Modul:
Ekstraksi Padat Cair
Disusun Oleh:
Kelompok 25
Erwin Purba (121280091)
Yunita Dewi Arum (121280092)
Riky Darmawan (121280087)
Dewi Sinta (121280033)
Praktikum modul ekstraksi padat cair kali ini bertujuan agar praktikan dapat prinsip
ekstraksi padat cair dan melakukan proses ekstraksi padat cair dengan menggunakan
alat hidrodestilasi dan mengukur parameter-parameter terkait ekstraksi padat cair.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu sereh yang sudah diperkecil ukurannya
serta perlarut yang digunakan yaitu akuades dengan perbandingan sampel dan pelarut
yaitu 1:30. Dengan rincian sereh sebanyak 16 gram dan akuades sebanyak 484 mL.
Dalam praktikum terdapat tiga percobaan, yaitu pada percobaan pertama tahap ekstraksi
dan tahap pemurnian, percobaan kedua yaitu pengukuran massa jenis dengan
piknometer, dan percobaan ketiga yaitu pengukuran indeks bias dengan refraktometer.
Hasil yang diperoleh dari proses esktraksi yaitu minyak atsiri tetapi pada praktikum kali
ini kurang optimal. Selama 2 jam ekstraksi menghasilkan volume sebesar pada 30 menit
pertama yaitu 70 mL, pada 60 menit sebanyak 160 mL, dan pada 90 menit sebanyak
160 mL, dan pada 120 menit didapatkan sebanyak 160 mL serta didapatkan juga massa
sereh pada saat 2 jam yaitu 19,13 gr, pH sebesar 5, dan indeks bias yaitu sebesar 0
°Brix. Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah Didapatkan % perolehan minyak
atsiri biji pala sebesar 1,42 % . karena produk komponen masih bercampur dan sulit
untuk dipisahkan. Waktu untuk ekstraksi kurang cupuk untuk menghasilkan minyak
atsiri. Saran diharapkan praktikum untuk lebih teliti dalam pengukuran massa jenis
larutan yang dihasilkan dikarenakan menggunakan suhu yang tinggi maka praktikan
diharapkan berhati-hati saat melakukan praktikum.
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
2.1 Ekstaksi....................................................................................................................4
2.3 Pelarut......................................................................................................................4
3.1.1 Alat..................................................................................................................11
3.1.2 Bahan...............................................................................................................12
iii
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN.............................................16
4.1 Pembahasan...........................................................................................................16
BAB V PENUTUP.........................................................................................................20
5.1 Kesimpulan............................................................................................................20
5.2 Saran......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................21
LAMPIRAN...................................................................................................................22
LAMPIRAN D. Dokumentasi.......................................................................................26
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Selain sebagai bumbu dapur, sereh juga dapat diambil minyaknya untuk digunakan
berbagai macam kebutuhan.
Minyak atsiri sereh diekstraksi karena memiliki banyak manfaat kesehatan yang
bermanfaat bagi tubuh. Beberapa manfaat minyak atsiri sereh antara lain Membantu
meredakan mual, sakit perut, masalah pencernaan, dan tukak lambung, Membantu
mengatasi nyeri, pencernaan, hingga sakit kepala Selain itu, minyak atsiri sereh juga
dapat membantu menghilangkan stres, kecemasan, dan depresi. Minyak sereh juga
memiliki sifat antibakteri, antijamur, anti-inflamasi, dan antioksidan. Oleh karena itu,
minyak atsiri sereh diekstraksi untuk memanfaatkan manfaat kesehatannya bagi
tubuh.
