mendukung argumentasi pertama terkait proses pembakaran yang
berlangsung tidak sempurna sehingga memunculkan asap hitam (Simoneit, 2002).
Selain daripada tanda dari berlangsungnya pembakaran tidak sempurna, asap hitam
juga menandakan pembakaran bahan bakar organik yang memang wajar dihasilkan.
Hasil uji pembakaran yang telah dilakukan dan dijelaskan diatas
mengindikasikan bahwa minyak nabati hasil ekstraksi mekanik masih belum
memiliki kualitas yang cukup baik atau sama dengan literatur dikarenakan
hambatan – hambatan dari proses ekstraksi yang dilakukan seperti yang telah
disebutkan pada Subbab – Subbab sebelumnya. Oleh karena itu perlu pembenahan
agar proses ekstraksi dapat berlangsung dengan lebih baik. Pada literatur warna api
yang seharusnnya ada terkait pembakaran biji jarak pagar melalui penelitian oleh
Farooq et al. (2014) adalah warna kuning kebiruan. Selanjutnya untuk warna api
pembakaran biji kedelai menurut penelitian Mulyaningsih et al. (2019) adalah biru
kehijauan dan dengan api yang stabil.

21
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Diperoleh rendemen minyak hasil ekstraksi biji jarak pagar (Jatropha
curcas) sebesar 2,60% dan rendemen minyak kedelai (Glycine max) sebesar
3,68% menggunakan metode screw pressing.
2. Diperoleh densitas minyak hasil ekstraksi dengan metode screw press
tanaman jarak pagar (Jatropha curcas) sebesar 0,8573 𝑔/𝑐𝑚3 dan densitas
minyak kedelai (Glycine max) yang dipeorleh sebesar 0,962 𝑔/𝑐𝑚3 .
3. Pada uji bakar sederhana untuk minyak ekstraksi biji jarak pagar (Jatropha
curcas) dan kedelai (Glycine max) menghasilkan api berwana jingga
kemerahan yang tidak stabil dan menghasilkan asap berwarna hitam.

5.2 Saran
1. Sebelum memulai proses ekstraksi pastikan screw press yang akan
digunakan sudah bersih dari ampas sisa ekstraksi sebelumnya
2. Saat putaran ulir terasa semakin berat bahkan hingga tidak dapat diputar lagi
atau saat hasil ekstraksi yang keluar bukan lagi minyak tetapi sudah terlalu
banyak ampasnya, nozzle harus segera dibersihkan untuk menghindari
pengendapan ampas pada alat screw.
3. Ukuran sampel yang akan diekstrak dapat dibuat lebih seragam danjangan
terlalu halus untuk menghindari terlalu banyaknya ampas keluar dari pada
ekstrak minyak

22
DAFTAR PUSTAKA
Ali, R. A., Al-Muhtaseb, S. A., & Abu Al-Rub, F. A. (2017). Effect of screw speed
on the performance of mechanical screw press for oil extraction. International
Journal of Engineering and Technology, 9(5), 3797-3802.

Bala, B. K., Dhua, R. S., Chaturvedi, T. K., & Rathore, D. (2016). Oil recovery and
fatty acid profile from Jatropha curcas seed using optimized mechanical
press. Journal of Food Science and Technology, 53(2), 1072-1082. Doi:
10.1007/s13197-015-2136-1

Chen, J., Wang, X., Zhang, Z., & Ding, X. (2016). Effect of different drying
methods on the quality of flaxseed oil. Journal of Food Processing and
Preservation, 40(5), 889-897.

Damat, Putri, D. N., & Rastikasari, A. (2020). Buku Petunjuk Praktikum

Teknologi Lipida Tahun 2020. Universitas Muhammadiyah Malang.

http://eprints.umm.ac.id/id/eprint/69842

Farooq, M., Ramli, A., Subbarao, D., & Ismail, M. (2014). Physicochemical

properties of Jatropha curcas L. seed oil from Malaysia and its potential

as a biodiesel feedstock. Energy Conversion and Management, 85, 36-42.

Hariani, P. L., Riyanti, F., & Riska, M. (2013). Pengaruh variasi temperatur dan
konsentrasi minyak terhadap rendemen dan karakteristik biodiesel dari
minyak biji kemiri (aleurites moluccana). Prosiding SEMIRATA 2013, 1(1).

Heruhadi, B. (2008). Pengembangan teknologi proses pengolahan jarak pagar (Pure


Jatropha Oil) Kapasitas 6 ton biji/hari. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia, 10(3), 189-196.

Hikmawan, O., Naufa, M., & Tarigan, E. A. (2020). Pengaruh Tekanan pada

Stasiun Screw Press Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit terhadap Kehilangan

23
Minyak dalam Ampas Press. JUNI (Jurnal Teknik Dan Teknologi),

15(29). http://litbang.kemenperin.go.id/jtt/article/view/6381

Ilma, A. A. (2015). Pengaruh Temperatur Pemanasan Awal dan Kecepatan Ulir


Terhadap Perolehan Minyak Biji Nyamplung (Callophylum inophylum)
Dengan Metode Pengepresan Berulir Effect of Preheating Temperature and
Screw Speed on Nyamplung (Callophylum inophylum) Seed Oil Yield using
Screw Press Method (Doctoral dissertation, Undip).

Isa, I. (2011). Penetapan asam lemak linoleat dan linolenat pada minyak kedelai
secara kromatografi gas. Journal Sainstek dan terapannya, 6(1), 76-81.

Karak, N. (2012). Vegetable oil-based polymers: properties, processing and


applications. United Kingdom, Elsevier Science.

Lin, Y., Zhang, X., Liu, H., Liu, Z., & Sun, J. (2020). Effect of drying method on
quality of soybean protein isolate. Journal of Food Process Engineering,
43(1), e13279. Doi: 10.1111/jfpe.13279

Malmgren, A., & Riley, G. (2012). Biomass Power Generation. Elsevier EBooks,

27–53. https://doi.org/10.1016/b978-0-08-087872-0.00505-9

Menon, V. C., & Rao, M. (2012). Trends in oil recovery from oilseeds. Journal of
Oilseeds Research, 29(1), 1-21.

Mohammad, A. T., Mofijur, M., Mahmudul, H. M., & Hazrat, M. A. (2019). Impact
of jatropha oil addition on the properties, performance, and emission of
diesel-biodiesel blend fuel: A review. Renewable and Sustainable Energy
Reviews.

Mulyaningsih, W., Mardawati, E., & Ariyanti, D. (2019). Ekstraksi Minyak Kedelai
dengan Metode screw press untuk Bahan Baku Biodiesel. Jurnal Teknologi
Kimia dan Industri, 8(2), 112-119.

24
Nde, D. B., & Foncha, A. G. (2020). Optimization Methods for the Extraction of

Vegetable Oils: A Review. Processes, 8(2), 209.

https://doi.org/10.3390/pr8020209

Nor, N. M., Abdul Manan, F. A., Mat, R., Yaakob, Z., & Alkhatib, M. F. M. (2016).
Influence of drying methods on the properties of Jatropha curcas L. seeds.
Chemical Engineering Transactions, 52, 67-72. Doi: 10.3303/CET1652012

Nsamba, H., Zhang, M., & Shao, Q. (2019). The influence of drying temperature
and time on the quality of sunflower seeds. Food Science and Technology,
39(2), 327-333. Doi: 10.1590/fst.02218

Ogunniyi, A. R., & Adeyemi, S. A. (2013). Characterization of Jatropha curcas L.


seeds and seed oils from Nigeria using proximate analysis, spectroscopy, and
chromatography. ISRN Analytical Chemistry.

Perdana, D., Gunawan, E., & Buyung, P. (2018). Perilaku Dan Kestabilan Nyala

Api Pada Pembakaran Premixed Minyak Biji Kapas Terhadap Variasi Air

Fuel Ratio. Prosiding Seminar Nasional ReTII.

https://journal.itny.ac.id/index.php/ReTII/article/view/1020

Philip, K. (2003). Pengaruh Alduterasi Bahan Bakar Gasolin-Kerosene Terhadap


Emisi Gas Buang dan Performa Motor. Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Putri, D. R., & Lubis, D. E. (2018). Analisis Kualitas Minyak Goreng di Pasar
Tradisional Sei Agul, Medan. Jurnal Teknik Kimia USU, 7(2), 49-54.

Putri, R. A., Muhammad, A., & Ishak, I. (2018). Optimasi proses pembuatan
biodiesel biji jarak pagar (Jatropha Curcas L.) melalui proses ekstraksi
reaktif. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 6(2), 16-30.

Sayidah, N., Fazilah, A., & Rashidah, Y. A. (2012). Properties of palm-based


diacylglycerol oil as a functional oil. Food research international, 49(1), 8-
15.

25
Sharma, V., & Sharma, M. (2017). A review on density determination techniques
using pycnometer. Journal of Advanced Research in Civil Engineering,
Architecture, Urban Sustainability and Infrastructure, 1(1), 1-6.

