Anda di halaman 1dari 4

Target: 2 talkshow (tentative)

1. Pemaparan COVID + Stigma


2. New normal (pakai masker, physical distancing, dsb)
3. Positif Corona, apa yg harus dilakukan ?

Peran Topik 1 Topik 2 Topik 3


Moderator dr Angga dr Angga dr Angga
Narasumber dr Edwin dr Heri dr Heri
Penanya 1 (suara) dr Mikha dr Herlin dr Mikha
Penanya 2 (suara) dr Kevin dr Hendra dr Edwin
Kameramen dr Herlin dr Kevin dr Hendra
Scriptwriter dr Herlin & dr Mikha dr Edwin & dr Angga dr Heri & dr Hendra
+ dr Kevin

Script 3:
Moderator Salam pembuka
“Hello warga Penjaringan Citii, Kembali bersama saya Dok BusAngga
dari PKC penj di Talkshow Online <nama acara?>”
Moderator Perkenalan
“Mari kita sambut narasumber hari ini, dr Heri “Sporty” Khi dari PKC
Penjaringan yang akan menjelaskan dan menjawab pertanyaan
seputar COVID 19”
Narsum Salam
“Selamat pagi Dok BusAngga, selamat pagi warga Penjaringan Citi
yang datang hari ini, jangan lupa untuk cardio training 30 menit
sehari di rumah setiap harinya, Salam Olahraga”
Moderator Mulai topik
“Tempo hari kita sudah mengupas tuntas tetang COVID, stigma sosial
akibat COVID, dan fenomena New Normal yang sedang hot di
masyarakat. Hari ini topiknya gak kalah menarik karena kita akan
membahas tentang apa yang mesti dilakukan kalau seandainya, amit-
amit nih ya, ada orang yang kita kenal dinyatakan positif COVID.
Langsung saja dr Heri bisa coba jelaskan kapan sih seseorang dibilang
positif COVID?”
Definisi COVID positif
Narsum “Jadi menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, seseorang
dinyatakan positif COVID-19 kalau hasil uji swabnya bisa positif. Hasil
rapid test tidak bisa jadi patokan diagnosis karena bisa saja negatif
palsu atau positif palsu.”
Moderator Respon, Tanya soal jenis uji untuk diagnosis COVID
“Uji swab itu apa ya dok? Selain swab kan ada yang lebih cepet tuh
kalau gak salah namanya rapid test. Bedanya apa ya dok?”
Narsum Rapid test dan swab
“Alat uji COVID yang hasilnya cepat tapi kurang akurat, kita sebut
sebagai rapid test sedangkan uji yang untuk menegakkan diagnosis
disebut uji swab.“
Moderator Respon, nanya
“Kenapa akurasinya bisa beda ya dok? Berarti cara kerjanya beda
ya?”
Narsum “Rapid test ini cara kerjanya mendeteksi antibodi terhadap virus Sars-
Cov-2. Proses pembentukan antibodi bisa memakan waktu 1 minggu
atau lebih makanya kalau rapid test negatif, perlu diulang 1 minggu
kemudian. Selama periode ini, sebaiknya karantina di rumah sendiri
karena masih ada kemungkinan negatif palsu.
Kalau rapid test kedua negatif lagi, kemungkinan besar bukan COVID.
Tapi kalau pasiennya ada gejala infeksi saluran pernapasan seperti
batuk, pilek, demam suhu 38, atau sesak, perlu disusul dengan uji
swab.
Hasil rapid test positif juga perlu disusul swab, tentunya jangan lupa
karantina mandiri dan jaga jarak 1 meter dengan orang terdekat,
karena hasil rapid test juga bisa positif palsu.
Hal ini terjadi karena antibodi yang terbentuk oleh Coronavirus lain
juga terdeteksi oleh alat rapid test, jadi misalnya nih dok Angga abis
sembuh dari flu biasa, terus ternyata flu nya karena jenis Coronavirus
yang lain, hasil rapid test dok Angga bisa jadi positif meskipun dok
Angga bukan kena COVID.”
Moderator Respon
“Wah saya pasti panik sih kalau saya gak tau apa-apa. Terus kenapa
diagnosis COVID mesti dari swab tenggorok ya dok? ”
Narsum “Swab itu mengambil virusnya langsung dengan cara mengusapkan
kapas di dinding tenggorokan, virus yang menempel di kapas
tersebut diteliti untuk melihat jenisnya. Kalau jenis virusnya SARS-
CoV-2 maka sudah pasti orang tersebut positif COVID.

