Disusun Oleh
Angkatan XLII
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Apotek Kimia Farma No. 366 Maharaja Depok dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu dan menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
pada Program Studi Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Institusi Sains dan
Teknologi Nasional. Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek
Kimia Farma No. 366 Maharaja Depok berlangsung pada periode Januari 2022.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-sebesarnya
kepada Ibu apt Irma Nuryantie S.Farm selaku preseptor PKPA di Apotek Kimia
Farma No.366 Maharaja Depok, juga kepada Ibu apt. Teodhora, S.Farm, M.Farm
selaku pembimbing PKPA dari Institusi Sains dan Teknologi Nasional yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam mengarahkan dan memberikan
bimbingan serta memberi dukungan moral maupun saran selama pelaksanaan
PKPA.
Dalam pelaksanaan maupun penyusunan laporan Praktik Kerja Profesi
Apoteker ini, penyusun dapat menyelesaikannya berkat dukungan dari berbagai
pihak, penyusun mengucapkan terimakasih, pula:
1. Dekan Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN), Dr.
Refdanita, M.Si., Apt
2. Kepala Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi, Institut Sains dan
Teknologi Nasional (ISTN), Amelia Febriani, M.Si., Apt.
3. apt. Teodhora, S.Farm, M.Farm sebagai pembimbing PKPA dari Institusi
Sains dan Teknologi Nasional.
4. Apt. Irma Nuryantie S.Farm sebagai pembimbing PKPA di Apotek Kimia
Farma 366 Maharaja Depok.
1. Seluruh staf dan pegawai Apotek Kimia Farma No.366 Maharaja Depok yang
telah banyak membantu selama Praktik Kerja Profesi Apoteker.
2. Ibu dan Bapak staff pengajar beserta segenap karyawan Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional.
3. Seluruh pihak yang telah membantu selama penulisan laporan PKPA.
iii
iv
v
vi
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Kimia Farma 366 Maharaja.......... 63
Lampiran 2. Copy Resep ......................................................................... 64
Lampiran 3. Resep PRB & BPJS……………………………………… 65
Lampiran 4. Etiket Obat …………………............................................. 66
Lampiran 5. Label Obat dan Kantong Puyer........................................ 66
Lampiran 6. Kwuitansi Pembayaran Resep/Tunai............................... 67
Lampiran 7. Kartu Kendali ………….................................................... 67
Lampiran 8. Bon Pengambian Barang................................................... 68
Lampiran 9. Surat Pesanan Nakotika …………………….................... 68
Lampiran 10. Surat Pesanan Psikotropika ………………………....... 69
Lampiran 11 Surat Pesanan Obat........................................................... 70
Lampiran 12. Surat Pesanan Obat Prekursor …………..………....... 70
Lampiran 13. Surat Pesanan Oba-obat Tertentu ...…………............. 71
Lampiran 14. Faktur …………………….............................................. 71
Lampiran 15. Bukti Retur Barang dan Pengambilan Barang …........ 72
Lampiran 16. Kartu Stok ………………………………........................ 72
Lampiran 17. Sistem Kimia Farma Mobile………................................ 73
Lampiran 18. Kartu Stok Obat Reguler………………………………. 73
Lampiran 19 Label Warna Kadaluarasa………………………………………………… 74
Lampiran 20. Gambar Ruang Tunggu, Swalayan, Pelayanan Resep
dan Kasir…......................................................................... 74
Lampiran 21. Lemari Penyimpanan Obat............................................. 75
Lampiran 22. Tempat Meracik Obat..................................................... 77
Lampiran 23. Pengatur Suhu Ruangan dan Kulkas ……………........ 77
Lampiran 24. Tempat Prakter Dokter Gigi………………………… 78
56
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah salah satu faktor terpenting yang dapat di wujudkan dalam
berbabagai macam upaya kesehatan yang meliputi serangkaian kegiatan di
lakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan
oleh pemerintah atau masyarakat.
Mengingat pentingnya kesehatan, maka diperlukan upaya yang lebih
memadai untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Upaya tersebut dapat dilakukan dengan pemerataan dan peningkatan mutu
pelayanan kesehatan, persediaan obat-obatan yang memadai, berkualitas, aman,
distribusi yang merata, harga yang terjangkau oleh masyarakat luas serta
meningkatkan ketepatan dan efisiensi penggunaannya. Upaya kesehatan yang
dilakukan perlu didukung pula oleh sarana kesehatan yang memadai, salah
satunya yaitu apotek.
