Anda di halaman 1dari 20

KEGAWAT DARURATAN

( PSIKIATRI )

KELOMPOK IV
ASRI 2118044
ARFINISIUS ANARATO 2118006
ALPIN MARHABA 2118019
DESRIANA BILI 2118037
SITI NURLAILA 2118031
YUSTINUS DENDO 21180025

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas berjudul “KEGAWAT DARURATAN
( PSIKIATRI )” dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan ini, kami telah mengalami berbagai hal baik suka maupun
duka. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan
lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari
berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan
tulus kami sampaikan terima kasih.
Dalam penyusunan ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatau permasalahan yang
berhubungan dengan judul makalah ini.
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Keperawatan Gawat Darurat adalah pelayanan profesional yg didasarkan pada
ilmu keperawatan gawat darurat & tehnik keperawatan gawat darurat berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio- spiritual yang komprehensif ditujukan pada semua
kelompok usia yang sedang mengalami masalah kesehatan yang bersifat urgen ,
akut dan kritis akibat trauma, proses kehidupan ataupun bencana.
Berdasarkan konsensus yang dikembangkan oleh American Psychiatric
Association (APA) menyebutkan bahwa kedaruratan psikiatri adalah gangguan yang
bersifat akut, baik pada pikiran, perilaku, atau hubungan sosial yang membutuhkan
intervensi segera yang didefinisikan oleh pasien, keluarga pasien, atau masyarakat.
(Trent, 2013)
Kedaruratan psikiatri adalah suatu kondisi gangguan akut pada pikiran, perasaan,
perilaku, atau hubungan sosial yang membutuhkan suatu intervensi segera (Allen,
Forster, Zealberg, dan Currier, 2002).

Kedaruratan psikiatri merupakan cabang dari Ilmu Kedokteran Jiwa dan


Kedokteran Kedaruratan, yang dibuat untuk menghadapi kasus kedaruratan yang
memerlukan intervensi psikiatrik. Tempat pelayanan kedaruratan psikiatri antara lain
di rumah sakit umum, rumah sakit jiwa, klinik dan sentra primer. Kasus kedaruratan
psikiatrik meliputi gangguan pikiran, perasaan dan perilaku yang memerlukan
intervensi terapeutik segera, antara lain: kondisi gaduh gelisah, tindak kekerasan,
tentamen suicidum/percobaan bunuh diri, gejala ekstra pyramidal akibat
penggunaan obat, delirium. (Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto, 2010).
Sehingga prinsip dari kedaruratan psikiatri adalah kondisi darurat dan tindakan
intensif yang segera.
Kedaruratan psikiatri merupakan cabang dari Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kedokteran Kedaruratan, yang dibuat untuk menghadapi kasus kedaruratan yang
memerlukan intervensi psikiatrik. Tempat pelayanan kedaruratan psikiatri antara lain
di rumah sakit umum, rumah sakit jiwa, klinik dan sentra primer. (Elvira, Sylvia D dan
Gitayanti Hadisukanto, 2010)

Jadi Kegawatdaruratan Psikiatri adalah kondisi dimana kondisi psikis pasien


menjadi terganggu sehingga dibutuhkan intervensi segera dengan ilmu keperawatan
gawat darurat secara holisitik.

B. ETIOLOGI
Penyebab kegawat daruratan psikiatrik adalah :
Bisa hal yang tidak berhubungan dengan kelainan organis (Psikosis, mania,
histeri
dissosiatif, gangguan panik dan sebagainya). Atau hal yang berhubungan

dengan kelainan organis/delirium (trauma kapitis, drug abuse, stroke, kelainan


metabolik, sensitivitas terhadap obat dan sebagainya ).

