Anda di halaman 1dari 8

Sosiologi

O
L
E
H

Nama anggota:

- Margaretha Titania Ruka

- Maria Agnesia Naru

- Maria Triniarti Yositona

-Marjenya Putra Ndak

-Mohamad Juanda

-Muhamad P.D. Santoso

Artikel tentang kekerasan Verbal dan Psikis


serta faktor penyebab dan dampaknya

• Artikel l

Kekerasan Verbal terhadap perempuan

Berbeda dengan kekerasan fisik, kekerasan verbal ini merupakan


kekerasan yang langsung menyakiti perasaan seseorang yang di
ucapkan melalui lisan, contohnya seperti menyampaikan kata-kata yang
dengan menjudge, menyalahi, menghina, meremehkan, meninggikan
suara dan bersifat seperti menentang, memerintah, mengancam dan
lain-lain.

Menurut Nindya dan Margaretha (2012 : 2) kekerasan verbal atau biasa


disebut dengan kekerasan emosional ini merupakan suatu sikap dan
juga perilaku yang dapat melibatkan perasaan yang tidak
menyenangkan dan membahayakan bagi diri seseorang. Kekerasan
verbal ini juga merupakan salah satu kekerasan yang selalu di temui
didalam hubungan berpacaran, pertemanan, lingkungan umum, bahkan
didalam keluargapun.

Meskipun kekerasan verbal ini tidak sampai mengenai fisik, tetapi


dampak yang didapatkan sangatlah berbahaya bagi para korban yang
mengalami, sampai saat ini kebanyakan perempuanlah yang menjadi
korban kekerasan verbal, seperti halnya di dalam hubungan berpacaran
dimana perempuanlah selalu menerima perkataan-perkataan buruk
dari laki-laki, begitupun di lingkungan umum dimana perempuan masih
selalu mendapatkan perlakuan-perlakuan yang kurang menyenangkan
oleh sekumpulan laki-laki, seperti cat calling yang dimana para pelaku
menyerang dengan siulan, suara kecupan dan gestur main mata.
Sadar nggak sih bahwa pelecehan seperti cat calling ini termasuk
pelecehan seksual dalam konteks kekerasan verbal,dimana para korban
akan merasa terganggu dan tidak nyaman oleh sekitarnya. Bakan di
media socialpun kekerasan verbal sering terjadi, menurut survei yang
dilakukan Amnesty International yang dilansir dari Geek pada tahun
2018, sejumlah 1,1 juta cuitan di Twitter bernada pelecehan atau cuitan
bermasalah ditujukan kepada perempuan.

Kekerasan verbal inipun kerap melebar menjadi pelecehan seksual


dimana saat perempuan bercerita tentang apa yang ia alami karena
dilecehkan oleh seorang pria dan pendapatnya itu tidak di sepakati oleh
pihak lain, maka ia akan di sudutkan menampilkan citra diri yang kurang
santun baik dalam berpakaian.

Kekerasan verbal biasa dilakukan dengan meninggikan suara dengan


caci maki serta kata-kata hinaan yang dapat melukai perasaan
seseorang dan perlu diketahui bahwasannya kekerasan

verbal tak selamanya dilakukan dengan kasar ada juga yang mengalami
tanpa langsung mengenalinya, selalu menerimanya tanpa sadar. Selain
dengan kata-kata kasar, pelaku juga sering kali mencampurnya dengan
gaslighting. Dimana Gaslighting ini bisa diartikan sebagai tindakan
memanipulasi korban dengan maksud mempertanyakan kewarasan
seseorang dan kadang korban tidak menyadari hal itu.

Kekerasan verbal ini dapat memengaruhi mental seseorang dimana


mental ini dapat membuat seseorang depresi, hal inilah yang
berpengaruh pada Kesehatan fisik seseorang dan efek negative yang
muncul bisa bermacam-macam, mulai dari masalah pencernaan hingga
penyakit jantung dan juga bisa sampai membuat korban ingin bunuh
diri.

Normalisasi kekerasan verbal, baik dalam rumah tangga maupun dalam


dunia maya sangatlah membahayakan. Selain kontra produktif, efek
kekerasan verbal bisa mematikan. Daya tahan seseorang sangatlah
berbeda-beda, ada yang bisa menerima sanjungan yang langsung
tersakiti hingga depresi dan merasa dirinya tidak berarti.

Dalam menghadapi kekerasan verbal di dunia maya, salah satu cara


yang paling efektif adalah dengan menjauhi sumber kekerasan verbal,
pergi dan jernihkan fikiran. Jangan mau tinggal didalam situasi dimana
hati kalian selalu di serang, perasaan kalian tak dijaga, berhati-hatilah
dengan semua orang yang ada diluar. Satu hal yang penting, janganlah
kita menjadi bagian dari mereka, belajarlah mengekspresikan pendapat
dengan baik dan sehat tanpa melukai orang-orang dengan kata-kata.

-Faktor penyebab:Penyebab kekerasan verbal bisa karena kehidupan


personal yang kurang memuaskan dan hubungan interpersonal dengan
orang lain yang tidak begitu baik atau yang paling sering terjadi adalah
pelaku tidak mampu membedakan antara lelucon, becanda dan
pelecehan. Kekerasan verbal ini sebagian besar dialami oleh
perempuan.

-Dampak kekerasan verbal terhadap perempuan :


Kecemasan,Perubahan suasana hati,Stres kronis,Menurunnya harga diri
,Depresi,perasaan malu, bersalah, dan putus asa,PTSD Penarikan sosial
dan isolasi dan Penggunaan zat berbahaya bisa menyebabkan kematian
juga bunuh diri

Tanggapan:
Penjelasan dan pemaparan pada artikel ini sudah jelas manjelas
tentang kekerasan terhadap perempuan dengan jls dampak, akibat dan
lainnya yang berhubungan dengan kekerasan Verbal terhadap
perempuan

•Artikel ll

Kekerasan psikis terhadap anak

perkembangan manusia, terutama bagi perkembangan sosial dan


emosional. Kekerasan psikis meliputi perilaku-perilaku non-fisik namun
sangat berakibat fatal, terutama bagi perkembangan psikis anak usia
dini yang notabene masih dalam proses “pembangunan”.

Di negara kita, tidak terhitung banyaknya kasus kekerasan psikis yang


dialami anak di lingkungan rumah maupun sekolahnya, namun hanya
sedikit yang terekspos di media. Bahkan pada kacamata kelam dunia
pendidikan, ada banyak kasus kekerasan psikis yang benar-benar parah
namun sama sekali belum ada penanganan serius karena sepertinya
masyarakat terlalu fokus pada kekerasan fisik saja. Padahal anak yang
mengalami kekerasan psikis akan mengalami kemunduran dalam
kesejahteraan hidup apabila tidak ditangani dengan sungguh-sungguh.

Walaupun dampak dari kekerasan psikis tidak terlihat secara langsung,


akan tetapi hal tersebut bisa mempengaruhi kepribadian anak dalam
jangka panjang. Dan tentu saja proses pemulihan dari dampak tersebut
membutuhkan waktu yang tidak singkat dan butuh kesabaran ekstra.
Untuk itu, mengetahui jenis-jenis kekerasan psikis pada anak sangatlah
penting dengan harapan kita dapat mengidentifikasi atau bahkan
menindaklanjuti kasus-kasus yang terjadi di lingkungan sekitar.
Dalam buku Domestic Psychological Violence: Voice of Youth (2008),
Sinclair meng-klasifikasikan kekerasan psikis pada anak usia dini
menjadi enam dengan penjabaran sebagai berikut:

