Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA FLUIDA RESERVOIR

NAMA : KIRAN HERMAWAN PUTRI

TANGGAL PRAKTIKUM : 14 APRIL – 28 APRIL 2021

TANGGAL PENYERAHAN : 7 JUNI 2021

NAMA GURU PRAKTIKUM : HERY SAPRIANTO,ST

LABORATORIUM TEKNIK PERMINYAKAN


JURUSAN PRODUKSI MIGAS
SMK
2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Praktikum Analisa Fluida Reservoir

Tahun pelajaran 2020/2021

Jurusan Produksi Migas

Disusun oleh :

NAMA : Kiran Hermawan Putri

NISN : 0033993946

Kelas :XI-Produksi Migas

Program Keahlian :Teknik Perminyakan Migas

Dengan Hasil Penilaian : A

Balikpapan , 25 Mei 2021

Disetujui oleh:

Guru Pembimbing Praktikum

(Hery Saprianto, ST)

i
LEMBAR ASISTENSI PRAKTIKUM

ANALAISA FLUIDA RESERVOIR

Nama : Kiran Hermawan Putri

NISN : 0033993946

Kelompok : 3 (Tiga)

No Tanggal Keterangan TTD


1 27 Mei 1.Penambahan segitiga di perhitungan SG
2021 2.Penambahan dasar teori di bab II
3.Penempatan sub bab

Hery Saprianto ST

2 1 Juni 2021 1. Penempatan daftar isi


2. Penempatan tabel, gambar dan grafik

Hery Saprianto ST

“ Print Out “

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan berkat, karunia dan anugerah-Nya sehingga penyusunan praktikum Analisa
Fluida Reservoir ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini merupakan pelaksanaan dari
kegiatan Jurusan Produksi Migas SMK Muhammadiyah Sanga-sanga yang dilaksanakan di
Laboratorium Teknik Perminyakan Jurusan Produksi Migas SMK Muhammadiyah Sanga-
sanga tanggal 13 April- 29 April 2021.

Pelaksanaan Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mengaplikasikan ilmu yang
telah kami peroleh selama masa pembelajaran dan masa praktikum. Sehingga dengan ini kami
berharap setelah masa praktikum ataupun lulus dari sekolah, mampu menerapkan ilmu yang
telah didapat dengan baik dan bertanggung jawab.

Selama melaksanakan praktikum dan penyusunan laporan ini kami telah banyak
memperoleh bantuan baik moril dan materil, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasih sayang yang diberikan-Nya.
2. Yang tercinta orangtuaku yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis secara moril dan material serta doa yang membuat penulis dapat melaksanakan
dan mengikuti Praktikum dengan baik.
3. Bapak Mursidi, S.Ag selaku Kepala Sekolah SMK Muhammdiyah Sanga-sanga.
4. Bapak Wanda Prayoga S.T selaku Ketua Jurusan Produksi Migas.
5. Bapak Hery Saprianto S.T selaku pembimbing praktikum yang telah memberikan
banyak nasehat dan masukan bagi penulis.
6. Bapak Deny Maulani Septian, ST selaku walikelas Jurusan Produksi Migas.
7. Bapak Syahdan Pangestu selaku walikelas Jurusan Produksi Migas.
8. Sahabat ku yang telah banyak membantu penulis selama masa penyusunan laporan.
9. Teman-teman Jurusan Produksi Migas yang sama-sama mengikuti praktikum di
laboraorium Teknik Perminyakan Jurusan Produksi Migas.
10. Serta semua pihak yang telah membantu terlaksananya Praktikum yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.

iii
Balikpapan, 25 Mei 2021

Kiran Hermawan Putri

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i

LEMBAR ASISTENSI PRAKTIKUM ......................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI.................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

BAB II PENENTUAN BASIC SEDIMENT & WATER ....................... 4

2.1 Tujuan Percobaan ...................................................................... 4


2.2 Dasar Teori ................................................................................ 4
2.3 Peralatan dan Bahan .................................................................. 5
2.4 Prosedur Percobaan .................................................................. 6
2.5 Hasil Analisa ............................................................................. 6
2.5.1 Data Hasil Percobaan ...................................................... 6
2.6 Perhitungan ................................................................................ 6
2.7 Pembahasan ............................................................................... 7
2.8 Kesimpulan ............................................................................... 8

BAB III PENENTUAN OIL SPECIFIC GRAVITY .................................. 9

3.1 Tujuan Percobaan ..................................................................... 9


3.2 Dasar Teori ............................................................................... 9
3.3 Peralatan dan Bahan ................................................................. 15

v
3.4 Prosedur Percobaan .................................................................. 15
3.5 Hasil Analisa ............................................................................ 15
3.5.1 Data Hasil Percobaan ..................................................... 15
3.6 Perhitungan ............................................................................... 16
3.7 Pembahasan ............................................................................... 20
3.8 Kesimpulan .............................................................................. 21

BAB IV PENENTUAN PH AIR FORMASI ............................................... 23

4.1 Tujuan Percobaan ..................................................................... 23


4.2 Dasar Teori ............................................................................... 23
4.3 Peralatan dan Bahan ................................................................. 24
4.4 Prosedur Percobaan .................................................................. 24
4.5 Hasil Analisa ............................................................................ 25
4.5.1 Data Hasil Percobaan ................................................... 25
4.6 Pembahasan .............................................................................. 25
4.7 Kesimpulan .............................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 29

LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data Parameter Hasil Analisa ......................................................... 6

Tabel 3.1 Klasifikasi Minyak Bumi Menurut SG ............................................ 13


Tabel 3.2 Data Parameter Hasil Analisa ........................................................ 16

Tabel 4.1 Data Parameter Hasil Analisa ........................................................ 25


Tabel 4.2 Perubahan Warna Kertas Lakmus .................................................. 26

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Faktor Koreksi Pada SG .............................................................. 16


Gambar 3.2 Harga Koreksi °API .................................................................... 17

Gambar 4.1 Jenis-Jenis Scale .......................................................................... 27

viii
DAFTAR GRAFIK

2.1 Grafik Perbandingan % BS&W Sampel 3 dan Sampel 4 ........................ 8

3.1 Grafi Perbandingan API Terukur dan API 60/60 Sampel 1 dan 2 ............ 20
3.2 Grafik Perbandingan SG Terukur dan SG 60/60 Sampel 1 dan 2 ............ 21
3.3 Grafik Hubungan Antara API True dan SG True Sampel 1 dan 2 ........... 21

ix
BAB I

PENDAHULUAN

Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber daya bagi manusia, termasuk
masyarakat Indonesia. Keduanya masuk dalam energi tak terbarukan, artinya akan habis
karena seringnya pemakaian atau tingkat konsumsi manusia. Istilah minyak dan gas bumi
di negeri ini akrab dengan sebutan migas. Sebagian besar pendapat menyebutkan bahwa
migas berasal dari senyawa organik hewan atau tumbuhan yang mengendap selama
jutaan tahun. Namun di luar itu, ada beberapa teori lain terkait asal muasal migas.

