Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Ada begitu banyak masalah dengan wanita, masalah kebiadaban terhadap wanita
adalah fokus utama karena kasus kekerasan ini terjadi lebih dari satu kali dan terus
berkembang. Berdasarkan orientasi mereka, wanita adalah yang paling tidak berdaya
melawan kejahatan, hal ini karena dalam kehidupan sehari-hari wanita dipandang sebagai
manusia yang lemah dan ramah yang berpusat pada pria masih merupakan wilayah kekuatan
bagi masyarakat eksklusif. sehingga dianggap “pantas” diperlakukan tidak adil atau semena-
mena.
Setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang menyebabkan atau
kemungkinan besar menyebabkan kesengsaraan atau penderitaan fisik, seksual, dan
psikologis perempuan, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik di depan umum maupun dalam kehidupan
pribadi, dianggap sebagai kekerasan terhadap perempuan (Deklarasi anti kekerasan terhadap
perempuan, Pasal 1 dalam komnas Perempuan).
Banyak dari kita tidak menyadari fenomena kekerasan dalam pacaran, yang biasanya
terjadi pada masa remaja. Dari berbagai bentuk kekerasan tersebut, isu kekerasan dalam
pacaran seringkali masih terdengar asing di telinga kita. Kebiadaban kencan belum mendapat
banyak perhatian jika dibandingkan dengan perilaku kasar di rumah. Sehingga terkadang
masih diabaikan oleh korban dan pelakunya.
Kejahatan pacaran adalah kebiadaban terhadap pasangan yang belum menikah yang
menggabungkan kebrutalan fisik, mental dan finansial. Pelaku yang melakukan kebrutalan
termasuk semua kebiadaban yang dilakukan di luar perkawinan yang sah sebagaimana
ditentukan dalam Peraturan Perkawinan No. Kekerasan yang dilakukan oleh mantan suami,
mantan pacar, dan pasangan/pacar disebutkan dalam ayat 2 Pasal 2 UUD 1974 Rifka Annisa
(2012).
Cedera fisik akibat kekerasan pasangan dapat berkisar dari ringan hingga parah,
sehingga dampak kekerasan dalam pacaran terutama bersifat fisik. Efek mental, terutama
perasaan tegang, pemarah, kinerja yang menurun, masalah diet hingga depresi dan bahkan
menunjukkan tindakan merusak atau menghancurkan diri sendiri. Ada juga kemungkinan
lepas landas dari minuman keras atau obat-obatan. Untuk kasus kebiadaban seksual
(hubungan seks yang dipaksakan) tentu dapat membuat kehamilan yang tidak diinginkan
yang berujung pada penghentian dini yang berbahaya. Karena kehamilan dianggap
menimbulkan masalah sosial seperti dikeluarkan dari sekolah, dikucilkan oleh masyarakat
dan teman, dan harus menjadi orang tua tunggal jika pasangan tidak mau mengasuh anak,
aborsi dilakukan. Selain itu, wanita hamil di bawah usia 20 tahun menghadapi peningkatan
risiko kesehatan yang dapat membahayakan nyawa mereka sendiri dan nyawa anak mereka
yang belum lahir Rifka Anissa (2012)
Kekerasan dalam pacaran ibarat gunung es yang hanya muncul dalam persentase kecil
dari sekian banyak kasus kekerasan yang terjadi di masyarakat. Dari tahun 2021 hingga 2023
terjadi penurunan jumlah pengaduan korban ke lembaga yang menangani kekerasan dalam
pacaran di Provinsi Jakarta sendiri. Sebab, kasus kekerasan, khususnya dalam hubungan tidak
resmi (pacaran), masih dianggap sebagai aib yang menyakitkan jika terjadi dan diketahui oleh
masyarakat umum atau masyarakat.
Menurut data, sebagian besar kasus kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan
dan anak perempuan di Provinsi Jakarta barat dilakukan oleh suami, diikuti bentuk kekerasan
lain, dan terakhir dilakukan oleh teman atau pacar. Data dari 211 kasus kekerasan terhadap
perempuan pada tahun 2021 menunjukkan 32 kasus di antaranya adalah kekerasan dalam
pacaran. Pada tahun 2022, dari 113 kebiadaban terhadap wanita, 29 adalah kebrutalan
kencan. Sedangkan pada tahun 2023, dari 110 kasus kebiadaban terhadap perempuan, 20 di
antaranya adalah kasus kebrutalan dalam berpacaran.
Menurut angka ini, kekerasan terkait pacaran menyumbang hampir 20% dari semua
kasus kekerasan terhadap perempuan yang ada saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa
fenomena kekerasan pacar telah berkembang menjadi isu menarik untuk menentukan
penyebab dan solusinya. Masalah perempuan atau korban dengan kekerasan dalam pacaran
bukanlah masalahnya sendiri. Kekerasan selama pacaran adalah masalah umum yang tidak
dapat diselesaikan oleh satu individu.
Menurut sejumlah penelitian sebelumnya, perempuan korban kekerasan dalam
pacaran tidak melaporkan tindakan kekerasan pacarnya kepada pihak yang mengatur atau
lembaga terkait bagi perempuan untuk mendapatkan perlindungan. Seringkali, perempuan
korban kekerasan dalam pacaran tidak berani melaporkannya. Korban hanya menceritakan
kepada orang-orang terdekatnya, seperti teman dekat atau teman sekamar, tentang kekerasan
yang dialaminya.
Alasan saya mengambil penelitian mengenai “Resiliensi Perempuan Korban
Kekerasan Fisik Terhadap Hubungan Pacaran” belum ada yang meneliti secara khusus oleh
karena itu saya tertarik untuk meneliti fenomena tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Deskripsi dari Latar Belakang maka untuk memudahkan proses
penelitian serta untuk lebih memfokuskan masalah maka diperlukan adanya perumusan
masalah. Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Resiliensi Perempuan Korban Kekerasan Fisik Terhadap Hubungan
Pacaran

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran serta memperoleh data
empiris tentang Resiliensi Perempuan Korban Kekerasan Fisik Terhadap Hubungan
Pacaran

1.4 Manfaat Penelitian


Setiap hasil penelitian tentu memiliki arti, makna dan manfaat baik yang berkaitan
dengan pengembangan ilmu pengetahuan maupun manfaat untuk kepentingan praktis. Hasil
penelitian ini sekurang-kurangnya memiliki manfaat antara lain :
A. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana dan memberikan informasi
dalam memperkaya wawasan ilmu pengetahuan serta sebagai bahan acuan bagi peneliti
selanjutnya.

B. Manfaat bagi Peneliti


Penelitian ini dapat dijadikan sebagai aplikasi teori yang telah dipelajari dengan
realita yang ada dan untuk menambah wawasan serta pengalaman.

C. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangan
pemikiran bagi pemerintah atau para penegak hukum agar dapat menindaklanjuti kekerasan
khususnya dalam hubungan berpacaran. Sedangkan bagi masyarakat sebagai bahan
informasi, sehingga dapat berperan serta dalam mencegah dan menanggulangi terjadinya
kekerasan dalam pacaran

Anda mungkin juga menyukai