Anda di halaman 1dari 8

Nina N.M. dan Yayu I.M.

, Poltekkes Tasikmalaya: pengetahuan, kecerdasan, kekerasan, pacaran

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA PEREMPUAN TENTANG


KEKERASAN DALAM PACARAN, LAMANYA PACARAN DAN KECERDASAN
EMOSIONAL DENGAN KEJADIAN KEKERASAN DALAM PACARAN
DI SMAN 9 CIREBON TAHUN 2014

Nina Nirmaya Mariani 1, Yayu Indah Mentari 2


1
Dosen Prodi D4 Kebidanan Cirebon Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

ABSTRAK
Mayoritas remaja yang sedang berpacaran tidak menyadari bahwa dalam sebuah hubungan
pacaran seringkali berisiko mengarah pada perlakuan buruk yang dilakukan oleh pasangan
(dating violence). Tercatat dari 1994-2011 (Januari-Oktober), dating violence menempati
posisi kedua (836 kasus) setelah KDRT yang ditangani oleh Rifka Annisa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan remaja perempuan, lamanya
pacaran dan kecerdasan emosional dengan kejadian kekerasan dalam pacaran di SMAN 9
Cirebon Tahun 2014. Metode penelitian menggunakan analitik dengan pendekatan cross
sectional. Subjek penelitian adalah seluruh siswi perempuan kelas X dan XI dengan
menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 162. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Uji statistik menggunakan Chi Square dengan tingkat kepercayaan
α = 0,05. Hasil penelitian didapatkan mayoritas memiliki pengetahuan cukup sebanyak 62,3
%, memiliki lamanya pacaran >6 bulan sebanyak 56,2%, mayoritas memiliki kecerdasan
rendah sebanyak 51,9%. Berdasarkan analisis bivariat menunjukan adanya hubungan
antara pengetahuan remaja perempuan (p value = 0,002) dan lamanya pacaran (p value =
0,000) dengan kejadian kekerasan dalam pacaran, tidak ada hubungan antara kecerdasan
emosional (p value = 0,750) dengan kejadian kekerasan dalam pacaran. Diharapkan pihak
sekolah dan tenaga kesehatan tetap mengadakan penyuluhan kesehatan reproduksi
termasuk materi kekerasan dalam pacaran.

Kata kunci : pengetahuan, lamanya pacaran, kecerdasan emosional, kekerasan pacaran

ABSTRACT
The majority of teens being involved in a romantic relationship do not realize that a dating
relationship often leads to the risk of ill-treatment committed by the partner (dating violence).
It was recorded from 1994 to 2011 (January-October) that dating violence took second place
(836 cases) after domestic violence handled by Rifka Annisa. This study aimed to determine
the relationship between the knowledge of adolescent girls, the length of dating and
emotional intelligence and the incidence of dating violence at SMAN 9 Cirebon in 2014. This
was an analytic study with a cross sectional approach. The research subject was the entire
female students of class X and XI by using purposive sampling with a sample of 162. The
data was collected using a questionnaire. This study used the Chi Square statistical test with
a confidence level α = 0.05. The result showed that the majority 62.3% had sufficient
knowledge, 56.2% had a dating duration more than 6 months, and 51.9% had lower
intelligence. Based on bivariate analysis, there was an association between the knowledge
of adolescent girls (p value = 0.002) and the length of dating (p value = 0.000) and the
incidence of dating violence but no correlation between emotional intelligence (p value =
0.750) and the incidence of dating violence. It is expected that school and health
professionals keep holding reproductive health education including violent material in dating.

Keywords : knowledge, the length of dating, emotional intelligence, dating violence

Buletin Media Informasi, Vol.12, Ed.1, Juli 2016.