Yang pertama ada Teori Biogenetik atau Organik. Teori ini menyebutkan bahwa
minyak bumi dan gas alam terbentuk dari beraneka jasad organik seperti hewan dan
tumbuhan yang mati dan tertimbun endapan pasir dan lumpur. Kemudian endapan
tersebut menghanyutkan senyawa pembentuk minyak bumi ini dari sungai menuju ke
laut dan mengendap di dasar lautan selama jutaan tahun. Akibat pengaruh waktu,
temperatur dan tekanan lapisan batuan di atasnya menyebabkan organisme itu menjadi
bintik-bintik minyak atau pun gas.

Yang kedua ada Teori Anorganik. Berbeda dengan teori pertama, teori ini menyebutkan
bahwa minyak bumi terbentuk karena aktvitas bakteri. Unsur seperti oksigen, belerang,
dan nitrogen dari zat yang terkubur akibat aktivitas bakteri berubah menjadi minyak yang
berisi hidrokarbon.

Selanjutnya ada Teori Duplex. Teori ini merupakan teori yang banyak digunakan
karena menggabungkan Teori Biogenetik dengan Anorganik. Migas terbentuk dari
berbagai jenis organisme laut baik hewan maupun tumbuhan. Akibat pengaruh waktu,
temperatur, dan tekanan, maka endapan lumpur berubah menjadi batuan sedimen. Batuan
lunak yang berasal dari lumpur yang mengandung bintikbintik minyak dikenal sebagai
batuan induk (Source Rock). Selanjutnya minyak dan gas ini akan bermigrasi menuju
tempat yang bertekanan lebih rendah dan akhirnya terakumulasi di tempat tertentu yang
disebut dengan perangkap (Trap). Minyak bumi juga sering diartikan berasal dari
pelapukan sisa-sisa organisme sehingga disebut bahan bakar fosil. Minyak bumi berasal
dari jasad renik, tumbuhan, dan hewan yang mati. Sisa-sisa organisme itu mengendap di
dasar bumi kemudian ditutupi lumpur. Lumpur tersebut lambat laun berubah menjadi
batuan sedimen karena pengaruh tekanan lapisan di atasnya. Sementara itu dengan

1
meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri anaerob menguraikan sisa-sisa jasad renik itu
menjadi minyak dan gas. Proses pembentukan minyak dan gas memakan waktu jutaan
tahun. Minyak dan gas yang terbentuk meresap dalam batuan yang berpori seperti air
dalam batu karang. Minyak dan gas dapat pula bermigrasi dari suatu daerah ke daerah
lain, kemudian terkonsentrasi jika terhalang oleh lapisan yang kedap. Meskipun migas
terbentuk di dasar lautan, banyak sumber minyak dan gas yang terdapat di daratan akibat
pergerakan kulit bumi.

Untuk mencari minyak dan gas bumi, pertama-tama dilakukan dengan cara eksplorasi.
Ada sejumlah tahapan pada eksplorasi, yaitu studi geologi, studi geofisika, survei
seismik, dan pengeboran eksplorasi. Studi geologi dilakukan untuk mengetahui kondisi
geologi, seperti struktur dan susunan batu di lapisan bawah permukaan. Dari hasil studi
geologi, kita dapat mengetahui lokasi mana saja yang memerlukan studi lanjutan. Studi
lanjutan ini disebut studi geofisika. Studi geofisika bertujuan untuk mengetahui sifat fisik
batuan, mulai dari permukaan bumi hingga jauh ke dalam tanah. Metode yang umum
digunakan untuk mengetahui sifat fisik batuan adalah survei seismic. Setelah alat
pembangkit gelombang suara atau getaran dipasang, alat akan ditembakkan ke bawah
laut atau tanah. Kemudian, gelombang suara tersebut akan dipantulkan kembali sesuai
dengan lapisan tanah yang dilaluinya. Di atas permukaan, dipasang alat yang bisa
menangkap gelombang suara yang terpantul tadi. Setelah itu, kondisi di bawah
permukaan bumi direkonstruksi menjadi gambar dua dimensi atau tiga dimensi di
komputer. Dari hasil seismik tersebut, data jenis dan lapisan batuan akan diolah untuk
mengetahui keberadaan minyak dan gas bumi di dalamnya. Setelah seluruh tahap
dilakukan, barulah dilakukan pengeboran untuk memastikan ada atau tidaknya
kandungan minyak dan gas bumi di dalam area yang diteliti tersebut.

Jenis-jenis minyak bumi adalah sebagai berikut :

1. Light Crude Oil


Adalah minyak mentah yang keluar dari bumi. Minyak ini mengandung
senyawa hidrokarbon yang dapat terbakar, sulfur, oksigen, dan nitrogen.
2. Heavy Crude Oil
Adalah minyak yang terkandung di dalam bebatuan atau pasir minyak
yang bercampur dengan air dan banyak mengandung sulfur. Jenis minyak ini
sekitar 70 persen dari total cadangan minyak yang ada di bumi.

2
Dalam pembahasan ini lebih dominan pada uji coba sample minyak, untuk memisahkan
kandungan terikut sertakan. Untuk pengujiannya, dengan metode manual dengan
mengamati pemisahan minyak, penentuan oil specific gravity dan penentuan pH air
formasi

3
BAB II

PENENTUAN KANDUNGAN AIR & ENDAPAN (BS & W)

2.1 TUJUAN PERCOBAAN

1. Menemukan kandungan air dan endapan (BS&W)


2. Mengukur % BS& W pada setiap sampel

2.2 DASAR TEORI

Dalam proses pengolahan adanya air dan sedimen memicu kesulitan yang lebih
besar seperti pengkaratan (corrosion), pemanasan dan penyumbatan yang seharusnya
tidak terjadi dalam dapur dan penukar panas yang berpengaruh pada mutu produk.
Keberadaan sedimen dalam minyak bumi biasanya berbentuk padatan yang sangat
halus. Padatan yang berasal dari cekungan darimana minyak bumi berasal atau dalam
cairan pengeboran, dapat berupa pasir, tanah liat, serpihan atau butiran batu. Air dapat
tampak dalam minyak bumi dalam bentuk butiran atau sebagai emulsi dan dapat
mengandung garam kimia atau substansi yang berbahaya lainnya.
Minyak yang kita produksi ke permukaan sering kali tercampur dengan sedimen-
sedimen yang dapat mempengaruhi proses atau laju produksi, untuk itu endapan
tersebut harus dipisahkan dengan cara:
• Di Laboratorium Dengan menggunakan metode centrifuge yaitu dengan
menggunakan gaya centrifugal sehingga air, minyak dan endapan dapat
terpisahkan.
• Di Lapangan Kalau pemboran dilakukan di daratan maka dibuatkan kolam-
kolam pengendapan, diseparator juga dilakukan pemisahan dengan zat-zat
kimia tertentu.
Sedimen-sedimen yang ikut terbawa bersama air biasa dikenal dengan istilah
scale ( endapan ). Scale merupakan endapan kristal yang menempel pada matrik batuan
maupun pada dinding-dinding pipa dan peralatan dipermukaan, seperti halnya endapan
yang sering kita jumpai pada panci ataupun ketel untuk memasak air. Adanya endapan
scale akan berpengaruh terhadap penurunan laju produksi produksi.
Terbentuknya endapan scale pada lapangan minyak berkaitan erat dengan air
formasi, dimana scale mulai terbentuk setelah air formasi ikut terproduksi ke

