Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI COPING PADA PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM

BERPACARAN YANG MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN

Tiar
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Tiarpajju@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk atau cara strategi coping pada
perempuan korban kekerasan berpacaran yang memilih tetap mempertahankan
hubungan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Studi
Kasus. Subjek dalam penelitian ini terdari 3 orang perempuan korban kekerasan dalam
pacaran yang masih mempertahankan hubungan sebagai partisipan utama dan 3 orang
terdekat partisipan sebagai significant others. Metode pengumpulan data yang digunakan
ialah wawancara mendalam semi terstruktur dan observasi lapangan sebagai data
pendukung. Hasil penelitian menunjukan, meskipun partisipan selalu berada dalam
situasi KDP, ketiga partisipan mampu melakukan strategi coping dengan kemampuan
meregulasikan emosi, mengendalikan, mencegah dan mentoleransi masalah yang terjadi.
Strategi coping yang dilakukan seperti mengalah, menghindar, berdoa, mengancam,
berfikri positif, melawan, berkomunikasi, dan curhat ke teman dekat.

Kata kunci : Strategi coping, Perempuan, Korban KDP

1
COPING STRATEGIES ON WOMEN VICTIMS OF VIOLENCE IN DATING
RELATIONSHIPS

Tiar
Mercu Buana University of Yogyakarta
Tiarpajju@yahoo.co.id

Abstract
This research aims to know the form or way of coping strategies on women victims of
violence dating who choose to maintain the relationship. This research used the qualitative
method with approach case studies. The subject in this study was composed of three women
victims of violence in dating that still maintain a relationship as the main participants and
three people nearest the participant as significant others. Method of data collection used is
semi structured in-depth interviews and field observations as supporting data. The results of
the research showed, though participants always in a situation of KDP, third participant able
to do coping strategies with the ability meregulasikan emotion, control, prevent and tolerate
problems that occur. Coping strategies performed as defeatist, Dodge, pray, threatening,
berfikri, fight, communicate, and telling his story to a close friend.

Keywords : coping Strategies, Women, Victims of violence in dating

PENDAHULUAN sekarang yang begitu familiar dalam


Berpacaran atau dating berpacaran. Aktivitas pacaran yang begitu
didefinisikan sebagai interaksi dyadic, banyak dilakukan oleh anak muda yaitu
termasuk di dalamnya adalah mengadakan pergi menonton bioskop, makan bersama
pertemuan untuk berinteraksi dan pacar, liburan bahkan ada pula yang tidak
melakukan aktivitas bersama dengan sejalan dengan tahap perkembangan yaitu
keinginan secara eksplisit atau implisit melakukan hal yang tak pantas seperti
untuk meneruskan hubungan setelah melakukan tindak kekerasan misalnya
terdapat kesepakatan tentang status memukul, menampar, dan mencaci
hubungan mereka saat ini (Straus, 2004). pasangannya.
Berpacaran akan mempelajari mengenai
Shorey (2014) menemukan bahwa
perasaan emosional tentang kehangatan,
ketika seseorang mencoba menghindar dari
kedekatan, dan berbagi dalam kehidupan
tindakan KDP (Kekerasan Dalam Pacaran)
dengan orang lain.
justru akan mendapat tindakan kekerasan
Melalui pacaran individu dalam yang lebih daripada yang sebelumnya
tahap emerging adulthood yaitu tahap mereka dapatkan. Korelasi yang positif
perkembangan dari 18 – 25 tahun dengan antara frekuensi kekerasan dan perilaku
melalui masa remaja menjadi dewasa yang menghindar ini akhirnya mengakibatkan
bersifat ekperimen dan ekplorasi (Santrock, dampak pada diri korban KDP, seperti
2010). Dalam tahap ini berpacaran tidak depresi, kecemasan dan juga penggunaan
asing lagi didengar untuk anak muda zaman alkohol. Baker (2014) menyebutkan bahwa

