Disusun Oleh :
Amalia 21416248201077
Azzzahra Amelia 21416248201109
Bela Cindika Sagala 21416248201057
Monica Yashna Kusuma Adi S 21416248201055
Nabila Berliana 21416248201078
Samsi Ayu Wulandari 21416248201039
FM21C
KELOMPOK 1
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2022
KATA PENGANTAR
( Penulis )
i
DAFTAR ISI
ii
BAB IV HASIL ........................................................................................................... 14
4.1 Hasil Penimbangan .............................................................................................. 14
4.2 Pengujian pH ....................................................................................................... 15
4.3 Bobot Jenis.......................................................................................................... 16
4.4 Viskositas............................................................................................................ 17
BAB V PEMBAHASAN.............................................................................................. 18
5.1 Penimbangan ....................................................................................................... 18
5.2 Pencampuran dan Pengisian................................................................................. 18
5.3 Pengujian ............................................................................................................ 19
5.4 Pengemasan......................................................................................................... 20
BAB VI KESIMPULAN ............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 22
LAMPIRAN ................................................................................................................ 24
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sediaan tetes oral, dibuat dan digunakan karena memiliki cara pemakaian
yang ditunjukkan untuk keadaan tertentu. Didalam sediaan ini zat obat
umumnya diharapkan memberikan efek sistemik, karena sediaan tetes sendiri
merupakan sediaan cair yang berbentuk larutan, suspense, atau emulsi yang
diharapkan memiliki adsorpsi yang cepat dalam system saluran cerna.
Sediaan tetes memiliki stabilitas yang kurang baik dan diperlukan ketepatan
dosis. Meskipun pipet tetes oral sudah termasuk kedalam syarat penepatan
baku tetes, terkadang jika pengguna memiliki tangan yang sering gemetar atau
tremor, dapat terjadi kesalahan dalam penetesan, baik itu kelebihan maupun
kekurangan dosis, maka dari itu penggunaan sediaan obat tetes harus berhati-
hati agar tidak terjadi kesalahan dalam penetesan.
Sediaan tetes digunakan untuk keuntungan pengobatan dari cara
penggunaannya. Sediaan tetes, baik digunakan untuk pemberian dosis kecil,
terutama pada bayi dan balita yang hanya membutuhkan dosis kecil dan belum
dapat menelan obat dengan baik, sehingga obat lebih mudah diberikan dan
memiliki daya adsorpsi yang cepat karena merupakan sediaan yang berbentuk
larutan (A.V. Loyd, dkk., 2013).
Salah satu obat yang dibuat dalam bentuk sediaan tetes oral adalah
Paracetamol. Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit
fenasetin dan telah digunakan sejak tahun 1893 (Wilmana, 1995). Demam
merupakan gejala suatu penyakit maupun penyakit yang dapat terjadi pada
siapapun terutama pada bayi, maka dari itu, sediaan tetes sangat membantu
dalam proses pemberian obat pada bayi yang umumnya sering terkena demam.
Pembuatan sediaan drops paracetamol dilakukan dengan metode pelarutan
dan pemanasan, larutan yang dibuat dengan cara ini dibutuhkan waktu yang
relative cepat dan komponen larutan tidak boleh rusak atau menguap oleh
pemanasan.
1
Praktikum ini dilakukan untuk dapat mengetahui cara pembuatan sediaan
drops paracetamol dengan baik dan benar. Oleh karena itu, praktikum ini
penting dilakukan agar kita dapat membuat sediaan drops yang sesuai dengan
standar operasi yang ada.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini yaitu :
1. Bagaimana cara membuat sediaan drops paracetamol yang baik?
2. Bagaimana hasil evaluasi kestabilan sediaan drops?
1.3 Tujuan Umum
Tujuan umum pada praktikum ini adalah, mengetahui cara pembuatan drops
paracetamol yang baik dan benar.
1.4 Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada praktikum ini yaitu :
1. Membuat sediaan drops paracetamol yang baik
2. Mengevaluasi kestabilan sediaan drops
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Drops (Guttae)
Guttae (obat tetes)Adalah sediaan cair berupa larutan, suspense, atau emulsi
dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara
meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan
tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan Farmakope Indonesia.
Jika disebutkan guttae, obat tetes, tanpa penjelasan lebih lanjut, dimaksudkan
adalah guttae, obat tetes untuk obat dalam. Guttae, obat tetes untuk obat dalam
digunakan dengan cara meneteskan obat kedalam makanan atau minuman (FI
III, 1978 hal 9-10).
