Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN VIKTIMOLOGI DAN PERLINDUNGAN HUKUM

KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN ISSN: 1693-0819

TINJAUAN VIKTIMOLOGI DAN PERLINDUNGAN HUKUM KORBAN


KEKERASAN DALAM PACARAN

Dyah Prita Wardani & Yossy Setyanawati


085727555035
Email : yossysetyanawati@gmail.com

Abstract
This article explores violence against women in datingwhich has been so
far ignored by goverment in case to formulate regulation crime of dating violence.
It shows how women are threatened injustice and discrimination by their partner
that is qualified in dating violence.This article also explain about dating violence
in focus victimology. It is explain about the type of dating violence suchlike
physical abuse, sexual abuse, financial abuse, and emotional abuse. It is also
disscuss about how could women be a victim of dating violence based on their
personality as a victim, their role to be a victim, typological of a victim, trespass¶V
degree, DQG YLFWLP¶V TXDOLILFDWLRQ 7KLV DUWLFOH¶V method assessing this issue with
normative approach.Data analysis is based on in literature study, impact, victim
and cause of dating violence. The aim of this analysis are to make sure that dating
violence is a serious problem which should be paid more attention by public and
goverment.
Keywords:victimology,abuse,dating violence.

A. PENDAHULUAN Seperti tahun lalu, kekerasan


Berdasarkan Catatan Tahunan yang terjadi di ranah personal
(CATAHU) Komnas Perempuan tercatat sebagai kasus paling
2013, KomnasPerempuan mencatat tinggi.Sebanyak 11.719 kasus di
telah terjadi 279.760 kasus kekerasan ranah personal, 64% atau 7.548
terhadap perempuanyang terdiri dari kasus berupa kekerasan terhadap
263.285 kasus bersumber pada data istri, 21% atau 2.507 kasus kekerasan
kasus/perkara yang ditangani oleh dalam pacaran, 7% atau 844 kasus
359 Pengadilan Agama (data kekerasan terhadap anak perempuan,
BADILAG), serta 16.403 kasus yang dan 6% atau 667 kasus kekerasan
ditangani oleh 195 lembaga mitra dalam relasi personal lain. Kekerasan
pengada layanan, tersebar di 31 fisik masih menempati urutan
Provinsi. Di antaranya 6 Provinsi tertinggi pada tahun ini, yaitu
dengan jumlah kasus yang tinggi, mencapai 4.631 (39%), di urutan
yaitu: DKI Jakarta (2.881), Sumut kedua kekerasan psikis 3.344 (29%),
(2.023), Jabar (1.846), Jatim (1.539), kekerasan seksual 2.995 (26%), dan
Jateng (1.495), dan Lampung kekerasan ekonomi mencapai 749 (6
(1.326).

Jurnal Serambu Hukum Vol. 08 No. 02 Agustus 2014 Januari 2015 Page 61
TINJAUAN VIKTIMOLOGI DAN PERLINDUNGAN HUKUM
KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN ISSN: 1693-0819

%) (Catatan Tahunan Komnas umum atau dalam kehidupan


Perempuan 2013). SULEDGL ´
Diantara jenis-jenis kekerasan Kekerasan terhadap
yang terjadi, kekerasan dalam perempuan merupakan perwujudan
pacaran banyak mendapat perhatian ketimpangan historis hubungan-
karena sifat dan dampaknya yang hubungan kekuasaan diantara laki-
luas bagi kehidupan kaum laki dan perempuan. Hal ini
perempuan khususnya dan mengakibatkan timbulnya dominasi
masyarakat pada dan diskriminasi terhadap perempuan
umumnya.Kekerasan jenis ini oleh laki-laki, sehingga kondisi ini
mempunyai akar yang terdapat pada akan menjadi hambatan bagi
faktor budaya yang menempatkan kemajuan mereka. Tindak kekerasan
perempuan pada posisi yang timpang terhadap perempuan, dalam hal ini
dalam hubungannya dengan laki-laki. terkait kekerasan dalam pacaran
Hal ini diakui oleh masyarakat merupakan salah satu mekanisme
internasional sebagaimana sosial yang perlu mendapat
dikemukakan dalam Deklarasi perhatian, karena mendorong
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) perempuan dalam posisi subordinasi
tentang Penghapusan Kekerasan dibandingkan dengan laki-laki.
terhadap Perempuan (selanjutnya Hal ini kemudian
akan disebut Deklarasi Kekerasan). memunculkan banyak kasus
Sesuai dengan Pasal 1 Deklarasi pelecehan dan kekerasan dalam
PBB tahun 1993 tentang pacaran yang sampai saat ini tetap
Penghapusan Kekerasan terhadap terjadi, yang memanfaatkan
Perempuan, disebutkan bahwa lemahnya posisi dan masih kurang
definisi kekerasan terhadap luasnya upaya advokasi dan
perempuan, adalah: pemberdayaan terhadap perempuan.
³6HWLDS WLQGDNDQ EHUGDVDUNDQ MHQLV Meskipun perjuangan untuk
kelamin (gender based violence) menegakkan keadilan dan kesetaraan
yang berakibat pada kesengsaraan sudah sejak lama dilakukan, namun
atau penderitaan perempuan secara kesetaraan dalam relasi antar
fisik, seksual atau psikologis, manusia ini belum mencapai tahap
termasuk ancaman tindakan tertentu, ideal. Perempuan sebagai kaum yang
pemaksaan atau perampasan tersisih, masih mengalami
kemerdekaan secara sewenang- subordinasi, diskriminasi, pelecehan,
wenang baik yang terjadi di depan marginalisasi, kekerasan, eksploitasi,
dan lain-lain.Ini berarti, kekerasan