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, ekstraksi dibagi menjadi dua
yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi cair-cair, bahan yang
menjadi analit berbentuk cair dengan pemisahannya menggunakan dua pelarut yang
tidak saling bercampur sehingga terjadi distribusi sampel di antara kedua pelarut
terebut. Pendistribusian sampel dalam kedua pelarut tersebut dapat ditentukan
dengan perhitungan KD (koefisien distribusi). Beberapa jenis metode Microwave
assisted extraction yang saat ini telah dikembangkan antara lain Microwave
Hydrodistillation (MHD), Microwave Steam Distillation (MSD), Microwave Steam
Diffusion (MSDf) Enflurance, dan lain-lain. Dari bebeapa metode Microwave
assisted extraction yang ada, pada penelitian ini menggunakan metode Microwave
Hydrodistillation (MHD). Tujuan penelitian ini adalah mempelajari kondisi operasi
optimum menggunakan metode microwave hydrodistillation untuk menghasilkan
kadar perolehan dari minyak atsiri sereh yang didapatkan. Adapun Dalam metode
hydrodistilasi, bahan yang akan diekstrak ditempatkan dalam alat distilasi dan
dipanaskan dengan air. Uap yang dihasilkan kemudian melewati bahan tersebut dan
mengambil minyak atsiri. Uap kemudian didinginkan dan dikondensasi kembali
menjadi cairan, yang terdiri dari minyak atsiri dan air
1.2 Tujuan Percobaaan
Tujuan percobaan kali ini mengenai ekstraksi padat cair antara lain:
1. Praktikan memahami prinsip ekstraksi padat cair
2. Praktikan melakukan proses ekstraksi padat cair dengan menggunakan
hydrodistilasi dan menggunakan parameter-parameter terkait ekstraksi padat cair
2
1.3 Sasaran Percobaan
Sasaran-sasaran yang hendak dicapai melalui percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Mahasiswa dapat menghitung perolehan minyak dari bahan baku yaitu sereh
2. Mahasiswa dapat mengetahui ciri fisik minyak hasil ekstraksi (massa jenis,
indeks bias, pH, aroma, dan warna)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekstaksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi
yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya (Wilson ID, 2020). Tujuan
ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada
bahan alam. Bahan-bahan aktif, seperti senyawa anti mikroba dan antioksidan yang
terdapat pada tumbuhan pada umumnya diekstrak dengan pelarut, jumlah dan jenis
senyawa yang masuk ke dalam cairan pelarut sangat ditentukan oleh jenis pelarut
yang digunakan dan meliputi dua fase yaitu fase pembilasan dan fase ekstraksi
(Voight, 1995). Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, ekstraksi dibagi
menjadi dua yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair.
2.3 Pelarut
Menurut Basset, (1994), dalam proses ekstraksi diperlukan pelarut yang sesuai
untuk melarutkan suatu zat. Salah satu ciri penting dari suatu pelarut adalah tetapan
dielektriknya (E). Tetapan Dielektrik merupakan gaya yang bekerja diantara kedua
muatan yang terjadi dalam ruang hampa dengan gaya yang bekerja pada muatan
4
yang ada di dalam kedua pelarut (Rivai, 1995). Beberapa kriteria pelarut yang baik
digunakan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pelarut harus bersifat inert terhadap kondisi suatu reaksi yang terjadi
2. Pelarut harus dapat melarutkan reaktan dan reagen
3. Pelarut harus memiliki titik didih yang tepat
4. Pelarut harus mudah dihilangkan/ diuapkan ketika reaksi sudah berakhir
Selain hal-hal di atas, pemilihan pelarut dapat dilihat dari tingkat kepolarannya
dengan menggunakan prinsip like dissolve like. Senyawa yang polar akan larut dalam
pelarut polar, sedangkan senyawa yang bersifat nonpolar akan larut pada pelarut
nonpolar (Mantiq, 2016)
5
dalam pelarut dan dikumpulkan di bagian bawah kolom. Metode ini termasuk
jenis ekstraksi padat-cair
6
Pendinginan tidak langsung mengembunkan campuran uap dan
menyebabkan pemisahan minyak dan senyawa bioaktif dari air. Minyak atsiri
dan senyawa bioaktif berbasis minyak umumnya dikeringkan dengan natrium
sulfat anhidrat . Karena hidrodistilasi sering dilakukan pada suhu di atas titik
didih air, beberapa komponen yang mudah menguap, pigmen alami , dan
senyawa bioaktif yang tidak tahan panas mungkin hilang.
2. Steam Distilation atau Distilasi Uap
Distilasi uap adalah proses pemisahan zat yang sensitif terhadap suhu. Ini
adalah jenis distilasi tertentu. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan
memisahkan basa cair yang dapat larut tergantung pada volatilitasinya. Misalnya
senyawa aromatik. Ini memainkan peran penting di beberapa kawasan industri.
