MEKANIKA TANAH 2
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing:
1
PRAKATA
Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dengan segala bentuk dan petunjuk-Nya,
maka kami dapat menyelesaikan praktikum Mekanika Tanah 2 ini serta dapat
menyelesaikan laporan ini dengan sebaik-baiknya.
Kami sebagai penulis laporan ini mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah banyak membantu kami, terutama kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada
kami untuk melakukan praktikum Mekanika Tanah 2.
2. Ibu Ratih Sekartadji S.T.,MT. selaku dosen pembimbing.
3. Ibu Mila Kusuma Wardani, S.T,MT. selaku Kepala Laboratorium Mekanika Tanah
2.
4. Seluruh asisten laboratorium yang membantu dan mengarahkan kami selama
praktikum.
Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini belum sepenuhnya sempurna. Dengan
sangat hormat kami meminta seluruh para pembaca untuk memberikan kritik dan saran guna
untuk membangun kesempurnaan laporan kami.
Akhir kata, semoga laporan yang kami susun ini dapat memberikan informasi dan
manfaat yang berarti bagi para pembaca.
Penyusun
2
LEMBAR PENGESAHAN PRAKTIKUM
MEKANIKA TANAH 2
Disusun Oleh :
1. Andreas Kurniawan H. (01.2017.1.05504)
2. Cahya Triantara (01.2017.1.05520)
3. Nanda Eko C.S (01.2017.1.05511)
4. Tri Yudhatama (01.2017.1.05509)
3
DAFTAR ISI
PRAKATA ........................................................................................................... iv
4
BAB IV PENGUJIAN KUAT GESER TANAH
5
DAFTAR GAMBAR
6
2.17 Penentuan jenis tanah 8m .................................................................................. 26
3.1 Grafik hubungan angka pori (e) dengan tekanan (p) .......................................... 34
3.12 Grafik t50 hari ke-3 (besar beban : 2100 gram) ................................................ 44
3.13 Grafik t90 hari ke-3 (besar beban : 2100 gram) ................................................ 45
3.14 Grafik t50 hari ke-4 (besar beban :4195 gram) ................................................. 46
3.15 Grafik t90 hari ke-4 (besar beban : 4195 gram) ................................................ 47
3.16 Grafik t50 hari ke-5 (besar beban : 7365 gram) ................................................ 48
3.17 Grafik t90 hari ke-5 (besar beban : 7365 gram) ................................................ 49
7
3.18 Grafik t50 hari ke-6 (besar beban : 11450 gram) .............................................. 50
3.19 Grafik t90 hari ke-6 (besar beban : 4085 gram) ................................................ 51
4.4. Shear Box dimasukkan ke dalam Alat Uji Geser Langsung ............................... 55
8
DAFTAR TABEL
2.4 Hasil Pengujian Sondir dengan Prediksi Jenis Tanah Pada Setiap Kedalaman ... 17
3.1 Hasil Percobaan Konsolidasi Hari Ke-1 (Beban : 530 gram) .............................. 39
3.2 Hasil Percobaan Konsolidasi Hari Ke-2 (Beban : 1050 gram) ............................ 42
3.3 Hasil Percobaan Konsolidasi Hari Ke-3 (Beban : 2100 gram) ............................ 44
3.4 Hasil Percobaan Konsolidasi Hari Ke-4 (Beban : 4195 gram) ............................ 46
3.5 Hasil Percobaan Konsolidasi Hari Ke-5 (Beban : 7365 gram) ............................ 48
3.6 Hasil Percobaan Konsolidasi Hari Ke-6 (Beban : 530 gram) .............................. 50
4.1. Harga-Harga Umum dari Sudut Geser Dalam Kondisi Drained untuk Pasir
9
dan Lanau ................................................................................................................... 64
4.4 Data Tegangan Geser dan Tegangan Normal pada Beban 2, 4, dan 8 kg............ 70
10
BAB I
PENGUJIAN BORING
1.1 Dasar Teori
Indonesia merupaka salah satu negara yang memiliki banyak sekali jenis tanah.
Setiap jenis tanah tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Untuk
mengetahui karakteristik dari tanah bisa melakukan percobaan penyelidikan tanah.
Penyelidikan tanah adalah suatu kegiatan untuk mengetahui daya dukung dan
karakteristik tanah serta kondisi geologi seperti mengetahi susunan lapisan tanah.
Penyelidikan tanah ini juga dilakukan untuk mengetahui jenis tanah, daya dukung tanah
yang dapat mendukung konstruksi bangunan yang akan dibangun. Ada beberapa
macam jenis penyelidikan tanah yang dilakukan di lapangan yaitu Sondir (DCP), Uji
Boring, Uji Penetrasi Test (SPT) dan lain-lain. (Ali, 2011)
Daya dukung tanah adalah kekuatan tanah untuk menahan suatu beban yang
bekerja padanya yang biasanya disalurkan melalui pondasi. Terdapat 3 kemungkinan
pola keruntuhan kapasitas daya dukung tanah, antara lain (Hobar, 2016):
1. Keruntuhan geser umum
Keruntuhan ini terjadi pada satu sisi sehingga pondasi miring dan tanah diatas
pondasi mengembang akibat desakan tanah dibawah pondasi. Kemungkinan
ini biasanya terjadi pada kondisi tanah yang memiliki nilai kompresibiltas
rendah seperti padat dan kaku
2. Keruntuhan geser setempat
Keruntuhan ini mengakibatkan tanah tidak terlalu mengembang seperti
keruntuhan geser umum karena adanya dorongan dari bawah pondasi lebih
besar dan kemiringan pondasi tidak terlalu besar. Hal ini biasanya terjadi pada
tanah yang memiliki nilai kompresibilitas tinggi seperti tanah lunak.
3. Keruntuhan geser baji/penetrasi
Keruntuhan ini terjadi akibat terjadi desakan dari bawah pondasi yang disertai
dengan pergeseran arah vertikal sepanjang tepi. Kemiringan pondasi sama
sekali tidak terjadi dan pengembangan tanah tidak terjadi akibat adanya
penurunan yang besar pada pondasi bagian bawah. Biasanya terjadi pad tanah
yang memiliki nilai kompresbilitas yang tinggi (tanah sangat lunak.
Pada percobaan kali ini penyelidikan tanah yang digunakan adalah pengujian
boring. Pengujian boring adalah pegujian tanah yang bertujuan untuk menentukan jenis
11
dan sifat-sifat tanah pada lokasi yang akan dibangun pondasi. Pengambilan sample
tanah ini dikenal dengan sebutan undisturbed soil sample (pengambilan tanah tidak
terganggu). Pengambilan sample tanah ini adalah dengan cara menge-bor sampai
kedalaman tertentu dengan menggunakan tabung (pipa) logam berongga masuk
kedalam tanah. Pada proyek transmisi biasanya dengan metode Hand Auger (manual),
sampai kedalaman 5-6 m. Kedalaman ini mungkin memadai untuk penyelidikan tanah
pondasi pada tipe pad and chimney (Hardiyatmo, 1996).
Bor tangan mempergunakan berbagai macam ‘ayger’ pada ujung bagian bawah
dari serangkaian stang-stang (rods) bor. Bagian atas dari rangkaian stang bor ini
mempunyai tangkai (handle) yang dipakai untuk memutar alat tersebut. dalam beberapa
hal sering dipakai tripod (kaki tiga) dengan katrol dan tali yang digunakan untuk
mencabut kembali stang-stang dan auger alat dari lubang bor. Dengan menggunakan
tripod, pengeboran tangan mungkin dapat mencapai kedalaman sampai 15 meter.
Apabila tidak menggunakan tripod biasanya pengeboran tangan mungkin hanya
mencapai kedalaman 8-10 meter. Bor tangan hanya dapat dilakukan dalam bahan-
bahan yang cukup lunak, terutama dalam lempung (soft claty) sampai teguh (firm clay).
Type Auger yang biasa digunakan untuk pengeboran tangan adalah tipe “iwan”
(Hardiyatmo, 1996).
Casing tidak biasa dipakai dalam pemboran tangan, tetapi dapat juga dipakai bila
dipandang perlu. Misalnya untuk pengeboran dalam bahan-bahan yang amat lunak atau
bahan-bahan yang lepas, yang akan mengalami keruntuhan bila kita tidak
menggunakan casing. Juga apabila muka air tanah (water table) ditempat tersebut amat
tinggi (Hardiyatmo, 1996).
Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan atau menentukan
suatu tanah tersebut termasuk jenis tanah apa. Salah satu caranya adalah dengan
menggunakan cara visual. Metode visual dilakukan dengan cara melihat, merasakan,
dan memperhatikan tanah tersebut sesuai dengan keadaan yang ada di lapangan.
Deskripsi tanah secara visual dapat dilakukan dengan identifikasi sebagai berikut:
a. Warna tanah : warna merupakan salah sau cara yang dapat diakukan untuk
mengidentifikasi suatu tanah secara visual, apakah tanah tersebut memiliki warna
coklat, coklat kehitaman, hitam dan sebagainya. Variasi warna pada tanah
digunakan untuk mengidentifikasi jenis tanah tertentu dan biasanya warna tanah
dipengaruhi oleh kandungan senyawa yang ada pada tanah tersebut.
12
b. Tekstur Tanah: setiap jenis yanah memiliki tekstur yang berbeda-beda. Apakah
tanah tersebut memiliki tekstur lembek, kaku atau keras.
c. Butiran Tanah: untuk mengeahui suau jenis tanah bisa dilakukan dengan
identifikasi butiran tanah tersebut. pada tanah kerikil dan pasir biasanya memiliki
butiran kasar dan lepas, sedangkan pada tanah lempung memiliki butiran yang
halus dan antar butiraya lekat, hal ini karena lempung memiliki nilai kohesi.