Nina N.M. dan Yayu I.M., Poltekkes Tasikmalaya: pengetahuan, kecerdasan, kekerasan, pacaran

PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa peralihan tindakan fisik yang lain, kekerasan psikologi,
dari masa kanak-kanak menuju masa kekerasan ekonomi, kekerasan seksual dan
dewasa, dimana pada masa itu terjadi stalking (Annisa, 2012).
pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi Tindakan kekerasan dalam pacaran
reproduksi sehingga mempengaruhi memiliki dampak negatif yang sangat
terjadinya perubahan perkembangan, baik mempengaruhi kehidupan remaja itu sendiri.
fisik, mental maupun peran sosial Adapun dampak dari kekerasan dalam
(Komalasari, 2012). Remaja mempelajari pacaran diantaranya luka fisik (luka ringan
perilaku orang dewasa sesuai dengan jenis atau berat), dampak psikis ( perasaan cemas,
kelamin untuk menarik perhatian lawan murung, prestasi menurun, gangguan pola
jenisnya, ia mulai mencari informasi tentang makan hingga depresi bahkan melakukan
kehidupan seksual orang dewasa, bahkan tindakan yang menyakiti dirinya sendiri atau
juga muncul rasa ingin tahu dan keinginan bunuh diri), untuk kasus kekerasan seksual
bereksplorasi untuk melakukannya. Apabila (pemakasaan hubungan seksual) dampaknya
hal tersebut tidak dapat dikendalikan maka bisa menyebabkan kehamilan yang tidak
akan mengarah pada hal-hal yang tidak diinginkan yang berujung pada tindakan
diinginkan (Set, 2009). aborsi yang tidak aman (Set, 2009).
Salah satu kegiatan sosial yang Hal tersebut sesuai dengan ungkapan
dilakukan remaja adalah pacaran (dating) Rifka Annisa menyatakan bahwa dating
yang melibatkan remaja perempuan dan laki- violence menempati posisi kedua setelah
laki. Pacaran adalah sebuah proses saling kekerasan dalam rumah tangga. Tercatat dari
mengenal, memahami dan menghargai 1994-2011 (Januari-Oktober), Rifka Annisa
perbedaan diantara dua individu. Rasa cinta telah menangani 4952 kasus kekerasan pada
terhadap lawan jenis mengakibatkan mereka perempuan, posisi pertama kasus KDRT
terlibat dalam hubungan pacaran. (Hidayati sebanyak 3274 kasus, dan posisi kedua
dan Mashum, 2002) yang dikutip oleh Untari kasus dating violance tercatat 836 kasus
(2008). (Annisa, 2012).
Lingkungan sekolah merupakan salah Kondisi di atas sesuai dengan hasil
satu tempat dimana remaja banyak penelitian yang dilakukan oleh Suci Mustiva
menghabiskan waktu dibandingkan dengan Ayu (2011), ditemukan gambaran kekerasan
kebersamaan mereka dengan orangtua di fisik yaitu dipukul oleh pacar/pasangannya
rumah, sehingga kesempatan untuk sebanyak 30,83%. Gambaran kekerasan
berkenalan dan menjajaki hubungan cinta seksual yaitu dicium paksa oleh
lebih terbuka. Kondisi demikian menjadi pacar/pasangan sebesar 34,17%. Gambaran
pemicu terjadinya dating di kalangan pelajar, kekerasan emosi yaitu tanpa kerelaan
dan secara tidak langsung hal tersebut membelikan pulsa untuk pacar/pasangan
memicu terjadinya kekerasan dalam pacaran. sebanyak 25,83%. Gambaran kekerasan
Pada awalnya motivasi para remaja untuk emosi yaitu merasa tersinggung atas
melakukan dating murni berasal dari cinta perlakuan pacar/pasangan yang
dan rasa ingin memiliki. Namun, dalam menjadikannya sebagai bahan tertawaan di
pacaran, kadang justru tidak jarang terjadi depan umum sebanyak 17,5%.
tindak kekerasan (Set, 2009). Selain penelitian di atas, berdasarkan
Kekerasan dalam pacaran (dating studi pendahuluan yang dilakukan peneliti,
violence) adalah tindak kekerasan terhadap dari 20 responden siswi kelas XI SMAN 9
pasangan yang belum terikat pernikahan Cirebon terdapat 3 responden tidak pernah
yang mencakupi kekerasan fisik seperti berpacaran sehingga tidak akan mengalami
memukul, menampar, menendang, kekerasan dalam pacaran, 3 responden
mendorong, mencengkram dengan keras sedang berpacaran tetapi tidak mengalami
pada tubuh pasangan dan serangkaian kekerasan dalam pacaran. Selebihnya

Buletin Media Informasi, Vol.12, Ed.1, Juli 2016.