Disini tidak ada reaksi kimia yang terjadi, ini adalah proses fisik. Pada suhu
berkelanjutan yang sangat tinggi, hanya sedikit senyawa organik yang dapat
terurai sehingga sulit dipisahkan melalui proses distilasi sederhana pada titik
didih tertentu.
Fasa cair yang terkondensasi mengandung uap air yang diuapkan dengan
senyawa yang diperlukan, dan ditempatkan dalam labu kondensasi yang
ditempatkan di dekatnya. Sekarang distilasi dilakukan pada suhu yang lebih
rendah. Distilasi uap dapat diterapkan jika zat tersebut sangat sensitif terhadap
panas uap dikondensasikan setelah proses distilasi.
3. Solvent Extraction atau Ekstraksi Pelarut
Solvent Extraction adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengekstrak minyak dengan bantuan pelarut organik, teknik pemisahannya
menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) diantara dua fasa cair yang tidak
saling bercampur. Cara ini akan mengakibatkan bahwa beberapa konstituen akan
pindah dari pelarut pertama ke pelarut kedua.
Proses ekstraksi lemak menggunakan metode solvent extraction pada
prinsipnya memiliki kesamaan dengan teknik penentuan lemak kasar.
Perbedaannya, pada metode ini umumnya dilakukan pada skala yang lebih
besar. Pelarut yang digunakan juga umumnya tidak menggunakan eter,
melainkan menggunakan heksana
4. Supercritis Fluid Extraction atau Ekstraksi Cairan Superkritis.
7
Ekstraksi cairan superkritis dari sampel makanan. Ini adalah teknik
pemisahan tingkat lanjut yang didasarkan pada peningkatan daya pelarutan gas
di atas titik kritisnya. Gas yang disukai adalah CO . SFE kompatibel dengan
kromatografi fluida superkritis karena kedua teknik dapat menggunakan fase
gerak dan perangkat yang sama, sehingga mendukung pengembangan
metodologi ekstraksi dan pemisahan.
Teknik ini telah diterapkan untuk berhasil memisahkan likopen dari
karotenoid lain dalam buah tomat . SFE melakukan isolasi karotenoid secara
selektif dalam satu langkah, menghindari peningkatan suhu pemrosesan. Hal ini
membuatnya menguntungkan untuk ekstraksi karotenoid yang peka terhadap
panas. Selain itu, eliminasi pelarut organik menawarkan keuntungan bahwa
ekstrak yang diperoleh bebas dari residu kimia. Efisiensi ekstraksi karotenoid
dengan CO 2.
5. Ekstraksi Ekspresi
Ekspresi merupakan salah satu metode pemisahan larutan tanpa
menggunakan pelarut. Untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak dilakukan
perlakuan pendahuluan seperti pengecilan ukuran, penghancuran, dan
pemanasan.
Aplikasi utama ekpresi dalam ekstraksi bahan komponen tanaman baik
untuk konsumsi langsung (untuk jus buah misalnya) atau untuk digunakan
dalam pengolahan ( gula, jus anggur untuk anggur dan minyak nabati) bahan
bahan terletak di dalam struktur sel tanaman dan perlu untuk menganggu sel sel
untuk membebaskan mereka.
6. Enfleurage atau Ektraksi Enfleurasi
Ektraksi enfleurasi merupakan salah satu pratikum yang memberikan
gambaran tentang konsep pengambilan minyak atsiri dan proses transfer massa.
Proses produksi minyak atsiri dapat ditempuh melalui 3 cara, yaitu: (1)
pengempaan (pressing), (2) ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction),
dan (3) penyulingan (distillation). Penyulingan merupakan metode yang paling
banyak digunakan untuk mendapatkan minyak atsiri. Penyulingan dilakukan
dengan mendidihkan bahan baku di dalam ketel suling sehingga terdapat uap
8
yang diperlukan untuk memisahkan minyak atsiri dengan cara mengalirkan uap
jenuh dari ketel pendidih air (boiler) ke dalam ketel penyulingan.