Tetes Adalah tetesan setara dengan tetesan yang keluar bebas dari penetes
baku secara tegak lurus atau dari penetes lain yang telah ditara terhadap penetes
baku. Penetes baku Adalah penetes yang pada suhu 20°C memberikan tetesan
air suling yang bobotnya antara 47,5 mg 52.5 mg. ( FI III, 1978 hal XXXV).
2.2 Zat Aktif
Untuk Formulasi obat Drops Paracetamol 30mL dapat dilihat pada tabel
2.1
No. Bahan Khasiat
1. Paracetamol Analgetik, Antipiretik
2. Propilen Glikol Pelarut
3. Etanol 96% Pelarut
4. Natrium Klorida Dapar
5. Saccharin Na Pemanis
Tabel 2.1 Formulasi Drops Paracetamol
3
2.2.1 Paracetamol
Untuk Monografi dari Bahan Obat Zat aktif Paracetamol dapat
dilihat pada tabel 2.2 Dibawah ini.
No Nama Zat Aktif : Parasetamol (Asetaminofen)
2. Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit. (FI VI hal
1359)
3. Kelarutan Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N;
mudah larut dalam etanol. (FI VI hal 1359)
3. Stabilitas: Stabilitas Kering,
Panas Parasetamol murni stabil hingga 45°C.
Cahaya Sedikit peka cahaya dalam larutan, dan degradasi dikatalisis oleh
asam atau pangkalan (WHO, 1990).
Tabel 2.2 Monografi Paracetamol
4
2.2.3 Etanol 96%
Untuk Monografi dari Bahan Pelarut Etanol 96% dapat dilihat pada
tabel 2.4 Dibawah ini.
No. Nama Zat Eksipien : Etanol 96%
1. Pemerian Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna; bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap
walaupun pada suhu 780, mudah terbakar. (FI VI hal 537)
Cahaya
Cahaya Bahan padat stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup
baik, di tempat yang sejuk dan kering (APHA, 2009 HAL 639).
5
2.2.5 Saccharin Na
Untuk Monografi dari bahan pemanis Saccharin Na dapat dilihat
pada tabel 2.6 dibawah ini.
No. Nama Zat Eksipien : Saccharin Na
1. Pemerian Serbuk atau hablur putih, tidak berbau atau berbau aromatik
lemah.
Larutan encer sangat manis. Larutan bereaksi asam terhadap
lakmus (APHA, 2009 hal 606)
2. Kelarutan Sukar larut dalam etanol; agak sukar larut dalam air, dalam
kloroform dan dalam eter; larut dalam air mendidih; mudah larut
dalam larutan ammonia encer, dalam larutan alkali hidroksida
dan dalam alkali karbonat dengan pembentukan karbon dioksida.
(APHA, 2009 hal 606)
6
2.3.2 Ruang Pencampuran dan Pengisian
Standar pelayanan kefarmasian dalam pengolahan perbekalan
farmasi berdasarkan kepmenkes No.1027 / Menkes/SK/IX/2004,
menyebutkan bahwa pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu
siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan,
administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan
pelayanan, yang bertujuan untuk :
1. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien
2. Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan
3. Meningkatkan kompetensi atau kemampuan tenaga farmasi
Pada proses pembuatan drops parasetamol, campurkan propilen glikol
dengan etanol 96% dalam gelas kimia, aduk ad homogen, masukan 20g
paracetamol kedalam campuran, larutkan natrium klorida 1,75g dengan
aquadest, masukan kedalam campuran, masukan syrupus simpleks 30mL
kedalam campuran, masukan 12 tetes perasa dan pewarna, aduk ad
homogen, tambahkan aquadest ad 200ml, aduk homogen, masukan kedalam
botol 30ml yang telah dikalibrasi, kocok perlahan ad homogen.
2.3.3 Ruang Pengujian
Dalam ruang pengujian, penentuan yang harus diuji adalah :
1. Uji organoleptis
2. Uji penetapan PH
3. Uji penetapan bobot jenis
4. Uji viskositas
Uji kejernihan.
7
2.3.4 Ruang Pengemasan
Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan
untuk wadah atau tempat dan dapat memberikan perlindungan sesuai
dengan tujuannya. Adanya kemasan dapat membantu mencegah atau
mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari
pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan atau getaran
(Nurmimah, 2006).
Dalam ruang pengemasan dilakukan proses menempelkan label
pada sediaan dan memasukan nya kedalam kotak kemasan bersama brosur,
dan melakukan dokumentasi produk jadi di dalam white box.