Nina N.M. dan Yayu I.M., Poltekkes Tasikmalaya: pengetahuan, kecerdasan, kekerasan, pacaran

terdapat 14 responden yang pernah Billingham, Riggs & O’Leangry dalam Luthra
mengalami kekerasan dalam pacaran. & Gidycz (2006) dating violence lebih sering
Mereka merasakan ketidaknyamanan, terjadi pada hubungan yang lebih serius dan
ketidaknyamanan tersebut disebabkan pacar dalam durasi yang cukup lama yaitu setiap
sering cemburu, membatasi aktivitas sehari- pertambahan durasi 6 bulan, maka kekerasan
hari, membatasi bergaul dengan orang lain, dalam hubungan tersebut akan semakin
ditampar oleh pacarnya dan 1 responden meningkat.
mengatakan pernah diajak melakukan hal Faktor lain yang memicu terjadinya
negatif tetapi responden menolaknya. kekerasan dalam pacaran adalah kecerdasan
Berbagai faktor yang menjadi pemicu emosional. Kecerdasan emosional adalah
terjadinya kekerasan dalam pacaran kemampuan memantau diri sendiri dan
diantaranya adalah pengetahuan remaja perasaan orang lain serta menggunakan
tentang kekerasan dalam pacaran, lamanya informasi untuk mengarahkan pikiran dan
pacaran dan kecerdasan emosional. Remaja tindakan. Shapiro (1997) menekankan
yang memiliki pengetahuan baik tentang kecerdasan emosional pada pengelolaan
kekerasan dalam pacaran memiliki risiko emosi untuk mengontrol perilaku sendiri yang
rendah mengalami kekerasan, karena dengan dikutip oleh Saam Zulfan (2012).
pengetahuan yang baik mereka akan Keberhasilan atau kegagalan seseorang
menolak kekerasan tersebut (Yuhani,2012). dalam mengelola emosinya menurut
Keadaan tersebut sesuai dengan penelitian Goleman (1995) tergantung pada apa yang
yang dilakukan oleh Gracia Ferlita (2008) dinamakan Kecerdasan Emosional
yang menyatakan bahwa remaja cenderung (Emotional Intelligence). Pernyataan diatas
bersikap negatif atau menolak kekerasan didukung oleh pendapat Sarlito W. Sarwono
dalam berpacaran, mereka mengetahui (2010) makin tinggi kecerdasan emosi
bahwa kekerasan adalah hal yang tidak wajar seseorang, makin bisa ia mengatasi berbagai
untuk dilakukan dengan alasan cinta. masalah, khususnya yang memerlukan
Selain itu, faktor yang mempengaruhi kendali emosi yang kuat.
kekerasan dalam pacaran adalah lamanya Tujuan penelitian ini adalah untuk
pacaran. Semakin lama seseorang menjalin mengetahui hubungan antara pengetahuan
hubungan pacaran (dating) maka semakin remaja perempuan tentang kekerasan dalam
berisiko terjadi kekerasan dalam pacaran, pacaran, lamanya pacaran, dan kecerdasan
korban merasa kesulitan untuk menolak atau emosional dengan kejadian kekerasan dalam
melawannya karena rasa sayang atau cinta pacaran di SMAN 9 Cirebon Kota Cirebon
terhadap pasangannya sudah besar. Menurut Tahun 2014.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode yaitu sebanyak 162 orang. Sedangkan
analitik dengan pendekatan cross sectional. responden yang memenuhi keriteria eksklusi
Lokasi penelitian di SMAN 9 Cirebon dengan yaitu sebanyak 9 orang. Adapun kriteria
waktu penelitian yaitu Maret-Mei tahun 2014. Inklusi yaitu Siswi kelas X dan XI SMAN 9
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Cirebon, sedang berpacaran atau pernah
siswi kelas X dan XI SMAN 9 Cirebon yang berpacaran dan bersedia menjadi responden
berjumlah 183 orang. Kelas XII tidak sedangkan kriteria eksklusi adalah tidak hadir
dimasukkan sebagai populasi karena sedang saat pengambilan data. Jenis pengumpulan
sibuk untuk persiapan Ujian Nasional. Peneliti data yang digunakan berupa kuesioner
mengambil sampel dengan teknik purposive tertutup dan hanya menjawab pertanyaan
sampling. Sampel dalam penelitian adalah dengan memilih jawaban yang tersedia.
seluruh siswi kelas X dan XI SMAN 9 Cirebon Analisis data dalam penelitian ini adalah
yang memenuhi kriteria sampel. Jumlah analisis univariat. Analisis univariat bertujuan
responden yang memenuhi kriteria inklusi untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