2.7 Minyak Atsiri
Dari berbagai tanaman obat yang ada, sereh wangi (Cymbopogon nardus L.)
merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat. Hasil penyulingan daun
dan batang sereh wangi diperoleh minyak atsiri yang dalam dunia perdagangan dikenal
dengan nama Citronella Oil. Komponen senyawa utama minyak sereh wangi ini terdiri
dari sitronelal, sitronellol, dan geraniol. Kandungan sitronelal, geraniol, dan sitronelol
dalam minyak sereh wangi juga mampu menghambat aktivitas bakteri
(Luangnarumitchai, 2007).
9
Indonesia dan dibudidayakan serta dapat tumbuh liar di pekarangan. Tanaman ini
memang berasal dari Selatan India atau Srilanka, dan sekarang sudah banyak tumbuh di
Asia, Amerika dan Afrika (Wijayanti, 2015).
10
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
11
ukur 50 mL, corong, spatula, pipet tetes, botol sampel, kertas saring, kertas label,
alumunium foil, selotip silk, kain lap, dan tisu.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ekstraksi padat cair ini adalah sereh
yang sudah dikecilkan ukurannya. Aquades sebagai pelarut dalam praktikum ini. Bahan-
bahan yang digunakan dalam praktikum ini sudah disediakan di Laboratorium Teknik
Kimia Institut Teknologi Sumatera.
12
3.3 Diagram Alir Percobaan
3.3.1 Tahap Ekstraksi dan Tahap Pemurnian
Mulai
Selesai
13
3.3.2 Massa Jenis dengan Piknometer
Mulai
Timbang piknometer
Selesai
14
3.3.2 Indeks Bias dengan Refraktometer
Mulai
Selesai
15
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Dalam praktikum ekstraksi padat-cair kali ini, kami menggunakan 16 gram sereh
sebagai sampel padatan yang akan diekstraksi untuk memperoleh minyaknya. Proses
ekstraksi dilakukan dengan menggunakan 484 ml aquades sebagai pelarut, dengan
perbandingan sampel dan pelarut sekitar 1:30. Sampel sereh dan pelarut dimasukkan ke
dalam labu leher tiga secara bersamaan. Kami memulai proses ekstraksi dengan
meningkatkan suhu campuran hingga mencapai 100℃, yang merupakan titik didih dari
pelarut aquades. Proses ini berlangsung selama 2 jam, dan setiap interval 30 menit, kami
mengambil sebagian distilat untuk memeriksa volumenya.Setelah dua jam atau pada
akhir proses ekstraksi, kami mengambil distilat dan sisa pelarut yang masih ada dalam
labu leher tiga untuk melakukan berbagai pengukuran. Kami mengambil data serta
dicek pH, massa jenis, volume akhir, dan indeks bias dari distilat dan pelarut yang
terkumpul.
180
160
140
Volume Hidrosol (mL)
120
100
80
60
40
20
0
20 40 60 80 100 120 140
Waktu (Menit)
16
mana destilat direflukskan secara penuh (100%) dan berlangsung terus-menerus
berjalan selama 2 jam. Kondisi ini mengakibatkan volume total destilat terus meningkat
seiring berjalannya waktu tanpa adanya batasan karena pelarut akan selalu tersedia
selama proses pemanasan. Bahkan volume total destilat dapat melebihi volume pelarut
awal. Pada ekstraksi minyak atsiri dengan rasio 1:30 didapatkan volume total destilat
sebanyak 550ml yang dimana pelarut aquades yang digunakan sebanyak 484ml. Pada
kenyataannya,volume destilat yang dihasilkan setelah 2 jam hanya sebanyak 550ml
yang memiliki massa 529,1 gram dengan sisa pelarut yang tersisa dalam labu sebanyak
410 ml. Hal ini menperlihatkan adanya penurunan jumlah pelarut yang terpakai selama
proses ekstraksi berlangsung. Faktor yang dapat menjadi penyebab penurunan jumlah
distilat dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya yitu sereh yang menyerap pelarut
selama proses ekstraksi. Sereh dapat memiliki kemampuan untuk mengikat pelarut,
sehingga menyebabkan jumlah pelarut yang tersedia untuk ekstraksi berkurang.