Setelah melakukan identifikasi tanah secara visual, maka langkah yang harus
dilakukan selanjunya adalah membandingkan hasil identifikasi pada Gambar 1.1. Dari
gambar tersebut bisa diketahui simbol dan pattern tanahnya. Untuk menentukan
simbolnya, cari hasil identifikasi yang sesuai atau hampir mendekati keterangan yang
ada dalam tabel klasifikasi tanah berdasarkan USCS pada Gambar 1.1. Pada tabel
klasifikasi tanah tersebut terdapat garis pemisah yang digunakan sebagai pembatas
antara ukuran pasir dan lanau yaitu 0.06 mm. Ukuran ini hampir tepat sama dengan
ukuran saringan no. 200 dan juga merupakan ukuran butir terkecil yang dapat dilihat
dari mata telanjang. Cara menentukan jenis tanah dengan berbagai kondisi campuran
seperti lanau kepasiran atau kerikil kepasiran adalah dengan menentukan ukuran
butiran, sebagai dasar untuk mengidenifikasi tanah tersebut. Contoh identifikasi tanah
campuran seperti berikut (Wesley, 1975).
1. Kerikil Kepasiran, suatu bahan yang hampir seluruhnya terdiri dari kerikil, tetapi
mengandung sejumah pasir. Bergradasi baik dengan sedikit bahan kelanauan,
hampir seluruh kerikilnya keras dan bersudut, ukuran maksimum 3 inci, abu-abu.
2. Pasir Kelempungan, suatu bahan yang hampir seluruhnya nterdiri dari pasir, tetapi
mengandung sejumlah pasir. Coklat muda, plastisitas tinggi, mengandung batu (1/2
inci).
13
Gambar 1.1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan USCS
Sumber : Unified Soil Classification Syestem, 1952
1.2 Prosedur Pratikum
Adapun prosedur atau langkah-langkah yang dapat dijadikan sebagai pedoman
melakukan percobaan boring, sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk melakukan pengeboran seperti,
mata bor, stang bor yang massif, pemukul dan sebagainya yang dibutuhkan.
14
Gambar 1.2. Jenis Mata Bor
2. Mengambil contoh tanah ytang dalam teknik pengambilan terdapat dua macam
yaitu :
Contoh tanah distutbed (tidak asli) diambil tiap interval 0.5 m dari muka
tanah (0.5; 1.0; 1.5 dan seterusnya hingga 5 meter).
Contoh tanah undisturbed (asli) diambil tiap kedalaman 1.0 meter dari muka
tanah (1.0; 2.0; 3.0 dan seterusnya sampai kedalaman 5.0).
Pengambilan kedua contoh tanah tersebut adalah untuk pengeboran dangkal
maksimum 5.0 m. Bila diperlukan pengeboran lebih dalam maka digunakan bor
mesin.
3. Pengeboran dengan mata bor iwan mencapai 0.5 m, maka stang bor ditarik dan
tanah yang ikut terangkat mata bor iwan diambil kira-kira segenggam dan
dimasukkan dalam kantong plastik. Hal ini bertujuan agar air tidak menguap, dan
pengambilan contoh tanah dilakukan setiap 0.5 m. proses pengambilan sampil ini
disebetu sebagai disturbed.
4. Pengeboran yang sudah mencapai kedalaman 0.75 m maka stang bor ditarik dan
mata bor diganti dengan kop bor dilengkapi dengan tabung Shelby (tabung contoh
tanah). Tabung dimasukkan dengan cara dipukul sampai kedalaman yang
ditentukan kemudian stang bor ditarik dan bagian atas bawah sedikir dikurangi dan
ditutup dengan plastik agar air pada tanah tidak menguap. Proses pengambilan
sampel ini disebut sebagai sampel undisturbed.
5. Mengulangi langkah percobaan 4 no sampai kedalaman pengeboran yang telah
ditentukan.
15
6. Lakukan pemeriksaan secara visual mengenai deskripsi dari tanah tersebut.
16
Sebelum melakukan pengeboran tanah, bersihkan terlebih dahulu permukaan tanah di
sekitar titik yang akan dibor agar kotoran-kotoran yang ada di permukaan tanah tidak
masuk ke dalam lubang tanah hasil pengeboran. Bor pada titik yang sudah ditentukan
menggunakan bor auger iwan yang sudah terpasang pada batang bor. usahakan batang
bor tegak lurus dengan tanah dan memberi beban pada batang bor agar mata bor bisa
menembus tanah.
Pengeboran dilakukan sampai kedalam 1 meter dan setiap 0,2 m dilakukan
pengambilan sampel untuk menentukan karakteristik tanah pada titik tersebut secara
visual. Menentukan karakteristik tanah tersebut dilakukan langsung setelah
pengambilan sampel tanah dengan cara melihat warna dan meraba tanah tersebut.
Pengambilan sampel tanah ini dilakukan menggunakan tangan pratikan yang
dimasukan ke dalam lubang secara langsung. Karakteristik yang harus di dapat dari
setiap sampel tanah adalah ukuran butiran tanah, warna tanah, dan tekstur tanah. Setelah
mengetahui karakeristik dari tanah tersebut, mencocokan hasil karakteristik tanah
dengan klasifikasi tanah berdasarkan USCS pada Gambar 1.1. Hal sama diulangi pada
titik 2 yang letaknya tidak jauh dengan titik 1 kurang lebih 1 m dari titik pertama.
17
Adapun data lengkap hasil pengujian boring pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 sebagai
berikut.
Kedalaman
Dokumentasi Pattern Deskripsi Warna Jenis Tanah
(meter)
butiran tidak
Coklat Tanah
seragam, lepas,
abu- Kerikil
0.2 sedikit berpasir,
abu/coklat berpasir
meninggalkan
muda (GW)
bekas
butiran tidak
seragam, lepas, kerikil
Coklat
0.4 berpasir, berpasir
muda
meninggalkan (SW)
bekas
butiran tidak
Lempung
seragam, lepas,
atau Lanau
0.6 lekat, berpasir, Coklat
berpasir
meninggalkan
(SM/SC)
bekas
butiran tidak
seragam, sedikit Coklat Lempung
lekat, sedikit kehitaman/ atau Lanau
0.8
meninggalkan Coklat berkerikil
berkas, padat, Tua (CL/ML)
keras
18
Kedalaman
Dokumentasi Pattern Deskripsi Warna Jenis Tanah
(meter)
butiran tidak
Lempung
seragam, sedikit
Coklat atau Lanau
1 leka, sedikit
kehitaman berkerikil
meninggalkan
(CL/ML)
bekas
Sumber : Hasil Praktikum MekTan 2
butiran tidak
seragam, coklat Tanah
lepas, sedikit abu- Kerikil
0.2
berpasir, abu/coklat berpasir
meninggalkan muda (GW)
bekas
butiran tidak
seragam, kerikil
coklat
0.4 lepas, berpasir, berpasir
muda
meninggalkan (SW)
bekas
butiran tidak
seragam, kerikil
coklat
0.6 lepas, berpasir, berpasir
muda
meninggalkan (SW)
berkas
19
Kedalaman
Gambar Pattern Deskripsi Warna Jenis Tanah
(meter)
butiran tidak
seragam,
Lempung
sedikit lekat,
atau Lanau
0.8 sedikit Coklat
berkerikil
meninggalkan
(CL/ML)
berkas, padat,
keras
butiran tidak
seragam, Lempung
Coklat
sedikit leka, atau Lanau
1 kehitaman/
sedikit berkerikil
coklat tua
meninggalkan (CL/ML)
bekas
Sumber : Hasil Praktikum MekTan 2
Dari hasil pratikum pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa jenis tanah
di tempat tersebut adalah lempung atau lanau berkerikil. Hal ini dapat diihat dari data
hasil pengamatan secara visual lewat penglihatan dan perabaan tanah. Secara
penglihatan, tanah di kedalaman 1 m pada kedua titik tersebut memiliki warna yang
sama yaitu coklat kehitaman. Sedangkan secara perabaan, tanah tersebut memiliki
butiran tidak seragam, sedikit lekat, dan sedikit meninggalkan bekas tanah pada tangan.
Dapat diketahui lempung atau lanau dengan cara melakukan pengujian, karena tidak
dilakukan pengujian lebih lanjut untuk lempung atau lanau, maka kesimpulan jenis
tanahnya ialah lempung atau lanau.
1.5 Kesimpulan
Dari hasil percobaan pada 2 titik berbeda di suatu area dapat diketaui bahwa pada
kedalaman 1 m karakteristik tanahnya adalah berwarna coklat kehitaman, memiliki
daya lekat sedikit, meninggalkan bekas tanah pada tangan , dan memiliki butiran halus.
Dari karakteristik apabila dicocokan dengan tabel klasifikasi USCS didapatkan jenis
tanah lempung atau lanau berkerikil.
20
BAB II
PENGUJIAN SONDIR
21
banding geser (Rf) dapat diperoleh jenis tanah dengan cara memplot nilai Rf (SNI 1728
– 1989).
22
2.2 Prosedur Pratikum
1. Memasang angkur kedalaman tanah pada titik sondir yang sudah ditentukan dan
dilakukan pembersihan.
23
Gambar 2.4. Detail Pemasangan Alat Sondir
(Sumber: Kusuma Wardani, 2019)
2. Alat sondir diletakkan di atas titik yang ditentukan dan pada saat pipa dibuka pipa
ditahan dengan kunci inggris supaya tidak turun, tabung diturunkan pelan-pelan
sampai bagian bawah plunyer menekan batang besi yang menonjol dari dalam pipa
sondir. Penekanan dilakukan pelan-pelan sampai monometer [M1]. Kemudian
dilanjutkan penekanan sampai mantel biconus tertarik mendadak yang ditunjukan
oleh gerakan manometer yang secara mendadak dengan nilai [M2] lebih besar dari
[M1]. Selanjutnya dilakukan penekanan sampai tidak ada pergerakan yang berarti
biconus berada pada posisi semula.
3. Proses pekerjaan pada nomor 2 diulang sampai kedalama satu meter, sebelum
kedalaman saru meter kurang 20 cm maka dilakukan penyambungan terlebih dahulu.
Penyambungan pipa dilakukan setiap meter kedalaman sesuai dengan rencana
pengujian. Pengamatan setiap 20 cm diberikan pada formulir terlampir.
4. Bila pada proses nomer 2 selesai dilakukan maka proses selanjutnya adalah
menggambarkan grafik hubungan antara kedalaman dengan harga konus dan
hambatan pekat.
24
2.3 Dokumentasi Pratikum
25
2.4 Hasil dan Analisa Data Pratikum
Berdasarkan pengambilan sampel di lapangan, didapatkan data pembacaan qc dan
qc + qf, yang terdapat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Pembacaan qc dan qc + qf.
Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 1 Bacaan 2
Kedalaman Kedalaman
qc qc + qf qc qc + qf
(m) (m)
kg/cm2 kg/cm2 kg/cm2 kg/cm2
0 0 0 5,6 2 3,5
0,2 0 0 5,8 2,5 4
0,4 22 35 6 2,5 4
0,6 35 51 6,2 3 4
0,8 33 53 6,4 2,5 4
1 28 41 6,6 2,5 4,5
1,2 15 21 6,8 2,5 4
1,4 14 19 7 3 5
1,6 8 13 7,2 2 3
1,8 9 10 7,4 1,5 2,5
2 7 12 7,6 2,5 4
2,2 5 8 7,8 2,5 4,5
2,4 4 7 8 2,5 4,5
2,6 4 6 8,2 1,5 2
2,8 3 5,5 8,4 1,5 2
3 3,5 6 8,6 1,5 2
3,2 3,5 6 8,8 2 2,5
3,4 7 11 9 2 3
3,6 7 10 9,2 2 3
3,8 7 10,5 9,4 2 3
4 2,5 4 9,6 2 3
4,2 3 5 9,8 10 13
4,4 2 3 10 40 50
4,6 3 4,5 10,2 60 80
26
Lanjutan Tabel 2.3 pembacaan qc dan qc + qf.
Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 1 Bacaan 2
Kedalaman Kedalaman
qc qc + qf qc qc + qf
(m) (m)
kg/cm2 kg/cm2 kg/cm2 kg/cm2
4,8 3 5 10,4 50 55
5 2 3 10,6 65 70
5,2 3 4 10,8 60 70
5,4 3 4,5 11 85 95
Sumber: Praktikum Mekanika Tanah II (2019)
Hasil pengujian Sondir dengan prediksi jenis tanah pada setiap kedalaman dapat
dilihat pada Tabel 2.4 berikut.
Tabel 2.4 Hasil pengujian Sondir dengan prediksi jenis tanah pada kedalaman 0-4 m
Kedalaman Bacaan Bacaan qf fs fd JHP Rf Jenis Tanah
(m) qc qc+qf kg/cm2 kg/cm2 kg/cm kg/cm %
kg/cm2 kg/cm2
0 0 0 0 0,0 0 0,000 0,000 -
0,2 0 0 0 0,0 0 0,000 0,000 -
0,4 22 35 13 0,9 17,4 17,4 4,0 -
0,6 35 51 16 1,1 21,4 38,8 3,060 -
0,8 33 53 20 1,3 26,8 65,6 4,1 -
1 28 41 13 0,9 17,4 83,0 3,1 -
1,2 15 21 6 0,4 8,0 91,0 2,7 -
1,4 14 19 5 0,3 6,7 97,7 2,4 -
1,6 8 13 5 0,3 6,7 104,4 4,2 -
1,8 9 10 1 0,1 1,3 105,8 0,7 -
2 7 12 5 0,3 6,7 112,5 4,8 -
2,2 5 8 3 0,2 4,0 116,5 4,0 -
2,4 4 7 3 0,2 4,0 120,5 5,0 Pasir kelanauan
2,6 4 6 2 0,1 2,7 123,2 3,3 Pasir kelanauan
2,8 3 5,5 2,5 0,2 3,3 126,5 5,6 Lempung
kelanauan, Lanau
kelempungan
27
Lanau kepasiran
3 3,5 6 2,5 0,2 3,3 129,9 4,8
dan lanau
Lanau kepasiran
3,2 3,5 6 2,5 0,2 3,3 133,2 4,8
dan lanau
3,4 7 11 4 0,3 5,4 138,6 3,8 -
3,6 7 10 3 0,2 4,0 142,6 2,9 -
3,8 7 10,5 3,5 0,2 4,7 147,3 3,3 -
Lanau kepasiran
4 2,5 4 1,5 0,1 2,0 149,3 4,0
dan lanau
Analisis data :
Dari pembacaan 1 dan bacaan 2 seperti pada Tabel 2.3, maka dapat dianalisis nilai-
nilai sebagai berikut :
o Mencari nilai perlawanan geser (qf)
𝑞𝑓 = (𝑞𝑐 + 𝑞𝑓) − 𝑞𝑐
𝑞𝑓 =0−0 = 0 kg/cm2
𝑞𝑓 , = 0 − 0 = 0 kg/cm2
𝑞𝑓 , = 35 − 22 = 13 kg/cm2
Dan seterusnya hingga kedalaman 4 meter.
o Mencari perlawanan geser lokal (fs)
Diketahui:
𝐷𝑐 = 𝐷𝑠 = 3,5675 𝑐𝑚
𝐿𝑠 = 13,324 𝑐𝑚
𝐴𝑐 = 𝜋𝐷𝑐 = 𝑥 3,14 𝑥 3,5675 = 10 𝑐𝑚
𝑓𝑠 =
𝑓𝑠 , = = 0 kg/cm2
,
𝑓𝑠 , = = 0 kg/cm2
,
𝑓𝑠 , = = 0,9 kg/cm2
,
28
𝑓𝑑 = 𝑓𝑠 𝑥 20 𝑐𝑚
𝑓𝑑 , = 0 𝑥 20 = 0 kg/cm
𝑓𝑑 , = 0 𝑥 20 = 0 kg/cm
𝑓𝑑 , = 0.9 𝑥 20 = 17.4 kg/cm
Dan seterusnya hingga kedalaman 4 meter.
o Mencari jumlah hambatan perekat (JHP)
𝐽𝐻𝑃 = 𝑎 + 𝑏 + 𝑐 (komulatif)
𝐽𝐻𝑃 , = 𝑓𝑑 , = 0 kg/cm
𝐽𝐻𝑃 , = 𝐽𝐻𝑃 , + 𝑓𝑑 , = 0 + 0 = 0 kg/cm
𝐽𝐻𝑃 , = 𝐽𝐻𝑃 , + 𝑓𝑑 , = 0 + 17,4 = 17,4 kg/cm
𝐽𝐻𝑃 , = 𝐽𝐻𝑃 , + 𝑓𝑑 , = 17.4 + 21.4 = 38.8 kg/cm
𝐽𝐻𝑃 , = 𝐽𝐻𝑃 , + 𝑓𝑑 , = 38.8 + 26.8 = 65.6 kg/cm
Dan seterusnya hingga kedalaman 4 meter.
o Mencari angka banding geser (Friction Ratio)
𝑅𝑓 = (𝑓𝑠/𝑞𝑐) 𝑥 100
𝑅𝑓 , = (0/0) 𝑥 100 = 0 %
𝑅𝑓 , = (0/0) 𝑥 100 = 0 %
𝑅𝑓 , = (0.9/22) 𝑥 100 = 4.0 %
Dan seterusnya hingga kedalaman 4 meter.
o Identifikasi jenis tanah
Berdasarkan angka friction Ratio (RF) dan nilai konus (qc), maka dapat di
identifikasi jenis tanah dengan bantuan grafik Robertson dan Campanella 198, yang
dapat dilihat pada gambar 2.3 dengan prosedur nilai konus (qc) (sumbu-Y) dan angka
friction Ratio (RF) (sumbu-X). Selanjutnya penentuan jenis tanah dapat dilihat dari titik
pertemuan dari garis yang telah dibuat.
29
28
3,1
28
4,8
30
28
Tabel 2.4 Hasil pengujian Sondir dengan prediksi jenis tanah pada kedalaman 4,2-8 m (lanjutan)
Kedalaman Bacaan Bacaan qf fs fd JHP Rf Jenis Tanah
(m) qc qc+qf kg/cm2 kg/cm2 kg/cm kg/cm %
kg/cm2 kg/cm2
4,2 3 5 2 0,1 2,7 151,9 4,5 Lanau kepasiran
4,4 2 3 1 0,1 1,3 153,3 3,3 Pasir kelanauan
4,6 3 4,5 1,5 0,1 2,0 155,3 3,3 Pasir kelanauan
4,8 3 5 2 0,1 2,7 158,0 4,5 Lanau kepasiran
5 2 3 1 0,1 1,3 159,3 3,3 Pasir kelanauan
5,2 3 4 1 0,1 1,3 160,6 2,2 Pasir
5,4 3 4,5 1,5 0,1 2,0 162,7 3,3 Pasir kelanauan
5,6 2 3,5 1,5 0,1 2,0 164,7 5,0 Lempung kelanauan
5,8 2,5 4 1,5 0,1 2,0 166,7 4,0 Lempung kelanauan
6 2,5 4 1,5 0,1 2,0 168,7 4,0 Lanau kepasiran
6,2 3 4 1 0,1 1,3 170,0 2,2 Pasir
31
6,4 2,5 4 1,5 0,1 2,0 172,0 4,0 Lanau kepasiran
6,6 2,5 4,5 2 0,1 2,7 174,7 5,4 Lempung kelanauan
6,8 2,5 4 1,5 0,1 2,0 176,7 4,0 Lanau kepasiran
7 3 5 2 0,1 2,7 179,4 4,5 Lanau kepasiran
7,2 2 3 1 0,1 1,3 180,7 3,3 Pasir kelanauan
7,4 1,5 2,5 1 0,1 1,3 182,1 4,5 Lanau kepasiran
7,6 2,5 4 1,5 0,1 2,0 184,1 4,0 Lanau kepasiran
7,8 2,5 4,5 2 0,1 2,7 186,8 5,4 Lempung kelanauan
8 2,5 4,5 2 0,1 2,7 189,4 5,4 Lempung kelanauan
Analisis data :
Dari pembacaan 1 dan bacaan 2 seperti pada Tabel 2.3, maka dapat dianalisis nilai-
nilai sebagai berikut :
o Mencari nilai perlawanan geser (qf)
𝑞𝑓 = (𝑞𝑐 + 𝑞𝑓) − 𝑞𝑐
𝑞𝑓 , =5−3 = 2 kg/cm2
𝑞𝑓 , = 3 − 2 = 1 kg/cm2
𝑞𝑓 , = 4,5 − 3 = 1,5 kg/cm2
Dan seterusnya hingga kedalaman 8 meter.