Apotek merupakan tempat dilakukan perkerjaan farmasi dan penyaluran
sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat dan
menjadi tempat pengabdian profesi apoteker dalam mewujudkan tercapainya
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.(Permenkes No. 9 Tahun 2017).
Untuk dapat mempersiapkan calon apoteker yang berkualitas dan siap ketika
terjun ke masyarakat, diadakan pembekalan berupa Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di apotek secara langsung. Kegiatan ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman kepada calon Apoteker mengenai peranan Apoteker di
Apotek, sebagai sarana pelatihan langsung secara bertanggung jawab untuk
menerapkan ilmu yang telah didapatkan dalam perkuliahan, serta mempelajari
aspek – aspek dan permasalahan yang timbul dalam pengelolaan suatu Apotek.
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di laksanakan pada salah satu cabang
Kimia Farma yaitu di Apotek Kimia Farma No.366 Maharaja yang terletak di
Ruko Maharaja, Jl Raya Sawangan No.A1/03, Mampang, Kec. Pancoran Mas
Kota Depok, Jawa Barat, yang berlangsung pada periode 3-31 Jnuari 2022.
1
2
1.2 Tujuan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma bertujuan
untuk:
a. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi,
dan tanggung jawab apoteker dalam praktik kefarmasian di apotek.
b. Meningkatkan wawasan, pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman
praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.
c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan permasalahan tentang
pekerjaan kefarmasian di apotek.
d. Mempersiapkan calon apoteker untuk memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang professional di apotek.
1.3 Manfaat
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma bermanfaat
untuk:
a. Mahasiswa mampu membuat keputusan profesi pada pekerjaan
kefarmasian di apotek berdasarkan ilmu pengetahuan, standar praktik
kefarmasian, perundang-undangan yang berlaku dan etika profesi farmasi.
b. Mampu mempraktikkan asuhan kefarmasian agar tercapai tujuan terapi
bagi pasien.
c. Mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan pasien dan tenaga
kesehatan lain.
d. Mampu menyusun rencana pengelolaan perbekalan farmasi dan alat
kesehatan serta pengembangan sumber daya manusia.
e. Mampu menyusun rencana pengembangan praktik kefarmasian yang
berorientasi pada pelayanan farmasi klinik.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Studi Kelayakan
Studi kelayakan adalah proses yang terkontrol untuk mengidentifikasi
masalah dan kesempatan, menentukan tujuan, menjelaskan keadaan, menetapkan
hasil akhir dan menilai biaya serta keuntungan yang berkaitan dengan penentuan
keputusan (Subagyo,2008).
Dalam proses pendirian apotek, perlu dilakukan studi kelayakan
(feasibility study). Studi kelayakan dilakukan untuk mendukung proses
pengambilan keputusan, berdasarkan analisis cost-benefit, untuk melihat
keberlangsungan bisnis, untuk mengetahui apakah pendirian apotek tersebut akan
mendatangkan keuntungan atau kerugian atau untuk menilai layak atau tidaknya
suatu bangunan (dalam hal ini apotek) didirikan. (Subagyo,2008).
Studi kelayakan (freasibility study) apotek adalah suatu rancangan secara
komprehensif mengenai rencana pendirian apotek baru untuk melihat kelayakan
usaha baik dari pengabdian profesi maupun sisi bisnis ckonominya. Tujuannya
adalah untuk menghindari penanaman modal yang tidak efektif dan berguna untuk
mengetahui apakah apotek yang akan didirikan cukup layak atau dapat bertahan
dan memberi keuntungan secara bisnis. Dalam studi kelayakan diperlukan
perhitungan yang matang sehingga apotek yang akan didirikan nanti tidak
mengalami kerugian (Subagyo, 2008).