Selain itu, seiring berjalannya waktu, ada peluang pelarut menguap dan masih
menempel di dalam labu leher tiga. Ketika penguapan terjadi, pelarut tersebut dapat
hilang dari sistem, mengurangi volume pelarut yang efektif digunakan dalam proses
ekstraksi. Dan ada kemungkinan bahwa faktor kesalahan dalam prosedur percobaan
juga berdampak pada pengurangan jumlah pelarut dari volume awalnya. Semakin lama
proses distilasi, semakin banyak panas yang diterima oleh bahan sehingga proses difusi
semakin meningkat. Menurut (Rusli, 1977) semakin lama bahan disuling, semakin
banyak uap air berhubungan dengan minyak didalam bahan sehingga minyak yang
tersuling semakin banyak. Destilat yang dihasilkan pada praktikum ini memiliki massa
jenis sebesar 0,962 g/ml, dan mendapatkan pH sebesar 5 dan indeks bias 0.
17
4.1.2 Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap Banyaknya Volume Minyak Atsiri
0.12
0.08
0.06
0.04
0.02
0
20 40 60 80 100 120 140
Waktu (Menit)
Pada percobaan ini, Pengaruh rasio sereh dengan pelarut terhadap karakteristik
minyak. Adapun karakterisasinya meliputi warna, bau, pengukuran indeks bias, dan
berat jenis. Volume minyak atsiri yang diperoleh pada proses ekstraksi selama 2 jam
sangat sedikit yaitu 0,1 gram. Hal ini disebabkan karena sedikitnya jumlah sereh yang
digunakan yaitu sebanyak 16 gram sedangkan pelarut yang digunakan yaitu 484 ml
dimana perbandingan rasio yaitu 1:30. Perbandingan bahan dan pelarut adalah salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi serta mempengaruhi efisiensi
proses ekstraksi suatu bahan (Arroy, et al., 2017). Jumlah pelarut yang digunakan dan
ukuran partikel bahan ekstrak berpengaruh terhadap besarnya laju transfer massa antara
padatan dan pelarut (Yeni, Sa’id, Syamsu, & Mardliyati, 2014). Minyak yang
dihasilkan pada proses ekstraksi ini memiliki warna kuning pucat. Hal ini menunjukkan
bahwa minyak yang didapat sesuai dengan SNI yang telah ditetapkan. Warna minyak
atsiri dari sereh yang diperoleh melalui proses hidrodistilasi dengan menggunakan
pelarut air awalnya berwarna jernih, tetapi setelah teroksidasi dengan udara
menghasilkan warna kuning kecoklatan. Hal ini mengidentifikasikan bahwa komponen
kimia yaitu senyawa citronella, granial, neral dan -myrcene terekstrak oleh pelarut air,
karena senyawa tersebut mempunyai ciri berwarna kuning hingga kecoklatan
(Onawunmi, 1989). Selain itu mendapatkan pH sebesar 5 dan indeks bias 0. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu kekentalan zat cair dan
18
konsentrasi, dimana semakin kental zat cair, indeks biasnya akan semakin besar. Begitu
pula sebaliknya, semakin encer zat cair maka indeks biasnya semakin kecil (Jati,
Karyono, & Supriyatin, 2010). Begitu pula dengan konsentrasinya dimana semakin
besar konsentrasi larutan, maka semakin besar pula jumlah molekul dan atomnya yang
berinteraksi dengan gelombang cahaya, sehingga ketertinggalan fase yang dialami oleh
gelombang datang semakin besar. Hal ini berarti bahwa laju cahaya semakin kecil
seiring dengan bertambahnya konsentrasi larutan. (Respati & Rahardjo, 2017)
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum kali ini, yaitu:
1. Pengaruh waktu terhadap ekstraksi berbanding lurus, dimana semakin lama
waktu esktraksi maka semakin banyak pula jumlah volume pelarut yang
teresktrak.