o Mencari perlawanan geser lokal (fs)
Diketahui:
𝐷𝑐 = 𝐷𝑠 = 3,5675 𝑐𝑚
𝐿𝑠 = 13,324 𝑐𝑚
𝐴𝑐 = 𝜋𝐷𝑐 = 𝑥 3,14 𝑥 3,5675 = 10 𝑐𝑚
𝑓𝑠 =
𝑓𝑠 , = = 0,1 kg/cm2
,
𝑓𝑠 , = = 0,1 kg/cm2
,
,
𝑓𝑠 , = = 0,1 kg/cm2
,
32
𝑓𝑑 = 𝑓𝑠 𝑥 20 𝑐𝑚
𝑓𝑑 , = 0,1 𝑥 20 = 2,7 kg/cm
𝑓𝑑 , = 0,1 𝑥 20 = 1,3 kg/cm
𝑓𝑑 , = 0,1 𝑥 20 = 2 kg/cm
Dan seterusnya hingga kedalaman 8 meter.
o Mencari jumlah hambatan perekat (JHP)
𝐽𝐻𝑃 = 𝑎 + 𝑏 + 𝑐 (komulatif)
𝐽𝐻𝑃 , = 𝐽𝐻𝑃 + 𝑓𝑑 , = 149,7 + 2 = 151,9 kg/cm
𝐽𝐻𝑃 , = 𝐽𝐻𝑃 , + 𝑓𝑑 , = 151,9 + 1,3 = 153,3 kg/cm
𝐽𝐻𝑃 , = 𝐽𝐻𝑃 , + 𝑓𝑑 , = 153,3 + 2 = 155,3 kg/cm
Dan seterusnya hingga kedalaman 8 meter.
o Mencari angka banding geser (Friction Ratio)
𝑅𝑓 = (𝑓𝑠/𝑞𝑐) 𝑥 100
,
𝑅𝑓 , = 𝑥 100 = 4,5% %
,
𝑅𝑓 , = 𝑥 100 = 3,3% %
,
𝑅𝑓 , = 𝑥 100 = 3,3% %
33
7
4,5
3,3
34
Contoh pembacaan grafik dengan menghubungkan nilai qc= 2 kg/cm 2 = 200 kPa
dan Rf = 3,3% pada kedalaman 5 m kedalam grafik pada Gambar 2.14 Penentuan jenis
tanah dapat diketahui jenis tanah yaitu jenis tanah pasir kelanauan.
4,5
35
Contoh pembacaan grafik dengan menghubungkan nilai qc= 3 kg/cm 2 = 300 kPa
dan Rf = 4,5% pada kedalaman 7 m kedalam grafik pada Gambar 2.16 Penentuan jenis
tanah dapat diketahui jenis tanah yaitu jenis tanah lanau kepasiran.
5,4
Tabel 2.4 Hasil pengujian Sondir dengan prediksi jenis tanah pada kedalaman 8,2-11 m (lanjutan)
Kedalaman Bacaan Bacaan qf fs fd JHP Rf Jenis Tanah
(m) qc qc+qf kg/cm2 kg/cm2 kg/cm kg/cm %
kg/cm2 kg/cm2
8,2 1,5 2 0,5 0,0 0,7 190,1 2,2 Pasir kelanauan
8,4 1,5 2 0,5 0,0 0,7 190,8 2,2 Pasir kelanauan
8,6 1,5 2 0,5 0,0 0,7 191,4 2,2 Pasir kelanauan
8,8 2 2,5 0,5 0,0 0,7 192,1 1,7 Pasir
9 2 3 1 0,1 1,3 193,4 3,3 Pasir kelanauan
9,2 2 3 1 0,1 1,3 194,8 3,3 Pasir kelanauan
9,4 2 3 1 0,1 1,3 196,1 3,3 Pasir kelanauan
9,6 2 3 1 0,1 1,3 197,5 3,3 Pasir kelanauan
36
9,8 10 13 3 0,2 4,0 201,5 2,0 -
10 40 50 10 0,7 13,4 214,9 1,7 -
10,2 60 80 20 1,3 26,8 241,6 2,2 -
10,4 50 55 5 0,3 6,7 248,3 0,7 -
10,6 65 70 5 0,3 6,7 255,0 0,5 -
10,8 60 70 10 0,7 13,4 268,4 1,1 -
11 85 95 10 0,7 13,4 281,8 0,8 -
Analisis data :
Dari pembacaan 1 dan bacaan 2 seperti pada Tabel 2.3, maka dapat dianalisis nilai-
nilai sebagai berikut :
o Mencari nilai perlawanan geser (qf)
𝑞𝑓 = (𝑞𝑐 + 𝑞𝑓) − 𝑞𝑐
𝑞𝑓 , = 2 − 1,5 = 0,5 kg/cm2
𝑞𝑓 , = 2 − 1,5 = 0,5 kg/cm2
𝑞𝑓 , = 2 − 1,5 = 0,5 kg/cm2
Dan seterusnya hingga kedalaman 11 meter.
o Mencari perlawanan geser lokal (fs)
Diketahui:
𝐷𝑐 = 𝐷𝑠 = 3,5675 𝑐𝑚
𝐿𝑠 = 13,324 𝑐𝑚
𝐴𝑐 = 𝜋𝐷𝑐 = 𝑥 3,14 𝑥 3,5675 = 10 𝑐𝑚
𝑓𝑠 =
,
𝑓𝑠 , = = 0,0 kg/cm2
,
,
𝑓𝑠 , = = 0,0 kg/cm2
,
,
𝑓𝑠 , = = 0,0 kg/cm2
,
37
𝑓𝑑 , = 0,0 𝑥 20 = 0,7 kg/cm
𝑓𝑑 , = 0,0 𝑥 20 = 0,7 kg/cm
Dan seterusnya hingga kedalaman 11 meter.
o Mencari jumlah hambatan perekat (JHP)
𝐽𝐻𝑃 = 𝑎 + 𝑏 + 𝑐 (komulatif)
𝐽𝐻𝑃 , = 𝐽𝐻𝑃 + 𝑓𝑑 , = 189,4 + 0,7 = 190,1 kg/cm
𝐽𝐻𝑃 , = 𝐽𝐻𝑃 , + 𝑓𝑑 , = 190,1 + 0,7 = 190,8 kg/cm
𝐽𝐻𝑃 , = 𝐽𝐻𝑃 , + 𝑓𝑑 , = 190,8 + 0,7 = 191,4 kg/cm
Dan seterusnya hingga kedalaman 11 meter.
o Mencari angka banding geser (Friction Ratio)
𝑅𝑓 = (𝑓𝑠/𝑞𝑐) 𝑥 100
,
𝑅𝑓 , = 𝑥 100 = 2,2 %
,
,
𝑅𝑓 , = 𝑥 100 = 2,2 %
,
,
𝑅𝑓 , = 𝑥 100 = 2,2 %
,
38
3,5
1,7
3,5
3,3
39
Berdasarkan Tabel 2.4 Hasil Analisa Data pada pengujian sondir dari muka tanah
sampai dengan kedalaman 11 meter, maka dilakukan identifikasi bahwa jenis tanah
yang paling dominan pada lokasi penyondiran adalah tanah berjenis pasir kelanauan.
Dari hasil perhitungan seperti pada Tabel 2.4 dapat di buat menjadi dua grafik
seperti pada gambar 2.11. Grafik pertama dengan memasukkan data kedalaman
(sumbu-Y) dan data (sumbu-X) ialah data nilai perlawanan konus, dan jumlah
hambatan perekat. Grafik kedua adalah hubungan antara kedalaman (sumbu-Y) dengan
friction ratio, dan perlawanan geser lokal (sumbu-X).
40
qc (kg/cm^2) RF (%)
42
BAB III
PENGUJIAN KONSOLIDASI
eo = ............................................................................................ (3.1)
( )
Cv = ........................................................................................... (3.2)
Cc = ............................................................................................ (3.3)
43
Cs = ...................................................................................... (3.4)
Gambar 3.1 Grafik hubungan angka pori (e) dengan tekanan (p)
(Sumber : Hardiyatmo, 2003)
Terdapat dua sifat tanah lempung, yaitu normally consolidated dan over
consolidated. Pada saat over consolidated, tanah lapisan bagian bawah pada suatu saat
pernah mengalami konsolidasi akibat dari tekanan yang lebih besar dari tekanan yang
berkerja sekarang, sedangkan normally consolidated jika tanah tidak pernah mengalami
tekanan yang lebih besar dari tekan pada waktu sekarang. Cara menentukan nilai OCR
adalah sebagai berikut :
44
Pc'
OCR ........................................................................... (3.5)
Po
Untuk menentukan sifat tanah dapat dilihat dari nilai OCR (Over consolidated Ratio).
Dikatakan Normally Consolidated jika OCR = 1, dan dikatakan Over Consolidated
Jika OCR > 1 (Hardiyatmo, 2003).
45
8. Meletakkan sel konsolidasi yang berisi benda uji pada alat konsolidasi sehingga
bagian yang runcing dari plat penumpu menyentuh tepat pada alat pembebanan
(mengatur lengan alat pembebanan sampai mandatar dengan menggunakan
waterpass).
9. Mengatur kedudukan arloji pada skala 0.
10. Memasang beban pertama sehingga tekanan pada benda uji sebesar 0,25 kg/cm2,
kemudian arloji dibaca dan dicatat pada 0,25 menit, 0,5 menit, 1 menit, 2 menit
dan seterusnya setelah beban pertama dipasang. Kemudian dibiarkan beban pertama
ini bekerja sampai pembacaan arloji tetap (tidak terjadi penurunan lagi, biasanya
sampai 24 jam).