Jurnal. Serambi Hukum Vo. 12 No. 02 Agustus 2014 Januari 2015 Page 62
TINJAUAN VIKTIMOLOGI DAN PERLINDUNGAN HUKUM
KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN ISSN: 1693-0819

yang dialami perempuan sangat publik ataupun ruang privat,


banyak bentuknya, baik itu bersifat berlangsung baik di komunitas yang
psikologis, fisik, seksual, maupun hidup dalam keadaan damai, ataupun
yang bersifat ekonomis, budaya dan dalam kemasyarakatan yang berada
keagamaan, hingga yang merupakan di tengah kemelut peperangan atau
bagian dari sebuah sistem konflik bersenjata.Sehingga dapat
pengorganisasian lintas negara yang dikatakan, tidak ada satupun tempat
sangat besar dan kuat (Nandika yang mutlak aman bagi perempuan.
Ajeng Guamarawati, 2009: 43). Bentuk kekerasan terhadap
Kekerasan sendiri merupakan perempuanyang paling umum
salah satu bentuk dari kejahatan. dikategorikan menjadi tiga jenis,
Kekerasan seperti yang dikatakan yakni kekerasan fisik, psikologis, dan
oleh Galtung merupakan suatu seksual. Kekerasan fisik yaitu
tindakan yang dilakukan seseorang kekerasan yang meninggalkan bekas
atau lebih yang menimbulkan luka, nyata ditubuh korban seperti
baik secara fisik maupun non fisik pukulan, tendangan, tamparan,
terhadap orang lain, dan lebih jauh sundutan rokok dan sebagainya.
merupakan suatu tindakan yang Sementara, kekerasan psikologis atau
menyebabkan seseorang tidak dapat emosional, misalnya caci maki,
mengaktualisasikan dirinya, bentakan, kata-kata kasar, ancaman
disebabkan oleh bentuk-bentuk meninggalkan, cemburu berlebihan
opresi dan penindasan yang dan sebagainya. Sedangkan
ditujukan kepadanya(Hayati, 2004: kekerasan seksual bisa berupa
140). Artinya, kekerasan ucapan tidak senonoh yang berkaitan
menyebabkan seseorang dirugikan, dengan seks, menyentuh bagian
atau mengalami dampak negatif tubuh secara seksual diluar keinginan
dalam berbagai bentuk. korban, hingga memaksa melakukan
Bentuk-bentuk kekerasan hubungan seksual disertai janji-janji
yang menimpa perempuan hadir atau paksaan. Ada juga yang disebut
dalam seluruh jenis hubugan sosial kekerasan ekonomi, contohnya
yang dijalaninya, termasuk dalam mengharuskan salah satu pihak selalu
hubungan keluarga, perkawanan mengeluarkan uang atau melarang
dekat, dalam hubungan kerjanya, bekerja.
maupun dalam hubungan sosial Idealnya, dalam suatu relasi
masyarakat secara umum. Kekerasan pacaran antara laki-laki dan
itupun dapat menimpa perempuan perempuan terjalin suatu hubungan
dimana saja, baik itu berada di ruang yang saling menghargai, saling

Jurnal. Serambi Hukum Vo. 12 No. 02 Agustus 2014 Januari 2015 Page 63
TINJAUAN VIKTIMOLOGI DAN PERLINDUNGAN HUKUM
KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN ISSN: 1693-0819

mengasihi, saling menerima, dan Definisi berpacaran sebagai adanya


saling mendukung satu sama lain. hubungan pertemanan antar lawan
Namun faktanya, kenyataannya tidak jenis yang tetap dan mempunyai
seindah seperti yang seharusnya. landasan cinta kasih di luar
Ternyata kekerasan juga dialami oleh pernikahan juga tidak mencakup
perempuan dari pasangannya. hubungan antar sesama jenis.
Ironisnya, seringkali perempuan ini Sehingga lebih tepatnya,
menerima kekerasan yang mereka pacaran adalah serangkaian aktivitas
alami dan menganggap kekerasan bersama yang diwarnai keintiman
mereka alami tersebut sebagai hal (seperti adanya rasa kepemilikan dan
yang biasa, dan malah ada juga yang keterbukaan diri) serta adanya
menganggapnya sebagi suatu hal keterikatan emosi antara pria dan
yang romantis, dan wajar yang wanita yang belum menikah dengan
PHUXSDNDQ ³EXPEX SHUFLQWDDQ´ tujuan untuk saling mengenal dan
(Nandika Ajeng Guamarawati, 2009: melihat kesesuaian antara satu sama
43). Dalam penulisan ini mengkaji lain sebagai pertimbangan sebelum
lebih lanjut mengenai konsep dan menikah.
bentuk tindak pidana dating violence, Kekerasan (violence) adalah
tinjauan viktimologi kekerasan ancaman atau penggunaan kekuatan
dalam pacaran dan perlindungan fisik terhadap orang lain, dirinya
hukum terhadap korban kekerasan sendiri, kelompok atau komunitas
dalam pacaran. masyarakat dengan hasil akhir luka
BAHASAN atau kematian, termasuk di dalamnya
1. Konsep dan Bentuk adalah pembunuhan, bunuh diri,
Kekerasan dalam Pacaran penyerangan, kekerasan seksual,
Kamus Besar Bahasa pemerkosaan, penganiayaan dan
Indonesia (Edisi Ketiga, 2002:807) kekerasan rumah tangga
mendefinisikan pacaran sebagai (Soetjiningsih, 2004: 268).Kekerasan
berikut: dalam pacaran (dating violence)
Pacar adalah kekasih atau adalah (Sugarman, 1989: 3):
teman lawan jenis yang tetap dan ³the perpetration or threat of an act
mempunyai hubungan berdasarkan of violence by at least one member of
cinta-kasih. Berpacaran adalah an unmarried couple on the other
bercintaan; (atau) berkasih-kasihan member within the context of dating
(dengan sang pacar). Memacari or courtship. This violence
adalah mengencani; (atau) encompasses any form of sexual
menjadikan dia sebagai pacar.