4
permukaan. Selain itu jenis scale yang terbentuk juga tergantung dari komposisi
komponen-komponen penyusun air formasi.
Mekanisme terbentuknya kristal-kristal pembentuk scale berhubungan dengan
kelarutan masing-masing komponen dalam air formasi. Sedangkan kecepatan
pembentukan scale dipengaruhi oleh kondisi sistem formasi, terutama tekanan dan
temperatur. Perubahan kondisi sistem juga akan berpengaruh terhadap kelarutan
komponen.
Dalam pembahasan ini lebih dominan pada uji coba suatu sampel minyak, untuk
memisahkan kandungan terikut-sertakan. Dal hal ini, yang dimaksud kandungan
tersebut adalah air dan sedimen. Untuk pengujiannya, dengan menggunakan metode
Centrifuge, dimana prinsip dasarnya adalah memanfaatkan suatu gaya putar ( gaya
centrifugal ). Suatu suspensi atau campuran yang berada pada suatu tabung ( baik itu
tabung besar atau pun tabung kecil ) apabila diputar dengan kecepatan tertentu, dengan
gaya centrifugal dan berat jenis yang berbeda akan saling pisah, dimana zat dengan
berat jenis yang lebih besar akan berada di bawah dan zat dengan berat jenis rendah
berada di atas. Sebagai contoh minyak dengan air. Minyak mempunyai berat jenis ( ρ )
sebesar 0,8 gr/cc sedangkan air mempunyai berat jenis ( ρ ) sebesar 1 gr/cc sehingga
minyak akan berada di atas air.
Suatu suspensi atau campuran yang berada pada suatu tempat (tabung) apabila
diputar dengan kecepatan tertentu, dengan gaya centrifugal dan berat jenis. Yang
berbeda akan saling pisah, dimana zat dengan berat jenis yang lebih besar akan berada
di bawah dan zat dengan berat jenis rendah berada di atas. Metode Centrifuge ini
mempunyai kelebihan antara lain :
1. Waktu yang diperlukan untuk memisahkan air dan minyak serta endapan
lain lebih singkat.
2. Pemindahan alat yang sangat mudah dilakukan.

2.3 PERALATAN DAN BAHAN


1. Centrifugal
2. Gelas ukur 25 ml
3. Gelas ukur 250 ml
4. Botol sample
5. Corong

5
6. Batang pengaduk
7. Sampel crude oil
8. Mistar

2.4 PROSEDUR PERCOBAAN

Masukan sampel crude oil yang tercampur air formasi ke dalam gelas ukur sembari di aduk

1. Atur kecepatan RPM centrifugal ± 120 Rpm selama 10 menit


2. Setelah 10 menit biarkan dan amati sesaat sampai minyak dan air terpisahkan
3. Baca skala kandungan air dan minyak yang terpisahkan pada pembacaan yang kedua
menggunakan mistar
4. Hitung presentase dari BS&W nya

2.5 HASIL ANALISA

2.5.1 DATA HASIL PERCOBAAN

• Volume Sampel = 20 ml
• Lama pemutaran = 10 menit
• Rotation Per Minute = 120 RPM

Analisa Sampel 3 Sampel 4


Volume Padatan 0 ml 0 ml
Volume air 5,6 ml 1,2 ml
Volume Sampel 20 ml 20 ml
BS&W 86% 18,45 %
Tabel 2.1 Data Parameter hasil analisa
2.6 PERHITUNGAN

• Sampel Minyak 3 :

𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑎𝑖𝑟/𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛
Vair/padatan : 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x total volume sampel

5,6
= 6,5x 20 = 17,2 ml

6
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟+𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛
% BS&W : x 100%
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

17,2 𝑚𝑙+0 𝑚𝑙
= 𝑥 100% = 86%
20 𝑚𝑙

• Sampel Minyak 4 :

𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑎𝑖𝑟/𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛
Vair/padatan : 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x total volume sampel

1,2
= 6,5x 20 = 3,69 ml

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟+𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛


% BS&W : x 100%
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

3,69 𝑚𝑙+0 𝑚𝑙
= 𝑥 100% = 18,45%
20 𝑚𝑙

2.7 PEMBAHASAN

Dari hasil perhitungan diatas, dapat diperoleh % kadar air dan sedimen. Adapun faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi BS & W, adalah penyebaran air yang tidak merata dalam
batuan reservoir dan Kondisi dari formasi (kompak atau tidak kompak). Campuran yang berada
pada suatu tempat (tabung) apabila diputar dengan kecepatan tertentu, dengan gaya centrifugal
dan berat jenis yang berbeda akan saling pisah dan terlempar menjauhi titik pusat
perputarannya. Pada intinya zat dengan berat jenis yang lebih besar akan berada di bawah dan
zat dengan berat jenis rendah berada di atas.

Untuk menentukan nilai % base sedimet & water harus dilakukan perhitungan dengan
rumus berikut:

𝑣𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟 + 𝑣𝑜𝑙 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛


%𝐵𝑆&𝑊 = × 100%
𝑣𝑜𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Yang didapati hasilnya untuk kedua sampel diperoleh sampel 3 adalah 86 %

dan sampel 4 adalah 18,45

7
GRAFIK PERBANDINGAN BS&W
1
86%
0,9
0,8
0,7
0,6
% BS&W

0,5
SAMPEL 3
0,4
0,3 SAMPEL 4
18%
0,2
0,1 0
0

SAMPEL

GRAFIK 2.1 PERBANDINGAN % BS&W SAMPEL 3 DAN SAMPEL 4

2.8 KESIMPULAN

1. Menganalisa % BS dan W (Kandungan Air dan Endapan) dipengaruhi volume air,


volume endapan dan volume sampel itu sendiri.
2. Kandungan air dan endapan mempengaruhi mutu suatu minyak yang dihasilkan.
Semakin kecil persentase kandungannya maka semakin baik mutu minyaknya,
begitu juga sebaliknya.
3. Pada percobaan ini, di dapatkan % Base Sediment dan kandungan air dari sampel
3 adalah 86% dan sampel 4 adalah 18,45%.