2
KDP menjadi salah satu penyebab tindakan pengadilan agama, serta 13.384 kasus yang
bunuh diri pada remaja. Para korban yang ditangani oleh 237 lembaga mitra
berusaha untuk mengakhiri hubungan pengadalayanan yang tersebar di 34
pacaran, justru mendapat ancaman bunuh provinsi (Komnas Perempuan, 2018).
diri dari kekasihnya, tindakan ancaman ini Setiap tahun CATAHU mencatat tindak
akhirnya membawa korban membatalkan kekerasan terhadap perempuan dalam
keputusan untuk meninggalkan kekasihnya. bentuk tiga ranah. Pertama ranah personal.
Tindakan atau pemikiran akan bunuh diri Privat yakni pelaku adalah seseorang yang
juga dialami oleh korban yang tidak memiliki hubungan darah (ayah. Kakak.
sanggup dengan perilaku kekasihnya. Adik, paman dan kakek), kekerasan
perkawinan (suami), maupun relasi intim
Bird, Stith dan Schladale (dalam
(berpacaran) dengan korban. Kedua
Adelia, 2008) menemukan hal yang unik
merupakan ranah publik/ komunitas yang
dalam penelitian dimana tentang kekerasan
dimaksud pelaku dan korban tidak
berpacaran. Temuan yang didapatkan
memiliki hubungan darah yakni teman
bahwa kenyataan sekitar 40-50 % dari
kerja, majikan, tetangga, guru, tokoh
perempuan yang menjadi korban
masyarakat maupun orang yang tidak
kekerasan, terutama kekerasan fisik, terus
dikenal. Ketiga ranah negara artinya pelaku
melanjutkan hubungan pacaran mereka
kekerasan adalah aparatur negara dalam
dengan pasangan yang telah menyiksanya.
kapasitas tugas, termaksud persistiwa
Hal ini memberi kesan bahwa kekerasan
kekerasan yang aparat negara berada di
dalam pacaran cenderung dianggap sebagai
lokasi kejadian, namun tidak berupaya
hal yang wajar diterima sebagai risiko
untuk menghentikan atau mungkin hanya
berpacaran sekaligus juga menyebabkan
membiarkan tindak kekerasan itu berlanjut.
korban umumnya tetap bertahan dalam
hubungan pacaran yang berkekerasan, Tahun lalu, kekerasan yang terjadi
padahal tanpa korban sadari kekerasan diranah personal mencatat kasus paling
tersebut dapat menjadi sebuah siklus, yang tinggi, data pengadilan agama sejumlah
berkelanjutan. Selain karena anggapan 335.062 adalah kekerasan terhadap istri
tersebut, penyebab KDP sulit terungkap yang berujung perceraian. Sementara dari
dikarenakan belum ada payung hukum 13.384 kasus yang masuk dari lembaga
khusus, dan masih menggunakan KUHP mitra pengadalayanan, kekerasan yang
sebab dianggap kasus kriminal biasa terjadi diranah privat/ personal tercatat 71%
sehingga para korban KDP umumnya atau 9.609 kasus, ranah publik/ komunitas
mengalami kesulitan untuk membawa mencapai 26% (3.258 kasus), dan ranah
masalah mereka ke meja hukum (Ellin R., negara tercatat 1,8% (247 kasus). Data
2008). yang langsung dari Komnas Perempuan
yakni ranah privat/ personal menempati
Berdasarkan data Catatan Tahunan
posisi paling banyak yakni 932 kasus
(CATAHU) tahun 2018 menjelaskan
(80%) dari total 1.158 kasus yang
bahwa ada 348.446 kasus kekerasan
dilaporkan. Dalam CATAHU 2018
terhadap perempuan yang dilaporkan dan
menunjukkan bahwa angka kekerasan
ditangani selama tahun 2017, yang terdiri
terhadap istri masih tetap mencapai tingkat
dari 335.062 kasus bersumber pada data/
pertama yakni 5.167 kasus, dan kemudian
kasus/perkara yang ditangani oleh

