“Mental abuse kerap ditemukan dalam rumah tangga dan dapat menyebabkan gangguan
psikologis berkepanjangan apabila tidak ditangani dengan segera.”
Kekerasan psikologis, yang juga dikenal dengan Istilah mental abuse atau psychological abuse
atau emotional abuse, adalah segala tindakan atau perilaku non-fisik yang dirancang untuk
mengendalikan, menjinakkan, menghukum atau mengisolasi orang lain melalui rasa malu dan
rasa takut.
Kekerasan psikologis dapat terjadi dalam berbagai situasi (dalam rumah tangga/KDRT atau di
tempat kerja), pada orang dengan rentang usia bervariasi (anak-anak, dewasa, lansia) dan
dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan.
Kekerasan psikologis biasanya dimulai dengan kekerasan verbal dan apabila pelaku dibiarkan
saja maka cenderung untuk menimbulkan kekerasan fisik juga. Berbagai contoh perilaku yang
tergolong kekerasan psikologis adalah:
Kekerasan psikologis dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan psikologis korban.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) terhadap perempuan dikabarkan dapat menyebabkan
berbagai gangguan psikologis seperti:
1. Depresi yang ditandai dengan menurunannya gairah hidup dan dapat berujung pada
keinginan bunuh diri
2. Gangguan stres pasca trauma (PTSD) yang ditandai dengan korban menjadi tumpul
secara emosional dan lebih mudah untuk menjadi histeris terhadap pemicu yang
menyebabkan trauma.
3. Penyalahgunaan zat seperti alkohol dan narkotika yang cenderung menjadi
ketergantungan.
4. Penurunan kepercayaan diri yang kemudian menjadi lingkaran setan karena korban
menjadi semakin ragu untuk mencoba kabur dari kekerasan psikologis.
Gangguan psikologis yang sama seperti depresi dan PTSD, juga dapat terjadi pada anak-anak
yang menerima kekerasan psikologis. Gangguan psikologis lainnya yang dapat terjadi pada anak
adalah:
1. Gangguan bipolar yang ditandai dengan penderita mengalami periode depresi dan bisa
diselingi dengan periode hiperaktif.
2. Gangguan pada perkembangan emosi seperti rasa percaya diri yang rendah dan sulit
untuk berinteraksi dengan orang lain karena tidak mudah percaya.
3. Penurunan fungsi kognitif sehingga prestasi akademik bisa menurun.
4. Memiliki kecenderungan menjadi pelaku kekerasan psikologis.
5. Berisiko untuk menderita serangan panik dan gangguan makan saat dewasa.
Korban mesti memiliki kesadaran bahwa kekerasan psikologis bukan kesalahan korban dan
korban perlu mengambil tindakan tegas untuk keluar dari siklus kekerasan psikologis. Korban
tidak perlu ragu untuk meminta bantuan pada konselor dan psikiater atas gangguan psikologis
yang diderita sebagai efek dari kekerasan psikologis yang diterima. Korban juga dianjurkan
untuk menghindari kontak dengan pelaku meskipun pelaku membujuk untuk kembali.
Apakah anda mengalami kondisi yang dijelaskan di atas? Buat janji dengan psikolog di Carevo
sekarang.
Referensi
1. Karakurt, G., Smith, D., & Whiting, J. (2014). Impact of Intimate Partner Violence on
https://doi.org/10.1007/s10896-014-9633-2
2. Kumari, V. (2020). Emotional abuse and neglect: Time to focus on prevention and
https://doi.org/10.1192/bjp.2020.154
4. Signs of emotional abuse: Situations and relationships. (2019). Medical News Today.
https://www.medicalnewstoday.com/articles/325792