Jurnal. Serambi Hukum Vo. 12 No. 02 Agustus 2014 Januari 2015 Page 64
TINJAUAN VIKTIMOLOGI DAN PERLINDUNGAN HUKUM
KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN ISSN: 1693-0819

assault, physical violence, and verbal meliputi pemaksaan


or emotional aEXVH´. hubungan seksual, pelecehan
Kekerasan dalam pacaran seksual (rabaan, ciuman,
adalah setiap tindakan berdasarkan sentuhan) tanpa persetujuan.
perbedaan jenis kelamin yang Perbuatan tanpa persetujuan
berakibat atau mungkin berakibat atau pemaksaan itu biasanya
kesengsaraan atau penderitaan secara disertai ancaman akan
fisik, seksual atau psikologi, ditinggalkan, akan
termasuk ancaman tindakan tertentu, menyengsarakan atau
pemaksaan atau perampasan ancaman kekerasan fisik.
kemerdekaan secara sewenang - x Physical abuse(Kekerasan
wenang, baik yang terjadi didepan Fisik)
umum atau dalam kehidupan pribadi. Secara umum bentuk
Bentuk-bentukkekerasan dalam kekerasan fisik diantaranya
pacaran dapat dikategorikan dalam memukul, menampar, sampai
kekerasan seksual, fisik, emosional, membunuh.Physical abuse,
dan ekonomi. Berikut penjelasan dari diantaranya perlakuan
kategori kekerasan dalam pacaran, menampar, mencekik,
yaitu (Achie Sudiarti Luhulima, menghantam, menendang,
2000: 11-12) : membakar, menjambak,
x Sexual abuse(Kekerasan menggunakan senjata,
Seksual) mengancam menggunakan
Seperti menyentuh bagian senjata, dan membatasi
intim yang tidak seseorang.Memukul,
dikehendaki,memaksa dengan menendang, menjambak
kekerasan untuk melakukan rambut, mendorong sekuat
hubungan seksual, perkosaan tenaga, menampar,
dan percobaan perkosaan, menonjok, mencekik,
melakukan hubungan seksual membakar bagian tubuh atau
dengan orang yang sedang menyundut dengan rokok,
mabuk atau dalam pengaruh pemaksaan berhubungan
alkohol atau drug. Termasuk seks, menggunakan alat, atau
pula memaksa melakukan dengan sengaja mengajak
hubungan seksual tanpa alat seseorang ke tempat yang
pengaman (kondom) yang membahayakan keselamatan.
menyebabkan kekhawatiran Ini biasanya dilakukan karena
akan terinfeksi HIV-AIDS korban tidakmenuruti

Jurnal. Serambi Hukum Vo. 12 No. 02 Agustus 2014 Januari 2015 Page 65
TINJAUAN VIKTIMOLOGI DAN PERLINDUNGAN HUKUM
KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN ISSN: 1693-0819

kemauannya atau korban membuat seseorang jadi


dianggap telah melakukan bahan tertawaan;
kesalahan. mengancam, cemburu yang
x Emotional berlebihan, membatasi
Abuse (Kekerasan pasangannya untuk
Emosional) melakukan kegiatan yang
Termasuk didalamnya disukai, pemerasan,
menghina, mengutuk, mengisolasi, larangan
meremehkan, mengancam, berteman, caci maki, larangan
meneror, menghilangkan hak bersolek, larangan bersikap
milik, mengasingkan dari ramah pada orang lain dan
keluarga dan teman, termasuk sebagainya.
pula x Financial Abuse (Kekerasan
perilakupossessiveness sepert Ekonomi)
i cemburu yang berlebihan. Mencakup tindakan
Dapat dikatakan bahwa mengambil uang korban,
perilaku ini berbentuk menahan atau tidak
keinginan untuk memberikan pemenuhan
mengendalikan korban kebutuhan finansial korban,
dengan mengecilkan mengendalikan dan
kepercayaan diri dan mengawasi pengeluaran uang
kemampuan sampai sekecil-kecilnya,
untukindependent secara semuanya dengan maksud
tingkah laku. Termasuk juga untuk dapat mengendalikan
didalamnya memanggil korban.
dengan sebutan yang tidak Dengan demikian dapat
disukai. Bentuk kekerasan ini disimpulkan bahwa kekerasan dalam
biasanya jarang disadari, pacaran merupakan sebuah
karena memang wujudnya kekerasan yang terjadi dalam
tidak kelihatan. Namun hubungan intim atas dasar perasaan
sebenarnya, kekerasan ini cinta atau suka diluar hubungan
justru akan menimbulkan pernikahan. Di dalamnya terjadi
perasaan tertekan, tidak bebas sikap atau tindakan pemaksaan,
dan tidak nyaman. Bentuk penyerangan, perusakan,
kekerasan non fisik ini berupa pengendalian dan ancaman baik
pemberian julukan yang secara psikis, fisik, seksual maupun
mengandung olok-olok; ekonomi, ataupun kombinasi

