KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI
STASE JIWA
OLEH :
Gieva Magfirah
NIM : 2214901110025
B. Etiologi
Penyebab kegawat daruratan psikiatrik adalah :
Bisa hal yang tidak berhubungan dengan kelainan organis (Psikosis, mania,
histeri
dissosiatif, gangguan panik dan sebagainya). Atau hal yang berhubungan dengan
kelainan organis/delirium (trauma kapitis, drug abuse, stroke, kelainan metabolik,
sensitivitas terhadap obat dan sebagainya ).
Penyebab berdasarkan klasifikasi :
1. Gaduh Gelisah
Kegawatdaruratan psikiatrik gaduh gelisah dapat disebabkan oleh beberapa hal
sebagai berikut:
a. Psikosis (fungsional maupun organik).
Psikosis Fungsional : Psikosis reaktif, Skizofrenia, manik depresif, amok dan
sebagainya).
b. Psikosis Organik : Delirium, demensia, psikosis berhubungan dengan
zat, psikosis karena gangguan metabolik, psikosis karena trauma kepala maupun
infeksi pada otak, dan sebagainya).
c. Kecemasan Akut dengan/tanpa Panik.
d. Kebingungan post konvulsi.
e. Reaksi disosiasi & keadaan fugue
f. Ledakan amarah/temper tantrum.
2. Bunuh diri
Bunuh diri bisa disebabkan oleh:
a. Penyelesaian masalah frustasi. Karena kecewa dalam hubungan dengan
orang lain, benda/barang, tujuan yang tidak tercapai.
b. Balas dendam.
c. Memperoleh keadaan yang damai dan tentram.
d. Hilangnya rasa man dan kepastian akan statusnya.
e. Anggapan sebagai jalan keluar. Pada tindakan bunuh diri keinginan untuk
mati jauh lebih besar dari pada keinginan untuk hidup.
Disebabkan oleh banyak faktor antara lain:
a. Penyakit atau kondisi yang beresiko untuk terjadinya bunuh diri.
b. Insomnia berat.
c. Penggunaan alkohol dan obat-obatan.
d. Skizofrenia.
e. Penyakit Fisik.
f. Individu dengan orientasi homoseksual.
g. Gangguan Stres Pasca Trauma.
h. Riwayat keluarga bunuh diri.
Faktor-faktor resiko untuk bunuh diri (Sadock, et al, 2007):
a. Jenis kelamin
Perempuan lebih banyak melakukan percobaan bunuh diri dibanding laki-laki.
Akan tetapi, keberhasilan bunuh diri lebih tinggi pada laki-laki. Hal ini
berkaitan dengan metode bunuh diri yang dipilih.
Laki-laki lebih banyakdengan gantung diri, meloncat dari tempat tinggi, dengan
senjata api. Perempuan lebih banyak menggunakan obat – obatan atau racun.
b. Usia
Kasus bunuh diri meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki,
angka bunuh diri tertinggi pada usia di atas 45 tahun sedangkan pada perempuan
angka bunuh diri tertinggi pada usia di atas 55 tahun. Orang yang lebih tua lebih
jarang melakukan percobaan bunuh diri, tetapi lebih sering berhasil.
c. Ras
Di Amerika Serikat ras kulit putih lebih banyak melakukan bunuh diridibanding
ras kulit hitam.
d. Status perkawinan
Pernikahan menurunkan angka bunuh diri, terutama jika terdapat anak dirumah.
Orang yang tidak pernah menikah dua kali lebih beresiko untuk bunuhdiri.
Perceraian meningkatkan resiko bunuh diri. Janda atau duda yang pasangannya
telah meninggal juga memiliki angka bunuh diri yang tinggi.
e. Pekerjaan
Semakin tinggi status sosial semakin tinggi resiko bunuh diri, tetapi status sosial
yang rendah juga meningkatkan resiko bunuh diri.
3. Tindak Kekerasan
Adapun beberapa hal yang menyebabkan munculnya gangguan jiwa pada perilaku
kekerasan yang dipengaruhi oleh faktor presisposi dan faktor presipitasi. (Yosep,
2007)
1. Faktor predisposisi
a. Faktor psikologis
- Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku kekerasan
- Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil tidak
menyenangkan
- Frustasi
- Kekerasan dalam rumah tangga
b. Faktor social budaya
Seseorang akan berespon terahdap peningkatan emosionalnya secara agresif
sesuai dengan respon yang dipelajari. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku
kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi marah yang
dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.
c. Faktor biologis
Adanya pemberian stimulus eletris ringan pada hipotalamus dapat menimbulkan
perilaku agresif sehingga akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupul
berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada disekitarnya
2. Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam baik berupa
injury fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Faktor pencetus :
a. Klien : kelemahan fisik, keputusasaam. Ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan
b. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan
c. Lingkungan : panas, padat, bising.
