Anda di halaman 1dari 11

Kliping

Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia

Disusun oleh:
Nama: Eva Febriani
Kelas: XI IIK
No.Absen : 09

MAN 2 Sleman
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga tugas kliping Pendidikan Kewarganegaraan ini
dapat tersusun.

Kliping Pendidikan Kewarganegaraan ini saya buat untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Kliping ini berisi tentang Pelanggaran HAM di Indonesia.

Semoga kliping ini bisa memberikan manfaat kita semua, terutama bagi saya. Saya
menyadari bahwa kliping ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan kliping ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan kliping ini dari awal sampai akhir. Apabila ada kekeliruan kata atau
kalimat, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyiksaan oleh Polri-TNI
Kontras atau Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan menemukan masih
banyak kasus penyiksaan dilakukan oleh aparat keamanan.
Berdasarkan data Kontras, selama periode Juni 2021–Mei 2022, setidaknya terdapat 50
kasus penyiksaan, perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau
merendahkan martabat manusia telah terjadi di Indonesia.
Tidak menutup kemungkinan, jumlah kasus riil di lapangan lebih besar dari temuan Kontras.

Berdasarkan 50 kasus penyiksaan yang tercatat oleh Kontras tersebut, kepolisian masih
menjadi aktor utama dalam kasus-kasus penyiksaan, yakni sebanyak 31 kasus, dilanjutkan
dengan TNI dengan 13 kasus dan sipir sebanyak 6 kasus.
Adapun sejumlah kasus penyiksaan tersebut telah menimbulkan sebanyak 144 korban
dengan rincian 126 korban luka-luka dan 18 tewas.

Salah satu yang menarik perhatian publik adalah kasus dugaan penyiksaan yang
menyebabkan matinya Freddy Nicolaus Siagian. Ia merupakan tahanan Satresnarkoba Polres
Metro Jakarta Selatan yang tewas pada 13 Januari 2022.
Komnas HAM menemukan indikasi kuat pelanggaran HAM berupa hak untuk hidup,
terbebas dari penyiksaan, perlakuan tidak manusiawi, penghukuman yang kejam dan
merendahkan martabat, hak untuk memperoleh keadilan, serta hak atas kesehatan.
Freddy diduga mengalami serangkaian tindak kekerasan yang begitu keji yang menyebabkan
sejumlah luka yang membekas pada tubuhnya.
Selain itu, Komnas HAM juga menyebutkan telah terjadi tindak pemerasan yang dilakukan
oknum polisi.