8
BAB III

PENENTUAN OIL SPECIFIC GRAVITY

3.1 TUJUAN PERCOBAAN

1. Menentukan specific gravity minyak mentah pada temperature 60°F.


2. Mengetahui pengertian specific gravity.
3. Mengetahui fungsi dari specific gravity.
4. Mengetahui cara mencari nilai specific gravity.
5. Mengetahui pengaruh temperatur dan tekanan pada specific gravity.

3.2 DASAR TEORI

Specific gravity digunakan sebagai ukuran untuk membedakan minyak mentah, karena
minyak mentah dengan densitas yang rendah cenderung bersifat parafinik. Semakin kecil
specific gravity minyak bumi akan menghasilkan produk-produk ringan yang semakin banyak,
dan sebaliknya semakin besar specific gravity minyak bumi akan menghasilkan produk-produk
ringan yang semakin sedikit dan produk residunya semakin banyak.

Specific gravity merupakan perbandingan densitas suatu fluida terhadap fluida standar.
Didalam proses pengolahan migas, istilah ini banyak dijumpai terutama berkaitan dengan
analisis karakteristik atau spesifikasi produk.

Fungsi dari specific gravity adalah untuk menentukan viskositas minyak dan kualitas
dari minyak yang dikorelasikan dengan nilai °API pada suatu minyak. Pada umumnya semakin
tinggi °API (American Petroleum Institute) atau makin ringan minyak bumi tersebut, makin
kecil viskositasnya. Tinggi rendahnya °API (American Petroleum Institute) juga berpengaruh
pada titik didih minyak bumi, kalau °API (American Petroleum Institute) Grafity minyak bumi
rendah, maka titik didihnya tinggi. Demikian sebaliknya kalau °API (American Petroleum
Institute) nya tinggi, maka titik didihnya rendah, dan juga lebih mudah terbakar atau
mempunyai titik nyala yang lebih rendah dari pada yang °API (American Petroleum Institute)
nya rendah.

Minyak bumi kita kenal adalah salah satu dari senyawa HC (hidrokarbon). Minyak
bumi sendiri memiliki sifat-sifat fisik yang sebagian besar kita telah mengetahuinya. Salah satu

9
sifat yang sering kita dengar adalah berat jenis atau yang biasa disebut sebagai spesific gravity
(SG) Dalam dunia perminyakan biasanya memang lebih sering memakai istilah spesific gravity
(SG). Kerapatan relatif (Relative Density) atau berat jenis (Specific Gravity) minyak adalah
perbandingan antara rapat minyak pada suhu tertentu dengan rapat air pada suhu tertentu yang
diukur pada tekanan dan Temperature standar (60°F dan 14,7 psia). Suhu yang digunakan untuk
minyak bumi adalah 15°C atau 60°F. Gravitasi American Petroleum Institute (API) adalah
suatu besaran yang merupakan fungsi dari kerapatan relatif.

Kerapatan relatif (relative density) atau berat jenis (specific gravity) minyak adalah
perbandingan antara rapat minyak pada suhu tertentu dengan rapat air pada suhu tertentu yang
diukur pada tekanan dan temperatur standar. Suhu yang digunakan untuk minyak bumi adalah
15 °C atau 60 °F. American petroleum institute (API) yang sangat mirip dengan gravitas baume
adalah suatu besaran yang merupakan fungsi dari kerapatan relatif yang dapat dinyatakan
dengan persamaan :

141.5
𝐺 𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 °𝐴𝑃𝐼 = − 131.5
𝑆60/60°𝐹

Specific gravity 60/60°F adalah kerapatan relatif pada suhu 60°F (densitas minyak pada
60°F atau15,6 °C dibagi dengan densitas air pada 60°F). Persamaan tersebut menunjukkan
bahwa °API akan semakin besar jika berat jenis minyak makin kecil. Semakin rendah °API,
maka mutu minyak semakin rendah karena banyak mengandung lilin. Semakin tinggi berat
jenis minyak berarti minyak tersebut mempunyai kandungan panas (heating value) yang
rendah. Berat jenis (specific gravity) kadang-kadang digunakan sebagai ukuran kasar untuk
membedakan minyak mentah, karena minyak mentah dengan berat jenis rendah biasanya
adalah parafinik.
Besarnya specific gravity (SG) suatu minyak mentah sangat dipengaruhi oleh
temperatur lingkungannya, semakin besar temperatur maka semakin kecil nilai specific gravity
(SG). Karena itu, besarnya specific gravity (SG) yang menjadi pembicaraan tentang sifat fisik
minyak mentah adalah specific gravity (SG) yang diukur pada temperatur dan tekanan standar
(60°F, 14.7 psi). Selain itu, di dalam industri perminyakan juga digunakan besaran specific
gravity (SG) yang lain, yaitu °API gravity yang dirumuskan sebagai berikut :

10
141.5
𝑆𝐺 =
131.5 + °𝐴𝑃𝐼

141.5
°𝐴𝑃𝐼 = − 131.5
𝑆𝐺

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa apabila °API besar maka specific gravity
minyak (SG) akan kecil. specific gravity (SG) kadangkadang juga digunakan sebagai
ukuran kasar untuk membedakan minyak mentah, karena minyak mentah dengan °API
rendah biasanya adalah parrafin.

Kualitas dari minyak (minyak berat maupun minyak ringan) ditentukan salah satunya
oleh specific gravity (SG). Temperatur minyak mentah juga dapat mempengaruhi viskositas
atau kekentalan minyak tersebut. Hal ini yang dijadikan dasar perlunya diadakan koreksi
terhadap temperatur standar 60 ºF. Specific gravity (SG) minyak bumi berkisar antara 0,8000
sampai 1,0000. Besarnya specific gravity (SG) untuk setiap minyak bumi sangat erat
hubungannya dengan struktur molekul hydrocarbon dan kandungan sulfur serta nitrogen.

Biasanya berat jenis dinyatakan dalam dunia perminyakan adalah specific gravity (SG),
dimana hal tersebut merupakan salah satu dari beberapa sifat yang dimiliki hydrocarbon (crude
oil). Specific gravity crude oil didefinisikan sebagai perbandingan antara densitas minyak
dengan densitas air yang diukur pada tekanan dan temperatur yang sama, biasanya diukur pada
kondisi standar (600 F dan 14,7 psia).

Kerapatan relatif dan gravitasi ºAPI minyak bumi ditentukan dengan menggunakan
cara hydrometer ASTM (American Society for Testing Materials) 1298. Uji ini dilakukan
dengan menempatkan hydrometer yang mempunyai skala kerapatan relatif atau gravitasi ºAPI
pada contoh yang akan diuji yang mempunyai suhu tertentu dan selanjutnya baca skala
hydrometer pada contoh sebagai kerapatan relatif atau gravitasi ºAPI contoh pada suhu 15 °C
atau 60 °F, dengan menggunakan petroleum measurement table yang disiapkan oleh ASTM
(American Society for Testing Materials) dan IP (Institute of Petroleum). Pada percobaan tidak
harus dilakukan pada suhu 15 °C atau 60 °F, tetapi disesuaikan dengan keadaan .