Buletin Media Informasi, Vol.12, Ed.1, Juli 2016.


Nina N.M. dan Yayu I.M., Poltekkes Tasikmalaya: pengetahuan, kecerdasan, kekerasan, pacaran

karakteristik setiap variabel penelitian. Pada (Notoatmodjo, 2012) dengan tingkat


umumnya dalam analisis ini hanya kepercayaan α = 0,05. Metode pengujian
menghasilkan distribusi frekuensi dan hipotesis dengan menggunakan perangkat
presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, lunak SPSS versi 18. Adapun interpretasi dari
2012). Adapun analisis univariat dalam analisis yang dilakukan adalah bila nilai p
penelitian ini dibuat dalam bentuk tabel value ≤ 0,05, maka H0 ditolak yang berarti
frekuensi (persentase). terdapat hubungan yang bermakna antara
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap variabel independen dan variabel dependen.
2 variabel yang diduga berhubungan atau Tetapi bila nilai p value > 0,05, maka
berkolerasi. Uji statistik yang digunakan yaitu H0 diterima yang berarti tidak terdapat
chi square untuk melihat hubungan 2 variabel hubungan yang bermakna antara variabel
tersebut bermakna atau tidak bermakna independen dan variabel dependen.

HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Distribusi frekuensi pengetahuan remaja perempuan tentang
kekerasan dalam pacaran, lamanya pacaran, kecerdasan emosional
dan kejadian kekerasa dalam pacaran di SMAN 9 Cirebon Tahun 2014

Total
Variabel
N %
Pengetahuan
Baik 18 11,1
Cukup 101 62,3
Kurang 43 26,5
Lamanya pacaran
≤ 6 bulan 71 43,8
>6 bulan 91 56,2
Kecerdasan Emosional
Tinggi 78 48,1
Rendah 84 51,9
Kejadian Kekerasan
Tidak Mengalami 56 34,6
Mengalami 106 65,4

Berdasarkan tabel 1 di atas, dari hasil pengetahuan remaja perempuan tentang


penelitian kepada 162 orang didapatkan kekerasan dalam pacaran dengan kejadian
mayoritas remaja perempuan di SMAN 9 kekerasan dalam pacaran di SMAN 9 Cirebon
Cirebon memiliki pengetahuan cukup yaitu Tahun 2014. Lamanya pacaran didapatkan
sebanyak 62,3 % atau 101 orang, memiliki hasil uji hipotesis dengan nilai p value = 0,000
durasi lamanya pacaran selama >6 bulan < α = 0,005, maka dapat disimpulkan H0
yaitu sebanyak 56,2% atau 91 orang, memiliki ditolak yang artinya terdapat hubungan yang
kecerdasan emosional rendah yaitu sebanyak bermakna antara lamanya pacaran dengan
51,9% atau 84 orang dan mengalami kejadian kekerasan dalam pacaran di SMAN
kekerasan dalam pacaran yaitu sebanyak 9 Cirebon Tahun 2014. Sedangkan dari hasil
65,4% atau 106 orang. uji hipotesis berdasarkan kecerdasan
Berdasarkan tabel 2 di bawah emosional didapatkan nilai p-value = 0,750 >
didapatkan bahwa pengetahuan remaja α= 0,005, maka dapat disimpulkan H0
tentang kesehatan reproduksi didapatkan nilai diterima yang artinya tidak terdapat hubungan
p value = 0,002 < α = 0,005, maka dapat yang bermakna antara kecerdasan emosional
disimpulkan H0 ditolak yang artinya terdapat dengan kejadian kekerasan dalam pacaran di
hubungan yang bermakna antara SMAN 9 Cirebon Tahun 2014

Buletin Media Informasi, Vol.12, Ed.1, Juli 2016.