Jurnal. Serambi Hukum Vo. 12 No. 02 Agustus 2014 Januari 2015 Page 66
TINJAUAN VIKTIMOLOGI DAN PERLINDUNGAN HUKUM
KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN ISSN: 1693-0819

keempatnya, yang dapat victimology(Made Darma


menimbulkan dampak negatif, Wede,1995: 200).Viktimologi
seperti menyakiti, melukai atau merupakan suatu studi yang
menurunkan derajat korban. bertujuan untuk (Muladi dan Barda
2. Tinjauan ViktimologiKekerasan Nawawi Arief, 2007:82):
Dalam Pacaran a. Menganalisis pelbagai aspek
Pada dasarnya, yang berkaitan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan korban.
tentang korban kejahatan b. Berusaha untuk memberikan
(viktimologi), tidak dapat dipisahkan penjelasan sebab musabab
dari lahirnya teori-teori dari Hans terjadinya viktimasi.
von Hentig, seorang ahli kriminologi c. Mengembangkan sistem
pada tahun 1941 serta Mendelsohn, tindakan guna mengurangi
pada tahun 1947. Pemikiran kedua penderitaan manusia.
ahli ini sangat mempengaruhi setiap Menurut J.E Sahetapy, ruang
fase perkembangan viktimologi. lingkup viktimologi meliputi
Perkembangan viktimologi hingga bagaimana seorang (dapat) menjadi
pada keadaan seperti sekarang korban yang ditentukan oleh suatu
tentunya tidak terjadi dengan victimity yang tidak selalu
sendirinya, namun telah mengalami berhubungan dengan masalah
berbagai perkembangan yang dapat kejahatan, termasuk pula korban
dibagi ke dalam tiga fase. Pada tahap kecelakaan, dan bencana selain dari
pertama, viktimologi hanya korban kejahatan penyalahgunaan
mempelajari korban kejahatan saja, kekuasaan (Dikdik M. Arief Mansur
pada fase ini dikatakan sebagai penal dan Elisatris Gultom, 2007:44).
or special victimology. Sementara itu Perkembangan ilmu
pada fase kedua, viktimologi tidak viktimologi selain mengajak
hanya mengkaji masalah korban masyarakat untuk memperhatikan
kejahatan, tetapi juga meliputi posisi korban juga memilah-
korban kecelakaan. Pada fase ini milah jenis korban hingga kemudian
disebut sebagai general victimology. muncullah berbagai jenis korban,
Fase ketiga, viktimologi sudah yaitu sebagai berikut (Lilik Mulyadi,
berkembang lebih luas lagi, yaitu 2007:124):
mengkaji permasalahan korban a. Nonparticipating victims,
karena penyalahgunaan kekuasaan yaitu mereka yang tidak
dan hak-hakasasi manusia. Fase ini peduli terhadap upaya
dikatakan sebagai new penanggulangan kejahatan.

Jurnal. Serambi Hukum Vo. 12 No. 02 Agustus 2014 Januari 2015 Page 67
TINJAUAN VIKTIMOLOGI DAN PERLINDUNGAN HUKUM
KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN ISSN: 1693-0819

b. Latent victims, yaitu mereka c. Participating victims, yaitu


yang mempunyai sifat seseorang yang tidak berbuat
karakter tertentu sehingga akan tetapi dengan sikapnya
cenderung menjadi korban. justru mendorong dirinya
c. Procative victims, yaitu yang menjadi korban.
menimbulkan rangsangan d. Biologically weak
terjadinya kejahatan. victim, yaitu mereka yang
d. Participating victims, yaitu memiliki fisik yang lemah
mereka dengan perilakunya yang menyebabkan ia
memudahkan dirinya menjadi menjadi korban.
korban. e. Socially weak victims, yaitu
e. False victims, yaitu mereka mereka yang memiliki
yang menjadi korban karena kedudukan sosial yang lemah
perbuatan yang dibuatnya yang menyebabkan ia
sendiri. menjadi korban.
Tipologi korban sebagaimana f. Self victimizing victims, yaitu
dikemukakan di atas, memiliki mereka yang menjadi korban
kemiripan dengan tipologi korban karena kejahatan yang
yang diidentifikasi menurut keadaan dilakukannya sendiri,
dan status korban, yaitu sebagai misalnya korban obat bius,
berikut(Lilik Mulyadi, 2007:124- judi, aborsi, prostitusi.
125):
a. Unrelated victims, yaitu Pada umumnya dikatakan
korban yang tidak ada hubungan korban dengan kejahatan
hubungannya sama sekali adalah pihak yang menjadi korban
dengan pelaku, misalnya pada sebagai akibat kejahatan dengan kata
kasus kecelakaan pesawat. lain pihak tersebut menjadi korban
Dalam kasus ini tanggung karena ada pihak lain yang
jawab sepenuhnya terletak melakukan kejahatan. Pendapat
pada pelaku. yang kuatini didukung dengan fakta
b. Provokative victims, yaitu yang ada, meskipun dalam praktik
seseorang yang secara aktif terdapat dinamika yang berkembang.
mendorong dirinya menjadi Dalam suatu hubungan
korban, misalnya pada kasus pacaranyang menjadi pihak korban
selingkuh, di mana korban adalah pihak yang dirugikan
juga sebagai pelaku. sedangkan pelaku merupakan pihak
yang mengambil untung atau