3
kekerasan dalam berpacaran merupakan kekerasan terhadap pasangan (Josephson &
angka ketiga terbanyak setelah kekerasan Prouix, 2008).
terhadap anak yaitu 1.873 kasus dan tindak Dalam keadaan kekerasan yang
kekerasan seksual dalam berpacaranlah pastinya korban kekerasan dalam pacaran
yang tertinggi sebanyak 1.528 kasus membutuhkan sebuah strategi coping.
(CATAHU Komnas Perempuan, 2018). Lazarus & Folkman (Putriana, 2018)
Fenomena KDP memiliki banyak mendefinisikan coping sebagai suatu proses
dampak yang dapat berlangsung pada dimana individu berusaha untuk mengatur
beberapa aspek seperti psikologis, fisik, kesenjangan antara situasi yang menekan
seksual dan juga sosial. Individu yang dengan kemampuan mereka dalam
mengalami KDP cenderung merasa trauma, memenuhi situasi tersebut. Secara garis
depresi, stres, psikosomatis, gangguan besar, strategi coping dibedakan menjadi 2,
tidur, makan dsb (Kaura, 2007; Teten, yaitu problem focused coping dan emotion
2009). Dalam aspek fisik, individu focused coping.
cenderung akan mengalami luka, memar Menurut Lazarus dan Folkman
bahkan kehamilan, dampak pada aspek (Aziz, 2018), problem focused coping
seksual seperti tertular penyakit kelamin adalah strategi coping yang berfokus
(Safitri, 2009). Dalam aspek sosial, padamasalah. Strategi ini biasa disebut
individu yang mengalami KDP dapat dengan strategi kognitif, yakni dimana
merasakan adanya isolasi pada dirinya, individu mengambil tindakan untuk
serta terhambatnya beberapa fungsi dirinya mengatasi masalahnya melalui berpikir
dalam mencapai prestasi dan produktivitas logis Sedangkan emotion focused coping
(Safitri, 2009). Sedangkan penelitian yang adalah strategi pemberian respon secara
dilakukan oleh Ayu, Hakimi dan Hayati emosional. Individu berfokus pada usaha
(2012) menemukan bahwa korban yang untuk mengurangi emosi negatif, misalnya
mengalami kekerasan dalam berpacaran dengan menghindari masalah, penyalahan
merasa takut dan menangis, susah tidur, diri (self blamming),penyesalan diri, dan
membenci laki-laki, tidak percaya pada pencarian dukungan emosional
laki-laki, ada rasa curiga terhadap laki-laki
yang ingin mendekat, dan keterpaksaan Oleh karena itu, peneliti ingin
untuk melakukan hubungan seksual. mengetahui bagaimana korban bertahan
dalam situasi tindak kekerasan yang
Individu yang mengalami tindak dialami selama menjalin hubungan
kekerasan dalam berpacaran masih dapat (berpacaran) dan dapat disimpulkan bahwa
memutuskan hubungan dengan peneliti tertarik untuk lebih dalam
pasangannya karena belum ada ikatan melakukan penelitian mengenai strategi
resmi/ legal, tetapi pada laporan yang di koping pada korban kekerasan dalam
dapatkan bahwa malah memilih untuk tetap berpacaran, peneliti akan menjelaskan
mempertahankan hubungan karena korban bagaimana strategi coping pada perempuan
KDP masih berfikir positif terhadap korban kekerasan berpacaran yang
pacarnya sendiri. Seseorang yang bersikap mempertahankan hubungan. Tujuan dalam
positif terhadap kekerasan dalam penelitian ini untuk mengetahui bentuk atau
berpacaran cenderung akan lebih menerima cara strategi coping pada perempuan
berbagai tindakan kekerasan lain di luar