Nina N.M. dan Yayu I.M., Poltekkes Tasikmalaya: pengetahuan, kecerdasan, kekerasan, pacaran

Tabel 2. Hubungan antara pengetahuan remaja perempuan tentang kekerasan dalam


pacaran, lamanya pacaran dan kecerdasan emosional dengan kejadian
kekerasan dalam pacaran di SMAN 9 Tahun 2014

Kejadian
Total
Variabel Tidak Mengalami Mengalami P value
N % N % N %
Pengetahuan
Baik 13 72,2 5 27,8 18 100
0,002
Cukup 31 30,7 70 69,3 101 100
Kurang 12 27,9 31 72,1 43 100
Lamanya pacaran
≤ 6 bulan 40 56,3 31 43,7 71 100 0,000
> 6 bulan 16 17,6 75 82,4 91 100
Kecerdasan emosional
Tinggi 26 33,3 52 66,7 78 100 0,750
Rendah 30 35,7 54 64,3 84 100

.
PEMBAHASAN
1. Pengetahuan remaja tentang kesehatan bahwa dalam sebuah hubungan pacaran
reproduksi seringkali berisiko mengarah pada perlakuan
Hasil penelitian yang dilakukan di SMAN buruk yang dilakukan oleh pasangan.
9 Cirebon kepada 162 responden, didapatkan Kondisi demikian sesuai dengan
hasil yaitu ada hubungan antara pengetahuan penelitian yang dilakukan oleh Aan Yuhani
remaja perempuan tentang kekerasan dalam (2012) dan Ferlita (2008) mengenai
pacaran dengan kejadian kekerasan dalam kekerasan dalam pacaran, hasilnya yaitu
pacaran di SMAN 9 Cirebon Tahun 2014. Hal semakin kurangnya pengetahuan yang
ini sesuai dengan pendapat yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin tinggi
dikemukakan Wawan (2011) bahwa risiko seseorang mengalami kekerasan dalam
pengetahuan seseorang tentang suatu objek pacaran dan sebaliknya. Kemudian
mengandung dua aspek yaitu aspek positif responden yang memilki sikap negatif atau
dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang menolak kekerasan dalam berpacaran
akan menentukan sikap seseorang (menolak mayoritas memiliki keyakinan atau
atau menerima). Semakin banyak aspek mengetahui bahwa kekerasan dalam
positif dan objek yang diketahui, maka akan berpacaran adalah hal yang tidak baik untuk
menimbulkan sikap makin positif terhadap dilakukan, memiliki perasaan yang tidak
objek tertentu. menyukai atau tidak nyaman terhadap
Berdasarkan hasil penelitian sebagian kekerasan dalam berpacaran.
besar responden merasa senang saat Hasil tersebut sesuai dengan pendapat
berpacaran, hal tersebut dapat diakibatkan Mann dalam Azwar (2000), ia
karena mereka menganggap yang dilakukan mengungkapkan seseorang yang memiliki
oleh pasangan itu hal wajar. Mereka tidak sikap yang negatif terhadap kekerasan dalam
sadar atau tidak tahu hal yang dilakukan oleh berpacaran memiliki pengetahuan,
pasangan merupakan kekerasan. Hal ini pemahaman dan keyakinan (kognitif) yang
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan negatif terhadap kekerasan dalam
oleh Sony (2009) yang mengungkapkan berpacaran. Mereka mengetahui bahwa
bahwa pacaran yang merupakan masa indah kekerasan adalah hal yang tidak wajar untuk
bagi setiap manusia, kadang justru tidak dilakukan atau diterima, mengetahui bahwa
jarang terjadi tindak kekerasan didalamnya, kekerasan adalah hal yang salah dan
sebagian besar dari mereka tidak menyadari meyakini bahwa pemukulan terhadap

Buletin Media Informasi, Vol.12, Ed.1, Juli 2016.