Contoh S60/60°F adalah kerapatan relatif pada suhu 60°F (densitas minyak pada 60°F
(15,6°C) dibagi dengan densitas air pada 60°F). Persamaan tersebut menunjukkan bahwa API

11
(American Petroleum Institute) akan semakin besar jika berat jenis minyak makin kecil. Semakin
rendah °API (American Petroleum Institute) maka mutu minyak semakin rendah karena banyak
mengandung lilin. Semakin tinggi berat jenis minyak berarti minyak tersebut mempunyai
kandungan panas (Heating Value) yang rendah.

Minyak mentah merupakan satu jenis minyak terpenting yang diolah menjadi berbagai
produk kilang, akan tetapi beberapa bahan baku minyak lainnya juga dipakai untuk
menghasilkan berbagai produk kilang yang dihasilkan dari minyak mentah, banyak diantaranya
untuk keperluan khusus, misalnya bahan bakar kendaraan bermotor, pelumas mesin, solar
(minyak diesel), dan minyak bakar (fuel oil).

°API (American Petroleum Institute) Gravity merupakan berat jenis yang umum
dipakai. Dari hubungan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa minyak mentah dengan °API
(American Petroleum Institute) yang tinggi akan memberikan harga SG (Specific Gravity) yang
rendah dan sebaliknya harga SG (Specific Gravity) yang tinggi (minyak berat) akan memberikan
°API (American Petroleum Institute) yang rendah. Tinggi rendahnya berat jenis minyak bumi
juga berpengaruh pada viskositasnya.

Satuan massa yang paling banyak dipakai untuk mengukur minyak adalah metrik ton
atau ton. Misalnya tanker di industri minyak sering dinyatakan berdasarkan kapasitasnya dalam
ton, dimana suatu alat yang bernama ultra large carrier (ULCC) memiliki kemampuan untuk
mengangkut lebih dari 320 ribu ton. Satuan asli dari kebanyakan bahan bakar cair dan gas adalah
volume. Cairan dapat diukur dengan satuan liter, barel, atau meter kubik. Contoh umum
pemakaian volume sebagai satuan ukur adalah dalam harga minyak, dinyatakan dalam dolar per
barel.

Oleh karena itu cairan dapat diukur berdasarkan massa atau volumenya, maka penting
untuk dapat mengkonversi minyak dari satu ke satuan lainnya, hal yang penting harus
diperhatikan adalah berat jenis (specific gravity) dan kerapatan (density). Oleh karena itu minyak
mentah mengandung hidrokarbon dari yang teringan hingga yang terberat, akan berbeda banyak
antara minyak mentah ringan dengan minyak mentah berat.

Berat jenis (Specific Gravity) kadang-kadang digunakan sebagai ukuran kasar untuk
membedakan minyak mentah, karena minyak mentah dengan berat jenis rendah biasanya adalah
parafinik. Kerapatan relatif dan gravitasi minyak bumi ditentukan dengan menggunakan cara
Hydrometer ASTMD-1298. Uji ini dilakukan dengan menempatkan Hydrometer yang

12
mempunyai skala kerapatan relatif atau gravitas pada contoh yang akan diuji yang mempunyai
suhu tertentu, dan selanjutnya baca skala hidrometer pada contoh sebagai kerapatan relatif atau
gravitas contohPada suhu 15°C (60°F), dengan menggunakan Petroleum Measurement Table
yang disiapkan oleh ASTM (American Society for Testing Materials) dan IP (Institute of
Petroleum). Pada percobaan tidak harus dilakukan pada suhu 15°C atau (60°F), tetapi
disesuaikan dengan keadaan contoh.

Temperatur yang lebih dari 60°F, perlu dilakukan koreksi dengan menggunakan chart.
Kualitas dari minyak (minyak berat maupun minyak ringan) ditentukan salah satunya oleh
specific gravity. Temperatur minyak mentah juga dapat mempengaruhi viskositas atau
kekentalan minyak tersebut. Hal ini yang dijadikan dasar perlunya diadakan koreksi terhadap
temperatur standar 60°F. Specific gravity (SG) minyak bumi berkisar antara 0,8000–1,0000.
Besarnya SG (Specific Gravity) untuk tiap minyak bumi sangat erat hubungannya dengan
struktur molekul hidrokarbon dan kandungan sulfur serta nitrogen.

Klasifikasi minyak bumi menurut specific gravity ditunjukkan dalam tabel sebagai
berikut:

Jenis Minyak Bumi Specific Gravity (ASTMD API


– 1298)
Ringan <0,830 39
Medium Ringan 0,830 – 0,850 39 - 35
Medium Berat 0,850 – 0,865 35 - 32,1
Berat 0,865 – 0,905 32,1 - 24
Sangat Berat >0,905 24,8
Tabel 3.1 Klasifikasi Minyak Bumi Menurut Specific Gravity

Menentukan specific gravity gas, alat yang digunakan adalah Effusiometer. Effusiometer
digunakan dengan memasukkan gas kedalam alat tersebut dan menghitung waktunya saat
menekan air keluar dalam alat tersebut setelah sampai batas yang ditentukan gas dihentikan,
sedangkan perhitungan waktunya juga dilakukan untuk kembalinya air di dalam alat tersebut.
Kemudian melihat temperatur yang tertera di thermometer. Waktu yang tercatat T1 dan T2
dimasukkan rumus T1 / T2 = T (true) dan temperatur, kemudian mengkoreksi hingga
menemukan specific gravity. Penentuan specific gravity gas sangat diperlukan mengingat gas
yang terkandung dalam minyak berbeda-beda. Gas yang terkandung dalam minyak tersebut

13
dapat mempengaruhi harga minyak tersebut. Harga °API untuk berat jenis minyak mentah
(Crude Oil) antara lain Minyak berat 10 – 20 °API, minyak sedang 20 – 30°API dan minyak
ringan > 30°API. Specific gravity dari minyak bumi adalah perbandingan antara berat yang
diberikan oleh minyak bumi tersebut pada volume tertentu dengan berat air suling pada volume
tertentu, dengan berat air suling pada volume yang sama dan diukur pada temperatur 60°F.
Sedangkan API (American Petroleum Institute) gravity minyak bumi menunjukkan kualitas
minyak bumi tersebut berdasarkan standar dari Amerika. Semakin kecil berat jenis (Specific
Gravity) atau semakin besar API (American Petroleum Institute) akan sedikit mengandung lilin
atau residu aspal, atau paraffin.