Jurnal. Serambi Hukum Vo. 12 No. 02 Agustus 2014 Januari 2015 Page 68
TINJAUAN VIKTIMOLOGI DAN PERLINDUNGAN HUKUM
KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN ISSN: 1693-0819

merugikan korban dalam c. akibat yang merugikan si


pacaran.Kerugian yang sering korban mungkin merupakan
diterima atau diderita korban dalam kerja sama antara si pelaku
pacarandapat berupakekerasan secara dengan si korban;
fisik, psikologis, mental, ekonomi, d. kerugian akibat tindak
harga diri, seksual dan sebagainya. kejahatan sebenarnya tidak
Halini berkaitan dengan status, terjadi bila tidak ada
kedudukan, posisi , tipologi korban provokasi si korban.
dalam relasi pacaran.Uraian tersebut
menegaskan bahwa korban Hubungan korban dengan
kekerasan dalam pacaran yang pelaku dapat dilihat dari tingkat
bersangkutan sebagai korban kesalahannya. Menurut Mendelsohn
³PXUQL´ GDUL NHMDKDWDn.Artinya (Rena Yulia, 2010:52), berdasarkan
korban kekerasan dalam pacaran derajat kesalahannya korban
memang korban yang sebenar- dibedakan menjadi 5 (lima) macam,
benarnya.Korban kekerasan dalam yaitu:
pacaran tidak bersalah melainkan a. yang sama sekali tidak
hanya semata-mata sebagai korban bersalah;
dengan penyebab seperti hubungan b. yang jadi korban karena
yang tidak sehat dalam berpacaran, kelalaian;
adanya budaya patriarki yang masih c. yang sama salahnya dengan
kental maupun karakteristik- pelaku;
karakteristik tertentu baik dari d. yang lebih bersalah dari
korban maupun dari pelaku yang pelaku;
dapat memicu terjadinya kekerasan. e. yang korban adalah satu-
Menurut Hentig seperti dikutip (Rena satunya yang bersalah
Yulia,2010: 81) beranggapan (dalam hal ini pelaku
bahwa peranan korban dalam dibebaskan).
menimbulkan kejahatan adalah:
a. tindakan kejahatan memang Selain itu terdapat hubungan
dikehendaki oleh si korban berdasarkan hubungan dengan
untuk terjadi; sasaran tindakan pelaku
b. kerugian akibat tindak (G.Widiartana, 2009:22), yaitu
kejahatan mungkin dijadikan sebagai berikut:
si korban untuk memperoleh a. Korban langsung, yaitu
keuntungan yang lebih besar; mereka yang secara langsung

Jurnal. Serambi Hukum Vo. 12 No. 02 Agustus 2014 Januari 2015 Page 69
TINJAUAN VIKTIMOLOGI DAN PERLINDUNGAN HUKUM
KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN ISSN: 1693-0819

menjadi sasaran suatu objek dibanyagi oleh perlakuan berupa


perbuatan pelaku. kekerasan yang menimpanya
b. Korban tidak langsung, yaitu yang dapat menghalanginya
mereka yang meskipun tidak untuk beraktivitas dalam
secara langsung menjadi kehidupannya sehari-hari.
sasaran perbuatan pelaku, Bagi korban kekerasan
tetapi juga mengalami dalam pacaran, dengan terjadinya
penderitaan atau nestapa. kekerasan yang menimpa dirinya
Korban dalam pacaran tersebut akan menyebabkan
mempunyai peranan fungsional trauma dalam bentuk munculnya
dalam terjadinya suatu kekerasan. gejala-gejala rasa takut, gelisah,
Perbuataan pelaku atau tindakan rasa curiga, sinisme, depresi,
kekerasan yang dilakukan pelaku kesepian, dan berbagai perilaku
dalam pacaran dapat penghindaran lainnya. Contoh
mengakibatkan pasangan maupun wanita korban kekerasan dalam
orang lain menjadi korban, pacaran, khususnya yang
sebagai mana yang dikemukakan mengalami kekerasan seksual.
oleh Samuel Walker bahwa Rasa takut adalah hal yang paling
hubungan antara korban dan mendominasi korban. Rasa takut
pelaku kejahatan adalah tersebut mengendalikan semua
hubungan sebab akibat. Akibat perilakunya, dan mempengaruhi
dari perbuatan pelaku yaitu suatu semua tindakannya. Bahkan
perbuatan kejahatan dan korban ketakutan dapat menganggu pola
yang menjadi objek sasaran tidurnya, memunculkan insomnia
perbuatan pelaku menyebabkan dan mimpi-mimpi buruk.
korban harus menderita karena Gangguan tidur dapat
kejahatan.Kerugian yang dialami memunculkan ketergantungan
oleh korban kekerasan dalam terhadap obat tidur dan obat
pacaran merupakan akibat penenang dapat mengancam
terjadinya suatu kekerasan yang keselamatan dirinya bahkan akan
tidak semuanya kerugian dapat mengancam jiwanya.
berupa kerugian penderitaan fisik Ditinjau dari karakteristik
maupun materiil saja, tetapi yang korban, pada umummya yang
paling besar pengaruhnya adalah menjadi korban kekerasan dalam
kerugian atau dampak psikologis. pacaran adalah perempuan muda,
Korban kekerasan dalam pacaran berusia antara 12 hingga 18 tahun lah
bisa terus menerus merasa yang lebih sering menjadi korban