Analisis Kasus
a. Kesimpulan Kasus
Kesimpulan dari berita ini adalah bahwa ada masih banyak kasus penyiksaan yang
dilakukan oleh aparat keamanan, terutama oleh kepolisian, TNI, dan sipir. Data dari
Kontras menunjukkan bahwa dalam periode Juni 2021–Mei 2022, terdapat 50 kasus
penyiksaan dan perlakuan kejam lainnya di Indonesia. Korban yang terkena dampak
termasuk 126 orang luka-luka dan 18 orang tewas. Kasus dugaan penyiksaan yang
menyebabkan kematian Freddy Nicolaus Siagian juga menyoroti pelanggaran hak
asasi manusia, seperti hak untuk hidup, terbebas dari penyiksaan, perlakuan tidak
manusiawi, serta hak atas keadilan dan kesehatan. Komnas HAM menemukan
indikasi kuat pelanggaran hak tersebut dan juga mencatat tindak pemerasan oleh
oknum polisi.
b.Sebab Terjadinya
Penyebab terjadinya berita ini adalah adanya temuan oleh Kontras (Komisi untuk
Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) yang menunjukkan masih banyak kasus
penyiksaan yang dilakukan oleh aparat keamanan, termasuk Polri dan TNI. Selama
periode Juni 2021–Mei 2022, tercatat 50 kasus penyiksaan, perlakuan kejam, tidak
manusiawi, atau merendahkan martabat manusia di Indonesia. Kepolisian
merupakan aktor utama dalam kasus penyiksaan (31 kasus), diikuti oleh TNI (13
kasus) dan sipir (6 kasus). Adanya korban yang mengalami luka-luka (126 korban) dan
kematian (18 korban) dalam kasus tersebut juga menarik perhatian publik, terutama
kasus dugaan penyiksaan yang mengakibatkan kematian Freddy Nicolaus Siagian.
Komnas HAM menemukan indikasi pelanggaran HAM dalam beberapa hal, termasuk
hak untuk hidup, terbebas dari penyiksaan, perlakuan tidak manusiawi,
penghukuman yang kejam, dan hak atas kesehatan. Selain itu, tindak pemerasan oleh
oknum polisi juga telah diidentifikasi.
c. Akibat yang ditimbulkan
Penyiksaan oleh aparat keamanan seperti Polri-TNI dapat memiliki dampak serius
pada hak asasi manusia dan martabat individu. Dampak yang mungkin timbul
meliputi trauma fisik dan mental pada korban, pelanggaran terhadap hak hidup,
penyiksaan, perlakuan tidak manusiawi, serta kerugian kesehatan dan psikologis.
Kejadian-kejadian semacam ini juga merusak kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga keamanan, melemahkan sistem keadilan, dan berpotensi menciptakan
ketidakstabilan sosial. Upaya untuk mengungkap dan menghukum pelaku serta
mencegah kejadian serupa sangat penting untuk menjaga hak-hak asasi manusia dan
integritas lembaga keamanan.
d.Apa yang dilakukan pemerintah/masyarakat
untuk mengatasi kasus tersebut
Pemerintah biasanya merespons kasus penyiksaan oleh aparat keamanan dengan
mengambil langkah-langkah serius, seperti penyelidikan internal, pemecatan,
penuntutan hukum terhadap pelaku, serta perubahan kebijakan dan pelatihan untuk
mencegah insiden serupa di masa depan. Pengawasan independen, seperti lembaga
HAM dan organisasi advokasi, sering turut memantau dan mendorong pemerintah
untuk bertindak. Namun, jika Anda mencari informasi terkini tentang langkah konkret
yang diambil pemerintah Indonesia dalam mengatasi kasus-kasus tersebut,
disarankan untuk mencari berita terbaru atau sumber resmi yang terbaru.
e. Bertentangan dengan UUD/Pancasila sila ke
berapa?
Tindakan penyiksaan, perlakuan tidak manusiawi, dan pelanggaran hak asasi
manusia yang Anda sebutkan bertentangan dengan Pasal 28A, Pasal 28B, Pasal 28C,
dan Pasal 28D UUD 1945 yang mengatur hak asasi manusia, serta sila ke-1
“Ketuhanan Yang Maha Esa” dan sila ke-3 “Persatuan Indonesia” dalam Pancasila.
Pasal-pasal tersebut menegaskan hak untuk hidup, terbebas dari penyiksaan, hak
atas perlakuan yang manusiawi, serta hak atas keadilan. Selain itu, sila ke-1 dan sila
ke-3 Pancasila juga menekankan pentingnya rasa kemanusiaan dan persatuan dalam
tindakan dan prinsip-prinsip bangsa Indonesia.
f. Apakah pendapat kalian mengenai kasus tersebut
Kasus penyiksaan dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh aparat
keamanan, seperti yang diungkapkan dalam laporan Kontras dan Komnas HAM,
sangat serius dan mengkhawatirkan. Tindakan tersebut merusak kepercayaan
masyarakat terhadap institusi keamanan dan menciderai prinsip-prinsip demokrasi,
keadilan, dan kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh negara.

Kematian Freddy Nicolaus Siagian dan kasus serupa menunjukkan urgensi untuk
mengambil tindakan konkret guna memastikan perlindungan hak asasi manusia dan
keadilan bagi semua warga negara. Penting bagi pemerintah dan lembaga terkait
untuk secara tegas menindak dan menghentikan tindakan penyiksaan serta
memastikan adanya akuntabilitas dalam sistem keamanan. Hal ini diperlukan untuk
membangun masyarakat yang adil, bermartabat, dan berdasarkan aturan hukum.

Upaya memperbaiki sistem, memastikan transparansi, dan mengajukan tuntutan


hukum terhadap pelanggaran HAM adalah langkah penting menuju perbaikan situasi.
Kejadian-kejadian semacam ini juga mengingatkan kita akan pentingnya peran
lembaga pemantau independen dalam mengawasi dan melaporkan pelanggaran,
serta mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan dalam menjalankan tugas
keamanan.

Kasus Pelecehan Seksual Miss Universe Indonesia,


Kemenkumhan
Jakarta – Dirjen HAM menegaskan pelaku pelecehan terancam hukuman serius
sesuai UU TPKS. Dirjen HAM Kemenkumham, Dhahana Putra menilai, dugaan kasus
pelecehan seksual yang menimpa finalis Miss Universe Indonesia sebagai sesuatu
yang ironis. Ia menilai, kejadian itu merupakan pelanggaran HAM.

Menurut Dhana, Miss Universe Indonesia merupakan kompetisi bergengsi bagi


perempuan untuk aktualisasi diri dan kepribadian. Sehingga, melalui acara ini
mereka-mereka diharapkan mampu atau layak menjadi duta bangsa.
“Jika terbukti benar, kami melihat ini sebagai catatan buruk dalam kontes Miss
Universe karena pelecehan seksual jelas sekali tidak sejalan dengan tujuan
diselenggarakannya ajang Miss Universe,” kata Dhahana melalui rilis yang diterima,
Sabtu (12/8/2023).