Sebelum melakukan pendirian dan pengelolaan apotek, perlu dilakukan
perencanaan terlebih dahulu, maka setelah melakukan survey mengenai lokasi dan
banyaknya sarana penunjang (dokter, rumah sakit, poliklinik, dan lain- lain
termasuk banyaknya penduduk dengan kemampuan berbeda-beda) harus
dilakukan studi kelayakan (Hartono, 2003). Beberapa faktor yang harus
diperhatikan sebelum mendirikan apotek inilah :
1. Lokasi
Banyak faktor yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan lokasi suatu usaha. Sebagai faktor yang digunakan sebagai dasar
pertimbangan pada umumnya Pasar, sebab merupakan masalah yang tidak
boleh
3
4
ROI =
Dimana:
NB = Netbenefit= Benefit– Cost
9
C = Biaya investasi+Biayaoperasi
= Benefit yang telah di diskon
= Cost yang telah didiskon
I = diskon
4. IRR (Internal Rate of Retum)
IRR merupakan suatu nilai petunjuk yang identik dengan seberapa besar
suku bunga yang dapat dihasilkan oleh investasi tersebut dibandingkan dengan
suku bunga bank yang berlaku umum (suku bunga pasar atau Minimum
Attractive Rate of Return/MARR). Cara menghitung IRR dipakai untuk
menentukan sebuah investasi dilaksanakan atau tidak, biasanya digunakan
acuan kalau investasi tersebut harus lebih tinggi dari Minimum acceptable
rateof return atau Minimum atractive rateof return.
Pada suku bunga IRR akan diperoleh NPV= 0, atau biasa disebut
dengan IRR mengandung makna suku bunga yang dapat diberikan investasi,
yang memberikan NPV= 0. Syarat utamanya adalah apabila IRR> suku bunga
MARR.
IRR adalah discountrate yang membuat NPV sama dengan nol, namun
tidak berhubungan dengan discount 41 rate yang dihitung berdasarkan data
diluar proyek sebagai social opportunity cost of capital (SOCC) yang berlaku
umum di masyarakat (bunga deposito).
Untuk bisa memperoleh hasil akhir dari IRR kita harus mencari
discount rateyang menghasilkan NPV positif, kemudian setelah itu caridis
countrate yang menghasilkan NPV negatif. Anda bisa menggunakan rumus
IRR dibawah ini.
IRR = +
Keterangan:
IRR = Internal Rateof Return
i1 = Tingkat Diskon yang menghasilkan
NPV+ i2 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan
NPV- NPV1= Net Present Value bernilai positif
NPV2 = Net Present Value bernilai negatif
10
Menurut Yacob Ibrahim, Internal Rate of Return atau IRR adalah suatu
tingkat discountrate yang menghasilkan NPV sama dengan 0. IRR memiliki
tiga nilai yang masing-masing memiliki arti terhadap kriteria investasi, yaitu:
1. IRR < SOCC, hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut tidak layak
secara finansial.
2. IRR = SOCC, hal ini jugaberarti bahwa usaha atau proyek tersebut berada
dalam keadaan breakeven point.
3. IRR > SOCC, hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut layak secara
finansial.
5. BEP (Break Even Point)
Pengertian BEP menurut Simamora (2012:170), BEP atau titik impas
adalah volume penjualan dimana jumlah pendapatan dan jumlah bebannya
sama, tidak ada laba maupun rugi bersih.
Pada dasarnya, terdapat dua jenis perhitungan BEP yaitu menghitung
berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even Point dan menghitung
berapa Rupiah penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP. Berikut
dibawah ini adalah rumus-rumus BEP untuk dua jenis perhitungan tersebut.
Keterangan :
a. BEP (dalam Unit) = Break Even Point dalam unit (Q)
b. BEP (dalam Rupiah) = Break Even Point dalam Rupiah (P)
c. Biaya Tetap (Fixed Cost) = biaya yang jumlahnya tetap (baik sedang
berproduksi atau tidak)
d. Biaya Variabel (Variable Cost) = biaya yang jumlahnya meningkat sejalan
peningkatan jumlah produksi seperti bahan baku, bahan baku pembantu,
listrik, bahan bakar, dan lain-lain
e. Harga Jual per unit = harga jual barang atau jasa perunit yang dihasilkan.
f. Biaya Variabel per unit = total biaya variabel per Unit (TVC/Q)
g. Margin Kontribusi per unit = harga jual per unit – biaya variable per unit
(selisih). (Dian Wijayanto, 2012)
11
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1176 Tahun 1999
Tentang OWA No. 3
16. Peraturan Kepala BPOM Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Pengelolaan Prekursor Farmasi dan Obat yang mengandung
Prekursor Farmasi
17. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 10 Tahun 2019
Tentang Pengelolaan Obat-Obat Tertentu yang sering disalahgunakan.