11. Setelah pembacaan menunjukan angka yang tetap atau setelah 24 jam, mencatat
pembacaan arloji yang terakhir. Kemudian memasang beban yang kedua, sebesar
dua kali beban yang pertama sehingga tekanan menjadi berubah dua kali lipat.
Kemudian membaca dan mencatat angka yang tertera pada arloji.
12. Melakukan hal yang sama seperti (9) dan (10) untuk beban-beban selanjutnya,
sehingga menimbulkan tekanan normal terhadap benda uji masing-masing :0,25
kg/cm2; 0,50 kg/cm2; 1,0 kg/cm2; 2,0 kg/cm2; 4,0 kg/cm2. Besar beban maksimal
ini sebetulnya tergantung pada kebutuhan yaitu sesuai dengan beban yang akan
bekerja terhadap lapisan tanahnya dan pembacaan dial dipakai untuk membuat
grafik t50 dan t90.
13. Setelah pembebanan maksimum dan sesudah menunjukan pembacaan yang tetap.
Pengurangan beban dari 5,0 kg/cm2 0,25 kg/cm2.Pada waktu beban dikurangi,
setiap pembebanan harus dibiarkan bekerja sekurang-kurangnya selama 1 jam.
Arloji penunjuk hanya perlu dibaca sesudah 1 jam yaitu saat sebelum beban
dikurangi lagi dan pembacaan dial dipakai untuk membuat grafik hubungan antara
angka pori dengan tekanan.
14. Setelah pembacaan terakhir dicatat, cincin dan benda uji dikeluarkan dari sel
konsolidasi, kemudian batu pori diambil dari permukaan atas dan bawah ,
Kemudian dikeringkan dan ditimbang benda uji dan cincin tersebut.
15. Memasukkan benda uji ke dalam oven selama 24 jam, langkah ini untuk mengetahui
berat kering pada benda uji.
16. Mengeluarkan benda uji dari oven dan ditimbang untuk memperoleh berat kering
benda uji.
46
3.3 Dokumentasi Praktikum
Berikut adalah hasil dokumentasi dari pengujian konsolidasi yang telah dilakukan.
Gambar 3.3 Mengeluarkan sampel Gambar 3.4 Mengukur tebal sampel tanah
tanah dengan extruder
47
3.4 Hasil dan Analisa Praktikum
Berikut adalah data hasil pengukuran dari dimensi sampel tanah yang diuji.
Diameter contoh tanah (D) : 5 cm
Tinggi contoh tanah (H0) : 2 cm
Tinggi tanah solid (Hs) : 0,534 cm
Tinggi awal ruang pori (Hv) : H – Hs = 2 cm – 0.534 cm = 1,466 cm
Maka menurut rumus 3.1, didapatkan nilai angka pori awal (eo) :
.
eo = = 2,745
.
Berat contoh tanah basah (Wt) : 47,4 gram
Berat contoh tanah kering (Ws) : 28 gram
Kadar air :
( ℎ )
𝑊𝑐 = × 100 ……………………….…….……...(3.6)
( )
γ sat = ……………………………….…….……...(3.7)
P0 = Pc ……………………….…….……...........................(3.8)
Karena pada saat pengambilan sampel tanah tidak diketahui kedalamannya, maka
diasumsikan P0 = Pc.
Pengujian pada hari pertama, dengan beban 530 gram. Pengujian dilakukan
dengan waktu 15 detik, 30 detik, 1 menit, 2 menit, 4 menit, 8 menit, 15 menit, 30 menit,
60 menit, 24 jam. Pada Tabel 3.1 adalah hasil konsolidasi hari pertama.
48
Tabel 3.1 Hasil Percobaan Konsolidasi Hari ke-1 (Beban : 530 gram)
Waktu
Setelah Pembacaan Penurunan Dial Reading
Pembebanan, √t
t (menit) Dial Δh = (Dial x 0,001)
0 0 0
0,25 0,5 38,5 0,03850
0,5 0,71 42 0,04200
1 1 46,5 0,04650
2 1,41 52,3 0,05230
4 2 60 0,06000
8 2,83 70 0,07000
15 3,87 80 0,08000
30 5,48 91 0,09100
60 7,45 100 0,10000
1440 37,95 118 0,11800
Sumber : Data Praktikum 2019
Dari data hasil percobaan Tabel 3.1, maka dibuat grafik hubungan antara nilai
penurunan (Δh) dan waktu penurunan (t) untuk mencari nilai deformasi konsolidasi
sebesar 50% (t50).
D0
1,9 cm
1,9 cm
ΔH (mm)
D50
B
D100
t1 t50
t2 t (menit)
Gambar 3.8 Grafik t50 hari ke-1 (beban : 530 gram)
49
2. Menentukan jarak t1 sampai t2 pada sumbu y.
3. Dengan jarak yang sama dengan jarak t1 sampai t2, maka dilakukan penarikan garis
ke atas. Lalu dari titik tersebut, ditarik garis menuju sumbu y dan diperoleh nilai
D0 .
4. Menentukan nilai D100 dengan cara menarik garis dari titik pertemuan antara garis
A dan garis B ( garis A : perpanjangan dari grafik lengkung terakhir ;B :
perpanjangan dari grafik nilai e terakhir ) ke sumbu y.
5. Menentukan nilai D50 dengan membagi 2 jarak antara D0 sampai D100 pada sumbu
y. Lalu dari titik tersebut, ditarik garis menuju grafik. Kemudian dari titik temu
pada grafik tersebut ditarik garis ke bawah menuju sumbu x dan itulah nilai t 50.
Hdr merupakan panjang aliran rata-rata yang harus ditempuh oleh air pori
selama proses konsolidasi. Besarnya nilai Hdr ditentukan dari arah aliran yang teradi
pada contoh tanah. Untuk contoh tanah dimana air porinya dapat mengalir ke arah atas
dan bawah, Hdr sama dengan setengah tebal contoh tanah rata-rata selama konsolidasi.
Sedangkan untuk contoh tanah dimana air porinya hanya dapat mengalir ke luar dalam
satu arah saja, Hdr sama dengan tebal contoh tana rata-rata selama konsolidasi. Dengan
rumus 3.2, dapat ditentukan nilai Cv50 sebagai berikut.
( ) , ( , )
𝐶𝑣 = = = 0,022 cm2/menit
,
Dari data hasil percobaan Tabel 3.1, maka dibuat juga grafik hubungan antara
nilai penurunan (Δh) dan akar dari waktu penurunan ( √𝒕) untuk mencari nilai
deformasi konsolidasi sebesar 90% (t90). Dengan waktu penurunan 0, 0,5, 0,71, 1,
1,41, 2, 2,83, 3,87, 5,48, 7,45, 37,95.
50
x
ΔH (mm)
b
a
t 90 √𝒕 (𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕)
5. Menentukan nilai t90 dengan cara menghitung akar pagkat dua dari t90 .
Dengan cara yang sama seperti pada hari pertama, maka dilakukan juga untuk
hari kedua.
Pengujian pada hari kedua, dengan beban 1050 gram. Pengujian dilakukan
dengan waktu 15 detik, 30 detik, 1 menit, 2 menit, 4 menit, 8 menit, 15 menit, 30 menit,
60 menit, 24 jam. Pada Tabel 3.2 adalah hasil konsolidasi hari kedua.
51
Tabel 3.2 Hasil Percobaan Konsolidasi Hari ke-2 (Beban : 1050 gram)
Waktu
Setelah Pembacaan Penurunan Dial Reading
Pembebanan, √t
t (menit) Dial Δh = (Dial x 0,001)
0 0 118 0,118
0,25 0,5 123 0,123
0,5 0,71 124 0,124
1 1 126 0,126
2 1,41 129 0,129
4 2 133 0,133
8 2,83 138 0,138
15 3,87 144 0,144
30 5,48 152 0,152
60 7,45 161 0,161
1440 37,95 195 0,195
Sumber : Data Praktikum 2019
Dari data hasil percobaan Tabel 3.2, maka dibuat grafik hubungan antara nilai
penurunan (Δh) dan waktu penurunan (t) untuk mencari nilai deformasi konsolidasi
sebesar 50% (t50).
D0
X2 = X1
D50 X1
ΔH (mm)
D100
t1 t2 t50
t (menit)
52
H2 = H0 – Δh2 = 2 – 0,195 = 1,805 cm
, ,
𝐻𝑑𝑟 = = = 0,922 cm
( ) , ( , )
𝐶𝑣 = = = 0,015 cm2/menit
Dari data hasil percobaan Tabel 3.2, maka dibuat juga grafik hubungan antara
nilai penurunan (Δh) dan akar dari waktu penurunan (√𝒕) untuk mencari nilai
deformasi konsolidasi sebesar 90% (t90). Dengan waktu penurunan 0, 0,5, 0,71, 1,
1,41, 2, 2,83, 3,87, 5,48, 7,45, 37,95.
ΔH (mm)
b
t90
a
√𝒕 (𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕)
Pengujian pada hari ketiga, dengan beban 2100 gram. Pengujian dilakukan
dengan waktu 15 detik, 30 detik, 1 menit, 2 menit, 4 menit, 8 menit, 15 menit, 30
menit, 60 menit, 24 jam. Pada Tabel 3.3 adalah hasil konsolidasi hari ketiga.
53
Tabel 3.3 Hasil Percobaan Konsolidasi Hari ke-3 (Beban : 2100 gram)
Waktu
Setelah Pembacaan Penurunan Dial Reading
√t
Pembebanan,
t (menit) Dial Δh = (Dial x 0,001)
0 0 195 0,195
0,25 0,5 204 0,204
0,5 0,71 204,5 0,2045
1 1 207 0,207
2 1,41 211 0,211
4 2 216 0,216
8 2,83 225 0,225
15 3,87 235 0,235
30 5,48 248 0,248
60 7,45 262 0.,262
1440 37,95 295 0,295
Sumber : Data Praktikum 2019
Dari data hasil percobaan Tabel 3.3, maka dibuat grafik hubungan antara nilai
penurunan (Δh) dan waktu penurunan (t) untuk mencari nilai deformasi konsolidasi
sebesar 50% (t50).
