Anda di halaman 1dari 2

Nama : Norma Laila Ikhsana Duma

NIM : G.331.20.0122
Kelas : Ilmu Komunikasi A Kelas Sore

Kasus KDRT sebanyak 79% (6.480 kasus). Diantaranya :

1. Kekerasan Terhadap Istri (KTI) : 3.221 kasus (50%)


2. Kekerasan dalam pacaran 1.309 kasus (20%)
3. Kekerasan terhadap anak perempuan sebanyak 954 kasus (15%)
4. Sisanya adalah kekerasan oleh mantan pacar, mantan suami, serta kekerasan terhadap
pekerja rumah tangga.

Kekerasan di ranah pribadi ini mengalami pola yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya,
bentuk kekerasan yang paling menonjol adalah

1. kekerasan fisik 2.025 kasus (31%)


2. Kekerasan seksual sebanyak 1.983 kasus (30%)
3. Psikis 1.792 (28%)
4. Ekonomi 680 kasus (10%).

Melihat kasus di atas, coba analisis lah permasalahan apa yang mendasari sehingga terjadi
KDRT. Analisis lah menggunakan materi hari ini (jangan sampai di luar konteks).

HASIL ANALISIS :

Pada dasarnya yang penyebab terjadinya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada suatu
hubungan adalah kurangnya komunikasi antara kedua belah pihak. Namun seringkali dalam
suatu hubungan hanya satu pihak yang mengupayakan untuk melakukan komunikasi
sedangkan pihak lain cenderung sebaliknya.

Pada data tersebut KTI menjadi kasus yang paling sering terjadi. Kekerasan ini biasanya
disebabkan oleh faktor kecemburuan. Contohnya ketika istri memiliki teman pria, suami tidak
memperbolehkan dengan alasan kekhawatiran bahwa istrinya memiliki hubungan lebih dengan
temannya. Hal tersebut bisa disebabkan karena perbedaan pola pikir antara suami dan istri.
Suami menganggap bahwa pertemanan antara pria dan wanita yang sudah menikah sangat tidak
lazim, sementara itu istri hanya menganggap kedekatannya dengan teman pria tidak lebih dari
seorang teman. Selain itu bagi wanita, pernikahan tidak bisa menjadi penghalang antara dirinya
dan pertemanannya. Namun dalam hal ini justru pria berpikir sebaliknya, ketika dirinya sudah
menikah dengan seorang wanita, wanita itu sudah sepenuhnya menjadi milik pria.

Hampir sama dengan KTI, kasus kekerasan dalam pacaran juga bisa disebabkan oleh faktor
kecemburuan dan diperparah dengan kontrol emosi yang masih belum stabil. Dalam hubungan
pacaran ketika muncul sebuah konflik, kekerasan yang kerap terjadi adalah kekerasan dalam
bentuk psikis. Korban cenderung sulit untuk mengambil keputusan atau sikap yang harus
dilakukan karena biasanya ia tidak terbuka dengan siapapun mengenai permasalahan yang
dialami.

Bentuk kekerasan terhadap anak perempuan biasanya lebih banyak. Anak perempuan bisa
mendapat kekerasan fisik, sexual, dan psikis dalam waktu yang bersamaan. Hal ini dikarenakan
anak perempuan masih belum mampu melakukan perlawanan maksimal. Selain itu, seringkali
pelaku mengancam agar anak perempuan tidak mengatakan apa yang terjadi kepada siapapun
bahkan orang tuanya sekalipun, sehingga dibutuhkan dukungan kuat dari keluarga agar
anaknya bisa melewati masa-masa sulit dihidupnya.

Dari analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dan keterbukaan keluarga sangat
dibutuhkan untuk menciptakan situasi yang kondusif dalam hubungan. Setiap anggota keluarga
atau individu dalam suatu hubungan juga harus mampu mengelola konflik dan memberi
dukungan satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai