KESEHATAN REPRODUKSI
Puji syukur kami ucapkan kepada TUHAN YME yang telah memberikan kesempatan kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Peran Bidan Dalam
Penanganan Kekerasan Perkosaan Dan Pelecehan Seksual . Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah kesehatan reproduksi. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang kesehatan reproduksi bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Endah Kusuma Wardani,
S.ST.Keb, M.K.M , selaku dosen kesehatan reproduksi yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
melalui pendidikan hukum (law education) yang dapat diajarkan sejak dini. Manusia dididik
untuk menghormati dan melindungi hak-hak asasi sesamanya, dengan cara mencegah diri dan
perbuatannya yang cenderung dapat merugikan, merampas, dan memperkosa hakhak manusia
lainnya
Tindakan represif:
usaha yang menunjukkan upaya pemberantasan terhadap tindakan kejahatan yang sedang
terjadi
2.6 Peran Bidan Dalam Penanganan Kekerasan, Perkosaan Dan Pelecehan Seksual
A.Penanganan kepada korban kekerasan seksual, secara umum yaitu:
1. Penanganan sosial berupa pengembalian nama baik korban, yaitu pernyataan bahwa
mereka tidak bersalah, dengan memperlakukan mereka secara wajar.
2. Penanganan kesehatan, berkaitan dengan reproduksinya maupun psikisnya, seperti
korban mengalami depresi, trauma dan tekanan psikologis lainnya.
3. Memberikan penanganan ekonomi, berupa ganti kerugian akibat KTP (kekerasan
terhadap perempuan).
4. Penanganan hukum, agar korban dapat keadilan, pelaku mendapatkan sanksi serta
menghindari jatuh korban berikutnya. Tidak sedikit dari korban-korban KTP yang
mengalami kesulitan untuk melakukan interaksi sosial dengan baik. Yang paling
umum adalah kegelisahan yang berlebih, ketakutan, mimpiburuk, gangguan mental,
perilaku sosial yang menyimpang. Kondisi itu menuntut semua pihak untuk memberi
penanganan terhadap korban. Sangat disayangkan, para aparatur dan penegak
keadilan, sering bertindak menyudutkan korban. Seperti pertanyaan-pertanyaan yang
justru cenderung mempermalukan korban. Perilaku demikian menambah beban
trauma semakin berat dan berkepanjangan.
5. Disamping penanganan, korban juga mengharapkan nasehat yang mampu
memberikan dorongan kepada korban yakni dengan pemberian keadilan untuk
korban, bantuan moril dan materil kepada korban KTP dan minimalisasi trauma
korban, agar jiwanya tenang, dengan mengatakan pada mereka bahwa kasus yang
terjadi merupakan ketentuan Tuhan, tidak selayaknya putusasa, melainkan
menghadapinya dengan bersabar, bertawakkal dan senantiasa mensyukuri nikmatnya
(Affandi, 2010: 167).
B.Peran Tenaga Kesehatan (bidan ) dalam penanganan kasus kekerasan seksual
adalah:
Penelitian yang melibatkan 10 negara menunjukkan bahwa sektor kesehatan memegang peranan
penting dalam:
Mencegah kekerasan pada perempuan
Membantu identifikasi adanya kekerasan sedini mungkin
Menyediakan layanan kesehatan bagi korban
Merujuk ke tempat layanan sesuai kebutuhan
Syarat Tempat layanan kesehatan yang memberikan layanan terhadap korban kekerasan seksual :
Nyaman dan aman bagi korban
memperhatikan kebutuhan & kondisi psikologis
Respek terhadap korban, empatik
Tidak ada stigma
Dukungan yang berkualitas dengan informasi yang jelas
Hambatan dalam penanganan korban kekerasan seksual adalah :
• Stigma dan ketakutan yang membuat korban menutup diri
• Kesadaran nakes dan pelatihan nakes ↓ – mengindentifikasi korban kekerasan sebagai
penyebab masalah kesehatan yang membuat korban datang ke faskes – terutama di
faskes yang tidak menyediakan layanan tindak lanjut dan proteksi terhadap korban
Perencanaan dalam penanganan korban kekerasan seksual :
Mengumpulkan data dan informasi
Melakukan analisa dan pemetaan sesuai hasil pengumpulan data dan informasi
Menyusun rencana kerja
Melaksanakan sosialisasi
Menyiapkan Tenaga Pelaksana.
Menyiapkan petugas konseling dan wawancara
Menyiapkan Prasarana dan Sarana
Pelaksanaan
Pemeriksaan Kesehatan
Tindakan Medis
Wawancara dan konseling
Penyuluhan
Kunjungan Rumah
Pencatatan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kekerasan seksual pada perempuan bisa dalam bentuk perkosaan dan pelecehan seksual
dimana keduanya dilakukan pada perempuan tanpa adanya persetujuan dari fihak perempuan.
Kekerasan seksual dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu factor internal dan factor eksternal
dan factor factor itu saling terkait.untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual perlu
kerjasama dari bargagai pihak yaitu masyarakat dan pihak pihak pemangku jabatan yang ada
di masyarakat
Untuk korban kekerasan seksual memerlukan penanganan yang komprehensif agar korban
dapat pulih dan tidak terjadi trauma yang mendalam akibat kekerasan seksual yang
didapatkan.