D0
X2 = X1
X1
D50
ΔH (mm)
D100
t1 t2
t50
t (menit)
Gambar 3.12 Grafik t50 hari ke-3 (besar beban : 2100 gram)
54
1 𝐻 +𝐻 1,805 + 1,705
𝐻𝑑𝑟 = = = 0,878 𝑐𝑚
2 2 2
( ) , ( , )
𝐶𝑣 = = = 0,015 cm2/menit
,
Dari data hasil percobaan Tabel 3.3, maka dibuat juga grafik hubungan antara
nilai penurunan (Δh) dan akar dari waktu penurunan (√𝒕) untuk mencari nilai
deformasi konsolidasi sebesar 90% (t90). Dengan waktu penurunan 0, 0,5, 0,71, 1,
1,41, 2, 2,83, 3,87, 5,48, 7,45, 37,95.
ΔH (mm)
a b
t90 √𝒕 (𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕)
Gambar 3.13 Grafik t90 hari ke-3 (besar beban : 2100 gram)
( ) , ( )
𝐶𝑣 = = = 0,015 cm2/menit
,
Pengujian pada hari keempat, dengan beban 4195 gram. Pengujian dilakukan
dengan waktu 15 detik, 30 detik, 1 menit, 2 menit, 4 menit, 8 menit, 15 menit, 30
menit, 60 menit, 24 jam. Pada Tabel 3.4 adalah hasil konsolidasi hari keempat.
55
Tabel 3.4 Hasil Percobaan Konsolidasi Hari ke-4 (Beban : 4195 gram)
Waktu
Setelah Pembacaan Penurunan Dial Reading
Pembebanan, √t
t (menit) Dial Δh = (Dial x 0,001)
0 0 295 0,295
0,25 0,5 308 0,308
0,5 0,71 311 0,311
1 1 315 0,315
2 1,41 321 0,321
4 2 330 0,33
8 2,83 363 0,363
15 3,87 368 0,368
30 5,48 377 0,377
60 7,45 395 0,395
1440 37,95 435 0,435
Sumber : Data Praktikum 2019
Dari data hasil percobaan Tabel 3.4, maka dibuat grafik hubungan antara nilai
penurunan (Δh) dan waktu penurunan (t) untuk mencari nilai deformasi konsolidasi
sebesar 50% (t50).
D0
X2 = X1
D50 X1
ΔH (mm)
D100
t1 t2
t50
t (menit)
Gambar 3.14 Grafik t50 hari ke-4 (besar beban :4195 gram)
56
Dari Gambar 3.14 di peroleh :
t1 = 2 menit ; t2 = 8 menit ; t50 = 4,2 menit ; Δh4=0,435
H4 = H0 – Δh4 = 2 – 0,435 = 1,565 cm
, ,
𝐻𝑑𝑟 = = = 0,818 cm
( ) , ( , )
𝐶𝑣 = = = 0,031 cm2/menit
,
Dari data hasil percobaan Tabel 3.4, maka dibuat juga grafik hubungan antara
nilai penurunan (Δh) dan akar dari waktu penurunan (√𝒕) untuk mencari nilai
deformasi konsolidasi sebesar 90% (t90). Dengan waktu penurunan 0, 0,5, 0,71, 1,
1,41, 2, 2,83, 3,87, 5,48, 7,45, 37,95.
ΔH (mm)
b
t90 a
√𝒕 (𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕)
Gambar 3.15 Grafik t90 hari ke-4 (besar beban : 4195 gram)
( ) , ( , )
𝐶𝑣 = = = 0,018 cm2/menit
,
57
Pengujian pada hari kelima, dengan beban 7365 gram. Pengujian dilakukan
dengan waktu 15 detik, 30 detik, 1 menit, 2 menit, 4 menit, 8 menit, 15 menit, 30
menit, 60 menit, 24 jam. Pada Tabel 3.5 adalah hasil konsolidasi hari kelima.
Tabel 3.5 Hasil Percobaan Konsolidasi Hari ke-5 (Beban : 7365 gram)
Waktu
Setelah Pembacaan Penurunan Dial Reading
√t
Pembebanan,
t (menit) Dial Δh = (Dial x 0,001)
0 0 435 0,435
0,25 0,5 445 0,445
0,5 0,71 447 0,447
1 1 451 0,451
2 1,41 456 0,456
4 2 464 0,464
8 2,83 474 0,474
15 3,87 486 0,486
30 5,48 504 0,504
60 7,45 518,5 0,5185
1440 37,95 556 0,556
Sumber : Data Praktikum 2019
Dari data hasil percobaan Tabel 3.5, maka dibuat grafik hubungan antara nilai
penurunan (Δh) dan waktu penurunan (t) untuk mencari nilai deformasi konsolidasi
sebesar 50% (t50).
D0
X2 = X1
X1
D50
ΔH (mm)
D100
t1 t2
t50 t (menit)
Gambar 3.16 Grafik t50 hari ke-5 (besar beban : 7365 gram)
58
Dari grafik di peroleh :
t1 = 2 menit ; t2 = 8 menit ; t50 = 9 menit ; Δh5=0,556
H5 = H0 – Δh5 = 2 – 0,556 = 1,444 cm
, ,
𝐻𝑑𝑟 = = = 0,752 cm
( ) , ( , )
𝐶𝑣 = = = 0,012 cm2/menit
Dari data hasil percobaan Tabel 3.5, maka dibuat juga grafik hubungan antara
nilai penurunan (Δh) dan akar dari waktu penurunan (√𝒕) untuk mencari nilai
deformasi konsolidasi sebesar 90% (t90). Dengan waktu penurunan 0, 0,5, 0,71, 1,
1,41, 2, 2,83, 3,87, 5,48, 7,45, 37,95.
ΔH (mm)
a b
t90
√𝒕 (𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕)
Gambar 3.17 Grafik t90 hari ke-5 (besar beban : 7365 gram)
( ) , ( , )
𝐶𝑣 = = = 0,016 cm2/menit
,
59
Pengujian pada hari keenam, dengan beban 11450 gram. Pengujian dilakukan
dengan waktu 15 detik, 30 detik, 1 menit, 2 menit, 4 menit, 8 menit, 15 menit, 30
menit, 60 menit, 24 jam. Pada Tabel 3.6 adalah hasil konsolidasi hari keenam.
Tabel 3.6 Hasil Percobaan Konsolidasi Hari ke-6 (Beban : 11450 gram)
Waktu
Setelah Pembacaan Penurunan Dial Reading
√t
Pembebanan,
t (menit) Dial Δh = (Dial x 0,001)
0 0 556 0,556
0,25 0,5 565 0,565
0,5 0,71 567 0,567
1 1 569 0,569
2 1,41 572 0,572
4 2 578 0,578
8 2,83 585 0,585
15 3,87 594 0,594
30 5,48 605,5 0,6055
60 7,45 618 0,618
1440 37,95 651,8 0,6518
Sumber : Data Praktikum 2019
Dari data hasil percobaan Tabel 3.6, maka dibuat grafik hubungan antara nilai
penurunan (Δh) dan waktu penurunan (t) untuk mencari nilai deformasi konsolidasi
sebesar 50% (t50).
D0
X2 = X1
D50 X1
ΔH (mm)
00
D100
t1 t2 t50
t (menit)
Gambar 3.18 Grafik t50 hari ke-6 (besar beban : 11450 gram)
60
Dari grafik di peroleh :
t1 = 2 menit ; t2 = 8 menit ; t50 = 11 menit ; Δh6=0,195
H6 = H0 – Δh6 = 2 – 0,6518 = 1,3482 cm
1 𝐻 +𝐻 1,444 + 1,3482
𝐻𝑑𝑟 = = = 0,698 𝑐𝑚
2 2 2
( ) , ( , )
𝐶𝑣 = = = 0,009 cm2/menit
Dari data hasil percobaan Tabel 3.6, maka dibuat juga grafik hubungan antara
nilai penurunan (Δh) dan akar dari waktu penurunan (√𝒕) untuk mencari nilai deformasi
konsolidasi sebesar 90% (t90). Dengan waktu penurunan 0, 0,5, 0,71, 1, 1,41, 2, 2,83,
3,87, 5,48, 7,45, 37,95.
ΔH (mm)
a b
t90 √𝒕 (𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕)
Gambar 3.19 Grafik t90 hari ke-6 (besar beban : 4085 gram)
( ) , ( , )
𝐶𝑣 = = = 0,009 cm2/menit
,
61
Perhitungan Angka Pori (Konsolidasi) :
H0 = 2 cm
Hs = 0,534 cm
Hv0 = H0-Hs = 2-0,534 = 1,466 cm
𝐻𝑣0 1,466
𝑒0 = = = 2,745
𝐻𝑠 0,534
62
Hari ke-6 (besar beban : 11450 gram)
H6 = H0 - ∆H6 = 2-0,652 = 1,348 cm
Hv6 = H6 – Hs = 1,348 – 0,534 = 0,814 cm
𝐻𝑣6 0,814
𝑒6 = = = 1,525
𝐻𝑠 0,534
Pengujian rebound adalah pengurangan beban secara bertahap yang dimulai dengan
beban terberat hingga beban yang paling ringan dalam jangka waktu yang sama (per 1
jam). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan tinggi tanah.
Pengujian pada hari keenam, dengan pelepasan beban ke-6. Pembacaan penurunan
dilakukan dengan waktu 15 detik, 30 detik, 1 menit, 2 menit, 4 menit, 8 menit, 15 menit,
30 menit, 60 menit. Pada Tabel 3.7 adalah hasil pelepasan beban ke-6.
63
Pengujian pada hari keenam, dengan pelepasan beban ke-5. Pembacaan penurunan
dilakukan dengan waktu 15 detik, 30 detik, 1 menit, 2 menit, 4 menit, 8 menit, 15 menit,
30 menit, 60 menit. Pada Tabel 3.8 adalah hasil pelepasan beban ke-5.
Pengujian pada hari keenam, dengan pelepasan beban ke-4. Pembacaan penurunan
dilakukan dengan waktu 15 detik, 30 detik, 1 menit, 2 menit, 4 menit, 8 menit, 15 menit,
30 menit, 60 menit. Pada Tabel 3.9 adalah hasil pelepasan beban ke-4.