4
korban kekerasan berpacaran yang memilih dimana pewawancara dan informan terlibat
tetap mempertahankan hubungan. dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
Menurut Gardon (dalam Subadi,
METODE 2006) Observasi merupakan metode yang
Penelitian yang akan dilakukan oleh digunakan untuk mempertahankan
peneliti bersifat sosial dan klinis, oleh kebenaran ilmiah, sebagaimana ditegaskan
karena itu peneliti akan menggunakan dalam kesaksian empirik yang dapat
metode kualitatif. Pendekatan yang diamati secara langsung. Sedangkan
dilakukan dalam penelitian ini adalah studi Menurut Hadi (dalam Sugiyono, 2012)
kasus. Menurut Gunawan (2016) penelitian menjelaskan bahwa observasi adalah suatu
studi kasus dimaksudkan untuk proses yang kompleks dan tersusun yang
mempelajari secara intensif, tentang latar melalui proses pengamatan dan ingatan.
belakang masalah keadaan dan posisi suatu Dalam hal ini observasi merupakan suatu
peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, hal yang dapat mempertahankan kebenaran
serta interaksi lingkungan unit sosial ilmiah yang diamati secara empirik atau
tertentu yang bersifat apa adanya langsung dan melalui proses pengamatan
(given).Yin (2015) mengemukakan secara dan ingatan yang kompleks.
umum studi kasus merupakan pendekatan
Analisis data yang dilakukan dalam
yang lebih cocok bila pokok pertanyaan
penelitian ini berupa hasil wawancara dan
suatu penelitian berkenan dengan how atau
observasi dengan sesuai langkah – langkah
why. Peneliti memiliki peluang untuk
yang diterapkan. Menurut Miles dan
mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan
Hubermar (dalam Sugiyono, 2014),
diteliti, dan bilamana fokus penelitiannya
langkah-langkah menganalisa data adalah
terletak pada fenomena kontemporer (masa
sebagai berikut :
kini) di dalam konteks kehidupan nyata.
1. Reduksi Data
Unit analisis data yang akan
Mereduksi data merupakan kegiatan
digunakan adalah secara individual dengan
yang merangkum, memilih hal-hal yang
tiga orang subjek, karakteristik partisipan
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
berumur 15-28 tahun, pernah berpacaran
penting. Catatan-catatan lapangan
selama setahun, memiliki status hubungan
dengan memilih hal-hal pokok yang
(pacaran) dan pernah atau mengalami
berhubungan dengan strategi coping
KDP. Pada penelitian ini akan melibatkan
pada perempuan korban kekerasan
informan yang berjumlah tiga orang,
dalam berpacaran yang
sehingga jumlah keseluruhan subjek dan
mempertahankan hubungan atau sesuai
informan adalah enam orang.
yang diteliti.
Menurut Noor, (2012) dan Bungin, 2. Display Data
(2010) Wawancara mendalam ialah proses Setelah data direduksi, maka
memperoleh keterangan dengan tujuan langkah selanjutnya adalah mendisplay
penelitian dengan cara tanya jawab sambil data, penyajian data dalam penelitian
bertatap muka antara pewawancara dengan kualitatif adalah sebagai teks naratif.
informan atau orang yang diwawancarai, 3. Kesimpulan / verifikasi
tanpa menggunakan pedoman wawancara, Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara

5
dan akan berubah bila tidak ditemukan ekonomi yang tidak terjadi oleh ketiga
bukti yang kuat sebagai pendukung, partisipan tersebut, kekerasan ini seperti
tetapi apabila kesimpulan awal merugikan korban berupa materi, seperti
didukung oleh bukti-bukti yang valid meminjam uang, memaksa dan
dan konsisten pada saat peneliti menghabiskan uang korban untuk
mengumpulkan data dilapangan maka kebutuhan pelaku.
kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel. Dampak yang dialami oleh ketiga
partisipan sejalan dengan Safitri (2013)
HASIL DAN PEMBAHASAN menjelaskan bahwa dampak KDP meliputi
Dalam bentuk kekerasan ini, ketiga dampak psikologis, fisik, seksual, bahkan
partisipan mengalami perlakuan kekerasan sosial. Dampak psikologis akan membuat
yang hampir serupa baik fisik, verbal, kejiwaan seseorang menjadi lebih cemas,
sosial, maupun seksual. Hal ini telah sulit berkonsentrasi, sulit tidur dan perilaku
dijelaskan Menurut Administrator (dalam bunuh diri, dampak fisik merupakan suatu
Aziz 2018) menjelaskan di antaranya: dampak yang terlihat seperti mengalami
Pertama, bentuk kekerasan fisik yang luka-luka, memar, bahkan patah tulang,
meliputi semua bentuk serangan maupun dampak seksual seperti mengalami
penyiksaan yang dapat mengakibatkan pemerkosaan yang mengakibatkan
korban mengalami luka atau cacat fisik, disfungsi organ seksual/ reproduksi, bahkan
seperti menendang, memukul, menampar, mengalami luka bagian reproduksi, dan
dan melukai anggota tubuh. Kedua, bentuk yang terakhir adalah dampak sosial yang
kekerasan psikologis (emosional) berupa merupakan bentuk dampak yang
serangan terhadap integritas mental mengalami kesulitan dalam bersosialisasi
seseorang yang mencakup pada penyiksaan dalam lingkungan sekitar.
secara emosional dan verbal, sehingga Dalam hal ini ketiga partisipan
dapat melukai kesehatan mental serta memilih untuk mengalah, diam,
konsep yang ada dalam diri seseorang menghindari pertemuan dan berfikir positif
seperti cacian, hinaan, ancaman, atau dengan memaknai kekerasan tersebut
melontarkan kata-kata yang mampu merupakan bentuk teguran, rasa sayang
merendahkan harkat dan martabat orang atau bentuk perhatian si pelaku kekerasan,
lain. dan korban kekerasan masih memiliki
Ketiga, Kekerasan seksual meliputi harapan yang besar untuk melihat
semua aktivitas seksual yang dipaksakan. perubahan sang pacar untuk menjadi lebih
Kekerasan ini dapat dibedakan menjadi dua baik sehingga korban masih memilih untuk
faktor yaitu: faktor kesukarelaan dari bertahan.
korban untuk melakukan hubungan Hal ini sejalan dengan hasil
bersetubuh dengan pacarnya atas dasar penelitian (Khaninah & Widjanarko, 2016 )
kasih sayang dalam percintaan atau rasa yang menyatakan bahwa wanita yang
iba, dan faktor atas paksaan dari pacarnya memilih bertahan dalam hubungan yang
karena tuntutan dalam hubungan percintaan penuh kekerasan karena adanya harapan
ataupun bisa juga perkosaan di luar bahwa perilaku kasar pacar dapat berubah
kehendak korban. Keempat, Kekerasan menjadi lebih baik. Ketiga partisipan