2. Minyak atsiri dari sereh yang diperoleh pada percobaan kali ini sangat sedikit
yaitu 0,1 mL. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, perbandingan bahan dan
pelarut adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
3. Karakteristik pada minyak atsiri yang diperoleh pada proses ekstraksi yaitu
memiliki indeks bias 0 %Brix, pH 5, berwarna kuning pucat,serta beraroma khas
sereh.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari praktikum kali ini, yaitu:
1. Praktikan diharapkan melakukan pengecekan alat sebelum praktikum untuk
mengindari kurangnya berfungsi suatu alat
2. Praktikan diharapkan lebih teliti lagi dalam melakukan setiap prosedur
praktikum yang ada.
3. Praktikan lebih teliti dalam memperhatikan temperatur pada saat proses
ekstraksi
4. Praktikan harus berhati-hati dalam melakukan praktikum.
20
DAFTAR PUSTAKA
Arroy, J., Ruiz-Espinosa, H., Luna-Guevara, J., Luna-Guevara, M., Hernández-Carranza, P.,
Ávila-Sosa, R., & Ochoa-Velasco, C. (2017). Effect Of Solvents And Extraction
Methods On Total Anthocyanins,Phenolic Compounds And Antioxidant Capacity Of
Renealmia Alpinia. Czech Journal Of Food Sciences, 35(No. 5), 456–465.
Hamdani, S. (2009). Metode Ekstraksi. Bogor.
Jati, B., Karyono, S., & Supriyatin, S. (2010). Penyetaraan Nilai Viskositas terhadap
Indeks Bias pada Zat Cair Bening. Berkala Fisika ISSN, 1410-9662.
Luangnarumitchai, S. L. (2007). Antimicrobial Activity Of Essential Oils Aganist Five
Strains Of Propionibacterium. Mahidol University Journal of Pharmaceytical
Sciences, 60-64.
Onawunmi, G. (1989). Evaluation of the antifungal activity of lemon grass oil.
International Journal of Crude Drug Research 27, no. 2 (1989): 121-126.
Respati, Y., & Rahardjo, D. (2017). Alat penentu indeks bias cairan dibantu dengan
sensor ultrasonik berbasis mikrokontroler atmega328. Jurnal Materi dan
Pembelajaran Fisika, 7(2), 17-22.
Rusli, S. (1977). Konstruksi Unit Penyulingan Sereh Wangi, Sereh Dapur Dan
Cengkeh. Lembaga Penelitian Tanaman Industri.
Treybal, R. (1980). Mass Trnasfer Operation. Tokyo: Mc. Graw-Hill Kogakusha Ltd.
Ubay, G. C. (1993). Ekstraksi Padat-Cair. Jakarta.
Voight, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soendra
Noerono. 566-567.
Wijayanti, L. W. (2015). Isolasi Sitronellal Dari Minyak Sereh Wangi (cymbopogon
winterianus jowit) Dengan Distilasi Fraksinasi Pengurangan Tekanan. Jurnal
Farmasi Sains Dan Komunitas, 22-29.
Wilson ID, M. C. (2020). Encyclopedia of Separation Science. 118-119.
Yeni, G., Sa’id, E., Syamsu, K., & Mardliyati, E. (2014). Penentuan KondisiTerbaik
Ekstraksi Antioksidan Dari Gambir Menggunakan Metode Permukaan Respon.
Jurnal Litbang Industri, 4(1), 39.
21
LAMPIRAN
22
LAMPIRAN B. Data Mentah Praktikum
B.1 Persiapan Bahan
Sampel yang digunakan = Serai
Pelarut yang digunakan = Aquades
Sampel: air(b/v) = 1:30
Waktu = 2 jam
Massa sample = 16 g
Massa aluminiumfoil = 0,42 g
Massa Aluminium+ sampel = 16,42 g
Volume pelarut = 484 ml
Suhu aquades = 28 °C
23
LAMPIRAN C. Perhitungan Lengkap
Perhitungan massa jenis pelarut yang digunakan
24
Massa sisa pelarut=massa jenis sisa pelarut x v
Massa sisa pelarut=1 , 17 x 410=479 ,7
Jadi massa sisa pelarut adalah 479 ,7 gr
25
LAMPIRAN D. Dokumentasi
26
Gambar D.3 Penambahan bahan yang akan digunakan
27
LAMPIRAN E. Material Safety Data Sheet dan Risk Assesment
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40