64
Tabel 3.9 Data Hasil Pelepasan Beban ke- 4
Waktu
Setelah Pembacaan Penurunan Dial Reading
Pembebanan, √t
t (menit) Dial Δh = (Dial x 0,001)
0 0 625.8 0.6258
0.25 0.5 621 0.621
0.5 0.71 620.1 0.6201
1 1 618.9 0.6189
2 1.41 617 0.617
4 2 614.5 0.6145
8 2.83 610.7 0.6107
15 3.87 606.3 0.6063
30 5.48 601.2 0.6012
60 7.45 597.2 0.5972
Sumber : Data Praktikum 2019
Pengujian pada hari keenam, dengan pelepasan beban ke-3. Pembacaan penurunan
dilakukan dengan waktu 15 detik, 30 detik, 1 menit, 2 menit, 4 menit, 8 menit, 15 menit,
30 menit, 60 menit. Pada Tabel 3.10 adalah hasil pelepasan beban ke-3.
Tabel 3.10 Data Hasil Pelepasan Beban ke- 3
Waktu
Setelah Pembacaan Penurunan Dial Reading
Pembebanan, √t
t (menit) Dial Δh = (Dial x 0,001)
0 0 597.2 0.5972
0.25 0.5 593 0.593
0.5 0.71 592.4 0.5924
1 1 591.9 0.5919
2 1.41 590.1 0.5901
4 2 587 0.587
8 2.83 585.1 0.5851
15 3.87 580.5 0.5805
30 5.48 575.3 0.5753
60 7.45 569.1 0.5691
Sumber : Data Praktikum 2019
65
1. Perubahan tinggi contoh tanah ΔH’ = 0,5691 cm
2. Tinggi contoh tanah = H0 - ΔH’ = 2 – 0,5691
= 1,4309 cm
3. Tinggi void (Hv’) = 1,4309 – Hs = 1,4309 – 0,534
= 0,897 cm
,
4. Angka pori (e’) = =
,
= 1,68
66
Pengujian pada hari keenam, dengan pelepasan beban ke-2. Pembacaan
penurunan dilakukan dengan waktu 15 detik, 30 detik, 1 menit, 2 menit, 4 menit, 8 menit,
15 menit, 30 menit, 60 menit. Pada Tabel 3.11 adalah hasil pelepasan beban ke-2.
67
Dari pengujian konsolidasi dengan rebound, maka dapat direkap pada Tabel
3.13 Hasil Perhitungan Uji Konsolidasi.
e Koefisien
Tinggi Fitting time
Pressure Pemb. ΔH Hv Pem- e konsolidasi
Sample (menit)
(kg/cm²) Akhir (cm) (cm) Be- rebound (cm²/menit)
(cm)
banan t₅₀ t₉₀ Cv₅₀ Cv₉₀
0,25 118 0,118 1,882 1,348 2,525 1,798 8,5 16,81 0,022 0,048
0,5 195 0,195 1,805 1,271 2,38 1,717 11 30,25 0,015 0,024
1 295 0,295 1,705 1,171 2,193 1,68 9,9 42,25 0,015 0,015
2 435 0,435 1,565 1,031 1,931 1,627 4,2 31,36 0,031 0,018
4 556 0,556 1,444 0,91 1,704 1,574 9 30,25 0,012 0,016
8 651,8 0,6518 1,348 0,814 1,525 1,539 11 47,61 0,009 0,009
Sumber : Data praktikum 2019
Dari Tabel 3.13, maka dapat dibuat grafik hubungan antara angka pori (e)
dengan tekanan (P).
e0
Cc
ea
eb Cs
ee
ed
0,42xe0
Pe Pc Pa Pb Pd
Diperoleh :
Pc = 0,72 kg/cm2 Pd = 8 kg/cm2
Pa = 2 kg/cm2 Pe = 0,25 kg/cm2
Pb = 4 kg/cm2
68
Perhitungan :
Berdasarkan rumus 3.2 , 3.3 , dan 3,5, maka dapat dihitung nilai Cc, Cs dan OCR.
, ,
𝐶𝑐 = = = 1,25
𝑃𝑐 0,72
𝑂𝐶𝑅 = = =1
𝑃𝑜 0,72
Setelah sampel tanah dioven. sampel tanah digunakan untuk percobaan Spesific
Gravity (Gs). Hasil parameter pada uji Gs terdapat pada Tabel 3.14 berikut.
Berat Piknometer +
gr W1 75,9 74,3
Tanah Kering
Berat Piknometer +
gr W2 134,5 138,9
Tanah + Air
69
Perhitungan analisis identifikasi sampel tanah konsolidasi :
Spesific Gravity :
( )
,
: 1. = 2,677
( , , ) ,
,
: 2. = 2,668
( , , ) ,
,
Berat Volume Tanah (γt) : = = 1,21 gr/cm³
. ∗
,
Berat Volume Kering (γd) : = = 0,71 gr/cm³
( ) ( , )
Hitung nilai derajat kejenuhan (Sr) apakah sampel yang diuji memiliki nilai Sr = 100%
sehingga γsat benar-benar keadaan jenuh air.
∗ . ∗ ,
Sr : = x 100% = 67,4% < 100%
,
ϒ ( )
Berat Volume Jenuh (γsat) :
( , , )
: = 1.45 gr/cm³
,
70
Berikut adalah rekap hasil identifikasi sampel tanah konsolidasi:
3.5 Kesimpulan
71
a. Nilai Indeks Swelling (Cs) sebesar 0,17
b. Nilai Indeks Compression (Cc) sebesar 1,25
c. Nilai tegangan prakonsolidasi (Pc) sebesar 0,72 kg/cm 2
d. Nilai overburden (Po) sama dengan prakonsolidasi (Pc) dikarenakan kedalaman
tanah sampel tidak diketahui, maka nilai Po sebesar 0,72 kg/cm2.
5. Dari hasil analisa data, diperoleh nilai Pc sebesar 0,72 kg/cm 2 dan Po sama dengan
Pc maka nilai Po adalah 0,72 kg/cm2, sehingga dapat diperoleh nilah OCR sebesar
1. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tanah tersebut dalam keadaan
Normally Consolidated dengan nilai OCR (Over Consolidation Ratio) = 1 = 1.
72
BAB IV
PENGUJIAN DIRECT SHEAR
73
Tabel 4.1. Harga-Harga Umum dari Sudut Geser Dalam Kondisi Drained untuk Pasir
dan Lanau
Pengujian tiap sampel diambil 3 kali dengan beban yang berbeda. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan data sudut geser dalam yang lebih akurat. Pada percobaan
uji geser langsung kali ini menggunakan beban yang berbeda untuk tiap sampel tanah,
yaitu 2 kg, 4 kg dan 8 kg.
Dari hasil pengujian direct shear akan dicari tegangan geser dan tegangan normal dengan
menggunakan rumus-rumus di bawah ini.
𝜏= …………………………………………………... (4.1)
Keterangan :
𝜏 = Tegangan geser (kg/cm2)
P = Gaya geser (kg)
A = Luas bidang geser (cm2)
Dengan pemberian beban normal dapat diperoleh tegangan normal dengan
persamaan sebagai berikut :
𝜎 = ……………………………………………………. (4.2)
74
Keterangan :
𝜎 = Tegangan normal (kg/cm2)
N = Gaya geser (kg)
A = Luas bidang geser (cm2)
Luas bidang geser
𝐴 = 𝜋D2………………………………………………... (4.3)
Keterangan :
D = diameter tanah = 6.40 (cm)
Dengan menggunakan persamaan (4.3) diperoleh luasan bidang geser tanah sebagai
berikut:
75
4.2 Prosedur Pratikum
Prosedur pelaksanakan pengujian direct shear:
1. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan saat praktikum.
2. Mengeluarkan sampel tanah dari tabung besi menggunakan alat extruder
ke dalam cetakan silinder.
3. Meletakkan sampel tanah yang berbentuk silinder tersebut pada cawan yang
sebelumnya telah ditimbang.
4. Menimbang sampel tanah beserta cawan.
5. Langkah 2 sampai 4 diulang pada pengujian sampel tanah kedua dan ketiga.
6. Mengambil dan memasukkan sampel tanah pertama ke dalam shear box
dengan batu berpori yang telah berada pada dasar shear box tersebut.
Kemudian meletakkan juga batu berpori di atas tanah pada shear box.
Menutup shear box.
7. Meletakkan shear box pada alat uji geser langsung. Kemudian menuangkan
air di sekitar shear box hingga seluruh permukaan shear box terendam
oleh air.
8. Memberikan beban sebesar 2 kg untuk memberikan tekanan normal.
9. Kemudian memutar dongkerak pada alat uji yang akan memberikan tekanan
geser pada sampel tanah. Jarum pada arloji pengukur pergeseran akan
bergerak dan kemudian menghasilkan pembacaan dial pada proving ring
pengukur tekanan geser.
10. Melakukan pembacaan dial hingga tidak ada lagi perubahan pembacaan dial
horizontal.
11. Mengeluarkan sampel tanah yang telah diuji dari shear box, lalu ditimbang.
Setelah itu, memasukkan sampel tanah ke dalam oven selama 24 jam.
12. Mengulangi langkah 6 sampai 11 untuk sampel tanah kedua dengan
beban 4 kg dan sampel tanah ketiga dengan beban 8 kg.
13. Mengeluarkan sampel tanah dari oven setelah 24 jam. Kemudian menimbang
masing-masing sampel tanah.
76
4.3 Dokumentasi Pratikum
Dokumentasi pengujian direct shear:
Gambar 4.1. Sampel tanah dari Extruder Gambar 4.2. Pemutaran tuas Extruder
Gambar 4.3. Sampel Tanah yang telah Gambar 4.4. Shear Box dimasukkan
dikeluarkan kemudian ditimbang ke dalam Alat Uji Geser Langsung
77
Gambar 4.5. Proses Pembacaan dan Gambar 4.6. Tanah yang telah diuji
Pencatatan Dial kemudian ditimbang.