C. Klasifikasi
Kasus kedaruratan psikiatrik meliputi gangguan pikiran, perasaan dan perilaku
yangmemerlukan intervensi terapeutik segera, antara lain: (Elvira, Sylvia D
danGitayanti Hadisukanto, 2010)
a. Kondisi gaduh gelisah
Keadaan gaduh gelisah bukanlah diagnosis dalam arti kata sebenarnya,tetapi
hanya menunjuk pada suatu keadaan tertentu, suatu sindrom dengansekelompok
gejala tertentu. Keadaan gaduh gelisah dipakai sebagai sebutansementara untuk
suatu gambaran psikopatologis dengan ciri-ciri utama gaduh dangelisah.
(Maramis dan Maramis, 2009).
Dikutip dari situs kesehatan mental epigee.org, berikut ini adalah tanda-tanda
bunuh diri yang mungkin terjadi:
1. Bicara mengenai kematian: Bicara tentang keinginan menghilang,
melompat, menembak diri sendiri atau ungkapan membahayakan diri.
2. Baru saja kehilangan: kematian, perceraian, putus dengan pacar atau
kehilangan pekerjaan, semuanya bisa mengarah pada pemikiran bunuh diri atau
percobaan bunuh diri. Kehilangan lainnya yang bisa menandakan bunuh diri
termasuk hilangnya keyakinan beragama dan hilangnya ketertarikan pada
seseorang atau pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati.
3. Perubahan kepribadian: seseorang mungkin memperlihatkan tanda-tanda
kelelahan, keraguan atau kecemasan yang tidak biasa.
4. Perubahan perilaku: kurangnya konsentrasi dalam bekerja, sekolah atau
kegiatan sehari-hari, seperti pekerjaan rumah tangga.
5. Perubahan pola tidur: tidur berlebihan, insomnia dan jenis gangguan tidur
lainnya bisa menjadi tanda-tanda dan gejala bunuh diri.
6. Perubahan kebiasaan makan: kehilangan nafsu makan atau bertambahnya
nafsu makan. Perubahan lain bisa termasuk penambahan atau penurunan berat
badan.
7. Berkurangnya ketertarikan seksual: perubahan seperti ini bisa mencakup
impotensi, keterlambatan atau ketidakteraturan menstruasi.
8. Harga diri rendah: gejala bunuh diri ini bisa diperlihatkan melalui emosi
seperti malu, minder atau membenci diri sendiri.
9. Ketakutan atau kehilangan kendali: seseorang khawatir akan kehilangan
jiwanya dan khawatir membahayakan dirinya atau orang lain.
10. Kurangnya harapan akan masa depan: tanda bunuh diri lainnya adalah
seseorang merasa bahwa tidak ada harapan untuk masa depan dan segala hal tidak
akan pernah bertambah baik.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi (Thorax)
2. EKG
F. Penatalaksanaan
Perawatan di kedaruratan psikiatri biasanya berfokus pada manajemen perilaku
dan gejala. Proses pengobatan dilakukan bersamaan dengan proses evaluasi (jika
pemberian terapi telah memungkinkan). Wawancara awal tidak hanya berfungsi
untuk memperoleh informasi diagnostik yang penting, tetapi juga untuk terapi.
Dalam melakukan proses evaluasi, bila fasilitas tidak memadai, dapat dilakukan
perujukan pada fasilitas kesehatan terdekat yang memiliki fasilitas yang cukup
untuk penatalaksanannya. (Sadock and Kaplan, 2009; Trent, 2013)
Modalitas terapi yang digunakan untuk seting kedaruratan psikiatri antara lain:
1) farmakoterapi,
2) seclusion (isolasi) dan restraint (fiksasi fisik), dan
3) psikoterapi. (Knox dan Holloman, 2011; Riba et al., 2010; Sadock and
Kaplan, 2009).
a). Prehospital
Bila seseorang dalam keadaan gaduh gelisah dibawa kepada kita, pentingsekali
kita harus bersikap tenang. Dengan sikap yang meyakinkan, meskipun tentu
waspada, dan kata-kata yang dapat menenteramkan pasien maupun
para pengantarnya, tidak jarang kita sudah dapat menguasai keadaan (Maramis
danMa ramis, 2009).
b). Intrahospital
Bila pasien masih diikat, sebaiknya ikatan itu disuruh dibuka sambil tetap
berbicara dengan pasien dengan beberapa orang memegangnya agar ia tidakmen
gamuk lagi. Biarpun pasien masih tetap dipegang dan dikekang, kita
berusahamemeriksanya secara fisik. Sedapat-dapatnya tentu perlu ditentukan
penyebabkeadaan gaduh gelisah itu dan mengobatinya secara etiologis bila
mungkin(Maramis dan Maramis, 2009).