Pada umumnya semakin tinggi °API (American Petroleum Institute) atau makin ringan
minyak bumi tersebut, makin kecil viskositasnya. Tinggi rendahnya °API (American Petroleum
Institute) juga berpengaruh pada titik didih minyak bumi, kalau °API (American Petroleum
Institute) Grafity minyak bumi rendah, maka titik didihnya tinggi. Demikian sebaliknya kalau
°API (American Petroleum Institute) nya tinggi, maka titik didihnya rendah, dan juga lebih
mudah terbakar atau mempunyai titik nyala yang lebih rendah daripada yang °API (American
Petroleum Institute) nya rendah. Ternyata terdapat hubungan antara berat jenis dengan nilai
kalori minyak bumi, pada umumnya minyak bumi dengan API (American Petroleum Institute)
tinggi menghasilkan kalori yang lebih kecil daripada minyak bumi dengan API (American
Petroleum Institute) lebih rendah.

Jika specific gravity dari zat kurang dari satu maka itu adalah kurang padat daripada
referensi, jika lebih besar dari satu maka itu lebih padat dari referensi. Jika kepadatan relatif
adalah persis 1 maka kepadatan adalah sama, yaitu volume yang sama dari dua zat memiliki
massa yang sama. Jika materi referensi adalah air maka substansi dengan kepadatan relatif
(spesifik gravitasi) kurang dari 1 maka akan mengapung di air. Sebuah zat dengan densitas relatif
lebih besar dari 1 akan tenggelam. Sedangkan dalam industri perminyakan, specific gravity yang
dianjurkan adalah diatas 0,8 yang merupakan penentu dari jenis dan kualitas minyak mentah
(Crude Oil) yang diproduksi dari suatu lapangan atau area. Suhu dan tekanan juga harus
ditentukan untuk kedua sampel dan referensi. Hampir selalu tekanan 1 atm sama dengan 101,325
kPa. Specific gravity umumnya digunakan dalam industri sebagai cara sederhana untuk
memperoleh informasi tentang konsentrasi larutan dari berbagai bahan salah satunya adalah
minyak mentah (Crude Oil).

14
3.3 PERALATAN DAN BAHAN

1. Hidrometer
2. Gelas ukur 0-250 ml
3. Corong
4. Thermometer stick
5. Batang pengaduk
6. Sample crude oil

3.4 PROSEDUR PERCOBAAN

1. Masukan sampel crude oil ke dalam gelas ukur


2. Memasukkan thermometer batang kedalam gelas ukur untuk minyak mentah ringan
kemudian mencatat skala yang didapat untuk nilai temperaturnya.
3. Benamkan Hidrometer ke dalam sampel , usahakan agar seluruh badan dari Hidrometer
terbenam dalam sampel
4. Biarkan Hidrometer mengapung di dalam sampel sampai Hidrometer benar- benar
constant dan vertical.
5. Baca skala SG dan temperatur.

3.5 HASIL ANALISA

3.5.1 DATA HASIL PERCOBAAN

SAMPEL 1 :

• Suhu = 31℃
• Sg terukur = 0, 853

SAMPEL 2 :

• Suhu = 30℃
• Sg terukur =0,85

15
Sampel 1 Sampel 2
Suhu 31℃ → 87,8 ℉ 30℃ → 86℉
Sg Terukur 0,853 0,858
°𝑨𝑷𝑰 Terukur 34,38 33,41
°𝑨𝑷𝑰 Terukur pada 60/60℉ 32,08 31,91
Sg 60/60℉ 0,860 0,865
Sg True 0,870 0,87462
°𝑨𝑷𝑰 True 31,143 30,28
Tabel 3.2 Parameter hasil analisa

3.6 PERHITUNGAN

Gambar 3.1 Faktor koreksi pada SG

16
Gambar 3.2 Harga Koreksi °𝑨𝑷𝑰

17
• SAMPEL 1 :
1. Suhu ℃ → ℉ =

9
31℃ → (5 × 31) + 32° = 87.8℉

141.5
2. °𝐴𝑃𝐼 Terukur = 𝑠𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟 − 131.5

141
= − 131.5
0,853

= 34,38 ( range 34-35)

60 𝑥1−𝐴𝑃𝐼 𝑇𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟 𝑥3−𝑥


3. °𝐴𝑃𝐼 𝑝𝑎𝑑𝑎 60 ℉ = = 𝑥3−𝑥4 XI = 35
𝑥1−𝑥2

35−34,38 33,5−𝑥 API TERUKUR = 34,38


= − 33,5−32,5
35−34

0,62 33,5−𝑥
= −
𝑥 𝑥 X2 = 34

X= 32,88
X3 = 33,5 X… X4 = 32,5
141,5
4. SG 60/60℉ = 131,5+𝐴𝑃𝐼 60/60℉
141,5
=131,5+32,88 = 0,860

5. SG True = Sg 60/60℉ + (𝑓 𝑐𝑜𝑟 × (𝑇 − 60℉))


= 0,860 + (0,00037 x (87,8-60))
=0,870

141,5
6. °𝐴𝑃𝐼 𝑇𝑟𝑢𝑒 = − 131.5
𝑆𝑔 𝑡𝑟𝑢𝑒

141,5
= 0,870 − 131,5

= 31,143

18
• SAMPEL 2 :
1. Suhu ℃ → ℉ =

9
31℃ → (5 × 30) + 32° = 86℉

141.5
2. °𝐴𝑃𝐼 Terukur = 𝑠𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟 − 131.5

141
= − 131.5
0,858

= 33,41 ( range 33-34)

60 𝑥1−𝐴𝑃𝐼 𝑇𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟 𝑥3−𝑥


3. °𝐴𝑃𝐼 𝑝𝑎𝑑𝑎 60 ℉ = = 𝑥3−𝑥4 XI = 34
𝑥1−𝑥2

34−33.41 32,5−𝑥
= − 32,5−31,5 API TERUKUR = 33,41
34−33

0,59 32,5−𝑥
= − X2 = 33
𝑥 𝑥

X= 31,91
X3 = 32,5 X… X4 = 31,5

141,5
4. SG 60/60℉ = 131,5+𝐴𝑃𝐼 60/60℉
141,5
=131,5+31,91 = 0,865

5. SG True = Sg 60/60℉ + (𝑓 𝑐𝑜𝑟 × (𝑇 − 60℉))


= 0,865 + (0,00037 x (86-60))
=0,87462

141,5
6. °𝐴𝑃𝐼 𝑇𝑟𝑢𝑒 = − 131.5
𝑆𝑔 𝑡𝑟𝑢𝑒

141,5
= 0,87462 − 131,5

= 30.28

19
3.7 PEMBAHASAN

Tujuan pada praktikum ini yaitu Menentukan specific gravity minyak mentah pada
temperature 60°F. Mengetahui pengertian specific gravity. Mengetahui fungsi dari specific
gravity. Mengetahui cara mencari nilai specific gravity. Mengetahui pengaruh temperatur dan
tekanan pada specific gravity, perbandingannya bias kita ketahui melalu grafik berikut :