Nina N.M. dan Yayu I.M., Poltekkes Tasikmalaya: pengetahuan, kecerdasan, kekerasan, pacaran

pasangan tidak boleh dilakukan dengan korban menerima perilaku kekerasan tersebut
alasan cinta. (Saam Zulfan, 2012).
Berdasarkan teori yang telah Berdasarkan beberapa teori, peneliti
dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa menyimpulkan bahwa semakin lama
responden yang memiliki pengetahuan cukup seseorang menjalani hubungan pacaran
dan kurang harus lebih diperhatikan dan maka risiko terjadinya kekerasan semakin
diberikan pengetahuan mengenai meningkat. Keadaan tersebut dapat dikurangi
kekekerasan dalam pacaran sehingga dengan cara memberikan pengetahuan
mengurangi risiko terjadinya kekerasan pada tentang kekerasan dalam berpacaran pada
responden tersebut. mereka yang telah lama menjalin hubungan
pacaran, baik dalam bentuk penyuluhan
2. Lamanya pacaran maupun akses internet bersama dalam
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada pengawasan terkendali di sekolah.
162 responden, didapatkan hasil yaitu ada
hubungan antara lamanya pacaran dengan 3. Kecerdasan emosional
kejadian kekerasan dalam pacaran di SMAN Berdasarkan hasil penelitian kepada 162
9 Cirebon Tahun 2014. Hasil tersebut responden yang sedang dan pernah
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh berpacaran didapatkan hasil tidak terdapat
Lewis & Fremouw, Ray & Gold, Billingham hubungan yang bermakna antara kecerdasan
(2006) mengungkapkan bahwa semakin lama emosional dengan kejadian kekerasan dalam
durasi suatu hubungan, maka dating violence pacaran di SMAN 9 Cirebon Tahun 2014.
dalam hubungan tersebut semakin Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
meningkat. penelitian yang dilakukan oleh Untari
Selain itu sesuai dengan pendapat Prihatsari (2008) yang mengungkapkan
Billingham, Riggs & O’Leangry (dalam Luthra bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional
& Gidycz, 2006) yang mengatakan bahwa seseorang maka akan cenderung menolak
dating violence lebih sering terjadi di kekerasan yang dialaminya.
hubungan yang lebih serius dan dalam durasi Adanya ketidaksesuaian tersebut
yang cukup lama yaitu setiap pertambahan disebabkan banyak faktor, salah satunya
durasi 6 bulan, maka kekerasan dalam yaitu karena semua responden pada
hubungan tersebut akan semakin meningkat penelitian ini berusia dibawah 20 tahun,
(Saam Zulfan, 2012). dengan mayoritas berumur 17 tahun (usia
Cinta romantis memiliki komponen remaja menengah). Pada usia tersebut,
seksual dan hasrat yang kuat, dan seringkali remaja memiliki perilaku yang labil dan
menonjol di bagian awal relasi cinta mengalami transisi dalam hal emosi. Hal ini
(Santrock, 2007). Namun, semakin lama didukung oleh pendapat yang dikemukakan
seseorang menjalin hubungan pacaran Kusmiran (2011) bahwa karakteristik remaja
(dating) maka semakin berisiko terjadi diantaranya adalah perilaku yang labil dan
kekerasan dalam pacaran, korban merasa berubah-ubah, ingin mendapat kebebasan
kesulitan untuk menolak atau melawannya dari orang tua, dan pengembangan hubungan
karena rasa sayang atau cinta terhadap pribadi yang labil. Masa transisi yang dialami
pasangannya sudah besar. Teori diatas remaja berkaitan dengan perubahan bentuk
didukung oleh pendapat O’Kefee (2005) yang tubuh, emosi, kehidupan sosial, nilai moral,
mengatakan bahwa korban dari kekerasan dan pemahaman.
berulang kali akan lebih bisa bertahan dalam Pendapat tersebut didukung juga oleh
hubungan yang dijalaninya, daripada korban teori kematangan emosional menurut Hurlock
yang mengalami sekali kekerasan atau (1990), yang mengatakan bahwa seorang
dengan kata lain, semakin sering dilakukan remaja dikatakan memiliki emosi yang
suatu kekerasan kepada pasangannya maka matang apabila dapat melakukan kontrol diri
pelaku akan semakin merasa bahwa si yang bisa diterima secara sosial. Individu

Buletin Media Informasi, Vol.12, Ed.1, Juli 2016.