8
BAB III
ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum pembuatan drops paracetamol
30mL ini terdiri dari; gelas kimia 500mL dan 100mL, gelas ukur, kaca
arloji, piknometer, timbangan analit, kertas perkamen, batang pengaduk,
spatula, pipet tetes, mixer, pH meter, corong, Viscometer Brookfield, dan
botol coklat 30mL.
3.1.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah;
Paracetamol, propilenglikol 30%, etanol (96%) 0,1%, natrium klorida
0,875%, saccharin Na 0,1%, pewarna merah, perasa strawberry, dan
aquadest.
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Penimbangan
Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, timbang
paracetamol menggunakan kertas perkamen sebanyak 20 gram.
Kemudian propilen sebanyak 60 ml. Lalu etanol sebanyak 0,2 ml.
Timbang natrium klorida sebanyak 1,75 gram. Timbang saccharin Na
sebanyak 0,2 gram. Ambil perasa strawberry menggunakan pipet tetes
sebanyak 12 tetes. Kemudian ambil kembali pewarna merah sebanyak 12
tetes. Dan ukur aquadest sebanyak 200 ml.
9
Gambar 3.1 Diagram Alir Penimbangan Bahan
3.2.2 Pencampuran dan Pengisian
Pertama-tama dikalibrasi gelas kimia 500 mL dengan air 200 mL
lalu dibilas dengan aquadest sebanyak tiga kali. Selanjutnya, dikalibrasi
botol sediaan dengan mengisi air sebanyak 34 mL (4 mL adalah volume
terpindahkan), lalu ditandai batas kalibrasi dan dibilas botol dengan
aquadest sebanyak tiga kali. Campurkan propilen glikol 60 mL dengan
etanol (96%) 0,2 mL dalam gelas kimia aduk homogen. Masukkan
paracetamol 20 g ke dalam campuran dimixer homogen. Tambahkan 20
mL air panas dan tambahkan saccharin Na dimixer hingga larut. Larutkan
natrium klorida 1,75 g dengan aquadest secukupnya aduk homogen.
Masukkan larutan natrium klorida ke dalam campuran aduk homogen.
Masukkan 12 tetes perasa strawberry dan pewarna merah dimixer
homogen. Tambahkan aquadest sampai 200 mL aduk homogen.
Masukkan ke dalam botol 30 ml yang telah dikalibrasi, kocok perlahan
ad homogen. Tutup botol sediaan, hapus tanda kalibrasi. Berikut ini
adalah diagram alir ruang pencampuran dan pengisian :
10
3.2.3 Pengujian
a. Uji Organoleptis
Penglihatan yang berhubungan dengan warna kilap, viskositas ,
ukuran dan bentuk, volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar
dan diameter serta bentuk bahan. Indra pembau, pembauan juga dapat
digunakan sebagai suatu indikator terjadinya kerusakan pada produk,
misalnya ada bau busuk yang menandakan produk tersebut telah
mengalami kerusakan. Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa,
maka rasa manis, asin, asam, pahit, dan gurih. Serta sensasi lain seperti
pedas, astringent (sepat), dll.
11
c. Bobot Jenis
Gunakan piknometer yang bersih dan kering. Timbang piknometer
kosong (W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap
sampai kering dan ditimbang (W2). Buang air suling tersebut,
keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur bobot
jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan
timbang (W3). Hitung bobot jenis cairan.
d. Viskositas
Masukkan sediaan kedalam beaker glass 100 mL. Viskositas diukur
menggunakan viscometer 12rookfield dengan spindle No.6 dan
kecepatan 100 rpm. Hasil pengukuran dalam satuan cP.
12
3.2.4 Pengemasan
Bersihkan botol, lalu tempelkan label pada botol, masukan botol dan
brosur kedalam kotak kemasan, lalu tutup kemasan. Dokumentasikan
produk dalam white box.
label kemasan
13
BAB IV
HASIL
4.1 Hasil Penimbangan
Hasil Penimbangan Bahan drops parasetamol yaitu paracetamol sebanyak
20 gram, natrium klorida sebanyak 1,75 gram, dan natrium sakarin sebanyak
0,2 gram.
14
Penimbangan Hasil
Paracetamol 20 gram
Natrium klorida 1,75 gram
Natrium sakarin 0,2 gram
Tabel 4.1 Penimbangan Bahan
4.2 Pengujian pH
Hasil yang didapatkan dalam pengujian pH yaitu sebesar 6,43 dengan tujuan
pH yang dicapai adalah 5,3 – 6,5.