Jurnal. Serambi Hukum Vo. 12 No. 02 Agustus 2014 Januari 2015 Page 70
TINJAUAN VIKTIMOLOGI DAN PERLINDUNGAN HUKUM
KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN ISSN: 1693-0819

kekerasan yang dilakukan oleh bahkan kematian. Selain itu, bila


kenalan, teman, atau pacar terjadi hubungan seks dalam pacaran,
dibandingkan perempuan yang lebih perempuan akan rentan terkena
tua.Selain itu, perempuan yang Penyakit Menular Seksual (PMS).
jarang pergi ke tempat ibadah,
memiliki banyak pacar, sering 3. Perlindungan Hukum
berpacaran, dan perempuan yang Terhadap Korban
pernah mengalami kekerasan serupa Kekerasan Dalam Pacaran
sebelumnya memiliki kerentanan Aturan hukum di Indonesia
menjadi korban. belum mengatur secara spesifik
Dampak yang ditimbulkan tentang kekerasan dalam pacaran.
dari kekerasan dalam pacaran bukan Hal ini disebabkan karena tradisi
hanya fisik tapi juga psikis. Dampak pacaran yang identik dengan
kejiwaan dapat menjadikan aktivitas seksual maupun
Perempuan trauma kepada laki-laki. percumbuan yang mengabaikan
Akibatnya, perempuan menjadi takut kehormatan diri sendiri dinilai tidak
untuk menjalin hubungan dengan sesuai dengan norma hukum, norma
laki-laki (frigid dan vaginismus). agama, maupun norma sosial di
Dampak Sosial akibat kekerasan Indonesia. Meskipun dalam Kitab
dalam pacaran juga memojokkan Undang-undang Hukum Pidana tidak
posisi perempuan menjadi lemah di temukan istilah pacaran, namun
dalam hubungan dengan laki-laki. bukan berarti masalah ini tidak diatur
Apalagi perempuan yang merasa dalam KUHP.
telah menyerahkan keperawanannya, Sebagai contoh, dalam kasus
biasanya merasa minder untuk kekerasan dalam pacaran terlihat
menjalin hubungan.Selanjutnya, pada Putusan No.
dampak fisik berakibat apabila 538/PID.B/2012/PN-SBG, yang
terjadi kehamilan yang tidak mana terdakwa adalah pacar dari
dikehendaki dan pasangan tidak saksi korban. Terdakwa dan saksi
bersedia untuk bertanggungjawab. korban telah berhubungan pacaran
Ada dua kemungkinan, yakni hampir 3 (tiga) tahun. Suatu hari
melanjutkan kehamilan atau abortus. dikarenakan cemburu, terdakwa
Bila melanjutkan kehamilan, harus menganiaya saksi korban dengan
siap menjadi orang tua tunggal menggunakan kedua tangan dan kaki
(single parent). Bila abortus, harus terdakwa serta mulut terdakwa.
siap menanggung resiko-resiko, Perbuatan penganiayaan yang
seperti : perdarahan, infeksi dan dilakukan oleh terdakwa antara lain

Jurnal. Serambi Hukum Vo. 12 No. 02 Agustus 2014 Januari 2015 Page 71
TINJAUAN VIKTIMOLOGI DAN PERLINDUNGAN HUKUM
KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN ISSN: 1693-0819

menjambak rambut, menyeret saksi, Pada kasus kekerasan


menggigit tangan, menonjok atau dalam pacaran pada
menampar wajah, bagian dada, prinsipnya para pelaku
lengan kiri dan kanan, meremas atau dapat diancam dengan
menarik payudara saksi korban dan sanksi hukum dengan pasal-
juga mencekik leher saksi korban pasal KUHP , antara lain :
serta menendang perut saksi korban. 1) Pasal 351 ± 358
Akibat penganiayaan tersebut, saksi KUHP untuk
korban mengalami batuk, sesak penganiayaan fisik;
napas, tangan saksi korban bengkak, 2) Pasal 289 ± 296
dan saksi korban terhalang KUHP untuk
mengerjakan pekerjaan serta susah pencabulan;
berbicara. Saksi korban mengatakan 3) Pasal 281± 283 KUHP
bahwa setelah ia dan terdakwa untuk pelecehan
berhubungan pacaran sudah 2 (dua) seksual;
tahun, terdakwa sering melakukan 4) Pasal 285 KUHP
penganiayaan terhadap saksi. Atas untuk pemerkosaan;
perbuatan penganiayaan tersebut, 5) Pasal 532-533 KUHP
terdakwa didakwa dengan Pasal 351 untuk kejahatan
ayat (1) KUHP. Majelis Hakim terhadap kesopanan.
memutuskan menghukum terdakwa b. Undang-Undang Nomor 23
dengan pidana penjara selama 10 Tahun 2002 tentang
(sepuluh) bulan. Berdasarkan Perlindungan Anak (UU
putusan tersebut, kekerasan dalam Perlindungan Anak)
pacaran dipandang sama dengan Apabila korban
jenis-jenis kejahatan pada umumnya. kekerasan dalam pacaran
Oleh karena itu, kejahatan jenis ini adalah anak di bawah umur,
diperlakukan sama dengan kejahatan maka pelaku dapat dijerat
jenis lainnya (digolongkan ke dalam dengan ketentuan
tindak pidana umum). berdasarkan undang-undang
Perlindungan terhadap korban tersebut. Berdasarkan UU
kekerasan dalam pacaran Perlindungan Anak, orang
menggunakan ketentuan hukum yang yang melakukan
berlaku secara umum, yakni: persetubuhan dengan anak,
a. Kitab Undang-Undang meskipun dilakukan atas
Hukum Pidana (KUHP). dasar suka sama suka
(dalam relasi pacaran),