Nina N.M. dan Yayu I.M., Poltekkes Tasikmalaya: pengetahuan, kecerdasan, kekerasan, pacaran

yang emosinya matang mampu mengontrol respodennya berusia dibawah 20 tahun dan
ekspresi emosi yang tidak dapat diterima belum mencapai kematangan emosi.
secara sosial. Seseorang yang telah Selain hal yang tersebut diatas, masih
mencapai kematangan emosional akan banyak faktor lain yang menyebabkan
cenderung dapat membedakan hal yang baik kekerasan dalam pacaran selain kecerdasan
dan yang buruk untuk diterima secara sosial emosional diantaranya yaitu budaya patriarki
(Santrock, 2007). yang melekat di Indonesia yang beranggapan
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan bahwa seorang perempuan adalah makhluk
oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa pada nomor dua dibawah pria. Pernyataan ini
umumnya remaja masih mengalami didukung oleh Som (2006) yang
perkembangan emosi (transisi) artinya remaja mengungkapkan bahwa lingkungan patriarki
belum mencapai kematangan emosional. Hal memegang peranan sangat penting dalam
tersebut yang mengakibatkan remaja terjadinya kekerasan terhadap perempuan.
cenderung belum dapat membedakan hal Hal tersebut secara tidak langsung
yang baik dan buruk sehingga kecerdasan membatasi hak wanita untuk menyuarakan isi
emoisonal remaja bukan tolok ukur bermakna hati dan fikiran, sehingga ketika mendapat
yang dapat mempengaruhi terjadinya perlakuan kekerasan, seringkali mereka diam
kekerasan. untuk menjaga nama baik sendiri dan nama
Hal tersebut diperkuat oleh penelitian baik bersama untuk menghindari perpisahan
yang dilakukan oleh Ferlita (2008) hasilnya (Santrock, 2007).
yaitu responden yang berusia 20 tahun dan Faktor lain seperti pengalaman pribadi,
21 tahun cenderung menunjukkan sikap yang pengaruh orang lain yang dianggap penting
negatif (menolak kekerasan). Pada (orang tua dan teman sebaya), pengaruh
responden yang berusia 20 tahun terdapat 7 kebudayaan, media massa, lembaga
responden (77,8%) yang cenderung memiliki pendidikan dan lembaga agama serta faktor
sikap negatif dan pada usia 21 tahun terdapat emosional memiliki banyak pengaruh (93,5%)
3 responden (75%) cenderung memiliki sikap terhadap terjadinya kekerasan dalam pacaran
negatif. (Azwar, 1995). Berdasarkan banyaknya faktor
Dalam penelitian diatas responden yang yang telah diungkapkan oleh para ahli, maka
berusia 20 tahun dan 21 tahun menyatakan peneliti berpendapat bahwa kecerdasan
bahwa mereka menghargai suatu hubungan emosional bukan satu-satunya hal yang
tanpa adanya pemaksaan dan penganiayaan. mempengaruhi terjadinya kekerasan dalam
Artinya responden tersebut lebih matang pacaran, masih banyak faktor lain yang tidak
emosinya daripada usia dibawahnya dan dijadikan variabel oleh peneliti sehingga hasil
dapat mengontrol ekspresi emosinya serta penelitian yang menyatakan tidak adanya
melakukan perilaku yang tepat untuk diterima hubungan antara kecerdasan emosional
secara sosial sehingga memiliki dengan kejadian kekerasan dalam pacaran
kecenderungan bersikap negatif atau dikarenakan kejadian kekerasan tersebut
menolak terhadap kekerasan dalam lebih dipengaruhi oleh faktor lain seperti
berpacaran. Pernyataan tersebut sesuai jika budaya patriarki, pengaruh orang lain (orang
dibandingkan dengan penelitian yang tua dan teman sebaya), kebudayaan dan
dilakukan d SMAN 9 Cirebon, yang semua media massa.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat sebagian besar remaja perempuan
diambil kesimpulan bahwa sebagian besar mengalami kekerasan dalam pacaran.
remaja perempuan kelas X dan XI di SMAN 9 Terdapat hubungan antara pengetahuan
Cirebon memiliki tingkat pengetahuan cukup, remaja perempuan tentang kekerasan dalam
memiliki durasi lamanya pacaran >6 bulan, pacaran dengan kejadian kekerasan dalam
memiiliki kecerdasan emosional rendah dan pacaran di SMAN 9 Cirebon Tahun 2014,

