Anda di halaman 1dari 37

Kebutuhan Khusus

pada Permasalahan
Psikologis Perempuan
dan Anak

DESY DEWI D. WATUMLAWAR


2281A0404
Indikator
Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis :
a. Jenis-jenis Kelainan mental / jiwa
b. Riwayat kehilangan dan kematian (Grief and 3.
Bereavement)
c. Kehamilan tidak diinginkan (Unwanted pregnancy,
gagal KB)
A.
Jenis-Jenis Kelainan Mental
atau Jiwa
Gangguan Mental
 World Health Organization (WHO) merilis laporan kesehatan ibu dan anak
(Maternal Mental Health and Child Health Development) berdasarkan
laporan penelitian yang dilakukan oleh Robertson, Celasun, dan Stewart
(2003) tentang gangguan mental setelah melahirkan.

 Dalam panduan tersebut, prevalensi baby blues mencapai 30 – 75% dan


prevalensi depresi cenderung lebih rendah yaitu 10 – 15%. Di Indonesia,
penelitian yang dilakukan di area perkotaan di Surabaya dan Denpasar
menunjukkan hasil bahwa prevalensi depresi keduanya lebih dari 20%
(Edwards, dkk., 2006; Dira & Wahyuni, 2016)
 Depresi maternal merupakan gangguan mental
yang dialami oleh wanita pada masa kehamilan
dan pasca melahirkan (Center for Disease Control
and Prevention, 2017).
 Menurut Shidhaye dan Giri (2014), depresi
maternal merupakan istilah yang digunakan pada
seluruh spektrum kondisi depresif yang dapat
berdampak kepada ibu (hingga 12 bulan setelah
melahirkan) dan calon ibu.
 Kondisi depresif tersebut meliputi depresi prenatal,
depresi postpartum dan psikosis postpartum.
Klasifikasi Gangguan Mental dalam Kehamilan
1. Gangguan Psikotik
 Psikotik adalah gangguan jiwa yg ditandai dengan
ketidakmampuan seseorang untuk membedakan mana yg nyata
dan tidak nyata (sulit membedakan antara khayalan dan
realitas).
 Penyebab dari gangguan PSIKOTIK adalah adanya gangguan
keseimbangan zat kimia di dalam saraf otak.
2. Gangguan Suasana Perasaan
 Gangguan suasana perasaan (gangguan afektif atau mood)
merupakan sekelompok gambaran klinis yang ditandai dengan
berkurang atau hilangnya kontrol emosi dan pengendalian diri.
 Gangguan afektif dapat berupa depresi, manik atau campuran
keduanya (bipolar).

Diagnostic and Statistical Manual (DSM) V (American Psychiatric Association, 2016)


Gangguan jiwa yang dapat terjadi
pada kehamilan antara lain :
1. Gangguan afektif/mood pada kehamilan
2. Skizofrenia
3. Gangguan cemas menyeluruh
4. Gangguan panic

Tanda dan Gejala


1. Menunjukan lebih banyak air mata dibandingkan senyum
2. Makanan dan minuman nyaris tidak disentuh
3. Jarang mengontrol kehamilan
4. Tidak perah memberi stimulus terhadap janin yang dikandungnya
5. Tidak melakukan persiapan untuk menyambut bayi yang akan
dilahirkan
Mengatasi Gangguan Mental
dalam Kebidanan
Cara menanggulangi depresi berbeda-beda sesuai dengan
keadaan pasien, namun biasanya merupakan gabungan dari
farmakoterapi dan psikoterapi atau konseling. Dukungan dari
orang-orang terdekat serta dukungan spritual juga sangat
membantu dalam penyembuhan.
Penatalaksanaan Depresi :
• Harus kita hadapi dengan sikap serius dan mengerti.
• Hendaknya dengan menghibur, bersikap optimis dan bergurau.
• Beberapa cara dalam melakukan terapi dan konsultasi dengan
dokter kandungan seperti dengan metode support group atau
psikoterapi yang dapat dilakukan secara rutin.
B.
Riwayat Kehilangan dan
Kematian
Kehilangan dan Kematian
Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang
dapat dialami individu ketika terjadi perubahan dalam hidup
atau berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik
sebagian ataupun keseluruhan