Jurnal. Serambi Hukum Vo. 12 No. 02 Agustus 2014 Januari 2015 Page 72
TINJAUAN VIKTIMOLOGI DAN PERLINDUNGAN HUKUM
KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN ISSN: 1693-0819

dapat dijerat dengan Pasal paling lama 15 (lima belas)


81 ayat (2) jo ayat (1) UU tahun dan paling singkat 3
Perlindungan Anak, yang (tiga) tahun dan denda
selengkapnya berbunyi: paling banyak Rp
Setiap orang yang dengan 300.000.000,00 (tiga ratus
sengaja melakukan juta rupiah) dan paling
kekerasan atau ancaman sedikit Rp 60.000.000,00
kekerasan memaksa anak (enam puluh juta rupiah).
melakukan persetubuhan c. Undang-undang Nomor 13
dengannya atau dengan Tahun 2006 tentang
orang lain, dipidana dengan Perlindungan Saksi dan
pidana penjara paling lama Korban (UU Perlindungan
15 (lima belas) tahun dan Saksi dan Korban)
paling singkat 3 (tiga) tahun Perlindungan menurut
dan denda paling banyak Rp UU Perlindungan Saksi dan
300.000.000,00 (tiga ratus Korban adalah segala
juta rupiah) dan paling pemenuhan hak dan
sedikit Rp 60.000.000,00 pemberian bantuan untuk
(enam puluh juta rupiah). memberikan rasa aman
Selanjutnya, orang kepada korban yang wajib
yang melakukan dilaksanakan oleh LPSK
persetubuhan dengan anak atau lembaga lainnya sesuai
dapat juga dijerat dengan dengan ketentuan (Pasal 1
Pasal 82 UU Perlindungan angka 6 UU Perlindungan
Anak yang selengkapnya Saksi dan Korban).
berbunyi : Setiap orang Perempuan yang menjadi
yang dengan sengaja korban kekerasan dalam
melakukan kekerasan atau pacaran dapat mengajukan
ancaman kekerasan, bantuan hukum untuk
memaksa, melakukan tipu pendampingan menghadapi
muslihat, serangkaian kasusnya melalui Komnas
kebohongan, atau Perempuan.
membujuk anak untuk Selanjutnya,
melakukan atau mengenai perlindungan dan
membiarkan dilakukan hak-haksaksi dan korban,
perbuatan cabul, dipidana UU Perlindungan Saksidan
dengan pidana penjara Korban mengaturnya dalam

Jurnal. Serambi Hukum Vo. 12 No. 02 Agustus 2014 Januari 2015 Page 73
TINJAUAN VIKTIMOLOGI DAN PERLINDUNGAN HUKUM
KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN ISSN: 1693-0819

Pasal 5 ayat (1) sebagai k) Memperoleh


berikut Seorang Saksi dan penggantian biaya
Korban berhak: transportasi sesuai
a) Memperoleh dengan kebutuhan;
perlindungan atas l) Mendapat nasihat
keamanan pribadi, hukum; dan/atau
keluarga, dan harta m) Memperoleh bantuan
bendanya, serta bebas biaya hidup sementara
dari ancaman yang sampai batas waktu
berkenaan dengan perlindungan berakhir.
kesaksian yang akan, Selain perlindungan yang
sedang, atau telah diperoleh dari ketentuan-ketentuan
diberikannya; dalam undang-undang, perempuan
b) Ikut serta dalam proses yang menjadi korban kekerasan
memilih dan dalam pacaran dapat meminta
menentukan bentuk bantuan hukum dalam pembelaan
perlindungan dan atau pendampingan kepada lembaga
dukungan keamanan; penyedia layanan (Komnas
c) Memberikan Perempuan) sesuai dengan
keterangan tanpa kebutuhan korban.Pemberian
tekanan; bantuan hukum diberikan untuk
d) Mendapat penerjemah; menekankan tuntutan agar sesuatu
e) Bebas dari pertanyaan hak yang telah diakui oleh hukum
yang menjerat; tetap di hormati. Salah satu bentuk
f) Mendapatkan informasi dari bantuan hukum tersebut adalah
mengenai adanya pembelaan atau
perkembangan kasus; pendampingan korban kekerasan
g) Mendapatkan informasi dalam pacaran dari seorang advokat
mengenai putusan (access to legal counsel). Dapat
pengadilan; ditelaah tujuan dari pemberian
h) Mengetahui dalam hal perlindungan terhadap saksi dan
terpidana dibebaskan; korban sebagai berikut (Komisi
i) Mendapatkan identitas Nasional Anti Kekerasan terhadap
baru; Perempuan, 2009: 32):
j) Mendapatkan tempat a. Mendorong korban kekerasan
kediaman baru; untuk berperan serta dalam
proses-prosesinvestigasi dan