Suntikan intramuskular suatu neuroleptikum yang mempunyai dosisterapeutik
tinggi (misalnya chlorpromazine HCL), pada umumnya sangat bergunauntu
mengendalikan psikomotorik yang meningkat. Bila tidak terdapat, makasuntikan
neuroleptikum yang mempunyai dosis terapeurik rendah, misalnyatrifluoperazine,
haloperidol (5–10mg), atau fluophenazine dapat juga dipakai, biarpun
efeknya tidak secepat neuroleptikum kelompok dosis terapeutik tingi. Bila tidak
ada juga, maka suatu tranquailaizer pun dapat dipakai, misalnya diazepam (5 – 10
mg), disuntik secara intravena, dengan mengingat bahwatranquilaizer bukan suatu
antipsikotikum seperti neuroleptika, meskipun kedua-duanya mempunyai efek
antitegang, anticemas dan antiagitasi (Maramis danMaramis, 2009).
Bila pasien sudah tenang dan mulai kooperatif, maka
pengobatan dengan neuroleptika dilanjutkan per oral (bila perlu suntikan jugada
pat diteruskan). Pemberian makanan dan cairan juga harus memadai.
Kita berusaha terus mencari penyebabnya,
bila belum diketahui, terutama bila didugasuatu sindrom otak organik yang akut.
Bila ditemukan, tentu diusahakan untukmengobatinya secara etiologis (Maramis
dan Maramis, 2009).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian awal
a. Pasien dengan gangguan mental organic diberikan obat dalam dosis
teraupetik minimal agar gejala penting tidak terselubung
b. Pasien dengan kondisi medis umum mengancam nyawa mula – mula
tampilan gejalanya seperti gangguan psikiatrik, terlebih dahulu harus diatasi
kondisi medis umumnya
2. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan sesegera mungkin untuk menyingkirkan
kegawatdaruratan yang terkait fungsi organic.
Pemeriksaan psikiatrik standar meliputi: riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan
status mental, pemeriksaan status fisik/neurologik dan jika perlu pemeriksaan
penunjang. Yang pertama dan terpenting yang harus dilakukan oeh seorang dokter
di unit gawat darurat adalah menilai tanda-tanda vital pasien. Tekanan ddarah,
suhu, nadi adalah sesuatu yang mudah diukur dan dapat memberikan informasi
bermakna. Misalnya seorang yang gaduh gelisah dan mengalami halusinasi,
demam, frekuensi nadi 120 per menit dan tekanan darah meningkat, kemungkinan
besar mengalami delirium dibandingkan dengan suatu gangguan psikiatrik. Lima
hal yang harus ditentukan sebelum menangani pasien selanjutnya:
b. Pemeriksaan psikiatrik
1. Wawancara psikiatrik
a. Ajukan pertanyaan 1 yang bersifat terbuka
b. Amati penampilan, aktivitas psikomotor, pembicaraan, alam perasaan,
proses piker dan isi pikir pasien, di samping usaha memperole anamnesis.
c. Tunda keinginan untuk segera memulai penanganan atau mengambil
kesimpulan dengan maksud supaya segera memulai menolong pasien berikutnya.
2. Pemeriksaan status mental
a. Selama pemeriksaan, evaluasi status mental pasien
b. Status mental dinilai dari : ANAMNESA STATUS MENTAL
1) APPEARANCE (Penampilan) :
Postur tubuh , Kerapian , Status nutrisi , Tanda penggunaan obat/ alcohol, Selalu
bawa senjata, Motorik , Pergerakan ,
Respon pada situasi tertentu: Kejam , Mencederai diri sendiri / orang lain, Marah/
bermusuhan terhadap orang lain, Curiga , Tidak kooperatif , Ketakutan,
Kooperatif . Terbuka , Bersemangat
2) COGNITIF
Orientasi pasien terhadap: Orang dan Tempat , Memory, Kemampuan membuat
keputusan, Kemampuan menilai,
3) PERSEPTIONS (Persepsi) Halusinasi
4) SPEECH
1. Cara pasien bereaksi terhadap pertanyaan
2. Cara pasien bergaul dengan petugas medik dan dengan keluarga
3. Kemampuannya menanggapi instruksi yang di berikan
B. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan pada diri sendiri
1. Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit fisik,minder, dan malu.
2. Resiko Perilaku Kekerasan berhubungan dengan adanya ancaman
fisik,psikis,dan konsep diri
C. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Dx : Harga diri rendah