Tipe dari kehilangan salah satunya adalah kematian. Tipe


kehilangan dapat mempengaruhi tingkat distres
Jenis-jenis kehilangan
o Kehilangan objek eksternal, kehilangan lingkungan
yang dikenal, kehilangan sesuatu atau individu yang
berarti, kehilangan suatu aspek diri,
 Misalnya kehilangan anggota tubuh, kehilangan
karena kematian anggota keluarga, teman dekat.
Kehilangan dapat menimbulkan Kedukaan
o Dukacita adalah proses dimana seseorang mengalami
respon psikologis, sosial dan fisik terhadap kehilangan
yang dipersepsikan.
o Respon ini dapat berupa keputusasaan, kesepian,
ketidakberdayaan, kesedihan, rasa bersalah dan
marah.
o Proses dukacita memiliki sifat yang mendalam,
internal,
menyedihkan dan berkepanjangan
Tahap berduka
Proses dukacita sebagai suatu proses yang melalui empat tahap,
1. Reeling : klien mengalami syok, tidak percaya, atau menyangkal.
2. Merasa (feeling) : klien mengekspresikan penderitaan yang berat,
rasa bersalah, kesedihan yang mendalam, kemarahan, kurang
konsentrasi, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, kelelahan, dan
ketidaknyamanan fisik yang umum.
3. Menghadapi (dealing) : klien mulai beradaptasi terhadap kehilangan
dengan melibatkan diri dalam kelompok pendukung, terapi dukacita,
membaca dan bimbingan spiritual.
4. Pemulihan (healing) : klien mengintegrasikan kehilangan sebagai
bagian kehidupan dan penderitaan yang akut berkurang. Pemulihan
tidak berarti bahwa kehilangan tersebut dilupakan atau diterima.

 Teori Rodebaugh et al. pada tahun 1999


Menghadapi Kehilangan dan Kematian bagi petugas
Layanan Kesehatan
 Kedekatan emosional yang kuat
 Mendukung dan membimbing klien dalam menjalani proses berduka
yang sulit
 Petugas kesehatan harus menjadi pembimbing yang dapat dipercaya
bagi klien.
 Perhatian, dengan menggunakan bahasa tubuh terbuka seperti berdiri atau
duduk, mempertahankan kontak mata yang cukup, terutama ketika klien
berbicara.
 Menciptakan lingkungan yang aman secara psikologisMendorong klien
merawat dirinya sendiri membantu klien melakukan koping.

 Komunikasi dan keterampilan interpersonal adalah alat yang


efektif
Kehamilan Tidak
Diinginkan
 Kehamilan yang tidak diinginkan adalah kehamilan yang
dialami oleh seorang perempuan yang sebenarnya belum
menginginkan hamil (KBI, 2012)
 Menurut PKBI, KTD adalah kehamilan yang tidak diinginkan
merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak
menghendaki adanya proses kelahiran akibat dari
kehamilan.
 KTD merupakan akibat dari prilaku seksual yang disengaja
mapuan yang tidak disengaja.
 KTD bisa di alami oleh pasangan yang sudah menikah
maupun yang belum menikah.
Fakta-fakta tentang KTD
 WHO menyatakan kasus aborsi di Indonesia
mencapai 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di
Indonesia, dimana 2.500 di antaranya berakhir
dengan kematian. Angka aborsi di Indonesia
diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun.
Sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh
remaja. (Medical-Journal, Soetjiningsih, 2004)

 Fakta kasus KTD di Bali : 88 % terjadi pada


usia 10-24th, 11,9% pada usia 21 th keatas.
Latar Belakang :
 Angka kematian ibu meningkat menjadi
420/100.000 KH dari tahun
sebelumnya (2007) yaitu 302/100.000
KH

• 3 0 –5 0 % disebabkan aborsi tidak


aman
 Apa Penyebab aborsi tidak aman ?

• 
Mengapa perempuan memilih
jalan tersebut ?

• Kebanyakan dari perempuan

tersebut mengalami :
• Kehamilan Tidak Diinginkan atau
tidak
• direncanakan
Gambaran Psikologis Klien KTD
 Depresi : beban psikologis, ekonomi,
tuntutan suami, pekerjaan .
 Stress,Cemas :
 Merasa rendah diri, malu : kerena telah
hamil di luar nikah,membunuh janin dll
 Kurang percaya diri : tidak bisa mengambil
keputusan,
 Perasaan dosa, Ketakutan: moral ,agama
KTD selalu berakhir
dengan
aborsi tidak aman
Dengan cara apa ?