1. Ancaman dan terror

Jenis kekerasan psikis yang pertama ini sering tidak disadari oleh
mayoritas orang tua. Salah satu bentuk ancaman kepada anak yang
paling sederhana dan mungkin sering tidak sengaja dilakukan oleh
orang tua yakni melalui kalimat “kalau tidak patuh nanti Ibu akan
blablablabla lho”. Kalimat tersebut memang tidak terbilang kasar,
namun jika sering dikatakan akan mengakibatkan menurunnya rasa
percaya diri pada anak. Sehingga kelak mereka akan merasa ragu ketika
akan mengambil keputusan, alias tidak punya rasa inisiatif. Contoh
lainnya yakni perilaku mengancam untuk membunuh atau melukai
anak, mengatakan keburukan anak yang terjadi di masa lalu,
mengancam untuk menyita atau merusak barang yang disenangi anak,
dan sebagainya.

2. Verbal

Kekerasan psikis dalam bentuk verbal dilakukan melalui perkataan atau


tulisan yang sifatnya menyakiti hati anak, contohnya seperti berkata
kasar atau tidak pantas, memanggil mereka dengan sebutan yang tidak
baik, membentak, mencaci maki, dan lain-lain. Kekerasan yang seperti
ini akan menyebabkan anak menjadi “bandel” dan keras hatinya.

3. Pemaksaan

Pemaksaan dapat berupa menyuruh anak untuk melakukan sesuatu


yang tidak diinginkannya atau melakukan tindakan yang tidak pantas
seperti “memuaskan” birahi orangtuanya, menyuruhnya untuk
memakan makanan binatang, dan sebagainya. Hal ini akan
menyebabkan anak menjadi trauma atau frustasi karena dituntut untuk
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya.

4. Emosi

Kekerasan psikis dalam bentuk emosi meliputi tindakan memarahi


anak, menyangkal emosi yang mereka ungkapkan, tidak memberi
perhatian yang sewajarnya, yang akan mengakibatkan terciptanya rasa
takut dan was-was pada anak. apabila kekerasan ini sering dilakukan,
anak akan sulit untuk mengontrol dan menampakkan emosinya secara
normal. 

5. Kontrol

Biasanya kekerasan ini dilakukan oleh orangtua dengan gaya


pengasuhan yang otoriter, yakni mengatur segala kebutuhan anak
dengan mengacuhkan pendapat mereka. Contoh perilakunya yaitu
membatasi keinginan anak, menghilangkan kesenangan mereka,
merampas hak primary anak seperti waktu bermain maupun istirahat
untuk menuruti ambisi orang tua, mengisolasi anak dari kegiatan sosial,
dan sebagainya.

6. Penyalahgunaan dan pengabaian. 

Jenis kekerasan yang terakhir ini juga sering dilakukan orang tua tanpa
sadar. Beberapa contoh perilaku penyalahgunaan dan pengabaian yaitu
mendiskriminasi atau membeda-bedakan anak dengan anak yang lain,
menyalahgunakan kepercayaan anak untuk kepentingan pribadi,
merasa selalu benar, tidak mendengarkan dan tidak menanggapi ketika
anak bercerita, tidak merawat anak dengan sewajarnya, dan lain-lain. 
-Faktor penyebab: kekerasan psikis terhadap anak yang dilakukan oleh
orang tua dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor dari diri
anak itu sendiri, kondisi ekonomi orang tua yang rendah, pendidikan
anak yang rendah, lingkungan yang mendukung untuk melakukan
kekerasan, keluarga yang tidak harmonis, dan masa lalu

-Dampak kekerasan psikis: dampak kekerasan psikis seperti gangguan


kejiwaan atau gangguan emosi pada anak. Dampak kekerasan ini sangat
berakibat fatal bagi pertumbuhan dan perkembangan mental anak.
Bahkan dampak yang sangat fatal dapat berupa percobaan bunuh diri.

Tanggapan tentang artikel: Artikel dapat mudah di pahami dari setiap


materi yang dipaparkan ada 6 jenis kekerasan psikis terhadap anak.

Anda mungkin juga menyukai