Penyebab berdasarkan klasifikasi :


1. Gaduh Gelisah
Kegawatdaruratan psikiatrik gaduh gelisah dapat disebabkan oleh beberapa hal
sebagai berikut:
a. Psikosis (fungsional maupun organik).
Psikosis Fungsional : Psikosis reaktif, Skizofrenia, manik depresif, amok dan
sebagainya).
b. Psikosis Organik : Delirium, demensia, psikosis berhubungan dengan zat,
psikosis karena gangguan metabolik, psikosis karena trauma kepala maupun
infeksi pada otak, dan sebagainya).
c. Kecemasan Akut dengan/tanpa Panik.
d. Kebingungan post konvulsi.
e. Reaksi disosiasi & keadaan fugue
f. Ledakan amarah/temper tantrum.
2. Bunuh diri
Bunuh diri bisa disebabkan oleh:
a. Penyelesaian masalah frustasi. Karena kecewa dalam hubungan dengan
orang lain, benda/barang, tujuan yang tidak tercapai.
b. Balas dendam.
c. Memperoleh keadaan yang damai dan tentram.
d. Hilangnya rasa man dan kepastian akan statusnya.
e. Anggapan sebagai jalan keluar. Pada tindakan bunuh diri keinginan untuk
mati jauh lebih besar dari pada keinginan untuk hidup.

Disebabkan oleh banyak faktor antara lain:


a. Penyakit atau kondisi yang beresiko untuk terjadinya bunuh diri.
b. Insomnia berat.
c. Penggunaan alkohol dan obat-obatan.
d. Skizofrenia.
e. Penyakit Fisik.
f. Individu dengan orientasi homoseksual.
g. Gangguan Stres Pasca Trauma.
Riwayat keluarga bunuh diri
Faktor-faktor resiko untuk bunuh diri (Sadock, et al, 2007):
a. Jenis kelamin
Perempuan lebih banyak melakukan percobaan bunuh diri dibanding laki-laki.
Akan tetapi, keberhasilan bunuh diri lebih tinggi pada laki-laki.
Hal ini berkaitan dengan metode bunuh diri yang dipilih.
Laki-laki lebih banyakdengan gantung diri, meloncat dari tempat tinggi, dengan
senjata api. Perempuan lebih banyak menggunakan obat – obatan atau racun.

b. Usia
Kasus bunuh diri meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki,
angka bunuh diri tertinggi pada usia di atas 45 tahun sedangkan
pada perempuan angka bunuh diri tertinggi pada usia di atas 55 tahun. Orang
yang lebih tua lebih jarang melakukan percobaan bunuh diri, tetapi lebih sering
berhasil.n.

c. Ras
Di Amerika Serikat ras kulit putih lebih banyak melakukan bunuh diridibanding
ras kulit hitam.

d. Status perkawinan
Pernikahan menurunkan angka bunuh diri, terutama jika terdapat anak dirumah.
Orang yang tidak pernah menikah dua kali lebih beresiko untuk bunuhdiri.
Perceraian meningkatkan resiko bunuh diri. Janda atau duda yang pasangannya
telah meninggal juga memiliki angka bunuh diri yang tinggi.

e. Pekerjaan
Semakin tinggi status sosial semakin tinggi resiko bunuh diri, tetapi status
sosial yang rendah juga meningkatkan resiko bunuh diri.

3. Tindak Kekerasan

Adapun beberapa hal yang menyebabkan munculnya gangguan jiwa pada


perilaku kekerasan yang dipengaruhi oleh faktor presisposi dan faktor presipitasi.
(Yosep, 2007)

1. Faktor predisposisi
a. Faktor psikologis
- Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi
perilaku kekerasan
- Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil
tidak menyenangkan
- Frustasi
- Kekerasan dalam rumah tangga

b. Faktor social budaya


Seseorang akan berespon terahdap peningkatan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respon yang dipelajari. Budaya juga dapat
mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu
mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima.
c. Faktor biologis
Adanya pemberian stimulus eletris ringan pada hipotalamus dapat
menimbulkan perilaku agresif sehingga akan menimbulkan mata terbuka
lebar, pupul berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada
disekitarnya

2. Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam baik
berupa injury fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Faktor pencetus :
a. Klien : kelemahan fisik, keputusasaam. Ketidakberdayaan, kehidupan yang
penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan
b. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan
c. Lingkungan : panas, padat, bising.