6
terkadang dapat menguasai diri dalam KESIMPULAN
merespon kekerasan yang mereka terima Berdasarkan hasil penelitian yang
dengan cara melawan, membantah, dilakukan kepada ketiga partisipan yang
mengancam, diam, berkomunikasi untuk mengalami KDP. Ketiga partisipan
menyadarkan pelaku kekerasan dan mengalami kekerasan yang hampir sama
mengindari pertemuan. Ketiga partisipan yaitu kekerasan verbal (dicaci maki,
melakukan hal-hal tersebut bukanlah hal dimarahi, mengejek, dan kata-kata kasar),
yang semenah-menah untuk menyelesaikan kekerasan fisik seperti dipukul, dan
masalah secara langsung. Akan tetapi, hal ditendang, kekerasan seksual seperti
ini diterapkan oleh ketiga partisipan untuk dicium, diraba bagian organ intim bahkan
berupaya agar mampu berjuang dan melakukan hubungan seksual, dan
bertahan dalam kondisi kekerasan selama kekerasan yang terakhir adalah kekerasan
berpacaran. psikologis seperti mengancam, dan
meneror partisipan. Pada ketiga partisipan
Maka dari itu, untuk dapat bertahan KDP, telah mengalami dampak cukup berar
dan mencapai cara atau bentuk strategi melalui dampak fisik, psikologis bahkan
coping, ketiga partisipan harus mampu sosial. Dampak fisik yang dialami seperti
menyesuaikan diri pada situasi kekerasan, terdapatnya luka lebam, memar dan rasa
hal ini sejalan dengan Semiun (dalam pusing akibat kekerasan yang dilakukan
Fatima, 2015) yang menjelaskan bahwa oleh sang pacar, selanjutnya dampak
korban KDP akan menyesuaikan diri untuk psikologis yang telah menghambat
mampu mengontrol, mengendalikan dan perkembangan partisipan dan dampak yang
meminimalkan stress selama individu dialami oleh ketiga partisipan seperti
mempertahankan hubungannya. merasa tertekan, galau, menyendiri, nafsu
Selain menyesuaikan diri partisipan makan berkurang, mengalami
harus mempunyai kemampuan untuk pengancaman oleh sang pacar (diteror),
bernegosiasi dengan situasi kekerasan yang bahkan stress. Kemudian yang terakhir
dihadapi maupun yang akan terjadi. Hal ini adalah dampak sosial seperti diantara
dilakukan dengan tujuan untuk menemukan ketiga partisipan tidak diperbolehkan untuk
solusi dari permasalahan yang dihadapi, bersosialisasi dilingkungan sekitar, hal ini
dan dapat menguntungkan atau tidak dilakukan oleh sang pacar untuk membatasi
merugikan kedua belah pihak (win-win pergaulan partisipan.
solution), sehingga hal ini akan membuat Dalam hal ini ketiga partisipan
hubungan menjadi lebih positif dan melakukan strategi coping yang cukup
terbebas dalam siklus kekerasan. Strategi baik, mekanisme pertahanan ketiga
coping yang efektif yang dilakukan oleh partisipan berbeda-beda dan tergantung dari
korban kekerasan dalam pacaran akan masalah yang mereka hadapi. Dalam setiap
memprediksi kondisi kesehatan mental permasalahan ketiga partisipan melakukan
yang baik (Taft dkk, 2010). Selain itu, strategi coping yang berbeda yang
strategi coping juga bermanfaat untuk bertujuan untuk mencegah, metoleransi,
mengembalikan kondisi positif korban
menangani dan meminimalisir
kekerasan dalam pacaran (Edwards, Dardis,
permasalahan yang sedang terjadi atau
& Gidycz, 2015).
yang akan terjadi. Penyesuian diri pada

7
ketiga partisipan cukup baik karena mereka dalam Pacaran di Rifka Annisa
mampu menangani setiap masalah. Women Crisis Center Yogyakarta.
Komunika: Jurnal Dakwah dan
DAFTAR PUSTAKA Komunikasi. 1 (12). 58-84
Adawiyah, A. Y., Afandil, N. A., Wahyuni,
Baker, C.K Et al. (2014). The Relationship
H. (2015) . Efektivitas Pelatihan
Between Self Harm and Teen
Mindfulness Terhadap Penurunan
Dating Violance Among Youth in
Stress Korban kekerasan Dalam
Hawai. Qualitative Health Research
Berpacaran (KDP).
Sagepub. DOI.
(http://journal.trunojoyo.ac.id/pamat
10.1177/1049732314553481; 1-16
or). Vol 8, No 2: 75-84
Bolger, N. (1990). Coping as a
Adelia, A. (2008). Gambaran Dalam personalityprocess: A prospective
Pacaran. Jakarta: Fakultas study.
Psikologi UI Journal of Personality and Social
Allemand.M, Irina Amberg, And Daniel Psychology, 59 (3), 525-537
Zimprich. 2007. The Role Of Trait
Bungin, B. (2010). Penelitian kualitatif :
Forgiveness And Relationship
komunikasi, ekonomi, kebijakan
Satisfaction In Episodic
publik,
Forgiveness.
dan ilmu sosial lainnya. Jakarta:
Journal of Social and Clinical
Kencana
Psychology, Vol. 26, No. 2, 2007,
pp. 199– Creswell, J. W. (2016). Reserarch design
217 pendekatan kualitatif, kuantitatif,
dan
Annisa, R. (2008). Kekerasan Dibalik
campuran. Yogyakarta: Pustaka
Cinta. Yogyakarta : Rifka Annisa
Pelajar
Women’s Crisis Center
Darmawanti, I. (2012). Hubungan Antara
Astuti, R. (2011). Hubungan Kesadaran Tingkat Religiusitas Dengan
Akan Kerentanan Diri dan Kemampuan Dalam Mengatasi
Mekanisme Coping pada Stres (Coping Stress). Jurnal
Perempuan Pekerja Malam di Psikologi Teori Terapan, 2 (2)
Tempat Hibiran Karaoke Wilayah
Jakarta Barat Jurnal Kriminologi Demir, M. (2008). Sweetheart, You Really
Indonesia. 7 (2). 193 – 211 Make Me Happy; Romantic
Relationship Quality and
Ayu, S.M., Hakimi,M. & Hayati,E.N. Personality as Predictors of
(2012). Kekerasan dalam pacaran Happiness Among Emerging
dan kecemasan remaja putri di Adults. J Happiness Stud, 9, 257-
Kabupaten Purworejo. Jurnal Kes 277. Doi; 10.1007/s10902-007-
Mas. 6 (1). 61-74 9051-8
Aziz, Y. A (2018). Strategi Coping
Perempuan Korban Kekerasan