Berbeda dengan rapid test yang fokus deteksinya antibodi. Antibodi


SARS-CoV-2 mirip sama antibodi Coronavirus jenis lain jadi rentan
positif palsu. “
RAPID TEST
Moderator “Oh jadi bedanya di cara kerja ya dok. Lalu kalau misalnya, amit-amit
nih, saya atau orang yang saya kenal hasil rapid nya positif. Apa yang
harus saya lakukan ya dok? ”
Narsum “Tentunya yang pertama adalah untuk tetap tenang, terdiagnosis
COVID bukan akhir dari segalanya. Seperti yang sudah saya sebutkan
sebelumnya, lakukan karantina mandiri, jaga jarak dengan orang
sekitar. Penting juga terapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti
selalu memakai masker dan rutin mencuci tangan. Segera hubungi
nomor hotline COVID agar anda dapat di masukkan ke dalam
pengawasan Tim Penanganan COVID.
Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya bahwa rapid test akan
diulang 7 sampai 10 hari kemudian. Apabila hasil yang kedua negatif,
maka anda dinyatakan bukan terduga COVID, kecuali anda memiliki
riwayat kontak dengan pasien positif COVID. Apabila kasusnya
seperti itu, maka anda perlu mendapat uji swab tenggorokan, sama
seperti ketika rapid test positif.
UJI SWAB
Moderator “Coba jelasin dong dok swab itu kayak gimana prosesnya. Saya
denger kabar kalau swab itu sakit banget, lebih sakit daripada
diselingkuhin pacar. Ini beneran atau hoax ya dok?”
Narsum “Menurut saya perbandingan tersebut sebenarnya gak valid. Rasa
sakit diselingkuhin itu relatif buat tiap orang. Ada yang sampe gak
percaya manusia lagi, ada yang langsung nyari pacar baru. Coba
bandinginnya sama sakit yang bisa diukur, seperti sakit saat
selangkangan kena tendang atau sakit saat ngelahirin bayi kembar.
Moderator “Ekstrim amat dok contohnya. Jadi swab itu sakit gak dok?”
Narsum “Swab bisa dilakukan di dinding mulut atau di dinding hidung. Hasil
dari swab dinding hidung lebih diutamakan karena virusnya lebih
banyak di daerah tersebut. Sakit itu hoax, yang benar itu rasa tidak
nyaman, seperti sensasi keselek nasi. Prosesnya hanya 15 sampai 30
detik. Jauh lebih cepat daripada olahraga plank 1 menit.
Moderator “Ohh jadi kayak keselek nasi aja ya dok. Saya jarang keselek jadi
sebenarnya udah lupa rasanya gimana. Terus kalau, lagi-lagi amit-
amit nih ya, swabnya positif, apa yang harus dilakukan ya dok?
Narsum “Kalau hasil swab anda positif, dilihat dulu gejala yang dirasakan.
Kalau tanpa gejala atau gejala ringan seperti misalnya batuk, demam
<38 derajat, dan tidak ada sesak napas, anda cukup dirawat di rumah
saja dan minum obat sesuai gejala. Tentunya perlu diingat poin-poin
PHBS yang sudah disebut saat membahas rapid test positif seperti
memakai masker, rutin cuci tangan, makan yang bergizi, serta
aktivitas fisik rutin.
Apabila gejala anda mengarah ke berat, seperti ada demam ≥38
derajat atau sesak napas, maka anda perlu langsung menghubungi
