Anda di halaman 1dari 5

TOXIC RELATIONSHIP BERPOTENSI MENIMBULKAN TINDSKAN KEKERASAN

Karya : Ady Thea DA

(diajukan untuk memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah kaifiyat mujadalah)

Dosen Pengampu :

Dr. H. Aep Kusnawan, M.Ag.

Hj. Yuyun Yuningsih, S.Sos.1, M.Ag

Disusun Oleh :

Mutiara Astrid

1224040082

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2022/2023

MATERI NASKAH POLEMIK


Toxic Relationship Berpotensi Menimbulkan Tindakan Kekerasan

Oleh : Ady Thea DA

Banyak perempuan dan remaja tidak menyadari terjerat toxic relationship. Tekanan-tekanan yang
dirasakan secara emosional satu pihak dalam hubungan kerap kali berujung pada kekerasan. Perlu
dilakukan pencegahan dini agar terhindar dari hubungan yang tidak sehat.

Tak selamanya dalam suatu hubungan yang terjalin antar pasangan atau bukan pasangan berjalan
harmonis. Ada kalanya hubungan itu berjalan tidak harmonis dan berpotensi memunculkan kekerasan.
Terjebak atau berada dalam situasi hubungan yang tidak sehat berdampak terhadap mental seseorang.

Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan dalam Rumah Tangga dan Rentan Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Eni Widiyanti, mengatakan banyak
perempuan di Indonesia yang terjebak dalam hubungan tidak sehat atau dikenal dengan istilah toxic
relationship yang berujung pada kekerasan.

Mengacu data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) Tahun
2022 menunjukkan kekerasan terhadap perempuan sebanyak 11.266 kasus terlapor dengan 11.538
korban. Sementara 45,28 persennya merupakan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan
1.151 kasus dengan pelakunya adalah pacar. Sedangkan korban kekerasan seksual sebanyak 2.062
korban.

"Hal tersebut menunjukkan bahwa kekerasan terhadap perempuan kerap kali terjadi di ranah
dosmetik atau di dalam suatu hubungan,” ujarnya sebagaimana dikutip dari laman Kementerian PPPA,
Sabtu (18/2/2023) pekan lalu.

Eni mencatat, banyak perempuan dan remaja tidak menyadari terjerat toxic relationship. Tekanan-
tekanan yang dirasakan secara emosional oleh satu pihak dalam hubungan kerap kali berujung pada
kekerasan. Perlu dilakukan pencegahan dini agar perempuan dan remaja terhindar dari hubungan yang
tidak sehat.
Orang tua dan keluarga berperan penting melakukan pencegahan dengan memperkuat hubungan
antara orang tua dan anak. Menjalin komunikasi terbuka dan memperhatikan keseharian anak. Selain itu,
lingkungan yang nyaman dan aman, penyebaran informasi dan penyediaan dukungan pun tidak kalah
penting dalam mendukung anak menjalin hubungan yang positif.

Selain pencegahan, Eni menyebut upaya penanganan bagi korban dan pelaku kekerasan perlu
dilakukan. Orang terdekat diharapkan dapat memberikan dukungan serta meyakinkan korban untuk
berani menolak, menentang, juga melaporkan segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh
pasangan ataupun pelaku kekerasan.

Menurutnya, korban perlu diberikan penanganan khusus oleh psikater atau psikolog melalui
pendampingan jika mengalami trauma. Selain itu, perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut atau
konseling dengan menelusuri masa lalu maupun kenangan akan peristiwa buruk yang mengakibatkan
trauma serta konflik lainnya.

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari kekerasan dalam suatu hubungan antara lain
mengenali calon pasangan secara menyeluruh sebelum memulai hubungan lebih dalam. Eni
menyarankan agar tidak terlalu cepat mengambil keputusan, lebih bijak, berani mengambil sikap dan
mengatakan tidak jika terjadi pemaksaan dalam hubungan.

"Membangun komitmen yang sehat, serta perlu ada orang terdekat yang kerap , mengawasi, dan
ikut menjaga,” usul Eni.

Eni mengungkapkan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia merupakan
fenomena gunung es dimana yang tercatat ataupun terlaporkan sangat sedikit dibandingkan dengan
peristiwa yang terjadi. Masih banyak korban kekerasan yang enggan melaporkan tindak kekerasan yang
dialami ataupun yang diketahui.

Mengetahui salah satu komitmen pemerintah terhadap penanganan kasus kekerasan antara lain
menerbitkan UU No.12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS). Menurut Eni beleid
itu mengatur perlindungan terhadap kekerasan seksual secara komprehensif mulai dari tahap
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan sebagai upaya memberi keadilan bagi korban. Kekerasan
bentuknya tak hanya fisik, tapi juga psikis/mental, seksual dan penelantaran rumah tangga.

"Jika mengalami ataupun mengetahui kekerasan yang terjadi di sekitar, maka segeralah melapor,
berani berbicara atau dare to speak up. Bersama-sama kita jaga dan tingkatkan komitmen untuk
mewujudkan perlindungan bagi seluruh khalayak, khususnya perempuan dan anak dari segala bentuk
kekerasan,” imbuhnya.

Sebagai bentuk dukungan serta perlindungan terhadap perempuan dan anak, Kementerian PPPA
menghadirkan Layanan Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129. Kehadiran Call Center SAPA 129 dan
WhatsApp 08111-129-129 bertujuan untuk mempermudah akses bagi korban atau pelapor dalam
melakukan pengaduan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta pendataan kasusnya.
Terdapat enam standar pelayanan SAPA 129, diantaranya pengaduan masyarakat, pengelolaan kasus,
penjangkauan korban, pendampingan korban, mediasi, dan penempatan korban di rumah aman.