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2021
Tentang Perubahan Penggolongan, Pembatasan, Dan Kategori Obat
2.3 Definisi Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker dan Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus
sebagai profesi Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
(PMK No. 73 tahun 2016).
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien (PMK No. 73 tahun 2016).
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. (PMK No.
73 tahun 2016).
Dalam pelaksaaannya Apotek menyelenggarakan fungsi yaitu pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai; dan pelayanan
farmasi klinik, termasuk di komunitas. Pengaturan Apotek bertujuan untuk:
a. Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek;
b. Memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kefarmasian di Apotek; dan
c. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan
pelayanan kefarmasian di Apotek. (PMK no. 9 tahun 2017).
13
i. Bukti pembayaran PAD (sesuai kebijakan pemda, Utk DKI Jakarta tidak
ada penarikan Restribusi utk kegiatan Apotek)
BAP Serah terima untuk pergantian Apoteker Penanggung Jawab dari
apoteker lama ke Apoteker baru (Perubahan PJ Apotek)
2. Lokasi
a. Informasi geotag Apotek
b. Informasi terkait lokasi apotek (misalnya di pusat perbelanjaan,
apartemen, perumahan).
c. Informasi bahwa Apotek tidak berada di dalam lingkungan Rumah Sakit.
3. Bangunan (Denah Ruangan dan Foto Tampak Depan Apotek, Foto Bangunan
& Ruang Layanan Apotek)
4. Sarana, Prasarana dan Peralatan
a. Daftar Kelengkapan Bangunan
b. Daftar Kelengkapan Ruangan
c. Daftar Alat Pendukung Layanan
d. Daftar Sarana Pendukung Lain
e. Daftar Buku/SOP
f. Foto Papan nama Apotek dan posisi pemasangannya
g. Foto Papan nama praktik Apoteker dan posisi
5. SDM
2.5 Papan Praktik Apoteker
Peraturan Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia terkait Papan Nama
Praktik Apoteker menjadi peraturan yang mengikat bagi Apoteker yang
menjalankan praktik kefarmasian di Apotek di seluruh wilayah Indonesia.
Aturan organisasi bernomor PO. 005/ PP.IAI/1418/VII/2014 ditetapkan
setelah Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tahun 2014. Ada 7
poin penting terkait Papan Nama Praktik Apoteker
1. Apoteker yang menyelenggarakan praktik kefarmasian di Apotek wajib
memasang papan nama praktik.
2. Papan nama praktik berukuran panjang 80 cm dan lebar 60 cm
3. Bahan material pembuatan Papan nama dapat berupa: kayu atau sejenis,
Kanvas, Sticker Vinyl, dan Flexi Outdoor.
15
ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis, serta papan
nama. Papan nama terdiri atas papan nama Apotek yang memuat paling sedikit
informasi mengenai nama Apotek, nomor SIA, dan alamat, serta papan nama
praktek Apoteker yang memuat paling sedikit informasi mengenai nama
Apoteker, nomor SIPA, dan jadwal praktek Apoteker. Papan nama harus dipasang
di dinding bagian depan bangunan atau dipancangkan di tepi jalan, secara jelas
dan mudah terbaca. Selain itu, jadwal praktek Apoteker harus berbeda dengan
jadwal praktek Apoteker yang bersangkutan di fasilitas kefarmasian lain (PMK
No.9, 2017).
2.7.2 Sarana dan Prasarana di Apotek
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 Tahun 2017 tentang
Apotek, sarana dan prasarana Apotek ditujukan untuk menjamin mutu Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai serta kelancaran praktek
Pelayanan Kefarmasian. Sarana dan Prasarana di Apotek terdiri atas:
a. Area peneriman
Resep Area ini ditempatkan di bagian paling depan sehingga mudah terlihat
oleh pasien. Sekurang kurangnya terdiri atas counter penerimaan resep serta
satu set komputer untuk melakukan pekerjaan administrasi.
b. Ruang pelayanan
Resep dan peracikan Ruang pelayanan Resep dan peracikan meliputi rak Obat
dan meja peracikan. Sekurang-kurangnya tersedia peralatan peracikan,
timbangan Obat, air minum (mineral) untuk pengencer, sendok Obat, bahan
pengemas Obat, lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan Resep,
etiket, dan label Obat. Ruangan dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan.
c. Area penyerahan Obat
Area penyerahan Obat berupa counter penyerahan Obat yang dapat
digabungkan atau bersebelahan dengan counter penerimaan Resep.
d. Ruang konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi
konseling, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku
catatan konseling dan formulir catatan pengobatan pasien.