15
4.3 Bobot Jenis
Hasil yang didapatkan dalam penentuan bobot jenis yaitu penimbangan
piknometer kosong (W1) sebesar 22,21 gram, penimbangan piknometer dan
aquadest (W2) sebesar 49,05 gram, dan penimbangan piknometer dan larutan
sampel (W3) sebesar 49,80 gram.
Gambar 4.5 Piknometer Kosong (W1) Gambar 4.6 Piknometer dan Aquadest (W2)
Pengujian Hasil
1 22,21 gram
2 49,05 gram
3 49,80 gram
16
4.4 Viskositas
Hasil yang didapatkan dalam penentuan viskositas yaitu dengan mengukur
kekentalan larutan sampel sebesar 6,15 mPas atau 6,15 cP.
17
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Penimbangan
Penimbangan merupakan proses penting dalam pembuatan Drops karena
akan menentukan kadar kuantitatif zat aktif, komponen yang pas buat bahan
eksipien supaya didapat sediaan yang bagus dan stabil. Sebelum proses
penimbangan dilakukan pemeriksaaan kebersihan ruang penimbangan yaitu
timbangan, peralatan penimbangan, wadah untuk menimbang, dan wadah
bahan baku yang akan ditimbang. Operator penimbangan akan memastikan
bahwa ruang penimbangan bebas dari material lain. Zat yang di timbang
Paracetamol 20 g, Natrium klorida 1,75 g, dan Saccharin Na 0,2 g. Setelah
penimbangan selesai, selanjutnya bahan baku obat di berikan ke ruangan
mixing melalui passbox untuk di lakukan pencampuran satu bahan baku
dengan bahan baku yang lain.
5.2 Pencampuran dan Pengisian
Formula dari drops parasetamol adalah parasetamol sebagai zat aktif,
propilenglikol, etanol 96%, dan aquadest sebagai pelarut, saccharin Na sebagai
pemanis, natrium klorida sebagai dapar, perasa strawberry sebagai perasa, dan
pewarna merah.
Pada saat proses pencampuran, Paracetamol dilarutkan pada campuran
propilen glikol dan etanol 96%, kedua pelarut ini dicampurkan karena etanol
yang digunakan hanya 0,2 mL untuk membuat sediaan 200 mL. Lalu campuran
pelarut dan parasetamol ditambahkan air panas 20 mL dan dimasukan
saccharin Na, lalu di mixer hingga semua bahan larut, penambahan air panas
bertujuan untuk memudahkan proses melarutkan parasetamol dan saccharin Na
yang bersifat sukar larut dalam air (FI VI 2020, APHA 2009). Setelah semua
bahan larut, selanjutnya adalah menambahkan natrium klorida yang sudah
dilarutkan dengan aquadest terlebih dahulu, terakhir adalah penambahan
pewarna dan perasa, serta aquadest ad 200 mL. Setelah itu, sediaan dimasukan
kedalam botol sediaan 30 mL dan diserahkan ke ruang pengujian untuk di uji.
18
Dalam prosedur kerja pencampuran yang dilakukan pada Handbook of
Pharmaceutical Manufactoring Formulations, liquid products volume 3,
propilen glikol, pewarna, dan sedikit aquadest dijadikan sebagai suatu
campuran dengan proses pemanasan, lalu menambahkan zat kering seperti
parasetamol, saccharin Na, dan natrium klorida, semua campuran itu di mixing
hingga larut dengan bantuan proses pemanasan pada suhu 600-650C. Setelah
bahan kering larut, suhu dibiarkan dingin hingga kurang dari 300C dengan
pengadukan perlahan. Terakhir, barulah ditambahkan alcohol yang sudah
dicampur dengan perasa serta air ad hingga 1 Liter (HOPMF Vol. 3, 2004).
5.3 Pengujian
Uji pertama yaitu, uji organoleptis. Uji organoleptis dilakukan dengan
menggunakan panca indra. Hasil evaluasi uji organoleptis menunjukan warna
yang merah, rasa sediaan manis sedikit pahit, bau sediaan seperti strawberry,
dan jernih.
Uji kedua yaitu uji pH sediaan drops. Uji pH dilakukan dengan
menggunakan alat uji pH meter. Hasil uji pH menunjukan hasil yang
didapatkan dalam pengujian pH yaitu, 6,43 dengan tujuan pH yang dicapai
adalah 5,3 – 6,5, pH yang didapat dalam praktikum ini memasuki rentang yang
dituju untuk sediaan drops.
Uji yang ke-3 yaitu dilakukan uji Berat Jenis. Uji Berat Jenis dilakukan
dengan menggunakan alat uji piknometer. Hasil yang didapatkan dalam
penentuan bobot jenis adalah 1,023 g/mL.