Jurnal. Serambi Hukum Vo. 12 No. 02 Agustus 2014 Januari 2015 Page 74
TINJAUAN VIKTIMOLOGI DAN PERLINDUNGAN HUKUM
KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN ISSN: 1693-0819

penuntutan hukum berusia antara 12 hingga 18 tahun lah


denganmembuat serangkaian yang lebih sering menjadi korban
peraturan danprosedur yang kekerasan.Bentuk-bentuk kekerasan
memungkinkan dalam pacaran dapat dikategorikan
merekamerasa aman secara dalam kekerasan seksual, fisik,
fisik dan psikologis; emosional, dan ekonomi.Kekerasan
b. Memberikan rasa aman dalam pacaran dapat mengakibatkan
kepada saksi dankorban kerugian yang dialami korban tidak
dalam memberikan hanya berupa kerugian penderitaan
keterangan fisik maupun materiil saja, tetapi
pada setiap proses peradilan yang paling besar pengaruhnya
pidana; adalah kerugian atau dampak
c. Melindungi saksi dan korban psikologis.Perlindungan terhadap
dari kekerasan ,ancaman korban kekerasan dalam pacaran
kekerasan baik fisik maupun menggunakan ketentuan hukum yang
psikologis termasuk ancaman berlaku secara umum, yakni KUHP.
terhadapperekonomian saksi Apabila korban kekerasan dalam
dan/atau korban; pacaran adalah anak di bawah umur,
d. Mengurangi trauma yang maka pelaku dapat dijerat dengan
dirasakan oleh saksi dan ketentuan berdasarkan UU No. 23
korban. Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak. Selain itu, perempuan sebagai
SIMPULAN korban berhak memperoleh
Kekerasan dalam pacaran perlindungan berdasarkan Undang-
adalah setiap tindakan berdasarkan Undang Nomor 13 Tahun2006
perbedaan jenis kelamin yang tentang Perlindungan Saksi dan
berakibat atau mungkin berakibat Korban.
kesengsaraan atau penderitaan secara SARAN
fisik, seksual atau psikologi, Bagi masyarakat, khususnya
termasuk ancaman tindakan tertentu, wanita untuk lebih selektif dalam
pemaksaan atau perampasan menjalin hubungan pacaran yang
kemerdekaan secara sewenang - sehat, jika dirasa terdapat perilaku
wenang, baik yang terjadi didepan pasangan dalam suatu hubungan
umum atau dalam kehidupan memiliki kecenderungan untuk
pribadi.Pada umummya yang berlaku tidak wajar bahkan disertai
menjadi korban kekerasan dalam kekerasan maka perlu untuk
pacaran adalah perempuan muda, diwaspadai serta perlu ditindak

Jurnal. Serambi Hukum Vo. 12 No. 02 Agustus 2014 Januari 2015 Page 75
TINJAUAN VIKTIMOLOGI DAN PERLINDUNGAN HUKUM
KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN ISSN: 1693-0819

secara tegas. Apabila mengetahui investigasi sampai penuntutan


ataupun mengalami kekerasan hukum.
supaya berperan serta untuk melapor
dan ikut aktif dalam proses-proses

Terhadap Korban
DAFTAR PUSTAKA Kejahatan.Yogyakarta: Graha
Buku: Ilmu.
Achie Sudiarti Luhulima. 2000. Soetjiningsih.2004. Tumbuh
Pemahaman Bentuk-Bentuk Kembang Remaja dan
Tindak Kekerasan Terhadap Permasalahanya.Jakarta :
Perempuan dan Alternatif Sagung Seto.
Pemecahannya. Jakarta : PT
Alumni. Jurnal dan Artikel :
Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris
Gultom.2007. Urgensi Nandika Ajeng Guamarawati. 2009.
Perlindungan Korban ³6XDWX .DMLDQ .ULPLQRORJLV
Kejahatan antara Norma dan Mengenai Kekerasan
Realita.Jakarta: PT. Raja Terhadap Perempuan dalam
Grafindo Persada. Relasi Pacaran
G.Widiartana.2009. Viktimologi, +HWHURVHNVXDO´ Jurnal
Perspektif Korban dalam Kriminologi Indonesia Vol. 5
Penanggulangan No. I.
Kejahatan.Yogyakarta: Sugarman, D. B. and Hotaling, G.
Atmajaya. T.1989. Dating violence:
Komisi Nasional Anti Kekerasan prevalence, context and risk
terhadap Perempuan. 2009. markers. In: Pirog-Good, M.
Perlindungan terhadap Saksi A. and Stets, J. E. (Eds.)
dan Korban. Jakarta Violence in dating
:Paragraphworld@yahoo.com relationships. New York:
Lilik Mulyadi. 2007. Kapita Selekta Praeger.
Hukum Pidana Kriminologi
dan Victimologi.Jakarta: Undang-Undang :
Djambatan.
Made Darma Wede. 1995. Beberapa Kitab Undang-Undang Hukum
Catatan Tentang Korban Pidana (KUHP)
Kejahatan Korporasi, dalam
Bunga Rampai Viktimisasi. Undang-Undang Nomor 23 Tahun
Bandung: Eresco. 2002 tentang Perlindungan Anak
Muladi dan Barda Nawawi
Arief. 2007. Bunga Rampai Undang-undang Nomor 13 Tahun
Hukum Pidana. Bandung: 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
PT. Alumni. Korban
Rena Yulia. 2010. Viktimologi
Perlindungan Hukum

Jurnal. Serambi Hukum Vo. 12 No. 02 Agustus 2014 Januari 2015 Page 76

Anda mungkin juga menyukai