78
Tabel 4.2 Hasil Kalibrasi Pembacaan Dial
79
Tabel 4.3 Perhitungan Tegangan Geser dan Tegangan Normal
Beban 2 4 8
(kg)
Tegangan τ=
, ×
τ=
, ×
τ=
, ×
geser , , ,
= = 0,16 = = 0,14 = = 0,36
2 , , ,
(kg/cm )
Tegangan σ= σ= σ=
normal
= = 0,06 = = 0,12 = = 0,25
(kg/cm2) , , ,
Setelah dianalisis data hasil praktikum diperoleh nilai tegangan geser maksimum dan
tegangan normal pada setiap sampel tanah dengan pembebanan yang berbeda-beda. Data
tersebut akan digunakan untuk nilai kohesi dan sudut geser dalam. Hasil analisa tegangan geser
dan tegangan normal seperti pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Data Tegangan Geser dan Tegangan Normal pada Beban 2, 4, dan 8 kg
Data tegangan geser maksimum dan tegangan normal kemudian digunakan untuk
mencari nilai kohesi dan sudut geser. Nilai kohesi dan sudut geser dapat diperoleh dari grafik
hubungan antara tegangan geser maksimum dan tegangan normal seperti pada Gambar 4.7.
80
Hubungan Tegangan Normal dengan Tegangan Geser
0.90
0.80
0.70
0.60
τmax(kg/cm2)
0.50
0.40
0.30
0.20 20°
0.10
0,16
0.00
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90
σ (kg/cm2)
81
4.5 Kesimpulan
1. Berdasarkan Gambar 4.7 didapatkan nilai kohesi (c) sebesar 0,16 kg/cm2 dan sudut
geser dalam (φ) sebesar 20°. Berdasarkan klasifikasi tanah dari Bowles pada Tabel
4.1, maka dapat disimpulkan bahwa sampel tanah termasuk kategori jenis tanah
lempung dengan nilai sudut geser antara 20° - 42°.
2. Dari perhitungan diperoleh nilai kuat geser tanah sebagai berikut:
• Beban 2 kg: τ = 0,182 kg/cm2
82
BAB V
PENGUJIAN REMBESAN
83
Dari pengujian tinggi jatuh akan diperoleh data untuk menentukan nilai
koefisien rembesan menggunakan rumus 5.1 dan 5.2 sebagai berikut:
keterangan :
k = koefisien rembesan (cm/s)
Q = volume air yang tertampung pada gelas ukur (cm 3)
a = luas penampang buret (cm2)
L = tinggi sampel tanah (cm)
A = luas penampang contoh tanah (cm2)
T = waktu (detik)
h = selisih tinggi “head” air antara permukaan air dalam corong air dengan elevasi
lubang keluarnya pada tabung (cm)
h1= tinggi awal (cm)
h2= tinggi akhir (cm).
84
8. Menambal tabung plastik menggunakan plastisin untuk mencegah kebocoran
saat pengisian air.
9. Mengalirkan air ke dalam corong yang telah dipasang dengan satu jari menutup
lubang atas pada penutup tabung plastik serta satu jari menutupi aliran rembesan.
Pengisian air hingga jari pada lubang atas pada penutup tabung terasa basah.
10. Mengisi corong air sampai selisih ketinggian antara muka air pada corong
dengan libang aliran rembesan setinggi 50 cm. Sebelumnya telah dipastikan
katup penutup pintu air dari corong dalam kondisi terkunci.
11. Melakukan percobaan pertama dengan membuka katup penutup pintu air dari
corong dan lubang aliran rembesan selama lima detik. Air yang keluar dari
lubang aliran rembesan ditampung oleh gelas ukur untuk mengetahui volume
rembesan selama lima detik.
12. Setelah lima detik, mengunci katup saluran dari corog dan aliran rembesan
bersama-sama.
13. Memasukkan thermometer ke dalam gelas ukur untuk mengetahui suhu air
rembesan tersebut. Melakukan pengukuran suhu pada setiap percobaan.
14. Mengulang langkah 11 dan 12 sampai percobaan kelima.
2) Prosedur pelaksanaan pengujian rembesan dengan metode falling head test adalah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengujian tinggi jatuh.
2. Mengambil sampel tanah kering sisa pengujian sebelumnya. Kemudian
menumbuk tanah tersebut secukupnya hingga butiran tanah tersebut tidak terlalu
halus dan juga tidak terlalu kasar.
3. Menambahkan air secukupnya ke dalam contoh tanah dan mengaduk sampai
seluruh sampel tanah basah.
4. Menimbang tabung plastik. Setelah itu, memasukkan sampel tanah yang sudah
diaduk rata hingga ketebalannya 5 cm.
5. Menimbang tabung plastik beserta tanah yang berada di dalamnya.
6. Memasukkan batu porous ke dalam tabung tabung plastik.
7. Memasang tabung plastik yang telah ditimbang sebelumnya pada alat uji.
Menutup tabung plastik serta memasang ring dan mur.
8. Menambal tabung plastik menggunakan plastisin untuk mencegah kebocoran
saat pengisian air.
85
9. Mengalirkan air ke dalam corong yang telah dipasang dengan satu jari menutup
lubang atas pada penutup tabung plastik serta satu jari menutupi aliran
rembesan. Pengisian air hingga jari pada lubang atas pada penutup tabung terasa
basah.
10. Mengisi tabung buret dengan air sampai ketinggian 50 cm. sebelumnya telah
dipastikan katup penutup pintu air dari tabung buret dalam kondisi terkunci.
11. Melakukan percobaan pertama dengan membuka katup penutup pintu air tabung
buret dan lubang aliran rembesan selama dua menit . Air yang keluar dari lubang
aliran rembesan ditampung oleh gelas ukur untuk mengetahui volume
rembesan.
12. Setelah dua menit, mengunci katup tabung buret dan aliran rembesan bersama-
sama.
13. Memasukkan thermometer ke dalam gelas ukur untuk mengetahui suhu air
rembesan tersebut.
14. Mengulang langkah 11 dan 13 sampai percobaan kelima.
86
Gambar 5.3 Penambalan dengan plastisin Gambar 5.4 Pemasangan batu poros
87
Hasil pengujian falling head pada sampel pertama dapat dilihat pada Tabel 5.2.
di bawah ini.
Tabel 5.2. Hasil Pengujian Falling Head test pada Sampel I
Tes h1 h2 Waktu Suhu Volume
(cm) (cm) (detik) (˚C) (cm3)
1 50 47,7 5 28 1,6
2 47,7 46,3 5 28 1,2
3 46,3 45,3 5 28 1,1
4 45,3 44 5 28 0,9
5 44 42,3 5 28 1,2
Sumber : Hasil Praktikum, 2019
, ×
𝑘 = 2,303 𝑙𝑜𝑔 = 2,303 𝑙𝑜𝑔 = 0,0014 cm/detik
, × ,
88
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Koefisien Rembesan pada Sampel I
89
- Diameter buret = 1,1 cm a = 𝜋𝑑 = 𝜋 × 1,1 = 0,95 cm2
, ×
𝑘 = 2,303 𝑙𝑜𝑔 = 2,303 𝑙𝑜𝑔 = 0 cm/detik
, ×
Dari hasil perhitungan kelima nilai k pada sampel kedua, kemudian dihitungan
nilai rata-rata k. Nilai rata-rata k yang diperoleh sebesar 0 cm/detik. Berdasarkan
klasifikasi harga-harga koefisien rembesan menurut Braja M. Das pada Tabel 5.1 maka
sampel tanah yang diuji termasuk jenis tanah lempung dengan nilai k < 0,000001
cm/detik.
5.5 Kesimpulan
1. Pengujian sampel pertama tanah berbutir kasar yang seharusnya pengujian
rembesan menggunakan metode constant head test tetapi karena keterbatasan alat
maka pengujian rembesan dilakukan dengan metode falling head test. Dari hasil
pengujian sampel pertama diperoleh nilai koefisien k rata-rata sebesar 0,001
cm/detik. Berdasarkan klasifikasi harga-harga koefisien rembesan, maka sampel
tanah yang diuji termasuk jenis tanah pasir halus dengan nilai k antara 0,01-0,001
90
cm/detik. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa jenis tanah berbutir kasar yang
seharusnya pengujian rembesan dilaksanakan dengan metode constant head test
juga dapat diuji dengan metode falling head test karena hasil nilai k dari analisa
masih sesuai dengan nilai k untuk tanah berbutir kasar pada tabel 5.1.
2. Dari pengujian rembesan metode falling head test sampel kedua diperoleh nilai
koefisien rata-rata sebesar 0 cm/detik. Berdasarkan klasifikasi harga-harga
koefisien rembesan, maka sampel tanah yang diuji termasuk jenis tanah lempung
dengan nilai k < 0,000001 cm/detik.
91
DAFTAR PUSTAKA
Hardiyatmo, Hary Christady. 1996. Mekanika Tanah II. Universitas Gajah Mada.
Yogyakrta.
Wardani, Mila Kusuma. 2016. Buku Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah II. Jurusan
Teknik Sipil. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya. Surabaya.
Lastiko, Linuwih Jalu, dkk. 2017. Stabilitas Tanah Menggunakann Serabut Kelapa
Melalui Uji Geser Langsung (Direct Shear Test) Di Laboratorium. Fakultas Teknik.
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Yogyakarta.
Restu, Putri. 2016. Teori Dasar Kuat Geser Tanah. Jurusan Teknik Sipil. Universitas
Lampung. Lampung.
Hamzah, Muhammad, dkk. 2008. Pemodelan Perembesan Air Dalam Tanah. Phisycs
Departement. Universitas Hasanuddin. Sulawesi Selatan.
Hartanti, Riska Silviana, dkk. 2016. Analisis Kuat Geser Langsung Tanah pada TPA
Kudus yang Ternomalisasi. Bandung.
Randyanto, Eko Seftian. 2015. Analisis Daya Dukung Tiang Pancang Dengan
Menggunakan Metode Statik Dan Calendring StudinKasus: Proyek Pembangunan
Manado Town Square 3. Universitas Sam Ratulangi. Sulawesi Utara.
92