21
e. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP).
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, serta ventilasi untuk menjamin mutu produk dan keamanan
petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan lemari Obat, pendingin
ruangan (AC), lemari pendingin, alat pengukur suhu dan catatan suhu.
f. Ruang arsip
Digunakan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP serta catatan pelayanan
kefarmasian seperti catatan konseling maupun catatan pengobatan pasien
dalam jangka waktu tertentu.
2.8 Sediaan Farmasi
Obat adalah suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejalah penyakit,luka atau kelainan badania dan
rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan
manusia (Anief, 2006). Besarnya efektifitas obat tergantung pada biosis dan
kepekaan organ tubuh. Setiap orang berbeda kepekaan dan kebutuhan biosis
obatnya. Tetapi secara umum dapat dikelompokan, yaitu dosis bayi, anak-anak,
dewasa dan orang tua (Djas, dalam kasibu, 2017).
2.8.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
1. Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, dan Obat Keras
Obat bebas adalah Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli
tanpa Resep dokter. Obat bebas memiliki tanda khusus pada kemasan dan
etiket yaitu lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Ditjen Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 2007). Contoh: Vitamin C, antasida,
paracetamol, bedak salisil, dan panadol
Obat bebas terbatas adalah Obat keras yang dapat diserahkan oleh Apoteker
tanpa Resep dokter dengan disertai tanda peringatan berupa persegi panjang berwarna
hitam dengan panjang 5 cm dan lebar 2 cm dengan huruf berwarna putih. Obat bebas
terbatas memiliki tanda khusus pada kemasan dan etiket yaitu lingkaran biru dengan
garis tepi berwarna hitam (Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 2007).
Contoh: Betadine gargle, dimenhidrinat (antimo), decolgen, neozep, dan paramex
P. No. 1 P. No. 2
Awas ! Obat Keras Awas ! Obat Keras
Hanya untuk kumur, jangan ditelan Bacalah aturan pemakaiannya
P. No. 3 P. No. 4
Awas ! Obat Keras Awas ! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar dari badan Hanya untuk dibakar
P. No. 5 P. No. 6
Awas ! Obat Keras Awas ! Obat Keras
Tidak boleh ditelan Obat wasir, jangan ditelan
Obat keras adalah Obat yang hanya dapat dibeli di Apotek dengan Resep dokter.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan
garis tepi berwarna hitam. Contoh: captopril, glibenklamid, loratadine, asam
mefenamat dan amoxicillin
f) Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pengelolaan
persediaan. Pengelolaan persediaan dapat menggunakan prinsip pareto,
analisis ABC, maupun analisis VEN atau kombinasi ketiganya. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan,
kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan.
g) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan meliputi pengadaan
(surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau
struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek,
meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
3. Jamu, Fitofarmaka, Obat Herbal Terstandar
Jamu adalah obat tradisional Indonesia berdasarkan data empiris dan tidak
memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis. Akan tetapi, tetapi harus
memenuhi kriteria keamanan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan,
khasiatnya telah terbukti berdasarkan data empiris serta harus memenuhi
persyaratan mutu yang berlaku. Jamu umumnya terdiri dari 5-50 tanaman obat
dalam serbuk, pil, minuman ataupun cairan dari beberapa tanaman. Contohnya:
Antangin, Tuntas, Batugin elixir, dan Kuku Bima Gingseng (Rahayuda, 2016).
amlodipine
3) Prekursor
Pengelolaan prekursor farmasi terdapat dalam Peraturan Pemerintah
nomor 44 tahun 2010, Peraturan Kepala BPOM nomor 40 tahun 2013 dan
Peraturan Pemerintah nomor 3 tahun 2015. Prekursor Farmasi adalah zat atau
bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan
baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri farmasi atau produk
antara, produk ruahan, dan produk jadi Narkotika dan Psikotropika. Contoh :
Rhinos, sanaflu, tremenza, trifed dan tuzalos.