C. KLASIFIKASI
Kasus kedaruratan psikiatrik meliputi gangguan pikiran, perasaan dan perilaku
yangmemerlukan intervensi terapeutik segera, antara lain: (Elvira, Sylvia D
danGitayanti Hadisukanto, 2010)
a. Kondisi gaduh gelisah
Keadaan gaduh gelisah bukanlah diagnosis dalam arti kata sebenarnya,tetapi
hanya menunjuk pada suatu keadaan tertentu, suatu sindrom
dengansekelompok gejala tertentu. Keadaan gaduh gelisah dipakai sebagai
sebutansementara untuk suatu gambaran psikopatologis dengan ciri-ciri utama
gaduh dangelisah. (Maramis dan Maramis, 2009).

b. Tindak kekerasan (violence)


Violence atau tindak kekerasan adalah agresi fisik yang dilakukan oleh
seseorang terhadap orang lain. Jika hal itu diarahkan kepada dirinya
sendiri,disebut mutilasi diri atau tingkah laku bunuh diri (suicidal behavior).
Tindak kekerasan dapat timbul akibat berbagai gangguan psikiatrik, tetapi
dapat pula terjadi pada orang biasa yang tidak dapat mengatasi tekanan hidup
sehari-haridengan cara yang lebih baik.
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke
Rumah sakit Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai
bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan
adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang,diri sendiri baik
secar fisik, emosional, dan sexualitas ( Nanda, 2005). Perilaku kekerasan atau
agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993 dalam Depkes,
2000). Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai
ancaman ( Stuart dan Sunden, 1997 ). Pengertian Perilaku kekerasan
merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai
dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat 
membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak
lingkungan.

c. Tentamen Suicidum/percobaan bunuh diri


Bunuh diri atau suicide atau tentamen suicidum adalah kematian
yangdiniatkan dan dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya sendiri (Elvira,
Sylvia Ddan Gitayanti Hadisukanto, 2010) atau segala perbuatan seseorang
yang dapatmengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat (Maramis dan
Maramis, 2009).
Perilaku bunuh diri atau destruktif diri langsung terjadi terus menerus dan
intensif pada diri kehidupan seseorang. Perilaku yang tampak adalah
berlebihan, gejala atau ucapan verbal ingin bunuh diri, luka atau nyeri (Rawlin
dan Heacock, 1993). Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah
dapat mengarah pada kematian (Gail w. Stuart, Keperawatan Jiwa,2007).
Secara garis besar bunuh diri dapat dibagi menjadi 3 kategori besar yaitu;

1. Upaya bunuh diri (Suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan


menuju bunuh diri, dan bila kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan
kematian
2. Isyarat bunuh diri (Suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan
untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain.
3. Ancaman bunuh diri (Suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara
langsung atau tidak langsung, verbal atau nonverbal bahwa seseorang
sedang mengupayakan bunuh diri

Dikutip dari situs kesehatan mental epigee.org, berikut ini adalah tanda-tanda
bunuh diri yang mungkin terjadi:
1. Bicara mengenai kematian: Bicara tentang keinginan menghilang, melompat,
menembak diri sendiri atau ungkapan membahayakan diri.
2. Baru saja kehilangan: kematian, perceraian, putus dengan pacar atau
kehilangan pekerjaan, semuanya bisa mengarah pada pemikiran bunuh diri
atau percobaan bunuh diri. Kehilangan lainnya yang bisa menandakan bunuh
diri termasuk hilangnya keyakinan beragama dan hilangnya ketertarikan pada
seseorang atau pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati.
3. Perubahan kepribadian: seseorang mungkin memperlihatkan tanda-tanda
kelelahan, keraguan atau kecemasan yang tidak biasa.
4. Perubahan perilaku: kurangnya konsentrasi dalam bekerja, sekolah atau
kegiatan sehari-hari, seperti pekerjaan rumah tangga.
5. Perubahan pola tidur: tidur berlebihan, insomnia dan jenis gangguan tidur
lainnya bisa menjadi tanda-tanda dan gejala bunuh diri.
6. Perubahan kebiasaan makan: kehilangan nafsu makan atau bertambahnya
nafsu makan. Perubahan lain bisa termasuk penambahan atau penurunan
berat badan.
7. Berkurangnya ketertarikan seksual: perubahan seperti ini bisa mencakup
impotensi, keterlambatan atau ketidakteraturan menstruasi.
8. Harga diri rendah: gejala bunuh diri ini bisa diperlihatkan melalui emosi
seperti malu, minder atau membenci diri sendiri.
9. Ketakutan atau kehilangan kendali: seseorang khawatir akan kehilangan
jiwanya dan khawatir membahayakan dirinya atau orang lain.
10. Kurangnya harapan akan masa depan: tanda bunuh diri lainnya adalah
seseorang merasa bahwa tidak ada harapan untuk masa depan dan segala
hal tidak akan pernah bertambah baik.

d. Gejala ekstra piramidal akibat penggunaan obat


Sindrom neuroleptik maligna adalah suatu sindrom toksik yang behubungandengan
penggunaan obat antipsikotik. Gejalanya meliputi : kekakuan otot,distonia, akinesia
mutisme dan agitasi.