Simoneit, B. R. (2002). Biomass burning — a review of organic tracers for smoke

from incomplete combustion. Applied Geochemistry, 17(3), 129–162.

https://doi.org/10.1016/s0883-2927(01)00061-0

Suparno, O., Sofyan, K., & Aliem, M. I. (2010). Penentuan Kondisi Terbaik

Pengempaan dalam Produksi Minyak Biji Karet (Hevea brasiliensis) untuk

Penyamakan Kulit. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 20(2), 101–109.

https://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnaltin/article/view/3621

Suprianto, F., Nuryanto, B., & Kurniawan, E. (2017). Biodiesel production from
candlenut oil (Aleurites moluccanus L.) and its characteristics. Energy
Procedia, 107, 242-247.

Triwibowo, B. (2013). TEORI DASAR SIMULASI PROSES PEMBAKARAN

LIMBAH VINASSE DARI INDUSTRI ALKOHOL BERBASIS CFD.

DOAJ (DOAJ: Directory of Open Access Journals).

https://doi.org/10.15294/jbat.v2i2.2795

Untracht, O. (1982). Jewelry Concepts and Technology. Doubleday Books.

Widiasastra, I. W., Suasta, I. B. G., & Kusuma, I. W. (2017). Pengaruh Densitas


Terhadap Kualitas Sabut Kelapa Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Jurnal
Teknik Mesin, 8(1), 1-6.

Wijayanti, F. E. (2008). Pemanfaatan minyak jelantah sebagai sumber bahan baku


produksi metil ester.

26
Zhang, Q., Liu, W., Ding, W., Zhang, J., & Yang, X. (2017). Effect of biomass
particle size on the properties of biomass particleboard. Bioresources, 12(2),
3540-3552. Doi: 10.15376/biores.12.2.3540-3552

Zhao, Y., Ma, Q., Liu, Y., & He, H. (2016). Influence of sulfur in fuel on the

properties of diffusion flame soot. Atmospheric Environment, 142, 383–

392. https://doi.org/10.1016/j.atmosenv.2016.08.001

27
LAMPIRAN

28
Lampiran A Cara Pengolahan Data

A.1 Menghitung Kadar Air


Data yang diperoleh setelah dan sebelum pengeringan biji disajikan pada
Tabel A.1 :
Tabel A.1 Berat Biji Setelah dan Sebelum Pengeringan
Biji Berat Sebelum (gram) Berat Setelah (gram)
Jarak Pagar 104,95 98,75
Kedelai 81.84 78,34

Nilai persentase kadar air kemudian dilakukan dengan perumusan berikut:


𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝑥100 (A.1)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙

A.2 Menghitung Rendemen


Data berat perolehan minyak nabati dan berat umpan biji disajikan pada
Tabel A.2 :
Tabel A.2 Berat Minyak Nabati dan Umpan dari ekstraksi screw press
Biji Berat Umpan (gram) Berat Minyak Nabati
(gram)
Jarak Pagar 98,75 2.572
Kedelai 78,34 2.886

Besar rendemen minyak kemudian dilakukan dengan perumusan berikut:


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑁𝑎𝑏𝑎𝑡𝑖
%𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥100% (A.2)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑈𝑚𝑝𝑎𝑛

A.3 Menghitung Densitas


Data berat perolehan minyak nabati dan volume perolehannya disajikan
pada Tabel A.2 :
Tabel A.2 Berat Minyak Nabati dan Volume dari ekstraksi screw press

29
Biji Berat Minyak Nabati Volume Minyak Nabati
(gram) (𝑐𝑚3 )
Jarak Pagar 2,572 3
Kedelai 2,886 3

Nilai densitas kemudian dilakukan dengan perumusan berikut:


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑁𝑎𝑏𝑎𝑡𝑖
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = (A.3)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑁𝑎𝑏𝑎𝑡𝑖

A.4 Menghitung Galat Minyak Nabati


Nilai galat densitas dari minyak nabati dapat dilakukan dengan perumusan
berikut:
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟−𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥100% (A.4)
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

30
Lampiran B Data Mentah

Gambar B.1 Uji bakar sederhana minyak nabati biji kedelai

Gambar B.2 Uji bakar sederhana minyak nabati biji jarak pagar

31
Lampiran C Dokumentasi

Gambar C.1 Sampel biji jarak pagar yang sudah dicacah dan keringkan

Gambar C.2 Sampel biji kedelain yang sudah dikeringkan

Gambar C.3 Sampel minyak nabati biji jarak pagar hasil ekstraksi screw press

32
Gambar C.4 Sampel minyak nabati biji kedelai hasil ekstraksi screw press

Gambar C.5 Pengoperasian peralatan screw press

Gambar C.6 Pembersihan nozzle screw press

33

Anda mungkin juga menyukai