8. Pengelolaan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Pengelolaan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan RI nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi,
pengelolaan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor meliputi:
a) Pemesanan
Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di Apotek hanya
dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan. Surat pesanan untuk Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor hanya dapat berlaku untuk masing-masing
Narkotika, Psikotropika, atau Prekursor Farmasi. Surat pesanan narkotika
hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) jenis narkotika. Sedangkan surat pesanan
Psikotropika atau Prekursor Farmasi dapat digunakan untuk beberapa jenis
Psikotropika atau Prekursor Farmasi. Surat pesanan harus terpisah dari pesanan
barang lain. Surat pesanan narkotika dibuat rangkap 4, sementara surat pesanan
psikotropika dibuat rangkap 3 dan surat pesanan prekursor dibuat rangkap 2.
b) Penyimpanan
Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di
fasilitas pelayanan kefarmasian termasuk Apotek harus mampu menjaga
keamanan, khasiat, dan mutu Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
Narkotika dan Psikotropika di Apotek disimpan di dalam lemari khusus.
Sedangkan untuk Prekursor Farmasi harus disimpan dalam bentuk Obat jadi di
tempat penyimpanan Obat yang aman berdasarkan analisis risiko. Lemari
khusus untuk menyimpan Narkotika dan Psikotropika di Apotek harus terbuat
dari bahan yang kuat, tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah
30
kunci yang berbeda, diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum dan kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung
jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
c) Penyerahan
Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika dan/atau Psikotropika kepada
Apotek lainnya, puskesmas; instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi
Klinik; dokter; dan pasien. Hal yang harus diperhatikan dalam pelayanan
Resep yang mengandung Narkotika antara lain adalah:
1. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan atau ilmu
pengetahuan.
2. Narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit
berdasarkan Resep Dokter.
3. Apotek dilarang mengulangi penyerahan Narkotika atas dasar salinan Resep
Dokter.
4. Apotek dilarang melayani salinan Resep yang mengandung Narkotika.
5. Untuk Resep Narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali,
Apotek boleh membuat salinan Resep, tetapi salinan Resep tersebut hanya
boleh dilayani oleh Apotek yang menyimpan Resep asli.
d) Pemusnahan
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dapat
dilakukan dalam hal diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang
berlaku dan/atau tidak dapat diolah kembali, telah kadaluarsa, tidak memenuhi
syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa penggunaan, dibatalkan izin
edarnya, atau berhubungan dengan tindak pidana.
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus dilakukan
dengan tidak mencemari lingkungan dan tidak membahayakan kesehatan
masyarakat. Pemusnahan dilakukan dengan tahapan yaitu penanggung jawab
Apotek menyampaikan surat pemberitahuan dan permohonan saksi kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar Badan Pengawas Obat
dan Makanan setempat serta harus membuat Berita Acara Pemusnahan yang
paling sedikit memuat hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan, tempat
31
Keterangan :
n : Umur dalam tahun
36
Keterangan :
n : Umur dalam tahun
c. Rumus Fried (untuk bayi)
Keterangan :
n : Umur dalam bulan
2) Berdasarkan Berat Badan
a. Rumus Thermich
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dilakukan sesuai undang-undang yang berlaku meliputi:
1) Perencanaan
Dalam membuat perencanaan perlu memperhatikan pola penyakit, pola
konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
2) Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan maka pengadaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai harus melalui jalur resmi.
3) Penerimaan
Untuk menjamin kesesuaian maka kegiatan penerimaan harus
memperhatikan kesesuaian yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi
fisik yang diterima.
4) Penyimpanan
a) Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli pabrik kecuali jika
harus dipindahkan ke wadah lain maka wadah baru harus memuat
informasi obat.
b) Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi sesuai.
c) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk menyimpan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
d) Penyimpanan dilakukan secara alfabetis dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat.
e) Pengeluaran obat memakai sistem FIFO (first in first out) dan FIFO (first
expire first out).
5) Pemusnahan dan penarikan
a) Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai jenis dan bentuk
sediaan.
b) Resep yang telah disimpan melebihi 5 tahun dapat dimusnahkan oleh
apoteker dengan disaksikan oleh petugas lain di apotek.
c) Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
38
40
41
B. Tata ruang
Bangunan Apotek Kimia Farma No. 366 Maharaja secara fisik terdiri
dari 3 lantai. Lantai 1 digunakan sebagai pelayanan resep. Fasilitas pendukung
bagi perkembangan usaha apotek banyak tersedia di Apotek Kimia Farma No.