D. MANIFESTASI
KLINIS
1. Gaduh/gelisah
Tanda dan gejala pada pasien yang mengalami gaduh gelisah diantaranya:
 Gelisah

 Mondar-mandir

 Berteriak-teriak
 Loncat-loncat

 Marah-marah

 Curiga

 Agresif

 Beringas

 Agitasi

 Gembira

 Bernyanyi

 Bicara kacau

 Mengganggu orang lain

 Tidak tidur beberapa hari

 Sulit berkomunikasi
2. Tindak Kekerasan

Gambaran klinis menurut Stuart dan Sundeen (1995) adalah sebagai berikut:

 Muka merah

 Pandangan tajam

 Otot tegang

 Nada suara tinggi

 Berdebat

 Kadang memaksakan kehendak

 Stress

 Mengungkapkan secara verbal

 Menentang

 Emosi : tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel.

 Fisik : muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, keringat, sakit


fisik,penyalahgunaan obat dan tekanan darah.
 Intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan.
 Spiritual : kemahakuasaan, kebajikan/kebenaran diri, keraguan, tidak
bermoral, kebejatan, kreativitas terhambat.
 Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan humor.

3. Tentamen Suicidum/percobaan bunuh diri


 Pasien pernah mencoba bunuh diri

 Keinginan bunuh diri dinyatakan secara terang-terangan maupun tidak,


atau berupa ancaman: “kamu tidak akan saya ganggu lebih lama lagi
(sering dikatakan pada keluarga
 Secara objektif terlihat adanya mood yang depresif atau cemas

 Baru mengalami kehilangan yang bermakna (pasangan, pekerjaan,


hargadiri, dan lain-lain)e.
 Perubahan perilaku yang tidak terduga: menyampaikan pesan-
pesan, pembicaraan serius dan mendalam dengan kerabat, membagi-
bagikanharta/barang-barang miliknya.
 Perubahan sikap yang mendadak: tiba-tiba gembira, marah atau menarik
diri.

4. Gejala ekstra piramidal akibat penggunaan obat


 Diaforesis

 Disfagia

 Tremor

 Inkontinensia

 Penurunan kesadaran

 Takikardia

 Tekanan darah yang meningkat atau labil

 Leukositosis

 Bukti laboratorium adanya kerusakan otot rangka


E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi (Thorax)
2. EKG

F. PENATALAKSANAAN
Perawatan di kedaruratan psikiatri biasanya berfokus pada manajemen perilaku
dan gejala. Proses pengobatan dilakukan bersamaan dengan proses evaluasi
(jika pemberian terapi telah memungkinkan). Wawancara awal tidak hanya
berfungsi untuk memperoleh informasi diagnostik yang penting, tetapi juga untuk
terapi. Dalam melakukan proses evaluasi, bila fasilitas tidak memadai, dapat
dilakukan perujukan pada fasilitas kesehatan terdekat yang memiliki fasilitas yang
cukup untuk penatalaksanannya. (Sadock and Kaplan, 2009; Trent, 2013)
Modalitas terapi yang digunakan untuk seting kedaruratan psikiatri antara lain:

1) farmakoterapi,

2) seclusion (isolasi) dan restraint (fiksasi fisik), dan

3) psikoterapi. (Knox dan Holloman, 2011; Riba et al., 2010; Sadock and
Kaplan, 2009).

a). Prehospital

Bila seseorang dalam keadaan gaduh gelisah dibawa kepada kita,


pentingsekali kita harus bersikap tenang. Dengan sikap yang meyakinkan,
meskipun tentuwaspada, dan kata-kata yang dapat menenteramkan pasien
maupun para pengantarnya, tidak jarang kita sudah dapat menguasai keadaan
(Maramis danMa ramis, 2009).
b). Intrahospital