• Minum jamu
• Minum obat
• Dipijit kedukun pijat
• Makan makanan tertentu /
minum

• Ke Klinik ilegal
Kebanyakan dari
mereka…………
Meninggal sia sia

Mempunyai anak
yang tidak
sehat
/ cacat
Apa yang bisa Kita lakukan ?
• “Marijadikan kembali KB sebagai
isyu yang tetap Sexy”
Alasan medis dan non medis klien
 Kegagalan KB
 Kesulitan ekonomi
 Jumlah anak banyak
 Masalah pada anaknya (autism, cacat)
 Usia anak terkecil <1 tahun
 Usia ibu >40 thn
 Ibu punya penyakit/keluhan
 Belum menikah, kontrak kerja
 KDRT, Perkosaan

Klien sudah melakukan upaya
pengguguran kandungan sebelumnya
dengan obat-obatan, jamu, secara fisik
dll
Ekonomi
Sosial
Alasan
Penghentian Kesehatan
Kehamilan
Pekerjaan
Gagal KB
Aspek Legalitas

Alasan
Akses Terbatas
Tidak Langsung
Ke
Dokter/Klinik
Biaya Mahal
Melakukan tindakan
Fisik tertentu

Minum buah,
makanan tertentu
Upaya Penghentian
Kehamilan yang Minum obat / jamu
Sudah Dilakukan
Ke dukun

Dokter / klinik
Diri Sendiri
Teman
Pencetus
Penggunaan Pacar / Suami
Jamu/Obat
Media
Provider

Modern Tradisional
Dampak KTD pada Klien
1. Gangguan psikiatris
cemas,
meliputidepresi dan bunuh diri
2. Penyalahgunaan obat terlarang
3. Kekerasan dalam rumah tangga
4. dengan riwayat aborsi
Penelantaran anak pada
ibu
berikutnya
5. Keguguran pada
kehamilan
Peran konseling menjadi
Penting
1. Membantu memecahkan masalah
2. Meningkatkan fungsi kepribadian orang yang di
bantu/klien ( Aktualisasi diri, kesadaran diri,
Kapasitas diri )
3. Meningkatkan akses informasi mengenai
Kesehatan reproduksi.
4. Meningkatkan tanggung jawab pribadi terhadap
kesehatan reproduksi
5. Menghindari dampak psikologis yang terjadi
Aborsi menjadi
pilihan
 Masih kurangnya tanggung jawab suami istri
danterhadap kesehatan
reproduksi.

 akibatkan kegagalan KB
 Terlalu banyak anak dan ketidaksiapan ekonomi
dan psikis.
 Adanya larangan aborsi secara legal , sehingga memilih
no
save abortion
 Kekerasan rumah tangga
Bagan
 KTD
Dampak buruk dilanjutkan
kehamilan
 Depresi ringan sampai berat pada ibu dapat terjadi, yang
bisa sangat berpengaruh pada janin, bahkan berakibat
keguguran atau terlahir cacat.
 Jika kehamilan tak diinginkan terjadi pada pasangan
yang
belum menikah, akibat yang terjadi bisa jauh lebih besar.
Tidak saja karena akan mengalami konflik internal, semisal
ketidaksiapan, tapi juga mesti menghadapi tekanan dari
lingkungan sosial, semisal celaan.
 Selain itu juga berisiko hilangnya kesempatan untuk
mendapat pendidikan formal. Adanya potensi kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT) dan penelantaran anak juga
telah menjadi isu akibat dari aborsi.
Mengurangi kasus KTD
 Memberikan pendidikan kesehatan reproduksi
di sekolah
 Dukungan keluarga dengan cara berkomunikasi yang
baik dengan anak sehingga dapat menanamkan
tentang kesehatan reproduksi
 Perlunya lembaga di masyarakat yang mengayomi
kebutuhan remaja akan hak reproduksinya, contohnya
klinik remaja
 Adanya dukungan pemerintah meliputi penyuluhan dari
BKKBN bekerja sama dengan LSM yang bergerak
dibidang ini
lanjuta
n
 Adanya tanggung jawab bersama dalam
melindungi
kesehatan reproduksi di keluarga

 Adanya kesediaan di layanan bidan praktik


untuk memberikan informasi yang jelas dan
akurat.
Dokumen yang dibutuhkan
Pasangan suami istri :

 Surat nikah
 Kartu keluarga
 KTP suami istri
 Kartu KB sebelumnya
Dokumen yang dibutuhkan
Untuk yang belum menikah :
 KTP klien
 KTP ortu/pendamping
 Akte kelahiran
 Kartu keluarga
 Wajib didampingi ortu/yang bertanggungjawab
Terimakasi
h

Anda mungkin juga menyukai