GRAFIK TERUKUR VS API 60/60


40
34,38
35 32,88

30 33,41
31,91
25

20

15

10

5 2
1
0
SAMPEL API TERUKUR API 60/60
SEMPEL 1 SEMPEL 2

3.1 GRAFIK PERBANDINGAN API TERUKUR DAN API 60/60 SAMPLE 1 DAN 2

20
1
0,853 0,860
0,9
0,8
0,858 0,865
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1 0
0
SAMPEL SG TERUKUR SG 60/60

3.2 GRAFIK PERBANDINGAN SG TERUKUR DAN SG 60/60 SAMPEL 1 DAN 2

35
31,143 30,28
30

25

20

15

10
0,87462
5 2
1 0,87
0
SAMPEL API TRUE SG TRUE
SEMPEL 1 SEMPEL 2

3.3 GRAFIK HUBUNGAN ANTARA API TRUE DAN SG TRUE SAMPEL 1 DAN 2

3.8 KESIMPULAN

Specific gravity crude oil didefinisikan sebagai perbandingan antara densitas minyak
dengan densitas air yang terukur pada tekanan dan temperatur yang sama. Biasanya diukur
pada kondisi standar. Minyak mentah dengan °API yang tinggi akan memberikan harga

21
specific gravity yang rendah dan sebaliknya harga specific gravity yang tinggi (minyak berat)
akan memberikan °API yang rendah. Untuk minyak ringan dengan specific gravity rendah
biasanya mempunyai 30 °API. Untuk minyak sedang 20-30°API. Sedangkan untuk minyak
berat sekitar 10-20 °API. °API (American Petroleum Institute) Gravity merupakan berat jenis
yang umum dipakai. Dari hubungan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa minyak mentah
dengan API (American Petroleum Institute) yang tinggi akan memberikan harga SG (Specific
Gravity) yang rendah dan sebaliknya harga SG (Specific Gravity) yang tinggi (minyak berat)
akan memberikan °API (American Petroleum Institute) yang rendah. Tinggi rendahnya berat
jenis minyak bumi juga berpengaruh pada viskositasnya.

22
BAB IV

PENENTUAN PH AIR FORMASI

4.1 TUJUAN PERCOBAAN

1. Menentukan derajat keasamaan (pH) pada air formasi

4.2 DASAR TEORI

Air formasi mengandung bermacam-macam bahan kimia dalam bentuk ion ion yang
terlarut.I on-ion tersebut dapat bergabung satu sama lain membentuk senyawa yang tidak
larut dalam air, apabila senyawa tersebut cukup banyak sehingga melampaui batas
keterlarutannya pada suatu kondisi, maka senyawa tersebut akan mengendap sebagai
padatan yang di sebut scale. Scale adalah endapan kimiawi yang dapat terjadi di tanki, water
treatmen, seperator dan lain lain, pada waterflood pencampuran air dari banyak sumber
dapat menyebabkan banyak scale di formasinya.
Sifat-sifat kimia Air formasi yang terproduksi bersama minyak dan gas mengandung
senyawa-senyawa kimia dalam bentuk ion-ion, yaitu kation (ion positif) dan anion (ion
negatif). Adapun pembagian ion-ion tersebut adalah sebagai berikut:
Kalsium (Ca+2). Magnesium (Mg+2) Jumlah konsentrasi ion magnesium lebih kecil
dibandingkan konsentrasi ion kalsium. Permasalahan yang dihasilkan ion magnesium
adalah apabila bereaksi dengan karbonat akan membentuk scale MgCO3 atau jika bereaksi
dengan sulfat akan membentuk scale MgSO4.
Besi (Fe+2) Besi biasanya terkandung dalam air dengan konsentrasi yang relatif rendah
(kurang dari1000 mg/l), yang berupa ferric (Fe+3) dan ferro (F e+2) ataupun dalam suatu
suspensi yang berupa senyawa besi yang terendapkan. Ion besi dengan konsentrasi yang
tinggi biasanya menunjukkan adanya problem korosi. Selain itu adanya pengendapan
senyawa besi juga dapat mengakibatkan penyumbatan.
Barium (Ba+2) Konsentrasi ion barium jumlahnya kecil, namun bila bereaksi dengan
sulfat maka akan membentuk barium sulfat (BaSO4) yang sangat sukar untuk larut sehingga
bisa menghasilkan permasalahan yang serius.
Natrium (Na+2) Natrium juga merupakan komponen yang dominan dalam air, tetapi
keberadaannya tidak menimbulkan masalah yang berhubungan dengan pengendapan scale

23
yang tidak dapat larut, kecuali pengendapan natrium klorida (NaCl) yang bersifat mudah
larut, yang biasanya terjadi pada air formasi dengan ph yang tinggi.
Stronsium (Sr+2) Seperti halnya kalsium dan barium, reaksi stronsium dengan ion
sulfat akan membentuk scale stronsium sulfat yang juga bersifat tidak larut. Meskipun
stronsium sulfat memiliki kadar kelarutan yang lebih besar dari barium sulfat, seringkali
kedua jenis scale ini terendapkan secara bersama dan membentuk endapan scale campuran.
Klorida (Cl-) Klorida merupakan jenis anion yang paling dominan dalam air formasi
maupun dalam air tawar. Ion klorida pada umumnya membentuk senyawa dengan natrium
sehingga dijadikan sebagai indikator harga salinitas dari air.
Karbonat (CO3) dan Bikarbonat (HCO3-) 318 ion-ion ini dapat membentuk endapan
scale yang tidak larut jika bereaksi dengan kalsium, dan membentuk scale yang larut dengan
magnesium. Kandungan ion bikarbonat juga berpengaruh terhadap derajat keasaman (ph)
larutan. Konsentrasi ion karbonat dapat dinyatakan dengan Phenolphetalin Alkalinity (PA),
sedangkan untuk konsentrasi ion bikarbonat dapat dinyatakan dengan Methyl Orange
Alkalinity (MA).
Sulfat (SO4) Kandungan ion sulfat dapat menjadi masalah jika bereaksi dengan
kalsium, barium ataupun stronsium. Reaksi dari ion ion tersebut akan membentuk endapan
scale yang bersifat tidak larut. Selain itu ion sulfat juga merupakan sumber makanan untuk
jenis bakteri tertentu.