Bila pasien masih diikat, sebaiknya ikatan itu disuruh dibuka sambil
tetap berbicara dengan pasien dengan beberapa orang memegangnya agar ia
tidakmen gamuk lagi. Biarpun pasien masih tetap dipegang dan dikekang, kita
berusahamemeriksanya secara fisik. Sedapat-dapatnya tentu perlu ditentukan
penyebabkeadaan gaduh gelisah itu dan mengobatinya secara etiologis bila
mungkin(Maramis dan Maramis, 2009).
Suntikan intramuskular suatu neuroleptikum yang mempunyai
dosisterapeutik tinggi (misalnya chlorpromazine HCL), pada umumnya sangat
bergunauntu mengendalikan psikomotorik yang meningkat. Bila tidak terdapat,
makasuntikan neuroleptikum yang mempunyai dosis terapeurik rendah,
misalnyatrifluoperazine, haloperidol (5–10mg), atau fluophenazine dapat juga
dipakai, biarpun efeknya tidak secepat neuroleptikum kelompok dosis terapeutik
tingi. Bila tidak ada juga, maka suatu tranquailaizer pun dapat dipakai, misalnya
diazepam (5 – 10 mg), disuntik secara intravena, dengan mengingat
bahwatranquilaizer bukan suatu antipsikotikum seperti neuroleptika, meskipun
kedua-duanya mempunyai efek antitegang, anticemas dan antiagitasi (Maramis
danMaramis, 2009).
Bila pasien sudah tenang dan mulai kooperatif, maka pengobatan dengan
neuroleptika dilanjutkan per oral (bila perlu suntikan jugada pat diteruskan).
Pemberian makanan dan cairan juga harus memadai. Kita berusaha
terus mencari penyebabnya,
bila belum diketahui, terutama bila didugasuatu sindrom otak organik yang akut.
Bila ditemukan, tentu diusahakan untukmengobatinya secara etiologis (Maramis
dan Maramis, 2009).
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian awal
a. Pasien dengan gangguan mental organic diberikan obat dalam dosis
teraupetik minimal agar gejala penting tidak terselubung
b. Pasien dengan kondisi medis umum mengancam nyawa mula – mula tampilan
gejalanya seperti gangguan psikiatrik, terlebih dahulu harus diatasi kondisi
medis umumnya
2. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan sesegera mungkin untuk menyingkirkan
kegawatdaruratan yang terkait fungsi organic.
Pemeriksaan psikiatrik standar meliputi: riwayat perjalanan penyakit,
pemeriksaan status mental, pemeriksaan status fisik/neurologik dan jika perlu
pemeriksaan penunjang. Yang pertama dan terpenting yang harus dilakukan
oeh seorang dokter di unit gawat darurat adalah menilai tanda-tanda vital
pasien. Tekanan ddarah, suhu, nadi adalah sesuatu yang mudah diukur dan
dapat memberikan informasi bermakna. Misalnya seorang yang gaduh gelisah
dan mengalami halusinasi, demam, frekuensi nadi 120 per menit dan tekanan
darah meningkat, kemungkinan besar mengalami delirium dibandingkan
dengan suatu gangguan psikiatrik. Lima hal yang harus ditentukan sebelum
menangani pasien selanjutnya:

b. Pemeriksaan psikiatrik
1. Wawancara psikiatrik
a. Ajukan pertanyaan 1 yang bersifat terbuka
b. Amati penampilan, aktivitas psikomotor, pembicaraan, alam perasaan,
proses piker dan isi pikir pasien, di samping usaha memperole
anamnesis.
c. Tunda keinginan untuk segera memulai penanganan atau mengambil
kesimpulan dengan maksud supaya segera memulai menolong pasien
berikutnya.
2. Pemeriksaan status mental
a. Selama pemeriksaan, evaluasi status mental pasien
b. Status mental dinilai dari :
ANAMNESA STATUS MENTAL
1) APPEARANCE (Penampilan) :
Postur tubuh , Kerapian , Status nutrisi , Tanda penggunaan
obat/ alcohol, Selalu bawa senjata, Motorik , Pergerakan ,