Ia menekankan, pelecehan seksual tidak dapat ditoleransi dengan dalih apa pun di
Indonesia. Selain telah meratifikasi CEDAW sejak 1984, kita terus aktif berpartisipasi
dalam dialog konstruktif pelaporannya.

Selain itu, Indonesia memiliki Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU
TPKS). Yang mana, jadi bukti keseriusan negara memberikan perlindungan dan
penghormatan HAM, terutama terkait kekeraspelaporannya.

Dhahana menuturkan, pelaku pelecehan seksual mendapatkan ancaman yang serius


sebagaimana misalnya diatur dalam pasal 12 atau 13 UU TPKS. Ia berharap, dengan
ancaman berat itu pelecehan seksual dapat dicegah.
Saat ini, Dhahana mengungkapkan, Kemenkumham, KemenPPPA dan kementerian
atau lembaga terkait sedang menggodok satu dari tujuh aturan pelaksana UU TPKS.
Yaitu, RPP Pencegahan Tindak Pidana Kekerasan Seksual.
“Perlu kami tegaskan kembali pelecehan seksual yang menimpa sejumlah saudari kita
finalis MUID ini terang-terangan bertentangan dengan upaya pemerintah mendorong
penghormatan dan perlindungan HAM bagi perempuan,” ujar Dhahana.

Dirjen HAM mengapresiasi langkah cepat aparat dalam merespon laporan yang
disampaikan terduga korban. Respons cepat menangani laporan ini menunjukkan
pemahaman aparat terhadap pelecehan seksual semakin baik.

Selain itu, Dhahana mengajak pihak penyelenggara Miss Universe Indonesia


melakukan evaluasi kepada aktivitas bisnisnya. Sehingga, bisa melakukan upaya-
upaya pencegahan agar kejadian serupa tidak terjadi lagi ke depan.

Jika pelecehan seksual dibiarkan, maka dikhawatirkan berdampak negatif, khususnya


kepada industri ekonomi kreatif dan pariwisata. Terlebih, Miss Universe kerap
dilibatkan di promosi budaya lokal dan ekonomi kreatif.
“Jangan sampai dugaan pelecehan seksual di ajang MUID ini memberi kesan bahwa
industri ekonomi kreatif dan pariwisata kita tidak ramah HAM, khususnya
perempuan,” kata Dhahana.

KemenkumHAM bersama kementerian dan lembaga lain di Gugus Tugas Nasional


Bisnis dan HAM terus melaksanakan pengarusutamaan bisnis dan HAM. Salah satu
langkah melalui aplikasi Penilaian Risiko Bisnis dan HAM (PRISMA).

Kalbar 13 Agustus 2023


Analisis Kasus
a. Kesimpulan Kasus
Kasus tersebut melibatkan dugaan pelecehan seksual terhadap finalis Miss
Universe Indonesia. Dirjen HAM menekankan seriusnya hukuman bagi pelaku
sesuai UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS). Dhahana Putra dari
Kemenkumham menyatakan bahwa kejadian ini bertentangan dengan tujuan
kompetisi Miss Universe dan adalah pelanggaran HAM. Indonesia telah
meratifikasi CEDAW dan memiliki UU TPKS sebagai bukti perlindungan HAM.
Dhahana menyoroti ancaman serius dalam undang-undang tersebut, yang
diharapkan mencegah pelecehan seksual. Langkah cepat aparat dalam merespon
laporan korban mendapat apresiasi, sementara penyelenggara diminta
melakukan evaluasi untuk pencegahan masa depan. Kasus ini juga dihubungkan
dengan dampak negatif terhadap industri ekonomi kreatif dan pariwisata jika
tidak ditangani dengan serius.
b.Sebab Terjadinya
Terjadinya kasus tersebut adalah pelecehan seksual terhadap finalis Miss
Universe Indonesia yang dianggap sebagai pelanggaran terhadap Hak Asasi
Manusia (HAM). Dirjen HAM Kemenkumham, Dhahana Putra, menegaskan
bahwa pelaku pelecehan tersebut dapat menghadapi hukuman serius sesuai
dengan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS). Pelecehan
seksual ini dianggap ironis karena tidak sejalan dengan tujuan kompetisi Miss
Universe Indonesia sebagai ajang prestasi perempuan dalam aktualisasi diri dan
kepribadian. Terjadinya pelecehan ini menciptakan catatan buruk dalam kontes
tersebut dan mengancam reputasi industri ekonomi kreatif dan pariwisata
Indonesia. Oleh karena itu, pihak berwenang bekerja cepat dalam merespon
laporan dan mengambil langkah-langkah pencegahan serta perlindungan
terhadap korban.

