Anda di halaman 1dari 4

ASKEB PADA PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI RENTAN

RESUME

DI SUSUN OLEH
MILANTI RAHAYU
2281A0406

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
KEDIRI
2023

A. Cara Mengatasi Psikologis Perempuan Pada Kehamilan Akibat Pemerkosaan


Pemerkosaan sebagai suatu tindakan kekerasan merupakan suatu tindak
kejahatan yang dinilai sangat merugikan dan mengganggu ketentraman dan
ketertiban hidup, terutama bagi korbannya. Adanya reaksi umum yang
berlebihan terkadang juga semakin memojokkan korban. Peristiwa perkosaan
yang merupakan berita yang cukup menarik untuk dibicarakan membuat
masyarakat
tertarik untuk menjadikan berita tersebut
sebagai salah satu bahan pembicaraan
(Fakih dalam Prasetyo, 1997)
Korban pemerkosaan memiliki kemungkinan mengalami stres paska
perkosaan yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu stres yang langsung terjadi
dan stres jangka panjang. Stres yang langsung terjadi merupakan reaksi paska
pemerkosaan seperti kesakitan secara fisik, rasa bersalah, takut, cemas, malu,
marah, dan tidak berdaya. Stres jangka panjang merupakan gejala psikologis
tertentu yang dirasakan korban sebagai suatu trauma yang menyebabkan
korban memiliki rasa kurang percaya diri, konsep diri yang negatif dan menutup
diri dari pergaulan.
Keluarga memiliki peluang yang banyak untuk dapat mendampingi korban
melewati masa-masa ‘kritis’ akibat perkosaan yang dialaminya. Mereka dapat
memberikan dukungan dengan memberikan rasa aman kepada korban,
menerima keadaan korban apa adanya, tidak menyalahkan korban atas apa
yang telah terjadi padanya, bersikap tulus dalam berhubungan dengan korban
baik secara verbal maupun non-verbal (Taslim, 1995)
Sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan, kita harus memberikan
pelayanan prima kepada pasien kehamilan akibat pemerkosaan agar janin yang
di kandungya tetap tumbuh dengan sehat seperti layaknya pasien yang normal
lainnya. Serta memberikan dukungan sosial dari teman, orangtua, saudara,
psikolog, pekerja sosial, atau siapa saja yang dapat mendengarkan keluhan
mereka. Orang ini harus mau menjadi pendengar yang baik serta tidak
menghakimi korban dalam arti mereka
memiliki pandangan bahwa kejadian yang menimpa korban bukan terjadi karena
kesalahan korban.
B. Psikologis Pada Perempuan Korban KDRT

KDRT merupakan konflik dalam rumah tangga dengan penggunaan


kekerasan di dalamnya. Demikian, kurang lebih pemaknaan masyarakat kita
terhadap KDRT. Terlihat bahwa KDRT tetap dimaknai sebagai konflik rumah
tangga meski diberikan penekanan adanya unsur kekerasan di dalamnya.

Kekerasan dalam rumah tangga dapat berupa kekerasan fisik yang


menimbulkan luka seperti luka memar, nyeri kepala hingga patah tulang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika menyatakan bahwa sebelum
atau selama kehamilan berisiko tinggi mengalami tekanan darah tinggi atau
edema, perdarahan vagina, mual, muntah atau dehidrasi, infeksi ginjal atau
infeksi saluran kemih. Secara umum, wanita dengan riwayat KDRT mengalami
kualitas hidup yang lebih rendah karena adanya gangguan fisik, hambatan
hubungan sosial dengan orang lain serta gangguan psikologis jika dibandingkan
wanita yang tidak mengalami KDRT. Secara psikologis wanita dengan riwayat
KDRT akan mengalami gangguan cemas dan depresi.

Kiat mencegah terjadinya KDRT:


 Mengamalkan ajaran agama. Semua agama memiliki tujuan yang baik, tidak ada
satupun agama yang mengajarkan untuk melakukan kekerasan, sehingga ketika
agama menjadi pondasi dalam sebuah keluarga maka akan terhindar dari KDRT.
 Komunikasi. Komunikasi dalam keluarga harus dibangun dengan baik setiap
harinya, yang dapat dimulai dari hal yang sepele seperti berpamitan. Dalam
komunikasi yang baik terdapat keterbukaan satu sama lain yang menyebabkan
munculnya rasa saling memahami dan saling percaya yang dapat menjadi
pondasi dalam penyelesaian masalah.
 Pendidikan sejak dini. Anak diajarkan untuk tidak memukul, tidak berkata kasar,
hingga bagaimana mengatasi rasa marah. Pendidikan sejak dini diharapkan
dapat membentuk karakter anak yang akan dibawa dan diaplikasikan hingga
dewasa.
 Mediasi. Jika terdapat permasalahan yang serius hingga tidak dapat ditangani,
sebaiknya meminta mediasi kepada pihak ketiga yang dipercaya oleh kedua
belah pihak.
 Penyuluhan tentang KDRT. Pemerintah mempunyai produk hukum positif berupa
Undang-undang penghapusan KDRT yang dapat disosialisasikan kepada
masyarakat luas sehingga masyarakat dapat lebih memahami dampak dan kiat
terhindar dari KDRT.

Anda mungkin juga menyukai