Uji yang ke-4 yaitu dilakukan Uji viskometer. Uji viskometer dilakukan
dengan menggunakan alat viskometer ostwald. Dipilih alat viskometer ostwold
karena viskositas ostwold digunakan untuk mengukur sampel yang encer atau
kurang kental dan dalam sediaan yang dibuat merupakan sediaan yang encer
atau kurang kental serta termasuk dalam hukum newtonian. diperoleh hasil
viskositas sebesar 6,15 mPa.s. Sediaan drops memiliki viskositas yang rendah
untuk memudahkan dalam proses pemipetan/penggunaan.
19
Berdasarkan pengujian yang dilakukan oleh Aldian Mandiri, pH yang
didapatkan adalah 6,54, bobot jenis yang didapat sebesar 1,1104 g/mL, dan
nilai viskositas yang diperoleh adalah 23,9 cp (Aldian M, 2014).
5.4 Pengemasan
Pengemasan Sediaan yang sudah melalui tahap filling di berikan ke ruang
pengemasan untuk di kemas melalui pass box, sediaan tersebut lalu di kemas
di beri etiket label dan brosur. Setelah proses pengemasan, sediaan di
dokumentasikan sebagai produk jadi.
20
BAB VI
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
A.V. Loyd, P. G. Nicolas, A.C.Howard. 2013. Bentuk Sediaan Farmasetis & system
Penghantaran Obat, ed 9, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Allen, L.V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipient, Sixth Edition, Rowe R.
C., Sheskey, P. J., Queen, M.E., (Editor), London, Pharmaceutical Press and
American Pharmacists Assosiation.
Aztriana, Mirawati, Zulkarnain I., Purnamasari M. V., Dewi S. 2022, The Suitable
of the Precription of NonSterile Concoctions for Children at Ibnu Sina
Hospital Makassar : Compatibility and Stability Study. Jurnal Ilmiah
Farmako Bahari. Vol.13, No.1, 49-71
BNF, 2009, BNF Children: The essential resource for clinical use of medicines in
children, BMJ Group, Germany
Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta.
Depkes RI, 2004, Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor.1027/Menkes/SK/IX/2004.
Depkes RI, 2020, Farmakope Indonesia Edisi VI, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Nurmimah, M., Julianti E., 2006, Buku Ajar Teknologi Pengemasan, Departemen
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Rochjana A, Jufri M, Andrajati R, Sartika R. Masalah farmasetik dan interaksi obat
pada resep racikan pasien pediatri: studi retrospektif pada salah satu rumah
sakit di kabupaten Bogor. J Farm Klin Indones [Internet]. 2019;8(1):42–3.
Sarfaraz K. Niazi, 2004, Handbook of Pharmaceutical of Manufactoring
Formulations Liquid Products, Volume 3, London, CRC Press.
Sweetman SC. Martindale. 36th Ed. London: Pharmaceutical Press; 2009
WHO, 1990, IARC Monographs On The Evaluation Of Carcinogenic Risk To
Humans, Vol. 50 Pharmaceutical Drugs.
Wilmana, P.F., 1995, Analgesik-Antipiretik, Analgesik-Antiinflamasi Nonsteroid
dan Obat Piral, dalam Ganiswara, S.G., Setiabudy, R., Suyatna, F, D.,
22
Purwantyastuti, Nafrialdi, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Bagian
Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.
Yuliani S.H., Putri D.C.A., Virginia D.M., 2020, Kajian Risiko Peracikan Obat,
Sanata Dharma University Press, Yogyakarta.
23
LAMPIRAN
24
LAMPIRAN 1
Preformulasi Drops Paracetamol
25
26
27
LAMPIRAN 2
Catatan Pengolahan Batch
28
LAMPIRAN 3
Produk Jadi
29
LAMPIRAN 4
Perhitungan Bahan
1. Paracetamol 100mg/mL
100𝑚𝑔
𝑥200 𝑚𝐿 = 20𝑔
1 𝑚𝐿
2. Propilen Glikol
30
x 200 mL = 60 mL
100
5. Saccharin Na 0,1%
0,1
𝑥200 𝑚𝐿 = 0,2 𝑔
100
30
LAMPIRAN 5
Perhitungan Konstanta Dielektrik
0,1 30 100−30−0,1
KD = (100 𝑥 24,3) + (100 𝑥32,1) + ( 𝑥 78,5)
100
KD = 0,0243 +9,63 + 54,87
KD = 64,52
31