c. Akibat yang ditimbulkan


Akibat yang ditimbulkan dari kasus tersebut adalah reputasi negatif bagi
kompetisi Miss Universe Indonesia, serta potensi dampak buruk terhadap
industri ekonomi kreatif dan pariwisata Indonesia. Selain itu, kasus pelecehan
seksual ini juga menunjukkan perlunya tindakan lebih lanjut dalam mendorong
penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia, khususnya bagi perempuan.
Upaya pencegahan dan evaluasi aktivitas bisnis juga perlu dilakukan untuk
mencegah kejadian serupa di masa depan.

d.Apa yang dilakukan pemerintah/masyarakat


untuk mengatasi kasus tersebut
Pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi
kasus pelecehan seksual yang menimpa finalis Miss Universe Indonesia.
Direktorat Jenderal HAM Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) telah
menegaskan bahwa pelaku pelecehan terancam hukuman serius sesuai dengan
Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS).

Selain itu, pemerintah juga merespons dengan cepat laporan yang disampaikan
oleh terduga korban, menunjukkan pemahaman dan tindakan aparat terhadap
pelecehan seksual. Pihak-pihak terkait, seperti Kemenkumham, Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), serta
kementerian atau lembaga lain, tengah menggodok aturan pelaksana UU TPKS,
termasuk Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Pencegahan Tindak Pidana
Kekerasan Seksual.

Dhana Putra, Dirjen HAM Kemenkumham, mengajak pihak penyelenggara Miss


Universe Indonesia untuk melakukan evaluasi terhadap aktivitas bisnisnya. Hal ini
bertujuan untuk mencegah kejadian serupa terjadi di masa depan. Diharapkan
tindakan-tindakan ini dapat mengatasi kasus pelecehan seksual dan mendorong
penghormatan serta perlindungan HAM bagi perempuan di Indonesia.
e. Bertentangan dengan UUD/Pancasila sila ke
berapa?
Pasal 289 s.d. 296 KUHP atau Pasal 414 s.d. 422 UU 1/2023

f. Apakah pendapat kalian mengenai kasus


tersebut
Kasus pelecehan seksual terhadap finalis Miss Universe Indonesia yang
dijelaskan dalam berita tersebut sangat serius dan menunjukkan komitmen
pemerintah dalam menegakkan hak asasi manusia serta menghormati martabat
perempuan. Respons cepat dari aparat dan langkah-langkah hukum yang
diterapkan untuk menangani kasus ini adalah langkah yang tepat dalam
memberikan perlindungan kepada korban dan mencegah terulangnya kejadian
serupa.
Selain itu, penekanan pada pentingnya menghormati dan melindungi hak
perempuan dalam kompetisi Miss Universe Indonesia adalah suatu tindakan yang
sangat positif. Hal ini mencerminkan kesadaran akan peran penting perempuan
dalam masyarakat dan dalam dunia industri ekonomi kreatif serta pariwisata.

Evaluasi yang diharapkan dilakukan oleh pihak penyelenggara Miss Universe


Indonesia menunjukkan keinginan untuk memastikan bahwa kejadian semacam
ini tidak terjadi lagi di masa depan. Dampak negatif yang dapat timbul dari
dugaan pelecehan seksual terhadap industri ekonomi kreatif dan pariwisata juga
menunjukkan betapa pentingnya menjaga citra yang positif dalam promosi
budaya lokal dan ekonomi kreatif.

Selain itu, langkah-langkah yang dilakukan oleh Kemenkumham dan lembaga lain
dalam mengintegrasikan bisnis dan hak asasi manusia melalui aplikasi PRISMA
adalah upaya yang konstruktif untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan
bisnis dan hak-hak individu.

Secara keseluruhan, kasus ini menunjukkan betapa pentingnya kesadaran akan


hak asasi manusia, perlindungan perempuan, dan penghormatan terhadap
martabat individu dalam semua aspek kehidupan masyarakat.
Daftar Pustaka
Penyiksaan oleh Polri-TNI

https://amp-kompas-com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kom
pas.com/nasional/read/2022/09/22/01000001/kasus-
pelanggaran-ham-di-indonesia-2022?
amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM
%3D#amp_tf=Dari
%20%251%24s&aoh=16925033622996&referrer=https%3A
%2F%2Fwww.google.com
Kasus Pelecehan Seksual Miss Universe Indonesia,
Kemenkumham
https://kalbar.kemenkumham.go.id/berita-kanwil/berita-
utama/6924-kasus-pelecehan-seksual-miss-universe-
indonesia-kemenkumham-pelanggaran-ham

Anda mungkin juga menyukai