4.3 PERALATAN DAN BAHAN

1. Botol sampel
2. Kertas lakmus
3. Cawan petri
4. Pipet
5. Digital PH meter
6. Sampel air formasi

4.4 PROSEDUR PERCOBAAN

1. Ambil air formasi didalam botol sampel menggunakan pipet sebanyak 2-3 kali
2. Tuangkan air formasi ke dalam cawan petri
3. Tenggelamkan kertas lakmus ke dalam air formasi yang ada didalam cawan petri
4. Amati dan baca skala kertas lamus tersebut

24
5. Bandingkan dengan Digital PH meter

4.5 HASIL ANALISA

4.5.1 DATA HASIL PERCOBAAN

ANALISA SAMPEL 1 SAMPEL 2 SAMPEL 3 SAMPEL 4 SAMPEL 5


Derjat 8 9 8 9 8,5
Keasamaan
(PH) Air
Formasi
Warna Air Keruh keruh keruh Keruh Tidak terlalu
Formasi keruh
Sifat Air Basa basa Basa Basa basa
Terukur
TABEL 4.1 DATA PARAMETER HASIL ANALISA

4.6 PEMBAHASAN

Proses produksi minyak bumi memberikan efek perubahan suhu dan tekanan sehingga
anion-kation yang semula larut dalam air formasi terganggu kesetimbangannya sehingga
menghasilkan padatan-padatan. Padatan ini akan menjadi masalah bila yang dihasilkan
dalam jumlah besar. Air formasi mengandung bermacam-macam bahan kimia dalam
bentuk ion –ion yang terlarut. Ion-ion tersebut dapat bergabung satu sama lain membentuk
senyawa yang tidak larut dalam air, apabila senyawa tersebut cukup banyak sehingga
melampaui batas keterlarutannya pada suatu kondisi, maka senyawa tersebut akan
mengendap sebagai padatan, Kandungan ion berpengaruh terhadap derajat keasaman (pH)
larutan. Maka pH dari suatu larutan juga sangat berhubungan dengan Basic Sediment Water
(BS&W) karena kualitas minyak di ukur dengan nilai BS&W nya . Semakin kecil nilai
BS&W akan semkain bagus kualitas minyak tersebut karena mengandung sedikit endapan
air, Sementara jika nilai BS&W suatu minyak semakin besar maka kualitas minyak tersebut
buruk karena mengandung banyak endapan air.

25
Indikator Larutan Netral Larutan Asam Larutan Basa
Lakmus Merah Merah Merah Biru
Lakmus Biru Biru Merah Biru

Tabel 4.2 Perubahan Warna Kertas Lakmus

Scale adalah endapan kimiawi yang terjadi karena pencampuran senyawa-senyawa kimia
yang terdapat dalam air yang incompatible (berlainan sifat) dan tidak larut, sehingga batas
kelarutan senyawa yang ada dalam campuran air formasi tersebut terlampaui.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi senyawa-senyawa air yang terkandung di


dalamnya, yaitu: Tekanan,Temperatur,Tekanan partial zat CO3 Dan Kadar garam Perubahan
keempat faktor tersebut dapat terjadi di dalam sumur, mulai dari lubang sumur sampai ke
permukaan, ataupun sepanjang pipa salur. Dengan demikian endapan atau scale sering terjadi
di separator, water treatment, tanki, daerah perforasi, maupun di formasi pada reservoir water
drive.

Pembentukan scale biasanya terjadi pada bidang-bidang yang bersentuhan secara langsung
dengan air formasi selama proses produksi, seperti pada matrik dan rekahan formasi, lubang
sumur, rangkaian pompa dalam sumur (downhole pump), pipa produksi, pipa selubung, pipa
alir, serta peralatan produksi di permukaan (surface facilities).

Ada beberapa macam jenis scale menurut jenis endapan senyawa kimia yang dibentuk.
Dengan mengetahui jenis scale yang terjadi, maka dapat dilakukan pencegahan dan
penanggulangannya, berikut adalah jenis jenis scale:

26
GAMBAR 4.1 JENIS-JENIS SCALE

Dari beberapa scale yang terdapat pada gambar biasanya hanya dijumpai tiga jenis,
yaitu Calcium Carbonat (CaCO), Calcium Sulfat (CaSO4), dan Barium Sulfat (BaSO4).

Scale merupakan problem produksi yang sering terjadi. Pembentukan scale terjadi di
karenakan adanya inkompatibilitas campuran fluida,perubahan tekanan, temperature,serta
Ph. Umumnya scale terbentuk di sekitar perforasi, peralatan subsurface seperti tubing,dan
pada peralatan produksi di surface seperti pada wellhead dan flowline,sehingga dapat
mengakibatkan turunnya laju produksi karena aliran minyak dari formasi ke permukaan
terhambat,dan menyebabkan turunnya laju produksi karena aliran minyak dari formasi
terhambat.

4.7 KESIMPULAN

Kesimpulan yang di peroleh dari hasil percobaan menentukan derajat keasaman pH


pada air formasi,dapat di simpulkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan pada sampel 1
-5 , di peroleh hasil bahwa air formasi bisa di bagi dalam derajaat keasamaan yang berbeda,
yaitu asam, basa dan netral. Asam sendiri mempunyai ph<7, basa>7 dan netral 7.Pada
sampel yang telah di uji yaitu sampel 1,2,3,4,5 kelimanya mempunyai pH yang sama yaitu
basa,karena mempunyai derajat keasamaan >7. Nilai tersebut di peroleh dari hasil
percobaan menggunakan kertas lakmus dan digital pH meter. Mengetahui pH sangat
penting dalam melakukan suatu proses produksi,karna derajat keasaman berpengaruh
terhadap Basic Sediment Water (BS&W) karena kualitas minyak di ukur dengan nilai
BS&W nya.
Sementara hubungan antara Ph dengan bs&w karena Air formasi mengandung
bermacam-macam bahan kimia dalam bentuk ion –ion yang terlarut. Ion-ion tersebut dapat
bergabung satu sama lain membentuk senyawa yang tidak larut dalam air, apabila senyawa
tersebut cukup banyak sehingga melampaui batas keterlarutannya pada suatu kondisi, maka
senyawa tersebut akan mengendap sebagai padatan, dan kandungan ion itu pula yang

27
berpengaruh terhadap derajat keasaman (pH) larutan. Dan juga jika suatu air formasi
mempunyai banyak scale atau endapan maka akan mengakibatkan turunnya laju produks,
karena aliran minyak dari formasi ke permukaan terhambat,dan menyebabkan turunnya laju
produksi karena aliran minyak dari formasi terhambat.

28
DAFTAR PUSTAKA

Kirana, Anggun. "ANALISIS KANDUNGAN AIR DAN SEDIMEN PADA SAMPEL


CRUDE OIL (ASTM D 4007) DAN VERIFIKASI PEMBACAAN HASIL ANALISIS
MELALUI PENAMBAHAN TOLUENA JENUH." (2020).

Korompis, A. D. (2016). Studi laboratorium analisis air formasi untuk menentukan


kandungan scale CaCo3 dan CaSO4. SKRIPSI-2016.

Ridho, M. (2020). Penentuan sifat fisik dan kimia serta penentuan scale pada air formasi
sumur X, Y dan Z. SKRIPSI-2019.

29

Anda mungkin juga menyukai