Respon pada situasi tertentu: Kejam , Mencederai diri sendiri /


orang lain, Marah/ bermusuhan terhadap orang lain, Curiga ,
Tidak kooperatif , Ketakutan, Kooperatif . Terbuka , Bersemangat
2) COGNITIF
Orientasi pasien terhadap: Orang dan Tempat , Memory,
Kemampuan membuat keputusan, Kemampuan menilai,
3) PERSEPTIONS (Persepsi)
Halusinasi
4) SPEECH
1. Cara pasien bereaksi terhadap pertanyaan
2. Cara pasien bergaul dengan petugas medik dan dengan keluarga
3. Kemampuannya menanggapi instruksi yang di berikan

5) THOUGHT
Pola pikir
6) MOOD
Suasana hati

Status mental selengkapnya dalam instalasi kegawatdaruratan psikiatrik,


maka perlu diobservasi tingkah laku dan penampilan, orientasi, keadaan
afektif, isi dan proses berpikir, persepsi, fungsi kognitif yang lebih tinggi
3. Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap, urin lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah sewaktu,
elektrolit, elektrokardiograf,, toraks foto.

B. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan pada diri sendiri
1. Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit fisik,minder, dan malu.
2. Resiko Perilaku Kekerasan berhubungan dengan adanya ancaman
fisik,psikis,dan konsep diri.

C. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Dx : Harga diri rendah

Tujuan : Klien memiliki konsep fisik yang positif dan dapat membina
hubungan saling percaya
Kriteria hasil :

Klien dapat menunjukan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang,


ada kontak, mau berjabat tangan, mau menyebut nama, mau menjawab salam

Intervensi Keperawatan

1. Bina hubungan saling percaya


2. Bersikap terbuka dan empati
3. Terima klien apa adanya
4. Tepati janji
5. Pertahankan kontak mata

2. Dx : Resiko perilaku kekerasan

Tujuan : perilaku kekerasan tidak terjadi dan klien dapat membina hubungan
saling percaya
Kriteria Hasil :

Klien menunjukan wajah cerah, tersenyum, mau berkenalan, kontak mata ada,
mau menceritakan perasaan yang dirasakan, mau menceritakan masalahnya

Intervensi Keperawatan

1. Beri salam di setiap interaksi


2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat berkenalan
3. Tanyakan dan panggilan kesukaan klien
4. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
5. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
6. Buat kontak interaksi yang jelas
7. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
BAB III 
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegawatdaruratan Psikiatri adalah kondisi dimana kondisi psikis pasien
menjadi terganggu sehingga dibutuhkan intervensi segera dengan ilmu
keperawatan gawat darurat secara holisitik.

Kedaruratan psikiatri dibagi dalam beberapa bagian diantaranya ialah bunuh


diri,gaduh atau gelisah dan penyalahgunaan napza. Bunuh diri adalah setiap
aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Gail w. Stuart,
Keperawatan Jiwa,2007). Penyebab kegawat daruratan psikiatrik adalah : Bisa hal
yang tidak berhubungan dengan kelainan organis (Psikosis, mania, histeri
dissosiatif, gangguan panik dan sebagainya). Atau hal yang berhubungan
dengan kelainan organis/delirium (trauma kapitis, drug abuse, stroke, kelainan
metabolik, sensitivitas terhadap obat dan sebagainya).

Perawatan di kedaruratan psikiatri biasanya berfokus pada manajemen


perilaku dan gejala. Proses pengobatan dilakukan bersamaan dengan proses
evaluasi (jika pemberian terapi telah memungkinkan). Wawancara awal tidak hanya
berfungsi untuk memperoleh informasi diagnostik yang penting, tetapi juga untuk
terapi. Dalam melakukan proses evaluasi, bila fasilitas tidak memadai, dapat
dilakukan perujukan pada fasilitas kesehatan terdekat yang memiliki fasilitas yang
cukup untuk penatalaksanannya. (Sadock and Kaplan, 2009; Trent, 2013)

B. Saran
1. Selalu berfikiran positif akan segala hal
2. Selalu mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa
3. Menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan yang positif
4. Jangan mencoba-coba sesuatu yang tidak baik

Anda mungkin juga menyukai