TOXIC RELATIONSHIP BERPOTENSI MENIMBULKAN TINDAKAN KEKERASAN

Mutiara Astrid

tanggapan terhadap tulisan karya Ady Thea DA

Pengembangan Masyarakat Isam, Dakwah dan Komunikasi, UIN SUNAN Gunung Djati Bandung

Email : mutiaraastrid074@gmail.com

PENDAHULUAN

Dewasa ini terdapat berbagai jenis hubungan sosial pada kehidupan manusia. Dalam kehidupan
sehari-hari terdapat berbagai bentuk hubungan sosial, salah satunya yaitu hubungan berpacaran. acaran
dapat diartikan sebagai masa pendekatan antara individu dari kedua lawan jenis yang biasanya ditandai
dengan saling mengenal pribadi baik kekurangan maupun kelebihan dari masing-masing individu.

Dalam menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis, banyak orang yang ingin diperlakukan dengan
penuh cinta dan kasih sayang oleh pasangannya. Namun tidak semua orang mendapatkan perlakuan
tersebut. Niat ingin saling membahagiakan, justru sebagian orang mendapatkan perlakuan sebaliknya.
Seperti fenomena sosial yang terjadi akhir-akhir ini, yang mana banyak orang yang merasa dirugikan
oleh pasangannya dalam hubungan pacaran. Baik dari segi fisik, emosional, dan juga mental. Fenomena
sosial tersebut biasa disebut dengan istilah toxic relationship. Istilah toxic relationship sepadan dengan
kekerasan dalam hubungan, baik hubungan pacaran, pertemanan maupun keluarga. Toxic relationship
sendiri merupakan istilah yang merujuk pada hubungan beracun, yang mana memiliki dampak dapat
merusak fisik maupun emosional diri sendiri dan pasangan. Terdapat beberapa faktor yang cenderung
mempengaruhi toxic relationship, diantaranya posesif yang berlebihan, control freak, selalu merasa
cemburu, perfectsionis, pembohong kompulsif, selalu merasa tidak aman, serta ketergantungan yang
berlebihan.

PEMBAHASAN

Tidak dapat dihindari bahwa ada masa dimana anak mulai menyukai lawan jenis yang membuat
hatinya senang dan bersemangat, mereka berharap dengan adanya seseorang yang bisa membuat
dirinya merasa bahagia akan membuat hidupnya semakin ceria dan bersemangat dalam melakukan hal
apapun, tak jarang kita temui sudah banyak anak usia 15+ sudah mulai merasakan asmara dalam hatinya
tanpa fikir panjang kedepannya akan bagaimana dan seperti apa.

Saya setuju bahwa didalam hubungan toxic relationship yang paling sering menjadi pihak yang
dirugikan adalah perempuan, karena perempuan dianggap sebagai mahkluk yang lemah, kekuatannya
dibawah laki laki bahkan sering mendapat kekerasan dalam hubungan karena tidak adanya perlawanan.
Tidak hanya itu, banyak perempuan yang mendapat perlakuan tidak adil atau kekerasan dan menjadi
korban tidak berani untuk melawan, melapor bahkan bercerita kepada teman terdekat, selain tidak
dipercayai, banyak dari mereka mengatakan bahwa mungkin perempuannya juga salah, "kenapa tidak
melawan", atau "kamunya mancing emosi kali" dan masi banyak hal lain kenapa banyak perempuan
tidak berani untuk berbicara tentang apa yang mereka alami, meskipun tidak hanya fisik, mental juga
terasa tidak stabil karena masih adanya unek unek-unek.

Berdasarkan data dari Catatan Tahunan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan,
kasus kekerasan dalam pacaran terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di tahun 2017
tercatat sebanyak 1.873 kasus. Sedangkan di tahun 2018 mengalami peningkatan sebanyak 14%, yang
mana tercatat sebanyak 2.073 kasus. Dan di tahun 2019 jumlah kasus yang dilaporkan meningkat
sebesar 6%, dan tercatat sebanyak 3.602 kasus. Dari tahun ke tahun kasus kekerasan dalam pacaran,
korbannya di dominasi oleh perempuan. Di tahun 2017 terdapat 348.446 kasus kekerasan terhadap
perempuan. Di tahun 2018 terdapat 406.178 kasus. Dan di tahun 2019 terdapat 431.471 kasus.

Semakin sedikit perempuan perempuan diluar sana yang enggan berbicara tentang perlakuan laki
laki, akan semakin banyak pula kasus tentang kekerasan tejadi, jika ada seseorang yang menceritakan
apa yang terjadi terhadap dirinya, jika memang kita tidak bisa berbuat banyak, cukup dengarkan tanpa
menghakimi, tanpa protes, dan beri sedikit rangkulan bahwa ada kita sebagai tempat cerita dan
meyakikan bahwa dia tidak sendiri.

KESIMPULAN

Peristiwa toxic relationship akan sering terjadi meskipun tanpa kita ketahui, akan ada banyak
pelaku dan korban apabila kasus ini tidak ditindak lanjuti dengan tegas, muncul dari banyak faktor salah
satunya cemburu berlebih atau tidak adanya kepercayaan satu sama lain, dan jika kita mendapati
perlakuan seperti itu, berceritalah kepada orang yang kita percayai, dan tinggalkan apa yang membuat
kita sakit, mau tidak mau, suka tidak suka harus kita tinggalkan, meskipun sakit, perlahan akan lupa
meskipun perlu waktu yang lama, jika tidak, dampak negatif yang kita terima semakin banyak, dan
pelaku akan semakin berani berbuat kekerasan.

Sumber : https://www.hukumonline.com/berita/a/kementerian-pppa--toxic-relationship-berpotensi-
menimbulkan-tindakan-kekerasan-lt63f6e66d0c9b7/?page=all

Anda mungkin juga menyukai