366 Maharaja, antara lain penjualan minuman ringan dan area parkir.
Sedangkan lantai 2 digunakan sebagai ruang praktek dokter dan mushola.
Lantai 3 digunakan sebagai gudang. Ruang operasional apotek terdiri dari:
a. Ruang tunggu terletak di bagian depan saat memasuki apotek. Di area ruang
tunggu dilengkapi dengan beberapa bangku, brosur, dan timbangan badan.
b. Tempat transaksi, penerimaan resep dan penyerahan obat
Tempat penerimaan resep dan transaksi (kasir) ini dibatasi oleh suatu meja
kayu. Pada meja ini terdapat dua unit komputer yang digunakan untuk
melayani pasien yang datang untuk melakukan transaksi dan menghargai obat.
Penyerahan obat dilakukan pada meja yang lebih rendah dan terpisah dari
tempat penerimaan resep dan transaksi dan terletak di sebelah kanan meja
tempat penerimaan resep. Selain itu, di bawah meja penerimaan resep dan kasir
terdapat lemari-lemari untuk menyimpan resep, buku defekta, copy resep,
kwitansi, buku-buku penunjang (ISO,MIMS, dll).
c. Peracikan dan penyimpanan obat
Rak-rak penyimpanan obat terdapat dibelakang area transaksi yang disusun
berdasarkan farmakologis, golongan obat, dan bentuk sediaan. Sedangkan
dibelakang ruangan penyimpanan obat terdapat ruang peracikan.
d. Area penunjang
Area penunjang yang tersedia adalah praktek dokter gigi.
3.8 Tugas dan Tanggung Jawab Personalia Apotek
A. Pharmacy Manager (PhM)
Apotek Kimia Farma No. 366 Maharaja dipimpin oleh seorang apoteker.
Adapun syarat dan ketentuan yang berlaku sebagai apoteker yag merangkap
sebagai Pharmacy Manager (PhM), yaitu memiliki Surat Penugasan (SP), Surat
Izin Praktek Apoteker (SIPA), Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dan
Surat Izin Apotek (SIA).
44
Resep kredit merupakan hasil kerja sama antara apotek dengan suatu
instansi,dimana resep tersebut ditulis oleh dokter yang bertugas pada
instansi yang telah mengadakan kerja sama. Berdasarkan perjanjian yang
telah disepakati, pembayaran tersebut akan dilakukan dalam jangka waktu
tertentu seuai dengan perjanjian. Penjualan obat bebas atau swalayan
farmasi
Penjualan obat yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter disebut juga
sebagai penjualan obat bebas dan perbekalan farmasi lainnya
Prosedur yang dilakukan untuk penjualan obat bebas sebagai berikut:
a) Pasien menyebutkan nama obat kepada petugas. Setelah menerima
permintaan dari pasien, petugas kemudian menginformasikan harga obat
tersebut.
b) Apabila pembeli tersebut menyetujui, pembeli kemudian ke kasir untuk
melakukan pembayaran.
c) Petugas kasir menerima menerima pembayaran tersebut dan
mengirimkan bukti pembayaran melalui whatsApp atau memberikan
nota.
d) Pasien menerima obat yang sudah dibeli beserta bukti pembayaran
d. Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika
1. Pengelolaan Narkotika
Untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat,
pengelolaan narkotika secara khusus diatur mulai dari pengadaan sampai
pemusnahan dibawah tanggung jawab apoteker pengelola apotek.
Apotek Kimia Farma No. 366 Maharaja melakukan pengelolaan narkotika
di Apotek yang meliputi:
a) Pemesanan narkotika
Masing-masing apotek melakukan pemesanan narkotika yang harus
dilakukan secara tertulis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Supervisor harus mengetahui penulisan terhadap defekta narkotika,
kemudian apoteker pengelola apotek menandatangani pembelian Surat
Pesanan (SP). Nama, alamat apotek, nama dan tanda tangan apoteker
pengelola apotek, nomor SIK, nomor SIA, serta nama dan alamat
48
52
53
obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat, manifestasi klinis
lain), kontra indikasi, dan interaksi.