Buletin Media Informasi, Vol.12, Ed.1, Juli 2016.


Nina N.M. dan Yayu I.M., Poltekkes Tasikmalaya: pengetahuan, kecerdasan, kekerasan, pacaran

terdapat hubungan antara lamanya pacaran terdapat hubungan antara kecerdasan


dengan kejadian kekerasan dalam pacaran di emosional dengan kejadian kekerasan dalam
SMAN 9 Cirebon Tahun 2014, dan tidak pacaran di SMAN 9 Cirebon Tahun 2014.

SARAN
Sebaiknya penelitian ini dapat dijadikan pengawasan terkendali. Tenaga kesehatan
bahan pertimbangan untuk memberikan diharapkan dapat memberikan penyuluhan
materi kesehatan reproduksi yang kepada remaja khususna remaja perempuan
didalamnya terdapat materi mengenai tentang kesehatan reproduksi yang
kekerasan dalam pacaran melalui penyuluhan didalamnya terdapat materi mengenai
maupun media masa internet dengan kekerasan dalam pacaran.

REFERENSI
Anisa, Rifka. 2012. Kekerasan dalam Prihatsari, Untari.2008. Sikap Perempuan
Pacaran (Dating Violence). Dewasa Awal Terhadap Kekerasan
http://rifkaanisa.blogdetik.com. Diposting Dalam Pacaran Ditinjau dari Kecerdasan
pada tanggal 23-10-2012. Diakses pada Emosional. http://eprints.unika.ac.id.
tanggal 13-02-214. Diakses tanggal 13-02-2014
Ayu, Suci Mustiva. 2012. Kekerasan Dalam Saam, Zulfan & Sri Wahyuni.2012. Psikologi
Pacaran dan Kecemasan Remaja Putri Keperawatan.Jakarta: PT Raja Grafindo
di Kabupaten Purworejo. Persada
http://journal.uad.ac.id. Diakses tanggal Santrock, John W. 2007. Remaja.Jakarta :
13-02-2014 Erlangga
Ferlita, Gracia. 2008. Sikap Terhadap Sarwono, Sarlito W. 2011. Psikologi
Kekerasan Dalam Berpacaran Remaja.Jakarta:PT.Raja Grafindo
(penelitian pada mahasiswi reguler Persada
universitas Esa Unggul yang memiliki Set, Sony. 2009. Teen Dating Violence.
pacar). http://digilib.esaunggul.ac.id Yogyakarta
diakses tanggal 13-02-2014 Wawan, A & dewi M. 2011. Pengukuran
Komalasari, Intan & Iwan Andhyantoro. 2012. Pengetahuan, Sikap, dan Prilaku
Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Manusia.Yogyakarta:Nuha Medika
Kebidanan dan Keperawatan. Yuhani, Aan. 2012. Hubungan Antara
Jakarta:Salemba Medika Pengetahuan Perempuan Remaja Awal
Kusmiran, Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Tentang Kekerasan Dalam Pacaran
Remaja dan Wanita. Jakarta:Salemba dengan Perilaku Kekerasan Dalam
Medika Pacaran di SMK Negeri 1 Kedawung
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Tahun 2014.
Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka
Cipta

Buletin Media Informasi, Vol.12, Ed.1, Juli 2016.

Anda mungkin juga menyukai