kontak darurat COVID di 119 ext 9 untuk segera dirawat di rumah
sakit rujukan COVID.
Bunyi tring ada pesan
Moderator “Yak itu sepertinya tanda kita sudah masuk sesi tanya jawab. Wow
banyak sekali ya pertanyaan dari netijen, sudah siap dok?”
Narsum “Perfectly Ready”
Moderator “Halo dengan siapa darimana passwordnya apa kaka?” sfx badum
tss
Narsum “Kok kayaknya ini sama kayak jokes talkshow yang sebelumnya ya?”
*Ketawa* sfx hahaha
Moderator “Tim Kreatif kami tidak sempat mikir jokes baru, yak silahkan kakak
AiHeartCul96 pertanyaannya”
Penanya 1 “Salam olahraga dok, saya ingin bertanya kalau seandainya saya
<suara ingin periksa rapid test atau uji swab tapi saya tidak ada gejala,
chipmunk> apakah bisa?”
Moderator “Pertanyaannya normatif ya kayak diskusi pas jaman kuliah. Ini saya
juga bisa jawab sebenarnya.”
Narsum “Dok Busangga mau tukeran peran? Saya yang jadi moderator. ”
Moderator “Mon maap dok honor sebagai moderator lebih gede dari
narasumber. Silahkan dok Heri. ” *serius*
Narsum “Wah dok Angga jeli juga ya gak mudah ketipu. Protokol dari
pemerintah sih uji diagnosis COVID ditanggung pemerintah tapi
hanya untuk yang ODP, PDP atau program Puskesmas bagi warga di
kelurahan zona merah. Kalau mau uji sendiri tanpa mengikuti
protokol, bisa coba datangi Rumah Sakit terdekat. Apabila mau yang
hasilnya cepat dan tidak banyak antri, bisa ke RS swasta karena RS
milik pemerintah mengutamakan uji COVID untuk rujukan dari
Puskesmas”
Moderator “Eh?? <terkejoet> Iya dong Dok. “
“Tenaga medis selalu pakai alat pelindung diri sesuai protokol dan
desinfeksi diri sebelum dan sesudah bekerja. <sfx message>”
Moderator “Kita lanjut ke pertanyaan berikutnya ya Dok.
Dari netizen VienettaXXX silahkan pertanyaannya”
Penanya 2 “Saya dapat berita dari WA kalau minum garam dapur dicampur air
<suara hangat bisa menyembuhkan Covid, banyak juga berita lain Dok di
chipmunk> WA. Sebenarnya corona bisa disembuhkan dengan apa sih Dok?”
Moderator “Terima kasih BonekaCantika27 atas pertanyaannya. Silahkan Dokter
Edwin, bisa dijawab”
Narsum “Berita tentang garam dapur campur air hangat itu Hoax ya. COVID
adalah penyakit yang sembuh sendiri jika kondisi kekebalan tubuh
baik.”
“Saat ini memang banyak berita yang meragukan dan bohong.”
“Sebaiknya mencari informasi yang lebih terpercaya dari tenaga
kesehatan dan website pemerintah (Kawal COVID 19, Kemenkes,
WHO).”
Moderator Penutup
“Memang kita harus lebih memilah -milah informasi ya Dok.
Terima kasih Dokter Edwin atas waktunya menjadi narasumber.”
Narsum “Sama-sama juga dok“
<Kameramen fokus ke moderator, narsum hilang>
Moderator Salam penutup
“Sudah cukup lama kita Bersama warga penjaringan citi. Semoga
informasi ini dapat bermanfaat dan diterapkan oleh kita semua.
Ditunggu acara talkshow berikutnya.”

Lanjutkan yaaw :D
Script 2:

Scrpt 3:

Anda mungkin juga menyukai