8
Desideria, B. (2017, Maret 29).Teknik lived experiences of coping with
Pertahanan Diri Saat Jadi Korban domestic
Kejahatan. Liputan 6. Diunduh dari violences in rural indonesia. Global
https://www.liputan6.com/health/re Health Action, 6, 1-12
ad/2903370/coba-teknikpertahanan-
diri-ini-saat-jadikorban-kejahatan Hayati, E. N. (2002). Panduan untuk
pndamping korban kekerasan.
Dush, C. M. K, & Amato, P. R. (2005). Yogyakarta:
Consequences of Relationship Rifka Annisa Woman’s and Crisis
Status and Quality for Subjective Center
Well-Being. Journal of social and
Personal Relationship, 22(5), 607- Josephson, W. L. & Prouix, J. B. (2008).
627. Violence in young adolescents’
relationships: A path model.
Ellin, R. (2008). Katakan Tidak Pada KDP. Journal of Interpersonal Violence,
(http://www.institutperempuan.or.id 23, 189-208
/?p=73), Diakses 4 Ferburari 2019
Kaura. Lohman. (2007). Dating Violence
Fatima, N., Nurdin. N. H., Dewi., E. M. P. Victimization, Relationship,
(2015). Penyesuaian Diri Wanita Satisfaction, Mental Health
Korban Dalam Berpacaran. Problems, And Acceptability Of
Fakultas Psikologi Universitas Violence: A Comparison Of Men
Negeri Makassar And Women

Field, T., Diego, M., Pelaez, M., Deeds, O., Kelly, E. L., Edwards, K. M., Dardis, C. M
& Delgado, J. (2010). Breakup & Gidyz., C. A. (2015). Motives
Distress and Loss of Intimacy in physical violence among college
University Student. Psychology, 1, students: A
173-177 gendered analysis. Psychology of
Violence, 5(1), 56-65.
Folkman, S. (1984). Personal control and http://dx.doi.org/10.1037/a0036171
stress and coping processes: a
theoretical analysis. Journal of Lazarus, R. & Folkman, S. 1984. Stress,
Personality and Social Psychology, appraisal, and coping. New York :
46(4), 839–852. Retrieved from Springer
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pubmed/673719 Lembar Fakta dan Poin Kunci Catatan
Tahunan (CATAHU) Komnas
Hadi, M. S., Aminah, S. (2002). Kekerasan Perempuan Tahun 2018.
Dibalik Cinta. Yogyakarta; Rifka Tergerusnya Ruang Aman
Annisa Women’s Crisis Centre. Perempuan dalam Pusaran Politik
Populisme. Jakarta, 7 Maret 2018
Hayati, E. N., Eriksson, M., Hakimi, M.,
Hogberg, U., & Emmelin, M. Liz Claiborne Inc. (2005). Love is Not
(2013). Abuse a Teen Dating Violance
Elastic band strategy: Women’s

9
Prevention Curriculum. New Work; Reivich, K. dan Shatte, A. (2012). The
Liz Claiborne Inc Resilience Factor: 7 Skill for
Overcoming
Majumdar, B. & Ray, A. (2010). Stress and
Life’s Inevitable Obstacles. New
Coping Strategies among
York : Random House, Inc.
UniversityStudents: A
Phenomenological Study. Indian Rifka Annisa. (2008). Annual Report Data
Journal Social Science Researches. Kasus Kekerasan di Women Crisis
7 (2). 100-111 Center Rifka Annisa. Yogyakarta