Dalam peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap, etiket obat
harus jelas dan dapat dibaca. Untuk menjamin kualitas maka obat akan
dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok. Sebelum obat
diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap
kesesuaian antara obat dengan resep dan obat diserahkan oleh apoteker
disertai pemberian informasi obat.
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat di Apotek Kimia Farma No.366 Maharaja
umumnya dilakukan pada saat menyerahkan obat yang menjelaskan tentang
aturan pakai dan cara penggunaan obat yang sesuai dengan resep pasien.
Adapun informasi yang diberikan yaitu cara penggunaan obat, dosis, efek
samping, konsumsi obat yang rasional, dan sebagainya. PIO yang diberikan
merupakan atas pertanyaan pasien tentang segala hal yang berkaitan dengan
obat terutama untuk pasien yang melakukan pengobatan sendiri.
c. Konseling
Kegiatan konseling di Apotek Kimia Farma No.366 Maharaja belum
berjalan secara maksimal, hal ini disebabkan karna keterbatasan ruangan dan
banyaknya pasien yang berkunjung ke apotik, sehingga informasi penggunaan
obat diberikan sewaktu penyerahan obat. Pada monitoring efek samping obat
dilakukan pemantauan setiap respon terhadap obat yang dapat merugikan atau
tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis.
d. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)
Apotek Kimia Farma No. 366 sudah melakukan pelayanan home Care
untuk beberapa pasien dengan penyakit kronis dengan pemantaun aplikasi
KimiaFarma mobile selama pendemi. Pelayanan Home Pharmacy Care
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya
55
barang selalu tersedia dan tidak habis karena dapat menyebabkan kerugian
Apotek jika harus menolak resep akibat kekosongan barang. Hal ini selain
dapat meningkatkan keuntungan Apotek juga dapat meningkatkan kepuasan
pasien atas kelengkapan obat di Apotek.
c. Penerimaan
Obat yang berasal dari PBF diterima oleh petugas apotek dan kemudian
dilakukan pengecekan terhadap setiap obat berdasarkan nama barang, jumlah,
bentuk sediaan dan tanggal expire date (ED) yang disesuaikan dengan faktur
pembelian. Apabila barang yang diterima telah sesuai dengan faktur maka akan
diberikan stempel apotek serta tanda tangan petugas penerima pada faktur
(tanggal, bulan, tahun dan nama jelas).
Untuk barang yang diterima melalui sistem dropping, penerimaan barang
harus disertai bukti dropping dari apotek pemberi dan dicatat dibuku dropping
kemudian dilakukan input data melalui sistem komputer pada kolom
administrasi pembelian dan stok barang apotek secara otomatis akan bertambah.
d. Penyimpanan
Sediaan farmasi yang diterima langsung di Apotek Kimia Farma No.366
Maharaja disimpan dalam box obat berlabel Kimia Farma, yang
mencantumkan nama obat, kekuatan sediaan dan kandungan zat aktif. Beberapa
obat diberi label High Alert untuk obat yang memerlukan double check,
contohnya obat-obat yang memiliki nama sama/mirip namun dengan kekuatan sediaan
yang berbeda, masing-masing boxnya diberi label LASA (Look Alike Sound Alike)
untuk meminimalkan kesalahan pengambilan obat
Sistem penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma No.366 Maharaja
berdasarkan pada farmakologis, bentuk sediaan, dan alfabetis dan stabilitas
obat, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan pencarian obat-
obatan. Obat yang disimpan berdasarkan farmakologi, diantaranya yaitu:
antibiotik, antihipertensi dan kardiovaskular, antidiabetik, antihiperlipidemia,
hormon, antihistamin, sistem pencernaan (gastrointestinal), vitamin, dan food
suplement. Penyimpanan Obat berdasarkan stabilitas diantaranya obat yang
termolabil seperti insulin, suppositoria, disimpan di dalam lemari pendingin
dengan suhu tertentu sehingga obat tidak berubah baik bentuk, warna, dan
58
60
DAFTAR PUSTAKA
62
63
Menkes RI.
Subagyo, Ahmad. 2008. Study kelayakan teori dan aplikasinya. PT. Alex Media
Komputindo. Jakarta.
LAMPIRAN
APOTEKER PENANGGUNG
JAWAB APOTEK
APOTEKER
PENDAMPING
ASISTEN APOTEKER
Nurul
Amanda
SPG
64
65
Lampiran 14 Faktur