Moleong, J. L. (2009). Metode penelitian Rifka Annisa. (2012). Diakses dari


kualitatif. Bandung: PT. Remaja lawforwo.multiply.com/journal/item
Rosdakarya /36/Kekerasan-dalam-Pacaran. pada
tanggal 6 Februari 2019
Murray, Jill. 2007. But I love Him.
HarperCollins e-book Safitri, A. D. (2013). Dampak Kekerasan
Dalam Berpacaran (The Impact of
Nataza, Nabila. 2014. Studi Kasus Violence in Dating).Artikel Ilmiah
Mengenai Strategi Coping Hasil Penelitian Mahasiswa UNEJ,
Stress Pada Perempuan Emerging 1 (1).Hal.1-6
Adulthood Korban
Dating Violence yang Sari, I. P. (2018). Kekerasan Dalam
mepertahankan hubungan dengan Berpacaran di Kalangan
pasangannya. Fakultas Psikologi. Mahasiswa; Studi Refleksi
Pengalaman Perempuan.. Jurnal
Noor, J. (2012). Metode Penelitian : Dimensia 7 (1); 64
Skripsi. Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah. Santrock, J. W. (2007). Remaja Edisi 11
Jakarta: Kencana Jilid 1. Jakarta. Erlangga

Pontoh . R. (2006). Pacaran Sehat. Shorey, Ryan C. et al. (2014). Experiental


Jakarta; Gramedia Pustaka Utama Avoidance and Male Dating
Violence Perpetration: An Initial
Putriana, A. (2018). Kecemasan dan Investigation. Journal of Contextual
Strategi Coping pada Wanita Behavior Science. 3; 117-123
Korban Kekerasan dalam Pacaran.
Psikoborneo. 6(3). 691-703 Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental
pandangan umum mengenai
Raco. (2010). Metode Penelitian Kualitatif penyesuaian diri dan kesehatan
Jenis, Karakteristik, dan mental serta teori teori
Keunggulannya. Jakarta; PT. terkait.Yogyakarta :Kansius
Grasindo
Straus, M.E. 2004. Prevalence of Violence
Against Dating Partners by Male
and Female University Students
Worldwide.

10
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Yin, R. K. (2003). Case Study Research;
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Design Methods. Massachusetts:
Bandung: Alfabeta insitute
of Technology, USA
Taft, C. T., Resick, P. A., Panuzio, J., Vogt,
D. S., & Mechanic, M. B. (2010).
Coping Among Victims of
Relationship Abuse: a Longitudinal
Examination. Violence and Victims,
22(4), 408-18.

Teten, A. L. Dkk. 2009. Considerations For


The Definition, Measurement,
Consequences, And Prevention Of
Dating Violence Victimization
Among Adolescent Girls. Journal
Of Women Health 18(07); 923-
927.

Tisyah, D. W. dan Rochana, E. (2013).


Analisis Kekerasan pada Masa
Pacaran (Dating Violence). Jurnal
Sociologie, 1 (1), 1 – 9

Untari, P. 2014. Hubungan Antara Empati


Dengan Sikap Pemaaf Pada Remaja
Putri Yang Mengalami Kekerasan
Dalam Berpacaran. eJournal
Psikologi 2 (2); 279 – 289

Warkentin, J. 2008. Dating Violence and


Sexual Assault Among College
Men: Co-Occurrence, Predictors,
and Differentiating Factors.
(Electronic Thesis or Dissertation).
Retrieved from
https://etd.ohiolink.edu/

Windha Ayu Safitri, W.A., & Sama'i


(2013) Dampak Kekerasan Dalam
Berpacaran (The Impact Of
Violence In Dating). Artikel Ilmiah
Hasil Penelitian Mahasiswa UNEJ
2013, I (1): 1-6.

11

Anda mungkin juga menyukai